Sena's POV
Aku mengayunkan senjataku tinggi-tinggi. Bersiap untuk memukul musuh yang berada di depanku. Sejenak aku mengkerutkan alis, haruskah? Haruskah aku membunuhnya? Degup jantungku begitu kencang, sampai-sampai telingaku ini bisa mendengarnya. Aku menelan ludah, memantapkan hatiku. Ini pertama kalinya aku akan membunuh.
~~~ooo000ooo~~~
Eyeshield 21 © Riichiro Inagaki & Yusuke Murata
Haruskah? © NakamaLuna
Rated: K+
~~~ooo000ooo~~~
Pikiranku tidak tenang. Aku takut... sangat takut dengan lawan yang berada di hadapanku. Namun ini kesempatanku, aku membencinya. Syuut! Aku mengayunkan tongkatku ke arahnya. Namun dia terbang begitu saja. Tidak. Dia memang sangat lihai, karena itu aku benci. Aku memposisikan diriku lagi, bersiap untuk memukulnya.
Syuut! Namun... lagi-lagi dia terbang begitu saja, dengan sayapnya yang terkembang lebar. Seolah menantangku... 'Silahkan bunuh aku jika bisa' Tidak. Aku tidak akan bisa! Aku tidak bisa membunuh! Aku benci... aku memang membencinya.. tapi.. haruskah aku.. membunuh?
Aku menutup mataku.. mempersiapkan keteguhan hatiku. Sang lawan tetap disana, diam tidak bergeming, menunggu hingga aku mengeluarkan reaksi. Tidak.. aku tidak bisa... jika dia terbunuh.. maka aku akan lebih benci lagi. Aku menengok kepada Hiruma-san dan Mamori nee-chan yang berada di belakangku.
Kulihat Hiruma-san melipat tangannya di dada, wajahnya diliputi kejengkelan, menunggu dengan sabar hingga aku membunuh musuhku ini. Kemudian aku melihat Mamori nee-chan, wajahnya diliputi dengan kecemasan, sama seperti aku, namun sedikit senyumnya bisa membuatku tenang, dia kemudian mengangguk pelan.
Oh, haruskah? Haruskah Mamori nee-chan? Kau menyetujui diriku untuk membunuh? Kenapa tidak kau saja? Ini sangat berat bagiku. Namun, ini sudah menjadi kewajibanku, karena aku yang menemukannya pertama kali. Aku mengangkat senjataku lagi. Walau wajahku sudah diliputi keraguan dan kekesalan, aku tidak bisa menolaknya.
Aku memejamkan mata dengan takut ketika mengayunkan senjataku kepada lawanku. PRAAK! Oh sial, masih belum kena juga ternyata, dia masih seperti tadi, menghindar dengan pintarnya.
Emosiku memuncak, namun aku tidak sanggup. Kini, ketika dia tepat berada di depanku aku malah mundur ketakutan. Gemetar rasanya seluruh tubuh ini. Wajahku memucat. Ah! Aku tidak sanggup!
Tiba-tiba Hiruma-san mengambil senjataku. Dia langsung memukul lawanku tepat di depan mataku. Aku terhenyak. Cairan putih kental keluar begitu saja dari dalam kepala lawanku. Dan dengan sangat tidak terhormat, Hiruma-san menginjak lawanku begitu saja.
Aku menoleh ke arah Mamori nee-chan. Dia memejamkan matanya, "Aku.. tidak dapat melihatnya. Aku jijik." Gumamnya.
Ya, sama denganku. Aku jijik karena melihat cairan putih itu keluar begitu saja. Mual dan pusing memenuhi benakku sekarang. Apalagi dia tewas dengan keadaan yang mengenaskan. "Kuso Chibi," Hiruma-san terlihat menggeram sambil mengayun-ayunkan tongkat yang dipakainya untuk membunuh lawanku. "Masa untuk begini saja kau.."
Aku jijik! Aku tidak mau! Mudah bagimu berkata begitu Hiruma-san! Kau 'kan Iblis yang sama sekali tidak tahu perasaan orang! "Kau benar-benar keterlaluan..." Hiruma-san mendekatiku kemudian menaruh tongkat itu di sampingku. "Masa untuk membunuh seekor KECOAK saja harus menunggu begitu lama?!"
Ya, karena aku jijik dan takut, dengan kecoak.
~~~ooo000ooo~~~
FIN (?)
~~~ooo000ooo~~~
Ok! Review ne? X3
