Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto

Summary: Boruto dan yang lainnya berhasil memenangkan perang. Tetapi hanya dirinya yang masih hidup. Namun, Boruto di beri kesempatan untuk menghidupi orang orang yang Ia sayangi. Tapi ada syaratnya. Ia harus melakukan sesuatu. Apa yang akan di lakukan Boruto? Simak ceritanya.

Warning: Semi-Canon, Semi-Incest, kadang BoruHima, kadang BoruHina. Pairing BoruHina bersifat sementara. Masih banyak Typo. Author amatiran. Cerita pasaran. Dan lain-lain. Bagi yang gk suka Incest, silahkan tekan back dan jangan baca cerita ini.

Selamat membaca

Chapter 1: Terlempar Ke Masa Lalu

Perang dunia Shinobi ke 5 telah usai. Perang yang dimenangkan oleh Aliansi Shinobi sekali lagi. Perang melawan Sang Dewa Kematian. Roh Setan ke 13. Musuh yang bahkan lebih kuat dan lebih hebat dari Juubi saat perang dunia Shinobi ke 4 dulu. Perang yang menyisakan kemenangan, kepuasan, dan kelegaan hati. Tapi, apakah benar perang ini menyisakan kepuasan dan kelegaan hati? Tidak. Perang ini memang menciptakan kemenangan, tetapi kemenangan yang pahit. Perang yang menyisakan kesedihan, benci, dendam, Kematian orang orang berharga, dan lain lain. Itulah yang dirasakan oleh pria berambut kuning, bermata biru samudera, dan berkumis tipis dengan 2 garis di masing masing pipinya. Uzumaki Boruto, itulah namanya. Pria 19 tahun yang telah berhasil memenangkan perang bersama dengan teman temannya, keluarganya, dan Aliansi Shinobi. Perang yang hanya menyisakan dirinya seoarang. Memang kekuatan yang dimilikinya tidak diragukan lagi, juga kejeniusannya yang bisa menciptakan alat dan 2 inti Chakra yang jika digabungkan, chakranya setara dengan Chakra Juubi. Berkat kekuatan dan kejeniusannya lah, Ia bisa memenangkan perang ini meskipun dibantu oleh Aliansi Shinobi. Tapi tetap saja, kekuatan dan kejeniusannya tetap tidak bisa melindungi orang orang yang dia sayangi. Keadaan dirinya pun dalam keadaan tidak baik. Hanya dirinyalah satu satunya manusia yang masih bisa menegakkan kepalanya. Sementara yang lainnya terkapar tak berdaya.

~Petualangan Dan Takdir Boruto~

Boruto mengepalkan tangannya kuat kuat. Sungguh, Ia sama sekali tidak menginginkan perang ini. Jika saja Ia bisa bertindak lebih cepat, mungkin perang ini tidak akan pernah terjadi. Duduk bersimpuh di depan jasad kedua orang tuanya dan adiknya.

"Seandainya, Hiks... Seandainya aku bisa bertindak lebih cepat, mungkin kalian tidak akan seperti ini. Hiks..." Ujar Boruto sembari sesenggukan.

"Maafkan aku Tou-chan, Kaa-chan, aku benar benar anak yang buruk bagi kalian. Aku tidak bisa melindungi kalian. Aku...Hiks...Aku benar benar anak yang tidak berguna." Lanjut Boruto masih dengan sesenggukannya.

"Himawari. Aku benar benar gagal menjadi kakak yang baik buatmu. Tidak bisa melindungimu, yang pada akhirnya kau malah berakhir seperti ini. Meskipun kau kuat, sudah menjadi kewajiban bagiku untuk melindungimu. Aku...Hiks...aku...Sungguh...tak berguna!" Teriak Boruto di akhir ucapannya.

Mendengar itu, Himawari menggerakkan sedikit jarinya, membuka sedikit kelopak matanya. Memang Ia terkapar tak berdaya, namun Ia belum merenggang nyawa.

"O...onii...chan" Panggil Himawari susah payah dengan suara sesaknya.

Mendengar itu, Boruto langsung mendongak, mengarahkan tatapan nya ke sang adik. Matanya terbelalak, menyadari dengan sepenuhnya bahwa tadi adiknya memanggil dirinya. Memanggil dengan suara serak dan susah payah. Langsung saja Boruto mendekat ke sang adik.

"Himawari? Himawari? Itukah kau? Kau masih hidup?" Tanyanya bertubi tubi pada sang adik.

"I...ya...onii...chan" Lanjut Himawari dengan suara paraunya.

Langsung saja Boruto merengkuh tubuh tak berdaya adiknya. Memeluk nya dengan erat seakan tak ingin kehilangan dirinya.

"Himawari...Hiks...Syukurlah kau masih hidup...Hiks...Kau membuat ku risau Himawari." Ucap Boruto senang meskipun menangis. Yah, menangis bahagia.

"Onii...chan...uhuk...aku...ingin...ber-...berbicara...denganmu" Ujar Himawari dengan susah payah nya.

Boruto pun melepaskan pelukannya. Memandang Himawari dengan tatapan khawatir.

"Himawari, simpan dulu tenagamu, jangan banyak berbicara, aku akan menyembuhkanmu, sungguh aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi. Kau lah satu satunya yang masih kumiliki Himawari." Ujar Boruto dengan nada bicaranya yang bergetar menahan tangis.

"Ja...jangan Onii-chan. Itu...uhuk...itu tidak...perlu. Waktuku...tidak lama lagi." Ucap Himawari masih dengan suara paraunya.

"Bicara apa kau? Sudah kubilang jangan banyak bicara, simpan tenagamu Himawari. Aku akan mulai menyembuhkanmu." Ucap Boruto sembari menyiapkan diri untuk menyembuhkan sang adik.

Dengan gerakan tertatih. Himawari menangkap tangan sang kakak.

"Sudah kubilang itu...uhuk...tidak perlu...Nii-chan. Sekeras apapun kau menyembuhkanku...aku...uhuk...memang akan...pergi." Ucap Himawari sambil memegang tangan sang kakak.

"Himawari! Sudah kubi-" Ucapan Boruto terpotong oleh Himawari.

"Nii-chan." Panggil Himawari karena tidak ingin mendengar sang kakak lanjut berbicara.

"Aku tahu kau...uhuk...menyayangiku. Aku tahu kau...tidak ingin kehilangan...diriku. Tapi...mengertilah Nii-chan. Kematian sudah menjemputku sekarang. Kita...tidak boleh...melanggar...perintah Kami-sama." Jelas Himawari pada sang kakak.

"Lalu...Hiks...lalu aku harus apa Hima. Jawab aku...Hiks" Ujar Boruto. Tangisnya pun sudah tidak bisa Ia bendung lagi.

"Kumohon...turuti...permintaan...terakhirku." Lanjut Himawari masih dengan suara paraunya.

"Apa Hima? Apapun itu aku akan menurutinya. Semua keinginanmu akan kuturuti. Apapun Hima. Apapun." Ujar Boruto meskipun masih dengan tangisan yang membingkai wajahnya.

"Kalau begitu, berhentilah menangis. Tersenyumlah untukku. Peluklah aku dengan kasih sayangmu. Lalu...ciumlah keningku sebagai penyaluran rasa kasih sayangmu kepadaku. Dengan begitu aku akan pergi dengan tenang." Ujar Himawari sembari tersenyum dengan lembut kearah sang kakak.

"Baiklah. Aku...aku akan melakukannya." Ujar Boruto. Menghapus air matanya dan tersenyum lembut kearah sang adik meski agak dipaksakan.

Lalu, Boruto pun merengkuh sang adik kedalam tubuh hangatnya. Memeluknya dengan erat dan sayang. Membelai rambut Surai indigo panjangnya dengan lembut. Setelah puas memeluk sang adik, Boruto pun melepaskan nya. Lalu mencium kening sang adik dengan penuh kasih sayang.

Himawari yang mendapat perlakukan itu pun hanya bisa tersenyum dan menangis bahagia. Ia sungguh bahagia memilik kakak yang sangat menyayanginya. Ia sangat bersyukur. Ia dapat merasakan kasih sayang kakaknya. Sungguh, Ia juga sangat menyayangi kakaknya.

Boruto pun melepaskan ciumannya. Ia pun menatap sang adik dan tersenyum lembut kearah sang adik.

"Arigatou. Arigatou Onii-chan. Arigatou sudah menuruti keinginan terakhirku. Aku...aku sangat menyayangimu Nii-chan." Ujar Himawari dan tangisnya pun tidak bisa di tahan lagi.

"Aku juga. Aku juga Himawari. Aku juga sangat menyayangimu. Aku sangat menyayangimu Imouto." Ujar Boruto masih dengan senyuman yang di pertahankan.

"Onii-chan. Kumohon...ingatlah pesan terakhirku. Teruslah hidup. Jangan bersedih dan meratapi kepergian ku, Papa, Mama, Sumire-nee, Sarada-nee, dan yang lain. Jika...uhuk...jika kau hidup tetapi masih menangisi kami. Kami tidak akan bisa pergi dengan...tenang." Ujar Himawari menjelaskan.

"Ingatlah Onii-chan. Meskipun kami tidak ada disisimu. Kami...uhuk...kami akan selalu ada di hatimu...Onii-chan. Uhuk uhuk uhuk!!!" Lanjut Himawari disertai batuk darah di akhir kalimatnya.

"Himawari!!!" Boruto terkesiap.

Tap!

Himawari pun memegang tangan sang kakak.

"Sudah...kubilang...kan. Waktuku...tidak...lama lagi. Kumohon jangan menangis. Kau...sudah berjanji...padaku untuk tetap...tersenyum kan?" Tanya Himawari sembari tersenyum.

Menghapus air mata nya dengan kasar dan tersenyum kearah Himawari.

"Maafkan aku. Maafkan Nii-chan mu yang bodoh ini." Ujar Boruto lalu tersenyum tetapi masih menatapnya dengan sendu.

"Nii-chan." Himawari yang berada di pangkuan Boruto pun mengangkat tubuhnya. Memegang kedua pipi Boruto. Lalu-

Cup

Mencium bibir ranum sang kakak dengan sedikit bercak darah di bibirnya.

Boruto yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa melebarkan matanya. Terkejut dengan perbuatan sang adik. Tentu saja ada rasa senang di hatinya. Tetapi disisi lain, Ia sedih karena mendapatkan sedikit jejak darah di bibirnya.

"Hima-" Ucapan Boruto terpotong oleh Himawari.

"Nii-chan. Aku menyayangimu. Sangat menyayangimu. Aku senang selama 17 tahun hidupku, aku di karuniai Papa seperti Uzumaki Naruto, Mama seperti Uzumaki Hinata, dan Nii-chan seperti kau Uzumaki Boruto. Papa sangat menyayangiku dan memanjakanku. Mama pun sangat mengkhawatirkan ku jikalau aku berbuat ceroboh dan selalu menasehati ku dengan baik. Dan kau Nii-chan, selalu ada disaat aku butuh. Selalu membelaku jikalau aku salah. Selalu melindungiku dari apapun dan siapapun. Padahal aku selalu bersikap buruk dan merendahkanmu. Tapi kau selalu sabar dalam menanggapi ku. Aku sungguh sangat bersyukur. Nii-chan. Arigatou atas semua yang kau lakukan padaku. Dan maafkan semua kesalahan ku yang telah ku perbuat padamu Nii-chan. Kau...adalah kakak yang terbaik di dunia ini. Hehehe" Ujar Himawari panjang lebar sembari tersenyum.

"Nii-chan, aku...pergi dulu ya. Tetap lah hidup. Aku menunggumu di sana. Tapi aku tidak mengizinkanmu menjemputku lebih cepat. Jaa...Onii-chan. Aku...sangat...mencintaimu." Lanjut Himawari sembari tersenyum lembut.

Setelah mengatakan itu, perlahan Himawari menutup kelopak matanya. Perlahan tangannya juga tergolek tak berdaya. Nafasnya pun berhenti. Denyut nadi yang tadinya melemah kini berhenti. Ya, Himawari telah pergi. Pergi meninggalkan Boruto dengan senyum yang terpahat di wajah cantiknya.

"Himawari...Hiks." Boruto pun sudah tidak kuat menahan tangisnya. Tangisnya pun pecah.

"Himawari. Kau adalah adik terbaik di dunia ini. Aku selalu memaafkanmu Himawari. Aku tidak akan pernah tidak bisa memaafkanmu. Aku tidak peduli kau memperlakukanku bagai budak. Karena aku sangat menyayangimu. Tidak. Lebih dari itu. Aku juga Himawari. Aku juga sangat...Hiks...mencintaimu." Setelah berkata itu, Boruto pun memeluk tubuh tak bernyawa Himawari lagi. Merasakan suhu dingin tubuh adiknya. Menghangatkan sang adik dengan tubuh hangatnya. Walaupun itu percuma, Ia tak peduli. Ia hanya ingin memeluk sang adik.

Boruto pun meletakan tubuh tak bernyawa Himawari ke tanah dengan perlahan. Mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Dan tersenyum.

"Aku akan selalu ingat pesanmu Himawari. Aku akan tetap hidup. Aku juga tidak akan cepat cepat menyusulmu sesuai keinginanmu. Tapi...tetaplah tunggu aku di sana ya...Hima." Ujar Boruto masih dengan mengusap kepala sang adik. Tersenyum kearah sang adik.

"Ugh. Kepala ku. Kenapa ini? Kenapa tiba-tiba kepala ku terasa sakit sekali? Ugh. Argh." Gumam Boruto sembari memegangi kepala nya yang terasa sakit.

Boruto pun merasa kepalanya semakin sakit dan berat. Tubuhnya tidak kuat menahan beban beratnya. Akhirnya Ia pun jatuh terbaring dengan tangan kanannya memegang kepalanya dan tangan kirinya menggenggam tangan sang adik. Ia merasakan pandangan di sekitar nya semakin mengabur. Matanya berat untuk terbuka. Akhirnya Ia pun menutup matanya. Masih dengan kepalanya yang terasa sakit.

"Ugh. Himawari. Maafkan aku." Itulah gumaman terakhir Boruto sebelum Ia pingsan seutuhnya.

~Petualangan Dan Takdir Boruto~

Boruto Point Of View: On.

Perlahan kubuka mataku. Rasa sakit di kepalaku sudah tidak ada lagi. Hal pertama yang ku lihat adalah, Gelap. Aku tak dapat melihat apapun. Dimana aku? Apakah aku sudah mati? Apakah aku ada di Neraka? Atau Surga? Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku hingga membuatku pusing sendiri. Kalau aku sudah mati, aku akan sangat menyesalinya. Mengingat bahwa aku telah melanggar janji ku kepada Himawari dan semuanya untuk tetap Hidup. Jika aku sudah mati, aku berharap dapat bertemu dengan Tou-chan, Kaa-chan, Sumire, teman teman, dan tentunya Himawari. Aku ingin meminta maaf pada semuanya bahwa aku tidak bisa menepati janjiku untuk tetap hidup.

Aku pun mencoba untuk berdiri. Kucoba untuk menyusuri jalan yang gelap ini. Sungguh aku tak dapat melihat apapun. Aku tetap berjalan, hingga akhirnya aku mendengar suara.

"Boruto"

Aku mendengar suara misterius itu memanggil namaku. Ku tengok ke kanan dan ke kiri, namun hasilnya nihil. Tidak ada siapapun.

"Boruto. Aku di belakang mu."

Langsung ku tengokan kepala ku kebelakang. Betapa terkejutnya aku melihat sosok ini. Rambut merahnya, mata coklatnya, pakaiannya, sosok ini...sosok yang pernah membantu ku untuk melatih kekuatan yang tertidur di dalam diriku.

"K-kau...kau...Ta-Takaichi?" Tanyaku tak percaya.

"Iya ini aku. Tentu kau tidak lupa dengan ku kan Boruto?" Ujar sosok misterius itu bernama Takaichi.

"Mana mungkin aku lupa. Kau yang sudah membantu ku untuk melatih kekuatan yang tertidur di dalam diriku. Melepas segel yang menyegel sebagian besar chakarku. Membantuku untuk mengendalikan chakraku yang begitu besar. Mengajariku untuk menyegel sebagian besar chakraku agar aku tampak seperti ninja biasa. Membantuku mengembangkan kekuatan dan Chakra ke-9 bijuu yang ku miliki. Dan masih banyak lagi. Mana mungkin aku lupa dengan sosok yang sudah ku anggap sebagai sensei ku sendiri." Ucapku panjang lebar karena bagaimanapun juga sosok di depan ku ini sudah ku anggap sensei ku sendiri selain Sasuke No Occhan.

"Hahaha. Kau terlalu berlebihan Boruto. Aku hanya menjalankannya tugasku sebagai mana mestinya. Dan kau pasti tahu bukan kalau aku tak suka di panggil sensei? Eh, Boruto?" Ujarnya sembari bertanya. Bertanya atau meledekku? Gh, menyebalkan.

"Iya iya, aku tahu. Tapi tunggu sebentar. Ada yang ingin ku tanyakan padamu". Ujar ku karena bagaimanapun juga aku penasaran dengan apa yang terjadi pada diriku.

" Kau tak perlu bertanya. Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan. Kau belum mati Boruto. Kau ada di alam bawah sadarmu. Kau tentu sudah tau bukan kalau aku ada di alam bawah sadarmu? Dan aku ingin menjelaskan padamu bahwa kau masih punya kesempatan." Ujarnya menjelaskan.

"Kesempatan? Kesempatan apa yang kau maksud?" Tanyaku. Aku heran apa maksud dia.

"Tentu kau ingin melihat keluargamu, teman temanmu, sahabatmu Sarada, pacarmu Sumire, dan Adik manismu Himawari hidup kembali bukan?" Tanyanya padaku.

Mataku melebar. Apa maksudnya? Aku sungguh tak mengerti.

"Apa maksudmu Takaichi? Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan. Tentu saja aku mau. Mereka adalah orang orang yang berharga bagiku." Ujarku padanya sembari memastikan kebingungan ku.

"Itulah maksudku kesempatan yang kau miliki ini. Kau bisa menggunakan kesempatan ini untuk kembali menghidupi orang orang yang kau sayangi. Tak ku sangka otak jeniusmu tak bisa bekerja jika kau sedang panik ya. Hahaha." Ujarnya menjelaskan.

Mataku kembali melebar. Benarkan ucapannya?

"K-kau...serius Takaichi? Kau sedang tidak bercanda kan?" Tanyaku lagi memastikan.

Pandangan nya kembali serius. Di lihat dari matanya pun aku tidak menemukan kebohongan disana.

"Apa aku terlihat seperti berbohong Boruto? Apa mataku menunjukan kalau aku berbohong?" Tanyanya dengan pandangan dan nada bicara yang serius kepadaku.

"Ja-jadi...aku-" Ucapan ku terpotong olehnya.

"Ya, kau bisa. Kau bisa Boruto. Kau bisa menghidupi mereka, karena bagaimana pun juga ada dari orang orang yang kau sayangi memang belum ditakdirkan mati. Kau bisa menghidupi mereka yang takdirnya memang belum mati. Tapi kau tidak bisa menghidupi orang orang yang sudah di takdirkan mati dalam perang itu." Ujarnya menjelaskan membuat ku lagi lagi kembali terkejut.

"Kalau begitu, bagaimana caranya? Tolong jelaskan padaku." Ujarku penasaran.

"Kau akan menjalani kehidupan mu kembali di mulai dari kau masih berumur 12 tahun di masa yang berbeda." Ujarnya menjawab pertanyaan ku.

"Mak-maksudmu, aku harus kembali ke masa lalu?" Tanyaku tak yakin.

"Aku tidak bisa bilang kalau kau akan kembali ke masa lalu karena aku pun kurang yakin. Tapi yang jelas kau akan kembali hidup dengan tubuh dan umur yang masih 12 tahun. Dan semua kekuatan mu akan hilang. Apa kau menerima itu Boruto?" Ujarnya menjelaskan sembari bertanya padaku.

"Aku tak peduli. Aku tak peduli walaupun aku harus kehilangan semua kekuatan ku dan menjadi manusia biasa. Asalkan aku dapat melihat semua orang orang yang ku sayangi kembali hidup." Ujarku mantap tanpa ragu sedikitpun.

"Bagus kalau begitu. Kau memang kehilangan kekuatan mu. Tapi kau bisa melatihnya kembali. Dan chakramu tetap banyak. Tapi akan ku segel. Sehingga chakramu seperti ninja biasa. Aku tidak bilang kau akan jadi manusia biasa. Kau tetap masih ninja, namun belum terlatih. Tapi tenang, ingatan mu takkan terhapus. Jadi kau bisa melatih dirimu kembali dengan bekal ingatanmu." Ujarnya panjang lebar.

Mendengar itu tentu saja aku senang. Ternyata aku tidak akan menjadi manusia biasa. Setidaknya aku masih bisa melatih diriku lagi dan melindungi orang orang yang ku sayangi.

"Jadi-" Ucapan ku terputus olehnya.

"Ah. Sudah waktunya aku pergi. Kalau begitu berjuanglah Boruto." Ujarnya sembari melambaikan tangannya. Dan sosok nya pun semakin lama semakin pudar. Termakan oleh kegelapan.

"T-tunggu dulu Takaichi. Aku belum selesai bertanya. Ugh" Ujarku sembari memegangi kepala ku. Rasa sakit di kepalaku kembali muncul. Apa aku ini punya riwayat penyakit sakit kepala? Yang benar saja.

Mataku semakin berat. Yang ku lihat memang kegelapan. Tapi aku merasakan kalau kali ini mataku menutup.

Boruto Point Of View: Off.

Setelah berada di alam bawah sadarnya, Boruto kembali membuka matanya perlahan. Rasa sakit di kepala lagi lagi sudah hilang. Hal yang pertama di lihatnya adalah...hijau.

"Dimana aku?" Tanya nya pada diri sendiri.

Boruto pun bangun perlahan. Mendudukkan dirinya. Melihat keadaan sekitar. Tengok ke atas, ke depan, ke kiri, ke kanan, dan terakhir ke belakang. Setelah itu Ia berdiri. Ia menyadari bahwa Ia sekarang berada di-

"Aku...berada di hutan?"

Bersambung...

Author Note:

Saya masih baru jadi Author. Jadi maaf kalau ceritanya berantakan. Fic ini memang Incest, tapi saya gk akan membuat Boruto berakhir dengan Himawari atau Hinata. Incest nya dikit dikit aja. Di akhir cerita Boruto saya pasangkan dengan perempuan lain yang tentunya bukan Himawari, tapiiii juga bukan Sarada, hehehe. Maaf yak untuk fans BoruSara. Pasti Reader udah tau lah Boruto nanti berakhir dengan siapa. Udah itu aja. Kalau begitu sampai jumpa di Charter depan Minna. Jangan lupa setelah Read cerita ini, tolong di Review ya. Arigatou Gozaimasu.

READ AND REVIEW