Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Story by Keichi Shougi
Warning: AU, OOC (sepertinya sangat), typo(s), etc.
Pair: SasuSaku
Rate : T
Karangan ini asli punya saya, please no plagiarism! Thanks!
.
.
Jika F4 Seorang Gadis?
DLDR
Don't Like, Don't Read
.
"Saki-senpai!"
"Saki-kun!"
"Ryo-kun!"
"Hiro-kun!"
"Taka-kun!"
Teriakan demi teriakan terdengar di lorong sekolah. Para gadis bersorak memberi jalan pada empat pemuda yang baru saja memasuki pekarangan sekolah. Para murid laki-laki juga ikut memberi jalan, namun teriakan tak ikut terlontar dari mulut mereka, hanya gumaman kecil, dan beberapa di antaranya ikut bergumam kagum.
"Berisik!" Seseorang di antara ke empat pemuda itu berseru lantang dengan nada cukup kesal. Surai merah muda pendeknya bergerak kala angin berhembus saat ia berjalan.
"Wah! Saki-senpai tampan sekali!" Para gadis penggemar mereka bahkan tak menghiraukan seruan pemuda merah muda itu.
"Iya, aku setuju! Apalagi suaranya itu, walaupun datar, tetap saja terdengar merdu!" Gadis lain menimpali.
"Hello, girl! Bagaimana kabar kalian pagi ini?" Salah seorang dari ke empat pemuda itu menyapa mereka ramah. Rambut pirang pendeknya sengaja dibuat berantakan untuk menambah kesan memikat. Ia bahkan tak segan menyentuh dagu salah satu gadis yang berdiri di sepanjang koridor.
"Ba-baik, senpai." Gadis yang disentuh, tersenyum malu-malu. Ia gugup kala wajah pemuda itu berada tak jauh dari wajahnya. "Gila! Jantungku rasanya ingin lepas!" Gumamnya kala pemuda pirang itu tak lagi di hadapannya.
"Ugh! Ryo-kun manis sekali! Aku juga ingin disentuh olehmu!" Teriakan lainnya menggema.
"Haha! Thank you, girl. Lain kali saja, ya?" Ia berkedip, membuat gadis di sepanjang koridor yang melihat aksi tersebut berteriak untuknya.
Teriakan itu bahkan tak luput dari pendengaran para murid yang berada di dalam kelas, khususnya untuk anak laki-laki yang tidak tahan dengan teriakan para gadis dan memutuskan untuk masuk ke dalam kelas. Tak terkecuali untuk pria dengan rambut raven dan teman berambut kuning jabriknya yang ada di dalam kelas. "Hei, dobe! Siapa mereka?"
"Ah ya, aku lupa memberi tahumu, teme. Berhubung kau anak baru di sini, kau pasti tidak mengenal mereka." Naruto Namikaze, anak laki-laki berambut kuning itu memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan. "Ya, walaupun kau tampan dan mendekati sempurna, tetap saja kau takkan bisa mengalahkan ketampanan dan kepopuleran mereka." Ucapnya diiringi tawa.
"Siapa mereka, dobe?" Tak menghiraukan ucapan sahabat kuning jabriknya, ia kembali bertanya dengan nada datar.
"Kau memang tidak bisa diajak basa-basi ya, Sasuke!" Naruto pemuda jabrik berkulit tan itu menghela napas pelan. Ia kembali melanjutkan ucapannya kala merasa sahabat baiknya menuntut penjelasan. "Tck! Baiklah, baiklah. Mereka itu anggota F4, tidak seorang pun di sekolah ini yang tidak mengenali mereka. Apalagi pemuda berambut merah muda itu, dia leader di klub mereka. Anak dari pemilik sekolah Konoha International High School ini. Keluarganya juga terkenal sebagai Yakuza terkaya di sini. Ya, ku harap kau tidak pernah bermasalah dengannya."
"Hn."
F4, klub yang beranggotakan empat orang pemuda berbeda karakter, dengan wajah yang bisa membuat para kaum hawa nosebleed seketika. Dan tanpa orang-orang ketahui, mereka ini sebenarnya adalah seorang gadis.
Yamanaka Ryo atau yang juga bisa disebut Yamanaka Ino, anak tunggal dari keluarga Yamanaka. Ia memiliki wajah cantik layaknya seorang model dengan kulit putih bersih. Ia memiliki iris sewarna lautan dengan tinggi 162 cm. Sebelumnya, ia memiliki rambut pirang yang panjang, namun sejak mereka memasuki masa SMA, ia memotong rambutnya pendek seperti anak laki-laki. Toh, mereka juga lebih sering keluar rumah dengan tampilan laki-laki mereka. Pikirnya saat itu.
Ia juga memiliki hidung yang mancung dan bibir tipis, bersifat ramah, namun juga sedikit nakal. Ia sangat mudah untuk dekat dengan siapa saja, ia juga suka me-make over siapa pun yang ia lihat. Ia seorang model ternama, model yang tentunya diketahui orang-orang sebagai seorang anak laki-laki tampan, seorang anak dari pengusaha kaya di dunia. Ia bersahabat dengan Saki sejak kecil, karena orang tua mereka yang sejak dulu bersahabat.
Hyuga Hiro yang juga bisa disebut Hyuga Hinata, anak perempuan dengan iris sewarna lavender. Ia memiliki hidung yang mancung dengan kulit putih bersih dan tinggi 160 cm. Sebelumnya, ia juga memiliki rambut yang panjang seperti Ino, namun berakhir dengan rambut pendek karena alasan yang juga sama dengan gadis pirang itu. Ia memiliki sifat yang ramah, mudah tersenyum dan banyak di sukai orang karena sifatnya yang lembut dan suka menolong. Ia adalah seorang musisi kelas dunia yang sudah terkenal di banyak Negara di dunia. Ia juga berasal dari keluarga musisi ternama di dunia. Dan tentu saja, orang-orang hanya mengenalnya sebagai Hyuga Hiro sang Musisi kelas dunia. Bersahabat dengan Saki dan Ryo sejak mereka memasuki taman kanak-kanak.
Taka atau yang sering disebut Tenten. Anak perempuan berperawakan China ini memiliki mata berwarna coklat, hidung yang mancung, kulit putih dengan tinggi 164 cm. Ia anak yang cukup tidak peduli pada sekitarnya. Untuknya, makanan, olahraga kesukaannya, keluarga, dan teman-temannya adalah yang paling penting. Selebihnya? Jika itu bukan urusannya, ia tak akan ikut campur. Dan itu, juga merupakan salah satu yang membuatnya makin terlihat memikat di antara para gadis. Berbeda dengan Ino dan Hinata, Tenten dan Sakura tidak berniat sama sekali memotong rambut mereka. Jika Sakura tidak berniat memotong rambutnya karena keiinginan orang tuanya, berbeda dengan Tenten yang tidak pernah memotong rambutnya karena ucapan Neji yang mengatakan bahwa ia terlihat lebih manis dengan rambut panjang. Ne, sebenarnya apa hubungan mereka?
Taka juga termasuk salah seorang pemegang medali emas terbanyak di dunia dalam kompetisi bela diri taekwondo. Pemuda –gadis tampan ini berasal dari salah satu keluarga terpandang di Jepang. Ayahnya memiliki sanggar seni bela diri terbesar di Jepang, membuatnya disegani oleh banyak orang. Ia mulai bersahabat dengan Saki, Ryo dan Hiro sejak mereka memasuki tahun ke tiga di Sekolah dasar.
Dan terakhir, Haruno Saki atau yang biasa disebut Haruno Sakura, anak tunggal dari keluarga Haruno yang terkenal sebagai keluarga Yakuza. Ayahnya terkenal dengan julukan 'Yakuza tak terkalahkan'. Keluarga Haruno juga terkenal memiliki beberapa perusahaan besar di dunia. Pemuda –gadis tampan ini memiliki ciri fisik rambut berwarna merah muda, iris berwarna hijau layaknya batu emerald dengan tinggi 161 cm. Ia memiliki kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir merah muda mungil, yang membuat siapa saja ingin menciumnya. Tetapi ia memiliki sifat dingin dan tidak peduli sekitar, kecuali pada sahabat dan keluarganya. Ia sangat baik dalam bermain pedang, memiliki ribuan bawahan yang akan selalu melindunginya, juga memiliki rumah seperti Istana dengan kehidupan mewah. Dialah leader dari klub F4, yang kini sangat terkenal di kalangan remaja di seluruh penjuru Jepang sebagai seorang pemuda tampan nomor satu yang banyak di incar oleh para gadis.
Bel istirahat berbunyi, menandakan waktu makan siang untuk para siswa dan siswi KIHS. Seluruh murid bergegas menuju kantin sekolah yang justru terlihat sebagai sebuah restoran kelas atas. Makanan yang disediakan di kantin ini juga tak kalah dari penampilannya, karena makanan di kantin tersebut juga disediakan langsung oleh para koki kelas atas. Makanan yang tersedia di kantin ini, diantaranya ada Apple and Raisin deep pie, Orchard fruits pie, Frozen Haute Chocolate, The Fortress Stilt Fisherman Indulgence, Macaroons Haute Couture, Baklava, Crème Brulee, Italian ice cream, dan masih banyak lainnya.
Baru beberapa menit bel berbunyi, kantin yang semula sepi, kini terlihat ramai oleh siswa dan siswi KIHS. Bahkan hampir seluruh meja di kantin ini sudah dipenuhi oleh para siswa dan siswi. Hanya sebuah meja bundar dengan empat kursi kosong yang kini dapat diduduki oleh para siswa, namun tak seorang pun dari mereka yang berani duduk di kursi tersebut.
"Hei, kenapa mereka yang berdiri tidak duduk di sana saja? Masih ada empat kursi kosong di kantin ini." Sasuke menunjuk meja bundar kosong itu dengan dagunya. Ia kini duduk bersama ketiga teman dekatnya, melirik beberapa siswa dan siswi yang tidak mendapatkan meja kosong.
"Itu meja bangsawan, Sasuke." Seorang pemuda mirip Sasuke kini tersenyum hingga matanya menyipit. Melihat Sasuke yang tak mengerti, Shimura Sai menunjuk dengan dagunya ke arah pintu masuk kantin.
Keributan terjadi, para siswi berteriak histeris kala empat pemuda tampan terkenal itu masuk ke kantin. Mereka berjalan menuju meja kosong yang tersedia di dalam kantin itu. Setelah mendudukkan diri, seorang chef datang dan memberikan buku menu untuk ke empat pemuda itu. Benar-benar seperti sebuah restoran, eh?
"Pesanan yang biasa, jii-san." Yamanaka Ryo tersenyum tipis. "Baklava dan jus jeruk."
"Untukku, Orchard fruits pie dan teh Peppermint saja, jii-san." Hiro tersenyum ramah, memberikan lagi buku menu pada chef yang mendengarkan pesanan mereka.
"Jii-san, aku juga pesanan yang biasa. Ingat kan?" Taka tersenyum cerah, chef yang menunggu mereka bahkan ikut tersenyum karenanya. "Ya, Taka-sama. Strawberries Arnaud dan Susu Vanila, 'kan?"
"Yep, jii-san memang yang terbaik!" Pemuda pemegang medali taekwondo itu mengacungkan jempolnya. Ia menyerahkan kembali buku menunya pada sang chef.
"Frozen Haute Chocolate dan teh Junipersaja untukku." Pemuda merah muda itu berkata datar, hanya senyum tipis yang ia berikan.
"Baik, Saki-sama." Setelah menulis semua pesanan ke empat pemuda tampan itu, sang chef meninggalkan mereka untuk menyiapkan pesanan ke empat pemuda tampan itu.
"Saki, ku dengar kau akan ikut pertandingan Kendo bulan depan, benarkah?" Ryo bertanya, mengabaikan panggilan-panggilan para gadis untuknya.
"Hn. Di Tokyo." Saki tersenyum tipis. Tentu hanya ke tiga sahabat tampannya yang dapat melihatnya.
"Wah, benarkah?" Pemuda berperawakan cina di sebelah kanannya tampak antusias.
"Hn. Dan kalian tentu akan ikut bersamaku." Ketiga sahabatnya sontak tersenyum bersamaan.
"Dengan senang hati, Saki-sama." Ryo menyeringai tipis. Pemuda itu berdiri sejenak untuk memperagakan gerakan seorang butler. Taka dan Hiro sontak tertawa, begitu juga dengan Saki. Walau ia hanya mendecih kecil dan menyeringai tipis, tapi itu cukup membuat para gadis yang melihatnya berteriak histeris. Pasalnya pemuda merah muda itu terkenal akan sikapnya yang dingin dan jarang sekali tersenyum.
"Lihat itu! Saki-kun tersenyum seperti itu, tampan sekali!" Para gadis berbisik, melihat pemandangan yang jarang sekali terjadi.
Di sudut lain di kantin, empat pemuda lainnya menikmati makanan mereka sambil sesekali melirik para gadis yang mulai berbisik membicarakan klub terkenal itu.
"Jadi itu yang kalian sebut bangsawan?" Sasuke melirik Sai. Pemuda itu mengangguk kecil sambil tersenyum.
"Ini pertama kalinya aku melihat Saki tersenyum seperti itu, walau itu hanya seringai tipis." Naruto tertawa pelan. "Wajahnya manis juga untuk ukuran anak laki-laki ya." Pemuda kuning jabrik itu kembali melanjutkan. Ia kembali menatap sahabat-sahabatnya.
"Jika mereka sekelompok para gadis, aku akan setuju dengan pendapatmu, Naruto." Sai menyetujui ucapan sahabatnya.
"Tapi sayangnya, harapan tak seindah kenyataan, Sai. Mereka ber empat anak laki-laki." Naruto menghela napas kecil sebelum kembali memakan Italian Ice cream miliknya. "Menurutmu bagaimana, teme?" Sambungnya.
"Aku tidak begitu peduli, dobe. Bagaimana pun juga, mereka itu laki-laki. Aku tak akan membayangkan mereka sebagai anak perempuan." Sasuke berkata malas.
"Kenapa kalian tiba-tiba tertarik dengan klub itu? Bukankah biasanya kalian berdua acuh saja pada mereka? Ya, sebelum Sasuke pindah, tentunya." Pemuda berambut panjang yang semula hanya diam mendengarkan ocehan teman-temannya, akhirnya bersuara. Ia tetap duduk tenang di tempatnya sambil sesekali mengunyah makanannya.
"Aku hanya tiba-tiba tertarik. Lagi pula, Sasuke yang memulai bertanya duluan." Naruto melirik Sasuke yang balas meliriknya dengan malas. Melemparkan alasan pada orang lain, eh Naruto? "Bagaimana jika kita berteman dengan mereka?" Seketika pikiran itu terlintas begitu saja di benaknya, namun Naruto terlihat begitu antusias.
"Kau hanya akan ditolak mentah-mentah oleh mereka, Naruto." Hyuga Neji, pemuda dengan rambut panjang itu menyesap tehnya.
"Ah, benarkah!?" Naruto menghela napas kecil, kehilangan semangatnya yang semula ia tunjukkan. Sai yang melihat itu hanya terkekeh kecil. Namun ketika ia mengingat sesuatu, ia kembali menatap Neji dengan serius dan bertanya, "ah ya Neji, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
"Hn?"
"Bukankah kau sepupu dari Hyuga Hiro? Tapi, kenapa kau tidak sepopuler dia? Dan kenapa kau tidak bergabung dalam klub mereka?" Sai sedikit bingung, pasalnya mereka sudah tahu jika Neji adalah sepupu Hiro, tapi kenapa ia tidak bergabung dengan klub itu? Apa jangan-jangan mereka tidak begitu dekat?
Mana bisa ku katakan pada mereka bahwa alasannya adalah karena mereka semua itu sebenarnya anak perempuan. Lagi pula, aku sudah berjanji pada mereka untuk tidak mengatakan apapun dan pada siapapun tentang rahasia mereka. Batin Neji.
"Di keluarga kami, kalangan bawah hanyalah penjaga untuk kalangan atas. Aku terlahir di kalangan bawah, sedangkan Hiro-sama lahir di kalangan atas." Neji kembali menyesap tehnya. "Lagi pula, mereka sudah berteman sejak kecil. Aku baru mengenal mereka sejak satu sekolah dengan mereka di Konoha Junior High School."
"Jadi mereka sudah membuat klub itu sebelum kalian bertemu?" Naruto cukup penasaran. Pasalnya, ia sudah mendengar desas desus tentang klub itu sejak mereka berada di tahun ke dua di Junior High School.
"Hn. Yang ku dengar dari Saki-sama, mereka sudah mendirikan klub itu sejak saat mereka memasuki tahun keempat sekolah dasar." Jawab Neji datar.
"Gila! Itu sudah lama sekali! Lalu, apa benar Saki adalah orang yang dingin seperti yang kita dengar selama ini?" Naruto cukup terkejut, tapi ia juga cukup penasaran dengan ketua klub terkenal itu.
"Ya, dan tidak."
"Neji, itu bukan jawaban." Naruto memutar kedua bola matanya bosan. "Aku ingin jawaban pasti."
Neji kembali menyeruput teh nya. Ia melirik Sai dan Sasuke yang sepertinya juga menunggu jawaban pasti darinya. "Haah." Ia menghela napas pelan.
"Aku tidak bisa mengatakan dia tidak dingin, tapi aku juga tidak bisa mengatakan dia dingin. Saki-sama itu hanya dituntut untuk membuang semua rasa pedulinya, melupakan semua rasa empati dan simpatinya. Kalian bahkan sudah tahu dia lahir sebagai penerus Yakuza, 'kan?" Neji melirik ke tiga temannya, tapi ia memaklumi bahwa Sasuke baru tahu itu.
"Ah, ya kau benar. Aku lupa itu." Naruto menepuk jidatnya sendiri. Ia tersenyum maklum, memahami situasi ketua klub terkenal tersebut. Sai bahkan tak menunjukkan senyum palsunya seperti biasa. Hanya senyum kecil tanda ia juga merasa simpati pada pemuda merah muda itu. Ya, walau sebenarnya mungkin saja pemuda merah muda itu tak membutuhkan rasa simpati mereka.
Ketika mereka dengan santai kembali menikmati makanan dan minuman mereka, teriakan seorang gadis kembali menjadi pusat perhatian siswa dan siswi yang masih berada di kantin. Naruto, Sai, Neji, dan Sasuke yang sebelumnya kembali memperbincangkan hal lain, mau tak mau ikut memperhatikan adegan tersebut.
Tak jauh berbeda dengan ke empat pemuda tampan yang menjadi sorotan satu sekolah KIHS yang tengah menikmati makanan mereka dalam diam. Mau tak mau, mereka juga ikut menegakkan kepala melihat kegaduhan yang terjadi. Pemuda pirang di antara mereka mengambil tissue di atas meja dan membersihkan sudut mulutnya sebelum berbicara. "Wah, wah." Ia menyeringai tipis sebelum melirik sahabat merah mudanya. "Bagaimana ini, tuan muda?"
"Hei, kau! Kau tidak punya mata untuk melihat ya!? Blazerku jadi basah karena kau!" Seorang gadis bersurai merah meneriaki gadis di hadapannya yang sedikit lebih rendah darinya.
"Ma-maafkan aku, Tayuya-san, aku tidak sengaja." Gadis yang diteriaki, menunduk dalam. Kedua tangannya masih menggenggam erat nampan berisi makanan yang sudah tak lagi berada di sana. Tangannya bergetar hebat karena takut bercampur malu.
"Maaf saja tidak cukup untuk membersihkan blazerku, idiot! Ambil ini dan buang! Kau harus membelikan yang baru untukku! Aku tidak mau menggunakan blazer kotor itu lagi!" Tayuya, gadis bersurai merah itu meneriakinya sambil melemparkan blazer hijau tua miliknya ke wajah gadis di hadapannya. Blazer itu basah, akibat sup yang dibawa sang gadis di hadapannya tumpah saat mereka bertabrakan.
"Gadis merah itu selalu membuat keributan, eh?" Taka memutar kedua bola matanya bosan. Hiro hanya diam, ia bahkan juga sudah cukup lelah melihat keributan yang selalu gadis itu buat.
"Hei tuan muda, kau mau kemana?" Ryo sedikit bingung saat Saki berdiri dari tempat duduknya dan hendak berjalan meninggalkan meja mereka.
"Membereskan hama yang ada di kediamanku." Saki berujar datar, Ryo menarik sudut bibirnya tipis ketika pemuda merah muda itu berjalan santai ke arah Tayuya dan Matsuri berada.
"Maksudnya?" Tenten sedikit tidak mengerti. Ia kembali mengunyah strawberries arnaud-nya sambil masih melirik Saki..
"Saki-kun berniat menuntaskan masalah yang terjadi diantara Tayuya dan gadis berambut coklat di depannya itu, Taka-kun." Ucap Hiro tersenyum.
"Oh."
Berbeda dengan keadaan di tempat duduk Sasuke, mereka tidak sedikit pun bergerak untuk menengahi perdebatan tersebut, mereka malah hanya memperhatikan keributan yang terjadi tanpa mau ikut campur. Namun, ketika sudut matanya menangkap warna merah muda yang bergerak, ia memperhatikan objek tersebut dengan seksama. Ia cukup penasaran apa yang dilakukan si pemuda merah muda itu. Apa yang ingin dilakukannya? Batin Sasuke.
"Hei, lihat! Saki-kun mengambil blazer Tayuya! Apa yang akan dilakukan Saki-kun?" Para siswa dan siswi yang melihat kejadian itu berbisik. Tak terkecuali Naruto yang tengah bergumam sendiri karena ketiga temannya hanya sibuk memperhatikan kejadian tersebut dalam diam.
"Sa-Saki-kun?" Saki sontak menarik nampan di genggaman tangan Matsuri dan menaruhnya di meja terdekat, tak peduli para siswa dan siswi yang masih berada di sana. Ia juga mengambil blazer yang ada di wajah gadis itu. Ia menangis, Saki melihatnya sejenak sebelum kembali beralih menatap Tayuya.
"Ku kembalikan. Kau masih bisa menggunakannya" Saki berkata datar, namun terkesan dingin. Ia memberikan blazer hijau tua itu pada Tayuya.
Tayuya cukup terkejut. Ia menatap pemuda merah muda itu takut-takut. "Ta-tapi blazer ini sudah kotor." Tayuya masih memberanikan diri untuk membela dirinya.
"Kau bisa mencucinya."
"Ta-tapi dia yang salah Saki-kun, a-aku hanya ingin memberinya pelajaran."
"Dengan menyuruhnya membelikanmu blazer baru?"
"Ta-tapi-"
"Kau pikir, kau yang memiliki kuasa di sekolah ini?" Nadanya tak lagi sedatar sebelumnya. Ia menatap tajam gadis merah di hadapannya.
"Ti-tidak. A-aku hanya ingin memberinya pelajaran Saki-kun." Tayuya mulai ketakutan. Gadis merah itu tahu, Saki tidak lagi melunak padanya.
"Berikan blazermu."
"E-eh?"
"Kau tidak tuli." Saki menadahkan tangannya. Ia menatap datar si gadis merah.
"I-ini, Saki-kun." Tayuya memberikan blazernya takut-takut.
'GREEK'
"Eh!?" Seluruh siswa dan siswi yang berada di kantin berteriak bersamaan. Begitu juga dengan Naruto. Sasuke, Sai, dan Neji yang bahkan tak sadar telah membuka mulut mereka karena terkejut. Haruno Saki merobek blazer gadis merah itu menjadi dua bagian dengan satu tarikan kuat.
"Sa-Saki-kun! A-apa yang kau lakukan pada blazerku?" Tayuya terkejut bukan main, matanya terbelalak sempurna melihat blazernya yang sudah menjadi dua bagian. Bahkan Matsuri yang sebelumnya hanya diam karena menangis, kini membelalakkan matanya tak percaya.
"Kau pantas mendapatkannya. Ambil, dan keluar segera dari sekolah ini. Mulai besok, kau tidak lagi bersekolah di sini." Ucapan Saki sontak membuat semua siswa dan siswi terkejut, begitu pula dengan Tayuya yang terbelalak kaget karena tak dapat membendung keterkejutannya. Matsuri bahkan hanya dapat mematung di tempat setelah mendengar ucapan Saki yang kemudian berjalan menjauhi mereka setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
To be Continued
A/N :
Pertama-tama, saya minta maaf karena harus men-delete dan meng-update baru lagi cerita yang udah nyampe 18 Chapter ini.. Tapi dari pada discontinue, jadi ya mau tidak mau di repost ulang saja. Sekali lagi saya minta maaf. Alasannya sudah tertera di profile saya, jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.
Mind to RnR?
