When she was pregnant...
.
Disclaimer © Tite Kubo
Rated :: T
:: Ichigo Residence ::
Pagi hari yang cerah, terlihat seorang pria muda berambut nyentrik tengah duduk dibangku santai di balkon lantai 2 rumahnya.
"Aku pria yang sudah benar-benar sempurna…" kata pria itu sembari tersenyum bahagia.
"Saat terdengar bunyi 'Oek, oek…' lengkaplah sudah hidupku sebagai seorang pria ini. Punya istri cantik, punya anak yang manis lagi!" lanjutnya kemudian.
"Oh, benar juga. Kalo enggak salah aku dapat sesuatu dari Ishida tadi malam di kantor. "Dimana, ya kutaro-nya?" pikir Ichigo memeriksa semua kantongnya.
"Ooh! Ini dia, ini dia…" ucapnya yang mengeluarkan sebuah jimat bertuliskan 'happy' ditengahnya.
"Kugantung disini saja, aah…" katanya yang lalu memanjat balkon tanpa pengaman apapun dan mengaitkan jimat itu pada ujung atap rumahnya. Dia begitu serius namun sambil senyum-senyum bahagia.
"Hai, Ichigo!" sapa Rukia yang muncul dan menyapa tiba-tiba dari belakang dengan suara cukup mengagetkan.
"Huwa! Uwa! Huwaaaaa!"
Dan alhasil *grusak, grusuk, bruagh, duak!* Ichigo terpeleset dari balkon, terguling diatap lantai 1, menghancurkan jemuran Rukia dibawah, tercebur ke kolam ikan tanpa air ditengah taman, hingga membuat kelinci peliharaan Rukia lompat terbirit-birit karena melihat biri-biri (?) jatuh. Rukia langsung berjalan kearah balkon dengan perlahan sembari sweetdrop.
"Ma-maaf, aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu, sayang…" kata Rukia pelan serasa tidak merasa semua salahnya full.
.
Kemudian, Ichigo yang luka-luka dibawa masuk oleh Rukia yang masih sweetdrop. Karena tidak kuat mem-bopong Ichigo, Rukia menyeretnya dengan innocent-face-nya itu. Sementara Ichigo? Wajahnya bersungut-sungut terima nasib aja.
"Ichigo…" panggil Rukia pelan, Ichigo tidak menjawab.
"Hei, jangan pasang wajah seperti itu, dong! Aku, kan udah minta maaf…" lanjut Rukia sambil membalut perban pada tubuh Ichigo yang manyun dan buang muka.
"Lagian, kau sendiri, sih, ngapain berdiri diatas balkon begitu? Kan bahaya…" lanjutnya menasihati.
"Bodo!"
"Idih, marah! Gitu aja marah…" kata Rukia.
"Jelas marah lah! Aku nyaris mati akibat terjatuh dari lantai 2, membentur semen di kolam tanpa air lagi. Lantai 2, Rukia, bayangkan! Lantai 2! Kau pikir itu enggak sakit?" omel Ichigo memarahi Rukia.
"Baru nyaris mati aja udah heboh! Gimana kalo mati beneran?" tanya Rukia.
"Kau nyumpahin aku mati, ha? Pengen jadi janda beranak 1 kau?"
"Santai aja, dong! Gak usah bentak-bentak gitu! Aku juga udah minta maaf!" omel Rukia balik sambil memukul meja.
"Caramu minta maaf tidak menunjukkan bahwa luka-luka-ku ini 100% hasil perbuatanmu!"
"Apa? Jadi kau marah padaku?" tanya Rukia.
"Ya! Apa kau tidak bisa baca situasi dari tadi, ha?" singkat Ichigo.
"Yang hamil sebenernya siapa, sih? Seharusnya aku yang marah-marah karena aku lagi hamil. Kenapa malah kau yang marah-marah?" bentak Rukia.
"Ini enggak ada hubungannya sama siapa yang hamil. Aku marah karena sikapmu!" kesal Ichigo menunjuk-nunjuk Rukia.
"Kau cewek, ya?" tebak Rukia asal bunyi.
"Apa? Aku cowok!"
"Bohong! Kalo kau cowok, seharusnya gak boleh marah-marah sama cewek. Mana sikap kejantananmu, ha?"
"Sikap kejantananku sudah sering kuperlihatkan padamu! Mau liat sekarang, ha? Nanti nafsu lagi!" kesal Ichigo yang bicara tanpa dipikir dahulu.
"Bukan yang itu! Apa kau tidak mengerti bahasaku? Apa kau ini wanita super bodoh dalam pelajaran bahasa apa?" Rukia mengomel dengan nada tidak lebih rendah dari Ichigo.
"Enak aja! Aku cowok! 100% cowok!"
"Tidak mau percaya!" Rukia tetap pada pendirian ngaco-nya.
"Kalo aku cewek, bagaimana caranya kau bisa hamil, ha? Cewek gak bisa menghamili cewek bodoh! Aku cowok!" jelas Ichigo sambil marah-marah.
"Mana kutahu. Bisa saja kau melakukan sesuatu padaku saat itu walau kau seorang wanita…"
"Aku cowok! Kau pikir sudah berapa kali kau melihat 'baby'-ku, hah? Gak keitung, kan!"
"Kenapa malah lari ke 'baby'-mu, sih? Aku emang udah sering melihatnya ampe gak keitung lagi! Aku juga udah sering merasakannya ampe gak keitung lagi!" jawab Rukia yang juga bicara tanpa pikir panjang.
"Kalo gitu, udah cukup bukti kalo aku itu cowok!"
"Aku punya prinsip 'Tidak percaya pada apa yang tidak dilihat!'…" seru Rukia sambil bersila dada dengan kukuh.
"Bukannya kau bilang kau sudah sering melihat'nya' sampe gak keitung? Apa itu kurang?" tanya Ichigo sedikit sweetdrop melihat istrinya ini.
Karena suara pertengkaran mereka sangat keras, orang yang berjalan lewat rumah mereka sampai sweetdrop dan mempercepat langkahnya untuk segera melewati rumah itu.
"Rumah pasangan baru nikah mungkin, ya?" pikir seorang pejalan kaki yang mendengar pertengkaran pagi hari nan cerah itu.
"Sudahlah! Aku mau pergi! Tetap disini pun aku bisa-bisa emosi melulu! Brojol pula anak ini sebelum saatnya!" kata Rukia memutuskan sambil berdiri dan berjalan menuju pintu.
"Biasanya juga emosi melulu! Pergilah kau sana!" Ichigo yang tidak kalah ngotot menyetujui rencana Rukia sambil buang muka. Inilah susahnya jika pria dan wanita yang sama-sama keras kepala bersatu.
Sebelum membuka pintu untuk keluar dari ruang tengah, Rukia menatap Ichigo dengan sinis lewat sudut matanya.
"Baiklah kalo itu maumu…" kata Rukia bernada dingin sambil merogoh kantongnya, mengambil ponsel putihnya lalu memencet sebuah nomor. Ichigo melirik.
"Apa jangan-jangan Rukia akan menelpon rumah sakit karena dia mau melahirkan akibat adu argument ini?" pikir Ichigo sedikit cemas dalam inner-nya.
"Ah, halo, Nii-sama? Ini aku, Rukia."
Ternyata Rukia menelephone Byakuya. Langsunglah mata Ichigo membelalak kaget + jawdrop.
"Begini, Nii-sama, sebenarnya… Ichigo…"
Saat Rukia ingin bicara, "Oooooooooi!" Ichigo langsung berlari dan merampas ponsel Rukia dengan cepat.
"Halo, Byakuya! Yoo, Ichigo baik-baik aja, nih. Hahah! Gimana kabarmu? Baik, kan? Hisana-san bagaimana? Kondisinya udah mulai membaik? Syukurlah. Ahaha, iya, tadi aku minta Rukia untuk menelphone-mu, pengen menanyakan kabar kau dan Hisana-san. Baguslah kalau disana baik-baik saja. Gimana cuaca kondisi di nerak- eeh, kok neraka, maksudku di Osaka? Katanya panas, ya? Hati-Hati, jangan buat Hisana-san terkena cahaya matahari berlebih, nanti hitam. Kondisi kandungan Rukia sehat banget, lho! Tiap saat Rukia selalu ngidam yang aneh-aneh. Hahaha! Wah, pulsaku…coret! Pulsa Rukia udah mau abis, nih! Nanti kutelphone lagi, dah kapan-kapan. Sampai jumpa!"
Ichigo terus bicara tanpa membiarkan Byakuya bicara sepatah kata pun dan langsung menutupnya dengan nafas memburu.
"Hee, kenapa dimatiin? Cara bicaramu juga memburu gitu. Kau takut pada Nii-sama, eh?" kata Rukia smirk dan bernada licik sambil bersila dada diatas perut besarnya.
"Kau… curang!" cetus Ichigo berurai keringat. Rukia langsung mengambil ponselnya, berbalik dan meninggalkan Ichigo.
"Coba saja kau macam-macam lagi. Aku gak bakal segan-segan ngasih tau ini sama Nii-sama…" singkat Rukia tersenyum licik pada Ichigo yang udah keringat dingin
"Terus aja ngadu ama kakak-mu itu, cebol bantet!" hina Ichigo.
Deg!
Rukia langsung berhenti begitu Ichigo mengatainya 'cebol bantet'. Dia lalu berjalan perlahan menuju dapur dan…
"Tsugi no mai, Hakuren!"
"Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" Ichigo langsung menempel pada dinding dengan posisi… sulit dijelaskan! #plak!
"A…A…A…Aa…" Ichigo pun tidak dapat berkutik begitu dirinya dikelilingi puluhan pisau yang menancap pada tembok, hasil lemparan Rukia.
"Ru-Ruki… a" Panggil Ichigo pelan dengan muka pucat.
"Ho-Honey? Sweety?" Ichigo mencoba memanggil Rukia dengan merayu setelah tidak bisa berkutik karena teknik mematikan Rukia.
(A/N: Jika di anime/manga, Hakuren adalah es yg ditembakkan, disini, Hakuren adalah puluhan pisau yang dilemparkan dengan cepat menuju sasaran)
"Kuharap kau tidak melupakannya, Ichigo. Walau sudah kutinggalkan, aku masih seorang Oni no Yuki-hime yang pernah menghancurkan kawanan genk Hueco Mundur yang dipimpin oleh Grimmjow Jagajarak yang seorang anggota dari kelompok yakuza 'Oraono mesisne' yang bahkan pernah membuatmu dan teman-temanmu babak belur semasa SMA. Jangan berani-beraninya kau memancing emosiku sampai aku menjadi dark-Rukia." Kata Rukia pelan dengan nada pembunuh berdarah dingin dengan tatapan dingin dan juga aura pembunuh yang besar.
Bisa gawat jika sosok asli seorang Kuchiki Rukia bangkit, takkan ada yang bisa menghentikannya, sekali pun Byakuya datang. Jika Rukia kembali menjadi Oni no Yuki-hime apalagi menjadi dark-Rukia, walaupun Byakuya datang, justru Byakuya-lah yang akan langsung habis diterjang nafsu pembunuh Rukia terlebih dahulu.
Ichigo langsung tak berkutik begitu Rukia mengungkapkan masa lalunya itu.
"Ma-… Baik." ujar Ichigo pelan, tanda dia menyerah.
"Aku ada urusan dengan Inoue, Riruka dan Nozomi di rumah Yoruichi-dono, sampai jumpa!" pamit Rukia.
"Ha-hati-hati dijalan, sayang." Ujar Ichigo.
Jleb!
Rukia pun menghilang dari ruang tengah. "Ya-Yang cewek itu sebenarnya siapa, sih? K-Kok bisa-bisanya aku takut pada Rukia?" tanya Ichigo pada dirinya yang masih terpaku pada posisinya.
"Aaah, aku akan ikut daftar sebagai member SSTI, deh." Pikirnya lesu.
"Tentu setelah aku berhasil melarikan diri dari lingkaran maut pisau ini. Aku tidak ingat kalo punya pisau sebanyak ini tersimpan dilaci dapur…" lanjutnya sweetdrop.
Mau dilanjut atau complete? Itu akan saia liat jika banyak yang dukung \^0^/
Minna-san, Saia minta reviewnya~~
PS: Gomen kalo fic-nya pendek. Dan kebanyakan percakapan adu-mulut IchiRuki. =='a
Kalo jelek, hontou ni gomen nasai! *BLOW MAX!*
