Summary : Naruto kalah taruhan dari Kiba. Dan dia harus menjadi wanita selama dua minggu. Gila! Malu banget.
Rated: T ajalah.. Teenagers :p
Genre: Romance? Humor?
Disclaimer: All chara belongs to Masashi Kishimoto (gak semua sih). This fic is pure by me!
Warning: OOC. Maybe OC. Typo(s). EYD gak perfect. Naruto girl. Gaje. Dsb.
A/N: Ohayou minna-san.. *lambai-lambai tangan* saya datang lagi nih ngepost fic baru. Yahh, sori aja fic yang lama belum saya lanjutin. Gi stuck :p ... Kebetulan aja, ni ide cerita muncul di otak saya. Setelah dengerin lagu flow yang Hey!. Sama sekali gada hubungan ama lagu itu wkwk.. Di sini saya membuat Naruto menjadi wanita selama dua minggu. Kalian mau tau wajah Naruto kalo jadi cewek? Tau gak komik Love Survival? Kalo tau pasti tau Nana dong.. Kalo ga tau search di google biar tau :p. Nah kira-kira seperti itulah nanti Naruto yang akan jadi cewek. Tingal tambahin kumis 3 doang wkkw. Yosh! Udah dulu basa-basinya. Happy reading! ^^b
Italic+Bold= Flashback
Don't Like Don't Read! No Flame Please!
{{-}}
Kelas XIB kedatangan murid baru. Murid baru itu ternyata seorang perempuan. Rambutnya blonde wavy, panjangnya sedada, tingginya setinggi pria pada umumnya, di pipinya ada tiga garis seperti kumis.
Dia terkesan seksi dengan rok mini dan seragam sekolah yang dua kancing atasnya dibuka dan dasi yang tidak terlalu dinaikkan. Apalagi kulitnya bewarna tan.
Para lelaki yang masih normal tentu saja nosebleed melihatnya. Mereka mulai berpikiran mesum tentang perempuan itu. Jujur saja, perempuan yang sekarang berada di depan kelas itu, benar-benar sangat cantik. Para siswi yang ada didalam kelas merasa tersaingi dengan kecantikan murid baru yang ada di depan kelas saat ini.
Lain halnya dengan wanita berambut indigo panjang. Dia sama sekali tidak merasa tersaingi. Dia seperti tenang-tenang saja.
"Kurihara Arruka. Kau bisa duduk disebelah Hyuuga Hinata." kata wali kelas XIB yang bernama Hatake Kakashi. Hinata tidak perlu mengangkat tangan lagi. Jelas-jelas bangku yang kosong cuma di sebelah Hinata.
Perempuan yang ternyata bernama Arruka itu menuju ke tempat Hinata. Lebih tepatnya, ke bangku yang akan ia duduki sampai masa sekolah habis. Saat berjalanpun Arruka mendapat siulan dari murid lelaki. Arruka hanya membiarkannya saja.
"Ahh... Dan Hyuuga. Kau bisa menemani Kurihara mengelilingi sekolah ini." ujar Kakashi sambil membuka buku pelajaran yang akan dia ajarkan pada muridnya.
"Ba-baik, Kakashi-sensei." ucap Hinata tergagap-gagap. Arruka heran. Kenapa teman sebangkunya ini bicaranya seperti orang gagap. Apa mungkin, Hinata ini memang benar-benar gagap. Arruka mencoba untuk tidak memperdulikan cara bicara Hinata.
Suara Kakashi memecah keheningan kelas. Pelajaranpun dimulai.
{{-}}
"Da-dan ini ge-gedung olahra-raga." kata Hinata terbata sambil menunjuk gedung yang dia bilang tadi adalah gedung olahraga. "Hnn..." hanya respon itu saja yang dari tadi keluar dari lawan bicaranya ini. Tepatnya Arruka.
"Ohh ya.. Hyuuga. Kenapa kau bicara seperti itu? Apakah kau ini benar-benar gagap?" Arruka memulai pembicaraan. Disilangkan tangannya di depan dada. Dan menatap Hinata tajam. Seperti mengintimidasi.
"Ahhh.. Go-gomen-nee Kurihara-san. A-aku akan berbicara seperti ini, ka-kalau aku baru bertemu dengan o-orang baru." jujur saja. Hinata takut dengan tatapan yang dilayangkan oleh Arruka. Ada sedikit rona merah di pipi Hinata. Dan itu, sekejap membuat Arruka terpana.
"Manis juga..." ucap Arruka pelan. Tapi sayangnya masih didengar oleh Hinata.
"Ta-tadi... Ku-kurihara-san bicara apa?" Hinata bertanya sambil memiringkan wajahnya. Sungguh, Arruka yang melihatnya benar-benar ingin memeluk Hinata.
"Kau itu manis." kata Arruka jujur sambil terus memandangi Hinata. Hinata yang mendengarnya tersipu malu. Baru pertama kali ini ia mendapat pujian dari orang yang baru ia kenal.
"A-arigatou.. Kurihara-san. Kurihara-san juga cantik." ucap Hinata sambil tersenyum meyakinkan Arruka.
"Hnn... Asal kau tau. Aku ini laki-laki loh." tangan kanan Arruka memegangi belakang kepalanya. Sedangkan tangan kiri ia masukkan ke kantong rok.
Hinata yang mendengar ucapan Arruka itu hanya menatap wanita yang didepannya dengan tatapan bingung. Ia tidak mengerti. Mungkin Arruka hanya main-main saja. Atau untuk membohongi Hinata.
"Ma-mana mungkin. Kurihara-san itu cantik kok. Aku saja merasa iri kepada Kurihara-san." Hinata tersenyum tulus. Gadis yang satu ini benar-benar membuat Arruka dag-dig-dug.
"Kau tidak percaya ya?... Baiklah." Arruka menaruh telapak tangan kanannya di puncak kepalanya. Dan ia menggengam rambutnya. Setelah itu, dia menarik rambutnya. Yap.. Dia memakai wig. "Masih tidak percaya?" ucap Arruka sambil menatap Hinata tajam.
Hinata hanya bengong saja. Ia terpana dengan ketampanan mahluk yang ada di depannya ini. Rambut blonde jibrak-jibrak yang terkena angin, bergerak-gerak senada dengan arah tiupan angin. Dia baru tersadar saat ada yang melayang-layangkan tangan tepat di depan wajahnya.
"Ke-kenapa? Kenapa Kurihara-san berpenampilan seperti wanita?" sahut Hinata bingung. Yah, dia benar-benar bingung dengan semua ini.
"Namaku bukan Kurihara Arruka. Namaku Uzumaki Naruto. Yahh ceritanya..."
.
.
.
"Oy! Naruto! Mau taruhan tidak? Yang kalah akan menjadi wanita selama dua minggu. Mau?" sahut laki-laki yang mempunyai tato segitiga terbalik dan rambut bewarna coklat.
"Taruhan apa?" yang dipanggil tadi ternyata Naruto merespon pembicaraan teman dekatnya.
"Kita taruhan. Apakah Shikamaru akan diterima oleh Temari? Kalo aku sih jawabnya iya." kata Kiba yakin sambil mengangguk-anggukkan kepalnya.
"Baiklah. Aku jawab tidak." ujar Naruto menampakkan cengiran khasnya. Mereka sepakat dengan resikonya. Naruto tidak tau kalau dia yang akan kena resikonya.
-setelah itu-
"Shika, apa kau diterima Temari?" ucap seorang pemuda yang tak lain adalah Kiba. Kiba ditemani oleh teman dekatnya. Tentu saja Naruto.
Kiba dan Naruto menatap Shikamaru dengan serius. Mereka menunggu jawaban dari mulut si tukang tidur. Kiba terus membatin kalau Shikamaru pasti di terima Temari. Kebalikannya dengan Naruto. Yang ditatap hanya bingung saja.
"Hey.. Hey, kalian ini kenapa? Wajah kalian seperti ingin membunuhku." bukan jawaban yang keluar dari mulut Shikamaru.
"Sudah cepat! Kau diterima Temari atau tidak?" ucap Kiba kesal karena lama menunggu jawaban dari Shikamaru.
"Ya. Aku diterimanya." ujar Shikamaru sambil menguap lebar. Tidak lupa dia menambahkan kata favoritnya. Tidak lain tidak bukan adalah 'membosankan'.
"Yeahhh! Aku menang! Naruto kau harus menerima hukumannya!" Kiba terlihat sangat senang. Dia menunjuk-nunjuk Naruto. Yang ditunjuk hanya pasrah saja. "Yah baiklah." benar-benar pasrah.
Shikamaru hanya menatap kedua temannya saja. Dengan wajah yang benar-benar bosan. Dia melenggang pergi dari tempat itu. Apa dia tidak tau, kalau ia itu jadi bahan taruhan?
"Kau kan nanti disekolah baru. Pasti banyak yang menganggapmu itu wanita tulen. Tubuhmu kan gak kekar-kekar amat. Cuma tinggimu saja yang seperti laki-laki. Nanti aku bicarakan kepada kepala sekolah." Kiba menjelaskan panjang lebar. Tepatnya meracau.
"Bagaimana dengan suaraku?" "Suaramu ubah sedikit saja jadi seperti wanita."
"Seragamku?" tanya Naruto.
"Yah nanti aku pesan. Seragam wanita ya."
"Seragam pria juga, baka! Memangnya aku sampai lulus sekolah mau memakai seragam wanita! Kan cuma dua minggu hukumannya!" nada bicara Naruto yang kesal membuat si teman dekat nyengir saja.
"Ahh iya iya... Bawel! Ingat Naruto! Di luar lingkungan sekolah kau tetap harus memakai pakaian wanita! Ohh iya, wignya tinggal pinjam dengan mamaku saja."
"Tapi dirumah tidak kan? Aku gak mau kalau dirumah harus pakai pakaian wanita. Kau saja yang meminjam wignya! Aku malu tau!"
"Yasudah. Ahh dan pakaian bebasnya.. Tenang saja nanti aku berikan."
.
.
.
"Ja-jadi Uzumaki-san kalah taruhan?" Hinata bertanya kepada Naruto. Tentunya dengan mengganti marga Kurihara menjadi Uzumaki. Karena tidak ada siswa selain mereka berdua.
"Yah. Kepala sekolah tau taruhan ini. Jadi dia menyetujuinya. Pertama kali sih dia tertawa. Aku sangat malu!" Naruto memakai wignya kembali. Takut-takut nanti dilihat siswa lain.
Mereka berjalan berdampingan menuju kantin. Setelah sampai kantin, mereka memesan makanan yang mereka inginkan. Ritual makan siang pun dimulai. Dengan perbincangan mereka mengenai 'taruhan konyol' itu.
"Tapi... Kenapa dada Uzu.. Ehh Kurihara-san menonjol?" Hinata hampir saja keceplosan dengan memanggil marga asli lawan bicaranya. Baru pertama kali ini Hinata bicara soal 'dada'. Dan dia tidak lagi gagap seperti pertama kali bicara dengan Naruto.
"Ehh.. Aku pakai bra busa. Oh ya, Hinata-chan. Kau bisa memanggil ku Arruka. Tapi jika diluar sekolah panggil saja aku Naruto." ujar Naruto sambil menyeruput ramennya. Hanya anggukan saja yang dia dapat dari Hinata.
Di kantin. Banyak sekali yang menatap Naruto. Mereka terpana dengan 'kecantikan' Naruto. Jujur saja, Naruto cantik jika menjadi wanita, dan dia juga tampan kalau sedang berpenampilan seperti laki-laki. Yahh, baru Hinata saja yang melihatnya melepas wig. Hinata berani bertaruh, jika murid laki-laki di sekolah ini tau kalau Naruto itu laki-laki pasti mereka akan patah hati.
Dan, sebaliknya dengan murid perempuan. Mereka pasti akan jatuh hati. Siapa yang tidak tahan dengan ketampanan Naruto?
...
"Hmmm... Kurihara Arruka ya. Sepertinya menarik." ujar seorang pemuda seraya menunjukkan seringaiannya.
TBC!
Yep, sudah selesai :Dv Bagaimana? Jelek? Gaje? Yahh sori aja. Saya author yang gak terlalu terkenal dan masih baru. Mau nanya nih, gimana ya cara bikin chapter gitu? (‾▿‾") Saya beneran ga tau neh. Bikin fic multichapter tapi ga tau gimana bisa bikin chapternya -,,- Yah di sini belum ada humornya. Mungkin chapter depan...
Yaudah.. Silahkan di ripiu (re: Review). Di review yaaa sayang :* (di gaplok readers)
Jaa-nee!
