Chapter 1: Truth or Dare?
"Puhh.. dinginnya.. kuharap aku bisa cepat pulang" Gadis itu kembali meniup tangannya yang hampir membeku kedinginan lalu mengedarkan padangannya ke sekeliling jalan raya yang cukup ramai itu. "Ck, Oniisan dimana sih? Lama sekali" Gerutu Gadis itu kesal.
Tak lama setelah itu muncul sebuah mobil sedan silver yang berhenti dihadapan sang Gadis. Kaca mobil itu terbuka, memperlihatkan seorang pemuda tinggi berambut coklat panjang -yang diikat satu diujungnya-, bermata lavender. Pemuda itu mengenakan jasnya yang selalu ia pakai saat ada acara penting. Pantas saja telat, pikir gadis itu. "Sudah lama?" Tanya Pemuda itu.
"Menurutmu?"
"Maaf, tadi ada urusan mendadak. Ayo masuk" Jawab Pemuda itu seraya menggerakkan kepalanya pelan, mengisyaratkan sang gadis untuk memasuki mobilnya. Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Gadis itu memasuki mobil Pemuda itu yang langsung melesat pergi.
.
.
.
All character belong to Masashi Kishimoto
This Story belong to My imajination
Made by NaHiCaSaKu
.
Hope you Like It!
.
.
.
"Haahh.. akhirnya sampai juga.." Gadis itu merebahkan tubuhnya diatas sofa di ruang tamu lalu menutup matanya sejenak.
"Ck, kebiasaan kau ini.. lepas sepatumu jika dirumah! Itu membuat rumah kotor kau tahu" Ucap seseorang seraya berjalan mendekat.
Gadis itu membuka matanya dan mengerutkan keningnya kesal. "Tch, tak perlu kau ingatkan juga aku akan membuka sepatuku. Lagipula tidak kotor juga tuh" Jawab gadis itu tak acuh lalu melepas sepatunya dan menyimpannya di rak dan beranjak naik ke kamarnya, mengabaikan ayahnya yang masih masih ada disana.
Tok tok
Gadis itu mengalihkan pandangannya sesaat dari laptop yang ada didepannya kearah pintu kamarnya. Sebelum ia membuka mulut suara seseorang mendahuluinya. "Boleh aku masuk?" Neji Oniisan, pikir gadis itu. "Ya, masuklah. Pintunya tidak dikunci" Jawab gadis itu santai.
Neji melangkahkan kakinya memasuki ruangan pribadi adiknya itu. Ia duduk di sofa yang ada disana, memperhatikan Adiknya yang sedang asik memainkan laptopnya.
"Ada apa Oniisan kemari?" Tanya Adiknya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari laptopnya.
"Hanya mengunjungimu. Aku bosan" Jawab Neji.
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, menatap Kakaknya heran. "Hmp.. tak biasanya" Ucap gadis itu lalu kembali menyibukkan dirinya dengan kegiatannya memainkan laptop.
"Kau tak suka jika aku kemari?" Tanya Neji.
"Tidak tidak.. bukannya aku tak suka jika kau kemari. Hanya saja.. tak biasanya saja kau datang kemari saat sedang bosan" Jawab Gadis itu.
"Ngomong-ngomong kau sedang main apa?" Tanya Neji seraya mendekat kearah Adiknya itu.
"Tak sedang apa-apa.. aku hanya sedang mengetik saja kok" Jawab gadis itu.
"Oh.. yasudah kalau begitu.. tapi jangan terlalu malam yaa besok kau sekolah" Pesan Neji seraya bangkit berjalan menuju pintu "Aku kembali dulu yaa. Ingat! Jangan terlalu malam Hinata!" Pesannya lagi begitu sampai di ambang pintu.
"Iya iya Oniisaann.. Oniisan tenang saja.. aku selalu tepat waktu kok. Buktinya aku tak pernah telat kan?" Ucapnya santai.
"Baiklah. Kalau begitu aku ke kamar dulu" Pamitnya lalu menutup pintu kamar gadis itu.
"Hhh.. baiklah.. sepertinya cukup" Ucap gadis itu pada dirinya sendiri. "Yosh!" Gadis itu segera mematikan laptopnya, tak lupa menyimpan pekerjaannya dan menaruhnya kembali diatas meja belajarnya lalu bergegas tidur.
"Cepatlah sedikit.. kau tak tahu ini sudah siang, hah?!" Gerutu Neji. Entah untuk yang keberapa kalinya ia menggerutu, kesal gara-gara Adiknya yang ternyata telat bangun tadi. Ia bangun jam 06.50! yang benar saja! 10 menit sebelum bel! Belum lagi gadis itu yang jika mandi bisa memakan waktu 20 menit lagi! Demi tuhan.. Neji sudah angkat tangan jika dia terkena hukuman atau omelan guru disekolah nantinya.
"Iya iya.. sebentar kenapa.. Oniisan tidak lihat aku sedang kerepotan? Bukannya sebaiknya kau membatuku supaya lebih cepat, daripada berdiam diri disana tanpa melakukan apapun, hah?!" Geram gadis itu sembari membawa barang-barangnya.
"Kau bisa melakukannya sendiri bukan? Kenapa aku harus membantumu?" Balas Neji santai. Gadis itu hanya mendecih melihat kelakuan kakaknya. Hhh.. setidaknya lebih baik daripada ayah, pikirnya. "Nah, ayo berangkat!" Ucap gadis itu kesal sambil menutup pintu mobil sedikit lebih keras. Atau.. bisa kita sebut dengan membanting?
"Hei, kau tak perlu membanting pintu mobilku begitu juga kan?! Nanti kalau mobilku rusak kau yang harus menggantinya" Ucap Neji sweatdrop melihat kelakuan Adiknya yang selalu seperti itu saat kesal.
"Hah, sudahlah! Ayo cepat! Lagipula aku tidak membanting pintu mobil kesayanganmu ini kok. Aku hanya menutupnya dengan sediikkiiiittt lebih keras. Dan tenang saja mobil kesayanganmu ini tidak akan rusak kok. Karna aku sudah membantingnya ratusan kali lebih daripada ini. Dan terbukti 'kan kalau ini tidak rusak? Jadi ayo jalan, jika kau tidak mau kita kena hukuman dan omelan guru gara-gara terlambat" Jawab Gadis itu panjang lebar.
"Bukannya kau yang membuat kita kena hukuman dan omelan guru?" Ucap Neji pelan.
"Hah? Kau mengatakan sesuatu tadi Oniisan?" Tanya sang Adik.
"Tidak" Jawab Neji cepat lalu menyalakan mesin mobilnya dan melesat pergi.
"Kau tau sekarang jam berapa Nona muda?" Tanya Kakashi –salah satu guru di Houko International High School- pada gadis didepannya.
"Yayaya.. aku tau karna aku yang terlambat disini Sensei. Dan bisakah kau menghentikan omelanmu yang tak bermutu itu?" Ucapnya tak acuh sembari terus memakan permen karetnya, yang sesekali dibuatnya menjadi balon.
Kakashi menghirup nafas pelan dan menghembuskannya dengan keras. Ia tau percuma saja mengomeli muridnya yang satu ini. Karna ia pasti takkan mendengarkannya sepanjang apapun ia mengomelinya. "Baiklah.. kuharap kau tidak akan melakukannya lagi Nona muda. Silakan duduk"
"Hm.. Terimakasih" Ucap Gadis itu lalu berbalik, meninggalkan Kakashi di meja guru.
"Tapi sebelum itu.." Ucapan Kakashi membuat langkahnya terhenti dan memutar sedikit kepalanya kearah gurunya itu.
"Kau bisa membuang permen karetmu itu kan, Nona muda? Karna saat pelajaran berlangsung siswa dilarang makan didalam kelas, kecuali disaat jam istirahat" Jelas Kakashi, membuat murid yang dimaksud sukses membalikkan badannya menghadap kearah gurunya itu –lagi.
"Apa? Apa kau bilang tadi?" Ucap Gadis itu sambil terus menyungah permen karetnya.
"Kuyakin kau tidak cukup tuli untuk mendengar apa kataku tadi, Nona muda"
"Baiklah baiklah.. aku akan membuang permen karet ini.. dan kau juga harus membuang kata-kata 'Nona muda' dari namaku! Karna aku tak suka kau panggil dengan embel-embel 'Nona muda'!" Balas Gadis yang dipanggil Hinata itu lalu berjalan memutar melewati Kakashi. Sedangkan sang guru hanya menatapnya dengan pandangan datarnya seperti biasa 'anak itu memang benar-benar...' geram Kakashi dalam hatinya. Matanya terus mengekor mengikuti Hinata hingga ia duduk di kursinya, lalu memulai pelajarannya hingga bel istirahat berbunyi.
"Mau ke kantin Nona muda?" Tanya Ino –teman sekelasnya- dengan senyuman jahil.
"Ck, jangan memanggilku dengan panggilan seperti itu. Menjijikan kau tau" Balas Hinata tak acuh sambil meminum susu strawberrynya.
"Baiklah baiklah.. mau ke kantin Hina-chan?" Tanyanya sekali lagi.
"Tak mau"
"Oke. Kalau begitu bagaimana kalau kita main game, hm?" Tanya Gadis ponytail itu pada kedua temannya.
"Eum.. kalau aku sih boleh saja.. kebetulan lagi bosan juga" Jawab Tenten –teman sebangku Hinata- sambil menggendikkan bahunya lalu menatap Hinata.
"Hina-chaaannnn… mau yaaaaa" Pinta Ino sambil menggoyang-goyangkan bahu Hinata, hingga membuat sang empunya yang sedang minum tersedak.
"Uhuk uhuk.. kau ini apa-apaan sih Ino?! Tak lihat apa aku sedang minum?!" Omel Hinata pada Ino. Gadis itu mengambil sapu tangannya dan mengelap bekas susu yang tumpah sedikit ke roknya.
"Maaf deh.." Ujar Ino. "Tapi kau mau ya.. ya Hina yaaa.. please.." Pinta Ino dengan jurus puppy eyesnya.
Hinata hanya melihatnya malas lalu memasukkan sapu tangannya lagi kedalam tas lavendernya. "Mau apa?" Tanyanya lalu meminum susunya yang masih ada. "Main game!" Seru Ino riang.
"Hhh~ baiklah aku mau.. asal gamenya tidak yang aneh-aneh" Ucap Hinata.
"Tentu saja! Permainannya mudah kok.. kita akan memutar pensil disini. Lalu nanti siapa yang kena harus memilih antara Truth or Dear. Jika dia memilih Truth berarti dia harus menjawab dengan jujur pertanyaan yang diberikan padannya. Jika dia memilih Dear, berarti dia akan diberi sebuah tantangan dari masing-masing peserta. Dan tantangannya itu bebas. Tak ada batasan bagi pesertanya untuk memberikan pertanyaan dan tantangan apa pada yang kena nantinya. Mengerti?" Jelas sekaligus tanya Ino pada kedua temannya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.
"Yap" Jawab Tenten seraya mengganggukkan kepalanya pelan. Sedangkan Hinata hanya mengganggukkan kepalanya pelan.
"Baiklah.. kalau begitu, ayo mulai!' Seru Ino semangat. Gadis itu mengambil pensil dari tempat pensil Hinata lalu menaruhnya diatas meja dan diputarnya.
Tak lama kemudian pensil itu berhenti dan mengarah ke.. "Tenteenn!" Seru Ino semangat (lagi).
"Baiklah.. Truth or Dare?" Tanya Gadis itu sambil menatap Tenten penuh semangat.
"Um.." Gadis bercepol dua itu terlihat menimbang-nimbang pilihannya. Ia menempelkan jari telunjuk dan jempolnya pada dagunya, pose berfikir. "Aku pilih Truth" Ucap Tenten.
"Okay! Kalau begitu jawab pertanyaanku yaa.." Gadis itu berfikir sejenak "Ah! Siapa pria yang sedang kau sukai sekarang ini? Ayoo jawab jujur.. Truth loohh" Tuntut Ino sembari menatap jahil teman bercepolnya itu.
"E-eum.. itu.. tidak ada" Jawab Tenten salah tingkah.
"Aa.. kau yakin? Kau ingat kan.. jujur lhoo. Jadi kau tidak boleh bohong atau kau kena hukuman!" Ujar Ino lantang.
"Baiklah-baiklah.." Seru Tenten cepat. "Um.. cowok yang kusukai…"
"Siapa-siapa?"
"Ck, Ino kau bisa kan tak memotong omongannya, aku juga pensaran tau!" Ucap Hinata kesal.
Ino mengerucutkan bibirnya melihat sikap Hinata padanya lalu mengalihkan pandangannya lagi pada Tenten.
"Um.. Ne.. ne.. nee.. neee.. N-Neji Senpai" Jawab Tenten terbata-bata sembari menutup wajahnya yang memerah memakai kedua tangannya.
"Hah? HAAHHH?! NEJIII-SENPAAIII?!" Ucap Ino dan Hinata bersamaan.
"Ssssstttttt kalian bisa diam tidak sih?!" Bisik Tenten pada kedua temannya itu sembari meletakkan jari telunjuk di mulutnya. Terlihat sekali bahwa dia tidak mau ada orang lain tahu tentang siapa orang yang disukainya.
"Aa.. Maaf, tadi aku refleks. Hehe.." Ucap Ino sambil menggaruk belakang kepalanya pelan.
"Maaf, tadi aku tidak sengaja. Ya, sama seperti Ino, aku refleks. Ya.. terkejut. Kau tahu?" Ucap Hinata dengan wajah tanpa dosanya.
"Hh~ sudahlah.. lebih baik kita lanjutkan lagi permainannya" Ucap Tenten pada akhirnya.
"Baik kita lanjutkan lagi" Gadis pirang itu kembali memutar pensil yang tadi sempat berhenti.
"Hinataaa!" Seru Ino dan Tenten semangat.
"Baiklah.. kau memilih apa?" Tanya Ino.
"Um.." Gadis itu berfikir sejenak. "…Dare?" Jawabnya agak ragu.
Ino menaikkan sedikit alisnya lalu menatap Hinata dengan seringaian tipis diwajahnya "Hehe.. kau memilih Dare, Hina-chan?" Tanyanya pada Hinata tanpa menghilangkan seringaiannya.
Tiba-tiba sekujur tubuh Hinata merinding, keringat dingin gadis itu keluar begitu melihat seringaian salah satu sahabatnya. "E-eum.. ti-tidak. Aku ganti Truth saja.." Ucapnya terbata.
Ino mengibas-ngibaskan tangannya diudara, lalu berkata lantang, "Oou.. tidak bisa. Kau memilih Dare, berarti Dare. Tidak bisa diganti Truth dong~ iya 'kan Tenten-chan?" Ia melirik sahabat bercepolnya itu tanpa menghapus seringaian diwajahnya yang semakin lebar saja(?).
Tenten menghela nafas, "Mm.. i-iya.." Jawab Tenten pelan.
"E-eh? Kenapa tidak bisa? Tidak ada peraturan yang mengatakan bahwa itu tidak bisa 'kan? Jadi ha-harusnya bisa diganti dong!" Ujar Hinata bersikeras.
"Ouu.. tidak bisa. Sekali Dare ya tetap Dare. Kau tidak boleh menggantinya. Hehe.. Dare apa ya.. yang akan kuberikan padamu…"
Perasaannya tidak enak. Dan sepertinya itu terbukti dari seringai sahabatnya itu yang tidak mau lepas dari wajahnya sedari tadi. Siapa lagi kalau bukan Ino Yamanaka, Gadis itu selalu saja licik, batin Hinata dalam hati. Hinata menghela nafas panjang, pasrah.
"Bagaimana Hina-chan?"
"Hhh… baiklah.. aku terima. Dare."
~ 1 ~
~ ^_^V ~
T.B.C
.
Review, please? =)
#Author's Note:
Haii makasih ya udah semeptin ngebaca fic ini ^^ maaf kalo gaje,abal,dll. Masih newbie soalnya hehe. Kritik dan sarannya ditunggu ya! Mind to review my story, please? :)
