durarara tetap milik Ryohgo Narita. Semua cerita demi kesenangan tidak kurang, tidak lebih, saya sebagai penulis tidak mengambil keuntungan apa-apa.

•••

Lembaran kembali ia balik,manik milik gadis itu kembali bergerak cepat menjelajah kata demi kata. Hitungan detik setelahnya lembaran baru ia baca, terus begitu hingga buku tertutup. Lenguhan kecil keluar dari bibir mungilnya. Buku kesepuluh yang ia baca hari ini sama sekali tidak membuahkan hasil apa-apa.

Semenjak kepulangan gadis itu ia tidak berhenti, baca, baca dan terus baca, buku kesehatan yang ia konsumsi. Seolah tidak kenyang ia kembali mengambil buku medis terbaru dari ayahnya, kembali membuka lembaran baru.

Hewajima Shizuo namanya,orang yang membuat Vorona melakukan ini. Hanya memikirkannya membuat pipi Vorona menghangat, dadanya berdegup lebih cepat. Ia tidak tahu perasaan ini, perasaannya tidak enak namun juga menyenangkan. Maka dari itu Vorona mencari tahu.

Ia pernah mencoba jalan pintas. Sekali dan hanya sekali, ia tidak akan pernah melakukannya lagi dan tidak akan pernah.

( bayangkan Vorona sedang berkonsultasi ke dokter ahli jantung; alih-alih mendapat kabar dari penyakit atau sebuah resep obat, ia malah di suguhi tawa dokter dan suster yang memeriksa).

Vorona tidak trauma hanya sebal.

Sekaleng kopi yang sedari tadi menemani di sampingnya ia raih. Sudah mendingin sejak tadi ia mengambil. Namun rasanya tetap enak, terlebih membayangkan pemuda itu, Heiwajima Shizuo. Apalagi jika membayangkan pemuda itu terkapar di tanah, dengan darah membasahi tubuh.

Tidak Vorona bukan sikopat (anggap saja masokis untuk sementara).

Satu buku kembali selesai ia baca, namun jawaban belum di temukan. Lantas ia harus mencari kemana lagi selain buku?

Semakin lama ia mencari semakin lama ia terhanyut. Ini semua lebih susah dari pada harus menemukan satu kesalahan dalam bahasa pemograman, setidaknya itulah yang Vorona rasakan.

Gadis itu terdiam, istirahat sejenak. Meyandarkan tubuhnya pada rak-rak buku. Sekaleng kopi di tangan mengingatkannya akan senpai yang jauh di jepang. Debaran itu kembali ia rasakan, semakin lama semakin cepat. Semakin juga membuat Vorona frustasi di balik wajah es nya.

Lalu ia kembali bangkit untuk mengambil buku medis lainnya. Namun sebuah buku meluncur bebas dari atas, terjatuh dengan sampul di depan.

Vorona meraih buku itu,membaca judul dengan saksama.

'Sebuah kunci hati'

Novel romansa. Tidak menarik minat. Vorona yakin tidak akan menemukan jawaban di sana, maka ia kembali meletakkan buku ke atas rak. Meraih buku medis yang lain lalu mulai membaca. Di temani sekaleng kopi di sebelahnya.