Broken Arrow
2017 (c) tryss

.

Park Woojin X Ahn Hyungseob
JINSEOB

.

Greek Myth!AU \ T \ contain lots of typo(s)

.

Summary : Park Woojin—demigod keturunan Dewa Ares—tidak sengaja bertemu seorang Cupid yang tengah menikmati waktu luangnya di Cafe langganan Woojin. Dengan keisengan tingkat tinggi, Woojin meminta Cupit untuk memanah seorang bernama Lee Daehwi. Masalahnya saat ditembakkan, panah itu melenceng tanpa alasan.


WARN!

SEGALA HAL YANG ANDA TEMUI DI FF INI ADALAH KHAYALAN BELAKA. DAN FF INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA TENTANG PAIR KESAYANGAN.


Setelah pulang sekolah, biasanya Woojin akan mampir ke Cafe dekat perempatan rumahnya untuk membeli minuman. Setiap hari Woojin memilih minuman yang berbeda, maka dari itu, hampir seluruh minuman dalam menu sudah pernah Woojin coba. Yah, kecuali minuman dengan tambahan teh hijau. Dia bukan tidak suka dengan rasanya, tapi melihat warna hijau di minuman dapat menghilangkan selera Woojin untuk minum.

Omong omong, Woojin ini bukan manusia seutuhnya. Ibunya adalah seorang manusia, namun ayahnya adalah Dewa Ares, dewa Perang. Jadi wajar kalau Woojin banyak melakukan perkelahian dan selalu menang. Hal itu sudah ada dalam darah dan dagingnya. Sebagai seorang demigod, Woojin juga diberi kemampuan untuk melihat makhluk-makhluk mitologi yang hidup dibalik tabir mereka. Kebanyakan yang Woojin temui adalah makhluk dari olympus yang sedang berwisata dan sebagian adalah yang sudah menetap di Bumi. Beberapa kali memang ada makhluk yang berusaha menyerangnya, namun siapa yang bisa mengalahkan Woojin dalam sebuah perkelahian kalau ayahnya saja Dewa Ares.

Setelah memesan satu vanilla latte, Woojin mencari tempat duduk yang masih kosong. Dia bukan tipe yang harus duduk di tempat tertentu, lagian diakan hanya menunggu pesanan kemudian membawanya pulang. Tapi matanya menangkap penandangan aneh saat sedang memindai bangku kosong.

Di pojokan cafe, ada seorang pemuda imut tengah menikmati cheese cake sendirian, mejanya dipenuhi buku yang terbuka dengan satu laptop menyala.

Nyatanya, bukan itu yang dilihat oleh mata sipit Park Woojin.

Pemuda manis itu memang memiliki wajah sama dengan yang dilihat antara manusia dengan Woojin, tapi baju serta barang-barang yang dibawa si pemuda itu adalah benda magis. Baju yang dikenakan adalah dress putih polos dan ikat pinggang kulit, sepatu sandal dengan tali yang melingkari seperempat panjang kakinya. Barang-barang yang ada di meja juga hanya sebuah busur dan panah yang berserakan. Oh, jangan lupa sepasang sayap putih yang tengah terlipat itu. Sudah jelas kalau makhluk yang Woojin temui adalah seorang Cupid.

Omong-omong, si Cupid memang memesan cheese cake sambil membersihkan panah emasnya.

Tanpa ragu, Woojin mendatangi si Cupid dan duduk di seberang meja si Cupid tanpa permisi. Si Cupid yang merasa ada seorang yang mendatanginya, mengalihkan pandangan dari panahnya,"Oh, seorang demigod. Apa yang membawamu menemuiku?" Tanyanya tanpa basa-basi.

Woojin terkekeh,"Woah, tidak sabaran rupanya. Namaku Park Woojin, keturunan Dewa Ares."

Si Cupid menghela nafas,"Manusia mengenalku dengan nama Lee Euiwoong."

"Permisi, Tuan-Tuan." Seorang pelayan datang saat Woojin siap mengajukan permintaan pada si Cupid,"Woojin-ah, ini pesananmu."

"Terimakasih, Sohye-ya." Kemudian memamerkan gingsulnya dengan bangga.

"Kalau homo, tetap saja homo."

Woojin menoleh dengan wajah kesal. Euiwoong memang mengatakan fakta, tapi bukan begitu caranya menghakimi homo terpelajar(?) seperti Woojin.

"Hati-hati kalau bicara. Kudoakan suka dengan manusia, baru tahu rasa."

"Aku memang pacaran dengan manusia."

Woojin melotot kaget,"Itu dilarang, kan?" Tanyanya.

"Memang hubungan dewa dan manusia tidak dilarang?" Euiwoong mulai memasukkan panahnya ke dalam wadah kulitnya.

Kemudian Woojin diam. Kalau dipikir, memang seluruh demigod di dunia ini bisa saja dianggap sebagai anak haram. Ya, bukan anak haram juga sebenarnya. Aduh, bagaimana, ya? Woojin bingung juga akhirnya.

"Tidak meminta panahku untuk seseorang?"

Tawaran Euiwoong menyadarkan Woojin untuk kembali ke tujuan awalnya menemui Euiwoong. Woojin yang ditanya begitu langsung memikirkan seseorang yang disukainya selama satu semester ini. Namanya Lee Daehwi, anak kelas sebelah. Kelakuannya memang tenang dan lemah lembut, cocok untuk Woojin yang kelakuannya tidak ada diamnya. Pasti Daehwi bisa mengobatinya setelah kegiatan favoritnya, tonjok-tonjokan. Yang jelas, Woojin butuh seseorang yang bisa menetralkan adrenalin dalam tubuhnya.

"Daehwi. Lee Daehwi. Kelasnya ada di sebelah kelasku."

"Manusia biasa?" Tanya Euiwoong memastikan.

"Ya."

Euiwoong mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Berhubung di meja tersisa satu panah, Euiwoong memberikan panah itu pada Woojin.

"Genggam batang emasnya kemudian bilang, panah ini dari Park Woojin, keturunan Dewa Ares."

Woojin mengucapkan kalimat seperti yang dikatakan Euiwoong kemudian panah itu berpendar sebentar sebelum kembali ke keadaan normal. Saat membuka genggamannya, Woojin dapat melihat namanya terukir disana dengan rapi.

"Nice." Pekik Euiwoong senang sambil menerima panahnya lagi. Otaknya sibuk mencari dimanakah Lee Daehwi berada dan akhirnya menemukan Daehwi berada tidak jauh dari cafe.

"Ikut aku, Lee Daehwi ada di sekitar sini."


Dikarenakan Park Woojin yang tidak bisa terbang, akhirnya Euiwoong mengalah dan menutup sayapnya rapat-rapat. Tidak sopan membiarkan pelangganmu sendirian.

"Em, bagaimana dengan upahnya?" Tanya Woojin setelah menelan seteguk vanilla latte yang dari tadi belum habis.

"Tergantung hasilnya. Kalau kau tidak puas, aku tidak akan meminta bayaran. Omong-omong, kekuatan cinta panah ini, juga tergantung dengan kekuatan cintamu pada Daehwi. Kalau kau memberikan tempat istimewa untuk Daehwi, maka Daehwi juga akan begitu. Semacam kau memberi dan orang lain mengembalikan. Mengerti?"

Woojin menganggukkan kepalanya penuh semangat. Hello everybody, Woojin itu memang tengah tergila-gila dengan Daehwi, jadi dia percaya kalau perasaannya itu sangatlah kuat. Bahkan setiap malam, yang ada diotak Woojin adalah senyum indah seorang Lee Daehwi.

Saat sampai di sebuah pertigaan, Woojin melihat Daehwi di seberang jalan baru saja keluar dari sebuah toko buku bersama seseorang dan segera menepuk pundak Euiwoong tidak sabar. Padahal Euiwoong sendiri juga sudah siap membidik Daehwi. Dengan penuh konsentrasi, Euiwoong melepaskan panahnya lurus kepada Daehwi. Panah itu sudah lurus menuju Daehwi. Saking lurusnya Woojin dan Euiwoong sampai menahan nafas.

JLEB

"AKH!"

Baik Woojin maupun Euiwoong kehabisan nafas mereka, tapi bukan itu masalahnya. Masalah yang sebenarnya adalah panah itu menancap di dada pemuda yang Woojin yakini sebagai teman Daehwi.

"Tidak mungkin!" Euiwoong memekik frustasi,"Bagaimana bisa panahnya belok!?"

Woojin menatap Euiwoong dengan tatapan marah,"APA INI, LEE EUIWOONG!?"

"Tenang dulu. Panah para Cupid tidak bisa meleset, pasti ada masalah."

"Aku tidak ingin dia suka padaku, Euiwoong. Daehwi bisa salah paham kalau seperti ini."

"Menurutmu aku juga tidak bingung. Sekalipun panahku memang menyakitkan, tidak ada yang akan memekik kesakitan seperti dia."

Euiwoong dan Woojin dapat melihat, di seberang sana Daehwi tengah membantu temannya yang sesak nafas sambil meringkuk di trotoar jalan. Beberapa orang bahkan sudah membantu untuk membawa teman Daehwi.

"Pasti ada masalah." Euiwoong melebarkan sayap yang sejak tadi ditekuk.

Woojin yang melihat itu kemudian mencekal pergelangan tangan Euiwoong,"Kau mau lari?"

"Tidak, aku berjanji untuk membuat Daehwi suka padamu. Tapi sebelum itu, aku harus mencari tahu apa yang terjadi. Aku janji akan mencarimu lagi kalau masalah ini sudah terpecahkan." Ujar Euiwoong. Sebagai Cupid yang bermartabat, kepuasan pelanggan adalah hal utama. Namun, masalah ini adalah masalah pertama sejak Euiwoong dilahirkan sebagai Cupid. Dan janji seorang Cupid tidak akan teringkari.

Woojin mengalihkan tatapannya dari Euiwoong yang terbang menjauh kepada pemuda itu. Mata mereka sempat saling menatap sebelum Woojin berbalik untuk pergi.


Woojin tidak henti hentinya menyesal sudah meminta panah pada Euiwoong. Sudah seminggu sejak kejadian 'panah cinta nyasar' itu, dan sampai saat ini pula Euiwoong belum menunjukkan sosoknya. Sampai kapan lagi Woojin harus menunggu?

Woojin kini tahu siapa pemuda yang terkena panah itu. Teman sejati Lee Daehwi, manusia biasa bernama Ahn Hyungseob. Hyungseob memang tidak jelek, cantik sekali malah. Tapi Woojin tidak bisa mengatakan bahwa akan mudah jatuh cinta pada Hyungseob. Cintanya pada Daehwi sudah paten, dia ingin terus berjuang atas nama Lee Daehwi. Yah, walau Woojin juga kadang merasa beruntung Hyungseob memberikan banyak perhatian padanya. Contohnya, tanpa pesan peringatan dari Hyungseob untuk membawa buku tulis fisika, mungkin hari ini Woojin akan membersihkan kamar mandi sampai pulang sekolah. Bahkan Hyungseob membuatkan bekal makan siang untuk Woojin. Tapi sekali lagi, masalahnya bukan ini.

Woojin selalu berharap kalau Daehwilah yang memberinya banyak perhatian. Maka dari itu, dengan egoisnya, Woojin selalu meminta Hyungseob untuk mengajak Daehwi jika mereka akan pergi bersama. Daehwi sih selalu bilang iya karena Hyungseob itu seperti kakaknya sendiri walaupun kelakuan Hyungseob seperti anak kecil. Selain tidak tega untuk menolak ajakan Hyungseob, Daehwi juga mencemaskan keadaan Hyungseob.

Daehwi memang kenal Woojin sejak mereka satu sekolah. Tapi baru-baru ini Hyungseob tiba-tiba bilang padanya kalau dia suka Park Woojin. Padahal seingat Daehwi, Hyungseob belum tahu yang mana namanya Park Woojin. Mereka selalu bersama, maka dari itu Daehwi nyaris tahu seluruh kenalan Hyungseob. Lagian, menurut Daehwi, Hyungseob itu tidak tahu caranya suka pada seseorang. Hyungseob bahkan tidak pernah peka kalau Lai Guanlin suka padanya. Jelas sekali kalau Guanlin itu suka pada Hyungseob, satu sekolah kalau ditanya juga akan setuju. Hyungseob saja yang memang tidak pernah melibatkan perasaan dalam hal apapun.

Sekarang kembali ke Woojin.

Jam di dinding kamar Woojin sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan Woojin belum juga terlelap. Berhubung besok hari Minggu, tidak ada salahnya Woojin begadang. Tidur juga akan membuat Woojin terbayang-bayang rasa menyesalnya, jadi memang lebih baik tidak tidur sekalian. Aneh memang.

TING!

Ponsel Woojin berbunyi. Ada satu pesan disana.

Unknown : Besok, jam 10 pagi, di cafe kemarin. Lee Euiwoong.

Woojin : Oke.

Zaman memang sudah berubah. Bahkan seorang Cupid bisa menggunakan ponsel sekarang.


Paginya sesuai janji, Woojin datang ke Cafe. Euiwoong yang dari tadi sudah datang melambaikan tangannya saat Woojin memasuki Cafe. Sebelum mendatangi Euiwoong, Woojin juga memesan milkshake coklat dengan topping oreo.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Woojin saat sudah duduk di hadapan Euiwoong. Ditangannya sudah ada milkshake pesanannya tadi.

"Aku baru menemukan beberapa penjelasan karena kasus ini memang jarang. Seniorku bahkan kaget ada panah yang bisa meleset."

"Apa ini masalah serius?" Wajah Woojin terlihat khawatir.

"Yah, cukup serius bagiku. Menurut informasi yang aku dapatkan, panah ini akan meleset akibat dua alasan. Yang pertama, target panah punya perlindungan spesial. Yang kedua, orang yang terkena panah adalah takdirmu. Untuk alasan yang kedua, tidak mungkin terjadi padamu. Setidaknya, Hyungseob dan kau harus berumur duapuluh lima tahun agar alasan kedua bisa terjadi sedangkan sekarang kalian masih SMA."

"Jadi Lee Daehwi punya pelindung, begitu?"

"Eung..." Euiwoong mengerutkan dahinya,"Daehwi manusia bisa, jelas dia tidak punya kekuatan apapun."

"Adakah informasi lain?" Tanya Woojin lagi.

Bahu Euiwoong melorot,"Belum ada." Jawab Euiwoong lemah.

Euiwoong kehilangan akal untuk menghadapi kasus kali ini. Sebenarnya ada satu masalah lagi. Berhubung tidak banyak kasus seperti ini, Euiwoong menghabiskan waktunya untuk mencari riset sana-sini. Seniornya pun hampir semuanya geleng kepala saat ditanyai. Itu yang menyebabkan progress keberhasilan kasus ini lambat. Euiwoong ingin menyerah, tapi dia tidak ingin Woojin kecewa. Sudah dia bilang sejak awal kalau kepuasan pelanggan adalah prioritasnya. Masa iya Euiwoong harus ingkar janji? Bukan tipe Euiwoong sekali.

Mereka terdiam lama sekali. Bahkan Woojin yang akhirnya bosan sempat menonton dua episode webdrama lewat ponselnya. Euiwoong sendiri juga tengah membaca beberapa buku (benar-benar buku, bukan panah bertabir buku) dan menelfon beberapa kali. Omong-omong, wujud Euiwoong berubah total kali ini. Woojin bahkan tidak melihat sayap Euiwoong.

Dibeberapa keadaan, Cupid memang bisa berubah menjadi manusia asli. Lagian kalau menggunakan baju kemarin dan bertemu demigod lain, pasti ada saja yang akan meminta jasanya. Kalau sudah begitu, kapan kasus Woojin selesai. Euiwoong juga lebih senang menggunakan baju manusia.

"Panahnya tidak bisa dicabut, ya—"

"DICABUT!" Euiwoong memekik dengan semangat. Untung keadaan cafe masih lengang.

Serius, Woojin tadi hanya bergumam sendiri sambil menscrool-down beranda Instagramnya tapi reaksi Euiwoong benar-benar mengagetkannya.

"Kenapa, sih?" Dari raut Woojin sendiri, sudah jelas kalau Woojin terheran heran melihat tingkah Cupid satu ini.

"Kalau panahnya dicabut, kita bisa membuat Hyungseob tidak suka padamu, jadi kamu tidak perlu bersikap egois dengan meminta Daehwi untuk selalu pergi dengan kalian. Kalau Daehwi menyukaimu, panahnya pasti bisa menancap ke Daehwi dengan sendirinya. Semacam autoshoot begitu. Dan panahnya tidak akan bisa dicabut kalau Daehwi suka padamu dengan cara alami."

Mata Woojin berbinar terang. Setidaknya masih ada kesempatan untuk mendapatkan hati Lee Daehwi. Eh, tapi bukan berarti Hyungseob tidak menarik. Menurut Woojin, Hyungseob itu bisa dapat yang lebih baik dari Woojin, jadi akan ada baiknya kalau panah Hyungseob dicabut saja.

"Bagaimana cara mencabutnya?" Tanya Woojin menggebu-gebu.

Euiwoong tersenyum bahagia,"Kau harus membuat Hyungseob bahagia sampai dia merasa melambung ke langit ketujuh, lalu jatuhkan dia begitu saja. Kemudian ujung panahnya akan keluar dari dada Hyungseob, saat itu kau bisa mencabutnya. Ingat, HARUS SEGERA DICABUT."

"Ah, jadi caranya seperti memberi harapan palsu. Tapi kenapa harus segera dicabut?"

"Ya, semacam itu. Eum... Saat panahnya keluar, Hyungseob dapat melihat panah itu juga. Kau tahu kalau manusia dilarang melihat tentang kehidupan asli kita. Panah itu juga akan masuk lagi setelah semenit berlangsung. Jika kau langsung mencabutnya, Hyungseob akan kehilangan ingatan tentangmu. Tapi kalau panah itu sudah masuk kembali, Hyungseob akan punya kemampuan untuk melihat makhluk sepertiku. Keadaannya yang bukan demigod akan membuatnya mudah diserang makhluk jahat. Kalau kemungkinan kedua terjadi, kau harus menjaganya sampai kemampuan itu hilang sendiri."

"Hilangnya berapa lama?"

"Itu bukanlah hal yang dapat seorang Cupid tahu. Hanya dua orang yang berhubungan yang akan tahu."

Harapan Woojin memudar. Dia tidak ingin kemungkinan kedua terjadi. Tapi kalau seperti ini terus, dia tidak akan punya kesempatan menjadi kekasih Lee Daehwi.

Euiwoong menepuk pundaknya,"Jangan murung. Kita coba saja, aku pasti membantumu."

Woojin bertekad, sekalipun harus menghadapi hari yang berat karena panah cinta yang salah menancap bukan berarti kesempatannya mendapatkan Daehwi akan hilang. Pasti ada cara. Yang terpenting adalah mengeluarkan panah itu dari tubuh Hyungseob dan mencabutnya. Terdengar simple, tapi Woojin juga tidak yakin bisa menyelesaikannya secepat itu. Langkah pertama, dia harus membuat Hyungseob merasa paling dicintai. Hitung-hitung praktek untuk jadi kekasih Daehwi nanti.

.

.

.

TBC