Nobody could drag me down!
Nobody,nobody!
Nobody could drag me...down!
Lagu One Direction itu selalu menghiasi pagiku. Lagu itu sudah menjadi alarmku setahun belakangan ini, karena, lagu itu selalu mengingatkanku kalau tak ada yang bisa memandang rendah diriku.
Sekilas tentang diriku,
Namaku Ying. Aku tinggal di rumah kecil di tengah kota Beijing. Aku berjalan di tengah bunyi klakson dan tidur menghirup CO2. Kalian bisa mengenaliku dengan kacamata bulat besar bewarna biru bertengger di hidungku.
Honk honk! bunyi motor kecilku, yang tidak mengantuk saat kuajak berkendara pukul 6 pagi. Knalpotnya yang ber-tut-tut membuatku tersenyum tiap pagi. Bahkan terkadang, aku meniru bunyi mesinnya, brm brmmm!
Jarak rumah ke kantorku kira-kira 3 km. Kalau naik motor, 15 menit sudah dijamin sampai. Macet? 20 menit, karena aku pintar menyalip hahah.
Kalian pasti bertanya, buat apa pagi-pagi? Jawabannya hanya satu, supaya tak ada orang yang menyentuh komputerku.
Aku duduk di depan komputer. Aku membaca berlembar-lembar kertas laporan. Terkadang aku menghabiskan setengah lusin kertas untuk mengoret-ngoret. Tebak, apa pekerjaanku?
Yap, aku adalah seorang redaktur, atau lebih dikenal editor. Sudah 2 tahun aku menggeluti pekerjaan ini. Mataku sudah terbiasa menatap komputer. Tanganku sudah dengan lincahnya melayang-layang di keyboard. Tak heran jika mataku sudah minus 3 sekarang.
Tempatku bekerja merupakan tempat khusus berita dan informasi, mulai dari channel berita di TV sampai majalah anak-anak, juga merupakan tempat yang memberi gaji tinggi.
Sebagai redaktur tim redaksi majalah anak-anak, aku selalu mengedit dan menulis bacaan anak-anak, mulai dari bayi sampai anak usia 11 tahun.
Mengedit hasil laporan reporter, cerpen, puisi, sampai tips memakaikan popok pada bayi sudah menjadi makananku sehari-hari. Editanku melayang di beratus-ratus cetakan majalah. Pilah-memilah kata sudah menjadi langganan penaku.
Pekerjaanku tak hanya sampai disitu. Aku bahkan menjadi mekanik jadi-jadian. Kamera yang agak macet-macet, hah, serahkan padaku.
Huhhh, hidup yang melelahkan.
Namun, aku selalu sigap dalam semua tugas. Dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun.
Aku andalan ketua redaksi. Hasil kerjaku diapresiasi dengan sangat baik. Hidupku menjadi selalu membanggakan. Selain itu, ada juga sahabatku, Yaya, bekerjasama denganku mengedit para reporter.
Sebagai seorang redaktur, aku mengarahkan para reporter langsung di lapangan. Karena aku juga suka memotret, aku sering ikut memotret suasana di lapangan.
Peluh yang kucucurkan, botol sunblock yang kuhabiskan, dan mata yang minus itu tak sia-sia. Gajiku kira-kira $400 setiap bulannya (karena ditambahin ketua redaksi). Yah, cukup untuk aku dan ibuku.
Aku biasa pulang kerumah pukul 18.00 waktu setempat. Terkadang, aku merasa sedih ketika pulang. Ibuku terkadang lupa siapa aku, yang terkadang tidak menyenangkan. Ibuku demensia.
Kalian mungkin bertanya kenapa aku tetap bahagia. Eh-eh, karena aku adalah the Happy Girl. Aku pun selalu bahagia karena ibuku. Dia bahagia, aku juga bahagia.
