Sincere Love
Cast
Kim Mingyu
Jeon Wonwoo
Hong Jisoo
Pairing
Meanie
Warning
Fict abal, angst gagal, Typo, Boys Love.
Don't like Don't Read.
.
.
.
Mingyu melangkahkan kaki memasuki perkarangan rumahnya. Dia baru saja pulang sekolah. Saat membuka pintu, dirinya sudah disambut oleh suara makian. Didepan matanya dia bisa melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Entah sudah yang keberapa kali. Mingyu bosan menghitungnya.
Setiap hari selalu saja ada yang diributkan oleh mereka. Mingyu bahkan sudah terlalu biasa melihatnya. Tanpa suara sedikitpun, dirinya kembali membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan rumahnya.
Berjalan menyusuri jalan dengan tatapan datar. Sampai pada sebuah tangga batu yang terlihat olehnya, dia menaiki tangga tersebut untuk mencapai keatas bukit. Diujung sana ada sebuah kursi panjang yang menghadap kearah pemandangan kota.
Mingyu tersenyum melihatnya, dia kemudian berjalan menghampiri seseorang yang sedang duduk diatas kursi. Mendengar suara langkah mendekat, membuat namja tersebut menengokkan kepalanya.
"Mingyu~" panggilnya dengan nada yang ceria.
Mingyu hanya tersenyum mendengar suaranya. Dia melanjutkan jalannya dan menjatuhkan dirinya disamping pemuda itu. Namja yang sudah duduk lebih dulu juga balas tersenyum
"Ini untukmu," pemuda tadi menyodorkan satu cup coklat hangat kepada Mingyu, "Aku tahu kau pasti akan datang, jadi aku juga membelikannya untukmu," lanjutnya.
"Gomawo," Mingyu mengambil coklat hangat miliknya, " Wonwoo hyung," dan meminumnya secara perlahan.
"Emmm, Cheonma," balas Wonwoo tak lupa dengan senyum yang masih setia berada dibibirnya.
Mereka masih terdiam, Mingyu masih sibuk dengan coklat hangatnya dan memandang langit sore didepannya. Begitupun dengan Wonwoo, dia juga melakukan hal yang sama.
"Kenapa kau datang lagi kesini?" tanya Wonwoo membuka pembicaraan.
"Kau tak suka kalau aku datang kesini, Wonwoo hyung," Jawab Wonwoo.
"Aniii, bukan begitu Gyu. Aku suka kalau kau datang kesini, itu berarti ada yang menemaniku. Yang aku tak suka adalah alasan kau datang kesini. Kau selalu datang kesini saat kau merasa sedih," Jelas Wonwoo.
Mingyu yang mendengar penjelasan Wonwoo hanya bisa terdiam.
"Apa mereka bertengkar lagi?" tanya Wonwoo hati-hati.
"Justru aneh kalau melihat mereka tidak bertengkar. Itu seperti sebuah keajaiban untukku," jawab Mingyu.
Wonwoo yang mendengar nada pilu dari suara Mingyu ikut merasakan sakit dihatinya, dia menggenggam erat tangan Mingyu. Seolah menyalurkan kekuatannya untuk Mingyu.
"Bersabarlah Gyu~ semua akan indah pada waktunya," ujar Wonwoo ditambah senyum manisnya
"Hemmm, kuharap begitu hyung,"
Mingyu membalas senyum Wonwoo dengan senyum tipisnya. Dia juga membalas genggaman tangan Wonwoo. Mereka kembali menghabiskan waktu bersama disore itu, menunggu malam datang menjemput.
Tak ada hal berarti yang mereka lakukan. Hanya sesekali mengobrolkan sesuatu dan melihat pemandangan kota didepan sana. Melihat gemerlap lampu yang menghiasi kota Seoul
"Ahhh sudah mulai malam, aku malas pulang," keluh Wonwoo.
"Kalau begitu tak usah pulang. Kita disini lebih lama lagi," usul Mingyu asal.
"Huumm tak boleh Gyu. Aku tak mau membuat orang tuaku khawatir," ujar Wonwoo.
"Ya ya ya, anak kecil memang tak boleh pulang terlaru malam. Nanti orang tuamu khawatir," ejek Mingyu.
"Yakkk aku bukan anak kecil, aku bahkan lebih tua darimu," kesal Wonwoo.
"Kkk~ aku hanya bercanda, Wonwoo hyungku tersayang," gombal Mingyu sambil mencubit sekilas pucuk hidung Wonwoo.
"Baiklah kalau begitu, biar aku mengantarmu," tawar Mingyu.
"Tak perlu Gyu, Kakakku akan menjemputku sebentar lagi," tolak Wonwoo.
"Seperti biasa kau selalu menolakku untuk mengantarmu,"
"Maafkan aku, aku tak mau merepotkanmu," sesal Wonwoo.
"Jangan berkata seperti itu. Aku tak pernah merasa direpotkan jika itu untukmu, hyung,"
"Ishhh sudah berhenti menggombaliku Kim Mingyu, pulang sana," usir Wonwoo.
"Baiklah, baiklah. Aku pulang dulu Wonwoo hyung," pamit Mingyu.
"Ne, hati-hati dijalan,"
Setelah Mingyu tak terlihat lagi dijangkauan matanya, Wonwoo juga berjalan pulang. Melewati jalan yang berbeda dengan Mingyu. Sebuah mobil hitam sudah menunggu dirinya. Wonwoo masuk kedalam mobil tersebut.
"Kau senang bertemu dengannya?" tanya seorang namja yang berada dibalik kemudi.
"Kau tahu jawabannya dengan baik hyung," Jawab Wonwoo tak lupa dengan senyum manis yang merekah dibibirnya.
.
.
.
Dulu keluarganya baik-baik saja, saat masih berada dikampung halamannya mereka masuk dalam kategori keluarga yang harmonis dan bahagia. Dengan seorang ayah yang merupakan karyawan sebuah perusahaan dan ibu yang menjadi seorang ibu rumah tangga.
Namun semuanya berubah saat mereka pindah ke Seoul. Ayahnya naik jabatan menjadi General Manager di kantor pusat. Sedangkan ibunya juga memilih berkerja mengelola butik yang baru dibukanya. Mereka menjadi semakin sibuk dengan urusan masing-masing. Jarang berada dirumah dan akan bertengkar karna alasan yang benar-benar tidak masuk akal. Rasa lelah akan perkerjaan membuat mereka gambang tersulut amarah.
Mingyu merasakannya, kalau kehangatan keluarganya berangsur-angsur menghilang. Hanya tinggal menunggu waktu sampai keluarganya benar-benar hancur. Mingyu sudah menyiapkan diri akan hal itu.
Awalnya memang berat untuk Mingyu yang merasa diabaikan oleh orang tuanya dan selalu melihat mereka bertengkar. Tapi sekarang Mingyu sudah tak peduli karna dia sudah terbiasa mendapatkan ini semua. Dia bahkan tak pernah bertegur sapa dengan orang tuanya kalau bukan mereka yang memulai.
Itu semua berakibat kepada dirinya yang menjadi namja tertutup. Sejak tinggal di Seoul dia tak punya teman satu orang pun. Dia lebih menilih menyendiri dikamarnya atau diatas bukit yang tidak sengaja dia temukan.
Sampai suatu hari, dia menemukan orang lain yang mengunjungi bukit teresebut. Selama ini belum pernah ada yang berkunjung selain dirinya.
Dengan rasa penasarannya Mingyu bertanya pada namja itu. Dan akhirnya dia tahu kalau namanya adalah Jeon Wonwoo dan satu tahun diatasnya. Wajahnya pucat dan tatapannya sangat dingin. Tapi sifatnya bertolak belakang dengan wajahnya. Sifatnya hangat dan senyumnya sangat manis
Berkat tingkat cerewet yang sedikit lebih baik dari Mingyu. Mereka bisa berteman dengan baik. Mereka selalu menghabiskan wakru disore hari sampai malam hari tiba. Singkat memang, namun itu semua sangat berarti untuk mereka. Dan Wonwoo adalah teman pertama Mingyu di Seoul.
7 bulan bersama membuat Mingyu menyadari kalau dia terjatuh dalam pesona seorang Jeon Wonwoo. Senyum manis yang selalu merekah dibibirnya. Suara tawa merdunya saat Mingyu membuat lelucon. Wajah bersemunya saat Mingyu menggodanya. Semuanya benar-benar hal yang indah untuk Mingyu. Hanya dengannya lah dirinya bisa menjadi sosok Kim Mingyu yang sebenarnya.
Namun semua itu tak membuat Mingyu berani untuk mengatakan perasaannya pada Wonwoo. Dia hanya takut kehilangan Wonwoo kalau ternyata Wonwoo tidak mencintainya seperti dirinya yang mencintai Wonwoo. Mungkin untuk saat ini sudah cukup dengan status sebatas sahabat.
Lagipula terlalu banyak rahasia yang tidak diketahui Mingyu dari Wonwoo. Dimana Wonwoo tinggal, tempat sekolahnya, bahkan sosok kakak yang selalu menjemputnya. Semua masih menjadi rahasia untuk Mingyu. Wonwoo tak pernah mau menjawab saat dia bertanya.
Sincere Love
"Mingyu sudah selesai belum?" tanya Wonwoo yang masih memejamkan matanya.
"Tunggu sebenat hyung, sedikit lagi selesai," jawab Mingyu yang masih sibuk membuat sesuatu.
"Sebenarnya apa yang kau buat sih, kenapa lama sekali?" kesal Wonwoo.
"Sabarlah sebentar lagi hyung,"
"Ishhhh menyebalkan,"
Terhitung sudah 30 menit Wonwoo memejamkan matanya. Mereka sedang duduk berhadapan diatas rumput. Mingyu menyuruhnya memejamkan mata karna dia mau membuat sesuatu untuk Wonwoo. Dan Wonwoo menuruti perkataan Mingyu dengan sedikit kesal.
"Nah, sudah jadi Hyung," seru Mingyu.
"Akhirnya, jadi aku boleh membuka mataku kan,"
"Eitsss tunggu hyung, jangan membuka mata dulu," larang Mingyu.
"Aishhh kau tidak sedang mengerjaiku kan Kim Mingyu," ujar Wonwoo menuduh.
"Anioo, hyung. Aku tak mengerjaimu,"
Wonwoo akan kembali protes kalau saja dirinya tidak merasakan sebuah benda yang dipasangkan diatas kepalanya.
"Sekarang kau boleh membuka matamu, Nae Cheonsa," ujar Mingyu.
Wonwoo membuka matanya perlahan, dirinya melirik keatas kepalanya dan menyentuh benda yang terpasang apik diatas kepalanya.
"Flower Crown?" gumam Wonwoo bingung.
"Kubuatkan spesial untukmu hyung," ujar Mingyu.
"Jadi kau menyuruhku menutup mata selama itu hanya untuk sebuah flower crown?" tanya Wonwoo.
"Ne, hyung. Kau terlihat seperti malaikat menggunakan itu," jawab Mingyu tulus.
"Jinja? Malaikat yang tampan kan?"
"Anioo, Malaikat cantik lebih tepatnya," ujar Mingyu.
"Yakkkk aku tampan tahu," kesal Wonwoo lalu mengerucutkan bibirmu.
"Kau yang seperti itu, terlihat lebih manis hyung,"
"Aishhh terserah kau saja,"
"Kkkk~ kaja kita selfie bersama hyung," ajak Mingyu.
Mingyu mengeluarkan ponselnya. Membuka fitur kamera, lalu menarik bahu Wonwoo mendekat untuk mengambil beberapa foto. Mingyu tak pernah pelit untuk mengeluarkan senyum tampannya saat bersama Wonwoo. Dia bisa dengan bebas melakukan ekspresi apapun didepan Jeon Wonwoo.
"Hyung bagaimana kalau besok kita pergi ketaman bermain?" ajak Mingyu.
"Lotte World? Aku mau Gyu~" jawab Wonwoo semangat.
"Aigoo kau bersemangat sekali kuajak jalan-jalan eoh?" goda Mingyu.
"Aishhh bukan begitu Gyu~. Aku bersemangat karna sudah lama aku tidak bermain kesana," Jelas Wonwoo.
"Aku mengerti hyung, baiklah kalau begitu aku akan menjemputmu besok," ujar Mingyu.
"Tak perlu, Gyu. Kita bertemu didepan tangga ini saja," tolak Wonwoo.
"Jadi aku belum boleh tahu dimana tempat tinggalmu?" tanya Mingyu.
"Mianhae Gyu~ tapi ini belum saatnya," ujar Wonwoo singkat.
.
.
.
Hari yang ditunggu pun tiba. Wonwoo sudah berdiri didepan tangga menunggu Mingyu datang. Tangannya dia masukkan kekantung cardigan yang dia pakai. Hari ini lumayan cerah, cocok untuk pergi berjalan-jalan ketaman bermain.
"Hyung~" panggil Mingyu dari kejauhan.
Wonwoo mengangkat kepalanya yang sedari tadi dengan setia menunduk. Menengok keasal suara yang baru saja didengarnya.
"Hahh hahh, maaf membuatmu menunggu hyung. Tadi aku ketinggalan bus dan harus naik bus berikutnya," Mingyu masih membungkuk memegang lututnya berusaha mengatur kembali nafasnya.
"Gwenchana Gyu~"
Wonwoo kemudian mengambil sebuah botol minuman dari dalam tasnya dan memberikannya pada Mingyu.
"Minumlah dulu,"
"Terimakasih hyung," ujar Mingyu lalu meminum air yang diberikan Wonwoo. "Kajja kita jalan," Mingyu mengembalikkannya pada Wonwoo dan ditaruh kedalam tas oleh sang pemilik. Digenggamnya tangan halus Wonwoo. Dan mereka mulai berjalan kehalte depan yang akan mengantarkan mereka ke Lotte World
Sincere Love
Lotte World saat ini sangat ramai oleh pengunjung dari berbagai kalangan. Mungkin karna ini hari libur jadi banyak yang memilih untuk mengajak keluarga atau pasangannya ketaman bermain. Mingyu belum melepaskan genggaman tangan Wonwoo sedari tadi. Dia takut Wonwoo hilang tersesat di Lotte World.
"Hyung kau ingin naik apa?" tanya Mingyu.
Sedangkan yang ditanya melihat kesekelilingnya dan dia menemukan sebuah permainan yang menarik dimatanya.
"Aku mau naik itu," tunjuk Wonwoo pada sebuah komedi putar.
"Kau yakin mau menaiki itu?" tanya Mingyu memastikan
"Emmm," Wonwoo hanya menjawabnya dengan gumaman dan anggukan kepala.
"Baiklah, kita naik itu hyung,"
Mereka berjalan menuju antrian komedi putar. Berhubung banyak pengunjung yang datang, jadi harus rela mengantri. Dan untungnya tidak memerlukan waktu yang lama. Mingyu dan Wownoo sudah menaiki kuda masing-masing. Kuda mereka bersebalahan. Mingyu dengan kuda warna hitam dan Wonwoo dengan kuda warna putih.
Komedi mulai berputar. Mingyu bisa melihat senyum manis yang merekah dibibir Wonwoo. Dia ikut bahagia melihat Wonwoo bahagia seperti ini. Mereka asik menaiki komedi putar. Wonwoo sendiri tidak bisa untuk berhenti tersenyum bahagia. Sudah lama sekali dia tidak merasakan hal menyenangkan seperti ini.
Selesai menaiki komedi putar, Wonwoo dan Mingyu melanjutkan jalan-jalan mereka. Mencoba satu-persatu Wahana di Lotte World. Keluar-masuk toko souvenir yang tersedia disana. Juga membeli berbagai macam cemilan.
Tujuan akhir mereka adalah menaiki Kincir Angin. Wonwoo sangat bersemangat menaiki wahana itu. Mereka berjalan dengan tangan yang masih saling menggenggam dan jangan lupa sebuah bando berbentuk telinga kucing menghiasi kepala mereka. Mingyu tiba-tiba mengehentikan langkahnya. Membuat Wonwoo yang berjalan disampingnya menjadi bingung.
"Kenapa berhenti Gyu?" tanya Wonwoo.
"Sepertinya aku harus kekamar kecil. Kau tak apakan kalau menunggu dulu disini?" tanys Mingyu.
"Tentu saja tak apa Mingyu. Sana kau segeralah kekamar kecil. Aku tak ingin melihatmu mengompol," canda Wonwoo.
"Aishhh bercandamu tak lucu hyung. Kalau begitu tunggulah disini dan jangan kemana-mana," setelahnya Mingyu berlari menuju kamar kecil.
Wonwoo hanya tersenyum kecil melihat kelakuan Wonwoo. Dirinya kemudian berbalik, berjalan kearah bangku yang tersedia. Langkahnya terpaksa terhenti saat merasakan nyeri dikepalanya. Pandangannya sedikit mengabur. Wonwoo menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba untuk fokus kembali. Dan berhasil, nyerinya sedikit hilang tapi sebagai gantinya darah segarlah yang keluar dari hidungnya.
Wonwoo lupa kalau seharian ini dia belum meminum obatnya. Lagipula dia tak mungkin meminum obatnya didepan Mingyu kan. Wonwoo mengadahkan kepalanya. Mencoba cara sederhana untuk menghentikan mimisannya.
Tapi darahnya tak bisa berhenti mengalir. Nyeri dikepalanya kembali lagi dan kali ini lebih menyakitkan dari yang tadi. Kedua kakinya sudah tak bisa menopang tubuhnya. Seseorang menangkap tubuhnya sebelum benar-benar jatuh ketanah. Samar-samar dia bisa melihat orang yang menolongnya.
"Jisoo hyung," gumam Wonwoo sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.
"Kau terlalu memaksakan diri Wonnie~" ujar Jisoo sedih.
Dia lalu menggendong Wonwoo dan berjalan mengabaikan orang-orang yang memandang kearahnya.
Mingyu kembali dari kamar kecil. Sedikit harus menganrtri disana dan menyebabkkan dirinya meninggalkan Wonwoo terlalu lama. Namun langkahnya harus terhenti saat dia tak menemukan Wonwoo ditempat dia meninggalkan Wonwoo tadi.
Dia menengokkan kepalanya kekanan dan kekiri, tapi tetap tak bisa menemukan Wonwoo dimanapun. Baru saja dirinya akan melangkah mencari Wonwoo tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan didapatnya dari Wonwoo.
From: Wonwoonie~
Maaf Mingyu aku harus pulang lebih dulu, karna ada urusan mendadak. Aku senang dengan acara jalan-jalan kita hari ini. Sampai ketemu besok, kau juga segera pulanglah.
"Hahh, padahal aku ingin menyatakan perasaanku hari ini," gumam Mingyu lalu berjalan meninggalkan Lotte World dengan lesu.
.
.
.
Wonwoo membuka matanya perlahan. Mengerjapkannya sebentar dan dia sudah tahu dimana dia sekarang. Selang infus kembali terpasang ditangannya. Dia memejamkan mata sekilas lalu mengalihkan pandangannya kearah jendela. Hujan sedang turun dengan derasnya.
"Berapa lama aku tak sadarkan diri?" tanya Wonwoo.
"Seminggu lebih 2 hari," jawab namja yang sedari tadi duduk sambil membaca sebuah buku diatas sofa.
"Lebih sebentar dari terakhir aku tak sadarkan diri," gumam Wonwoo.
"Tapi tetap saja itu bukanlah kabar baik, Woonie~"
"Ya~ aku tahu Jisoo hyung,"
Wonwoo tiba-tiba teringat hari terakhir dia sadar. Seingatnya dia sedang berada di Lotte World bersama Mingyu. Dan dia pingsan tanpa saat tidak bersama Mingyu. Apakah mungkin Mingyu khawatir padanya yang menghilang tiba-tiba?
"Jika yang kau khawatirkan adalah namja itu, aku sudah mengirimnya pesan kalau kau pergi berlibur kerumah nenekmu," ujar Jisoo seakan-akan bisa membaca pikiran Wonwoo.
"Oh, syukurlah. Terimakasih hyung,"
"Kau tunggu disini, aku akan panggilkan dokter dulu,"
Jisoo sudah berdiri dan akan beejalan keluar, namun suara Wonwoo menghentikan langkahnya.
"Tak perlu hyung, aku baik-baik saja. Yang kubutuhkan hanya tidur," ujar Wonwoo.
"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Jisoo.
"Ne,hyung. Kau tak perlu khawatir,"
"Baiklah, kalau begitu hyung tinggal dulu tak apa? Hyung harus kembali kekantor karna ada meeting," Jelas Jisoo.
"Ne hyung, terimaksih sudah menjagaku,"
"Sama-sama saengi,"
Dan Jisoo keluar dari ruang rawat Wonwoo meninggalkannya yang mulai terbuai oleh mimpi.
.
.
.
TBC
Maafkan saya kalau angstnya jelek dan ga ada feel. Hanya saja aku mau mencoba hal baru selain membuat ff yg manis-manis. Makin lama review di ffku berkurang. Mungkin itu karna ffku yang tak layak baca dan sudah membosankan. Salah satu yang membuat moodku bagus untuk menulis adalah respon dari kalian para reader.
Don't forget to review.
