Disclaimer : Vocaloid won't ever be mine, but this fanfict is originally mine. Don't you dare to copy it.
Warning : Typo, semi-typo, OOC, OOT, alur kecepetan, gak nyambung, gak jelas, dan sebagainya …
Rated : Teen
Genre : Romance
Author : Yosh! Pertama kalinya bikin fict MizkixYuuma … Bye GakuxLuka :')
Mizki : Sabar ya author … Semua pasti ada hik- … Bukan. Ini bukan maksud saya …
Yuuma : Ah, sudahlah, minna, mohon dibaca ya ^^
Mizki : Selamat menikmati, minna-san!
Author : ^^ *inner: Yah, mereka gak serusuh Luka dkk -_- *
Yuuma's POV
Suasana kelas II-A SMP Kanto tampak riuh. Ini karena Prima-sensei, wali kelas kami belum datang. Padahal, bel sudah berbunyi 15 menit yang lalu.
"Hhh … Membosankan …" gumamku.
"Yuuma-kun, daijobu?" kata seorang anak perempuan. Dia … kalau tidak salah … Ling?
"Ng, daijobu ne!" jawabku sambil tersenyum kepada anak itu. Anak itu langsung blushing melihat senyumanku, dan melihat ke arah lain. Aku diam kembali menunggu Prima-sensei datang.
Tiba-tiba, pintu kelas terbuka. Anak-anak langsung terdiam. Prima-sensei melangkah masuk ke kelas.
"Good morning, student!" sapa Prima-sensei. Yap, dia bukan orang Jepang asli. Dia berasal dari Amerika.
"Good morning too, Madam." jawab kami sambil cekikikan. Prima-sensei membalasnya dengan tawa kecil.
"Semuanya, sensei punya pengumuman untuk kalian semua. Hari ini, ada seorang murid baru. Dia pindahan dari Amerika, tetapi dia orang Jepang asli. Baiklah, ayo masuk, Mizki-san!" kata Prima-sensei.
Seorang anak perempuan berambut hitam sepunggung yang diurai memasuki kelas. Anak-anak langsung riuh. Banyak yang berkomentar tentang anak itu. Anak itu cantik lah, putih, manis …
'Anak itu manis juga ya … Eh? Tapi … Perasaan aku pernah melihat dia, tapi di mana ya?' pikirku.
"Minna-san, namaku Hikaruno Mizki. Kalian dapat memanggilku dengan Mizki. Aku bersekolah di sini mulai hari ini. Mohon bantuannya, semua!" katanya sambil membungkukkan badannya dan tersenyum.
'Senyuman anak itu, aku merasa ada sesuatu di baliknya …' pikirku lagi.
"Nah Mizki-san, silahkan duduk di sebelah Yuuma-kun ya." kata Prima-sensei sambil menunjukku. Aku kaget. Ah, iya ya. Rion tidak masuk hari ini …
Anak itu berjalan menuju bangkuku, menaruh tasnya, lalu duduk di sebelahku.
"Ng … Mizki-san, perkenalkan, aku Kaai Yuuma. Kau dapat memanggilku Yuuma. Salam kenal ya!" kataku sambil tersenyum riang.
.
.
Mizki's POV
"Ng … Mizki-san, perkenalkan, aku Kaai Yuuma. Kau dapat memanggilku Yuuma. Salam kenal ya!" kata orang di sampingku. Dia tersenyum ramah kepadaku.
Dia … Senyumnya … Penuh ketulusan. Berbeda denganku …
Dan, anak ini, sangat mirip dengan 'dia' …
"Ah, iya, mohon bantuanmu, Yuuma-san!" kataku sambil membalas senyumannya.
"Mizki-san pindah dari Amerika ya? Sendirian?"
"Ah tidak, ada adik laki-laki. Kelas 4 SD."
"Oh, souka … Kau pasti kakak yang baik ya!" pujinya sambil tersenyum riang.
Orang ini … Benar-benar … Berbeda dariku …
"Ehem! Yuuma-kun, bisa kita mulai pelajarannya?" kata Prima-sensei sambil tertawa pelan. Rupanya, daritadi Prima-sensei memperhatikan aku dan dia …
"I-Iya sensei!"
Yuuma's POV
Bel istirahat pertama berbunyi. Aku membereskan buku-bukuku, begitu pula dengan Mizki-san. Tiba-tiba, aku mendapat sebuah ide.
"Mizki-san! Bagaimana … kalau kutemani kau ke keliling sekolah?" kataku sambil nyengir.
Dia menoleh.
"Eh? Boleh saja sih … Jika Yuuma-san nggak keberatan, nggak apa-apa kok!" jawabnya sambil tersenyum. Senyuman itu … lagi.
"Ayo!" kataku sambil menggandengnya. Dia tampak kaget. Tapi dia menurut dan mengikuti langkahku.
.
.
Mizki's POV
Yuuma-san mengajakku berkeliling sekolah. Aku menerima saja ajakannya. Entah kenapa, dia mengingatkanku pada anak 'itu'. Ah, tidak. Anak itu sudah lama menghilang. Tapi, mereka berdua begitu mirip, bahkan …
"Mizki-san? Mizki-san? Daijobu?" suara Yuuma-san memecahkan lamunanku.
"Eh? H-Hai, daijobu desu."
"Ah … Kukira ada apa … Ah, ini ruangan klub judo."
Judo … Hmm …
Yuuma-san lalu mengajakku ke tempat-tempat lain. Tapi entah kenapa, setiap lorong sekolah yang kulewati bersama dia, semua perempuan memandangku. Memangnya apa salahku ya?
.
.
"Nah! Ini yang terakhir! Kantin sekolah! Agak jauh dari ruangan kelas, makanya jika bel istirahat sudah berbunyi, segera saja ke sini jika kau lapar. Takutnya nanti terlambat masuk kelas … Ah, tapi Prima-sensei bukanlah tipe guru yang suka menghukum muridnya kok!" katanya sambil menjulurkan lidahnya keluar.
Aku hanya tertawa pelan. Dia mengajakku kembali ke kelas. Tapi, dalam perjalanan ke kelas, aku merasa kami diikuti oleh seseorang ...
Bel istirahat kedua berbunyi. Yuuma-san ingin mengajakku ke kantin. Tapi tiba-tiba …
"Yuuma! Kau dan aku dicari Kiyoteru-sensei di ruang guru! Ayo!" kata Gumiya, teman sekelas kami.
Raut muka Yuuma-san tampak berubah. Sepertinya, dia kecewa.
"A-Ano, Mizki-san …"
"Daijobu. Kau dapat mentraktirku kapan-kapan kan?" kataku sambil tersenyum.
Dia mengangguk dan tersenyum, lalu pergi menuju ruang guru bersama Gumiya.
"Mizki-san?"
Aku menoleh. Seorang anak berambut hijau pendek. Ternyata dia yang memanggilku.
"Namaku Gumi Megpoid. Kau dapat memanggilku Gumi. Mizki-san mau ke kantin bersamaku? Aku dan Aoki-chan baru saja mau ke kantin …" katanya sambil menunjuk seorang anak berambut biru-ungu.
"Aku Aoki Lapis. Salam kenal, Mizki-san!" katanya.
"Ah … Panggil saja aku Mizki-chan. Benarkah aku boleh pergi bersama kalian ke kantin?"
"Tentu saja! Dengan senang hati!" kata Gumi ramah.
Sesampainya di kantin, kami memesan makanan kami masing-masing. Aku memesan ramen, Gumi-chan memesan sandwich, dan Aoki-chan memesan crepes. Setelah mendapatkan pesanan kami masing-masing, kami segera duduk di sebuah meja. Kami berbincang-bincang bertiga …
"Eh, Mizki-chan, Prima-sensei itu juga dari Amerika lho! Dia pindah setahun yang lalu …" cerita Aoki.
"Eh? Iya sih, muka Prima-sensei bukan muka orang Jepang …" tuturku.
'Tapi, rasanya aku pernah melihat Prima-sensei sebelumnya deh …' kataku dalam hati. Aku menyeruput kuah ramenku. Ah! Lebih baik aku menanyakan tentang hal ini …
"Eh Gumi-chan, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Eh? Silahkan saja, Mizki-chan!"
"Begini, saat aku diajak berkeliling sekolah sama Yuuma-san tadi, rasanya semua anak perempuan memandangiku …"
Gumi meghentikan makannya. Dia menatapku, lalu tersenyum.
"Begini, Mizki-chan. Yuuma-kun terkenal di sekolah ini. Dia kapten basket, dan dia bekerja sebagai seorang model … Makanya, banyak anak perempuan yang nge-fans sama dia. Bahkan, dia punya fanclub."
Aku manggut-manggut. Tapi tiba-tiba, Gumi menatapku dengan serius.
" … Tapi, sebaiknya kau hati-hati terhadap Ling-san. Dia merupakan ketua fanclub itu. Dia sepertinya … tidak suka jika ada anak perempuan yang dekat-dekat dengan Yuuma-kun. Berhati-hatilah, Mizki-chan!" katanya lagi.
Aku menganggukkan kepalaku. Tiba-tiba, aku ingin pergi ke kamar mandi.
"Gumi-chan, aku pergi ke kamar mandi dulu ya?"
"Oh, oke!"
Yuuma's POV
Aku telah menyelesaikan urusanku di ruang guru. Gumiya telah kembali ke kelas.
'Duh, sekarang Mizki-san di mana ya? Aku merasa tak enak meninggalkannya … Ah! Mungkin dia ke kantin!' gumamku. Aku segera berlari menuju kantin.
.
.
"Ah, Gumi-chan! Apa kau melihat Mizki-san?" tanyaku pada Gumi yang sedang makan bersama Aoki.
"Yuuma-kun! Tadi dia bersama kami, tapi tadi dia izin ke toilet, tapi … Entah kenapa dia tidak kembali-kembali … Aku takut terjadi sesuatu padanya …"
"Kalau begitu, biar aku saja yang mencarinya!" kataku panik.
Mizki's POV
Sesudah aku keluar dari kamar mandi, ada sekitar 20an anak perempuan mengepungku.
"Kalian … Mau apa? Sebaiknya jangan macam-macam …" ucapku kalem.
Seorang anak perempuan bertubuh gendut mendorongku hingga aku jatuh ke tanah. Kemudian, seorang anak perempuan berkepang menarik dan kemudian mencengkram kerah bajuku.
"Kau … Anak baru … Tapi sudah berani mendekati Yuuma-kun, heh?"
"Kau Ling ya? Si ketua fanclub itu? Aku tidak takut kepadamu." kataku dengan wajah datar.
Anak itu mendekatkan wajahnya ke wajahku, lalu dia mengepalkan tangannya, bersiap-siap menonjokku …
.
.
Yuuma's POV
Aku berlari hingga nafasku tersenggal-senggal. Aku mencemaskan Mizki-san. Aku hampir sampai di toilet itu. Tapi, tiba-tiba … aku melihat Mizki-san menendang 2 orang anak perempuan. Dia menangkis serangan seorang anak perempuan, lalu menjatuhkannya ke tanah. Aku terdiam kaku di tempatku. Ada sekitar 20an anak yang berada di tanah. Sepertinya … Mereka semua dikalahkan oleh Mizki-san …
"Kau … Jangan berani mengusikku … Lagi." kata Mizki-san kepada seorang anak berkepang yang dijatuhkannya itu. Anak itu tidak berani membalas perkataannnya. Anak itu … bukankah dia Ling?
"Mizki … San?" aku memanggilnya pelan.
Dia menoleh. Wajahnya tampak kaget saat melihatku.
"A-Ano, Y-Yuuma-san, i-ini tidak seperti yang kau piki- …"
Aku langsung memeluknya. Erat sekali. Aku benar-benar mencemaskannya. Bagaimana jika dia terluka parah? Wajahnya tampak kaget saat dia kupeluk. Mukanya memerah.
"Aku mengerti. Kau baik-baik saja kan? Aku mencemaskanmu, Mizki-san."
" … I-Iya. A-Aku baik-baik saja kok ..."
Akhirnya, waktu pulang sekolah tiba. Setelah kejadian itu, aku dan Mizki-san melaporkan Ling dan kawan-kawannya ke ruang BK. Mereka mendapat diskors. Untunglah, Mizki-san tidak dihukum apa-apa. Aku dan Mizki-san berjalan keluar dari kelas.
"Ne … Aku kaget … Ternyata Mizki-san pintar bela diri ya …" ucapku.
"Eh? Aku ikut judo! Terus, aku juga suka sama kendo! Hasilnya begini deh …"
Aku tertawa kecil. Akhirnya, kami sampai di pintu gerbang sekolah.
"Ano, mau kuantarkan ke rumahmu?" aku menawarkannya.
"Tidak usah ne, adikku menunggu di suatu tempat. Kami sudah janji bertemu di sana, soalnya habis itu kami ada urusan. Jaa ne, Yuuma-san!" katanya sambil melambaikan tangan. Aku membalas lambaian tangannya, dan berjalan menuju rumahku.
"Tadaima …" ucapku setelah sampai di rumah. Aku melihat adikku, Yuki, langsung berlari ke arahku.
"Okaeri, nii-chan!" katanya. Aku menepuk kepalanya pelan.
"Yuki, di mana kaa-san?" tanyaku padanya. Yuki menunjuk sebuah kamar. Aku berjalan menuju ke sana.
"Kaa-san, aku sudah pu- eh? Sejak kapan kamar ini jadi begini?" ucapku.
"Oh Yuuma. Sudah pulang? Hari ini nggak ada pemotretan?" tanya kaa-san.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Ini kan hari Senin. Nggak ada pekerjaan hari ini. Kaa-san, kenapa kamar ini jadi rapi sekali? Terus kenapa ada satu tempat tidur lagi, tapi lebih kecil?" tanyaku.
Kaa-san tersenyum.
"Ayah menelepon, katanya ada anak dari temannya yang mau menumpang tinggal di sini. Satu perempuan dan satu laki-laki. Yang perempuan seumuran denganmu, yang laki-laki seumuran Yuki. Begitu kaa-san mendapat telepon itu, kaa-san langsung pulang dari butik ke rumah setelah menjemput Yuki." jawab kaa-san.
Aku manggut-manggut.
"Tidak masalah kan, dia dan adiknya tinggal di sini? Justru kau bisa dapat teman baru … Kan kaa-san juga sering tidak ada di rumah …" lanjutnya.
Aku mengangguk-anggukan kepalaku. Kemudian, aku izin mandi kepada kaa-san.
Setelah selesai mandi, aku pergi ke ruang tamu. Kulihat, Yuki sedang menonton TV sambil makan cookies. Aku duduk di sampingnya dan menepuk kepalanya pelan. Dia menoleh padaku, dan tersenyum. Aku membalas senyumannya.
"Nii-chan, tau tidak? Hari ini aku punya seorang teman baru lho! Dia pindahan dari Amerika! Dia anak laki-laki yang lucu! Tapi bahasa Jepangnya agak tertatih-tatih, karena dia terlalu lama tinggal di Amerika …" cerita Yuki.
'Ame … Rika? Sama dengan Mizki …' gumamku.
"Ah, hari ini nee-chan juga ada seorang teman baru." kataku sambil tersenyum.
"Eh? Benarkah? Biar kutebak, dia pasti perempuan ya? Soalnya muka nii-chan kayak senang begitu …"
Mukaku memerah.
"E-Enggak kok! B-Biasa saja!"
Yuki tertawa pelan.
"Orangnya seperti apa nii-chan?"
"Hng … Dia manis, cantik, terus dia jago judo. Dia juga pindahan dari Amerika. Dia suka tersenyum, tapi, aku merasa …"
"Merasa apa?"
"Ah, tidak, lupakan saja."
Yuki mencibirkan mulutnya. Aku hanya tertawa kecil.
Tiba-tiba, bel rumahku berbunyi.
"Yuuma, bisa tolong bukakan pintunya? Kaa-san sedang sibuk memasak untuk makan malam nih! Mungkin itu tamu kita yang mau menginap itu!" teriak kaa-san dari dapur.
"Iya!" jawabku. Aku segera belari menuju pintu depan. Aku membuka pintunya. Seorang anak perempuan berambut pendek warna hitam yang membawa 2 buah koper, dan seorang anak laki-laki seumuran Yuki berambut blonde, yang mata sebelah kirinya ditutupi perban. Aku kaget. Anak perempuan ini kan … Mizki-san?!
.
.
Mizki's POV
Aku kaget saat seorang anak laki-laki membuka pintu rumah itu. Yuuma-san?
"M-Mizki-san?" ucapnya dengan kaget.
"Eh, Y-Yuuma-san?" kataku dengan tak kalah kagetnya.
"Ah, kau sudah datang! Kau yang dari Amerika itu kan? Ayo silahkan masuk!" kata seorang wanita yang memakai celemek memasak. Dia tampak cantik dan dewasa. Dia pasti … Ibunya Yuuma-san ...
"P-Permisi tante." kataku. Aku membawa masuk koperku dan menggandeng Oliver masuk.
"E-Eh? Oliver-kun?" kata seorang anak kecil berkuncrit dua sambil menunjuk adikku.
"Yuki-chan? I-Ini rumahmu?" ucap Oliver dengan muka kaget.
"Yuki … Kau mengenalnya?" tanya Yuuma-san kepada anak berkuncrit itu. Pasti dia adik Yuuma-san …
"I-Iya! D-Dia adalah anak laki-laki yang kuceritakan kepada nii-chan tadi!" jawab Yuki. Yuuma tampak kaget mendengar jawaban Yuki.
"Ah … Dia … Juga anak perempuan yang kuceritakan tadi, Yuki." kata Yuuma-san kepada adiknya. Aku dan Oliver diam saja memandangi pembicaraan Yuuma-san dan adiknya.
'Jadi … Ini … Rumah Yuuma-san? Besar juga …' lamunku.
"Jadi … Dia adikmu, Mizki-san?" tanya Yuuma kepadaku. Aku segera tersadar dari lamunanku.
"I-Iya."
.
.
Yuuma's POV
"Rambutnya berbeda denganmu ya. Kau hitam, dia blonde." lanjutku.
"Ah, itu karena kaa-san kami orang Amerika." jawabnya. sambil tersenyum. Tapi …. Aku merasa … Di balik senyumannya barusan … Aku merasa … Ada kesedihan di baliknya…
"Lalu, ke mana kaa-sanmu, Mizki-san?" tanyaku lagi.
Raut muka Mizki-san dan adiknya tampak berubah. Mereka tampak sedih saat aku menanyakan hal itu.
"Ng … Dia …"
"Wah, kalian berempat sudah saling mengenal ya?" tanya kaa-sanku. Dia berjalan dari dapur.
"Ah Mizki-chan, Oliver-kun, taruh barang bawaan kalian di sini dulu ya …" ajak kaa-san kepada Mizki-san dan adiknya. Dia menunjuk kamar yang tadi dirapikan nya.
"B-Baik tante." jawabnya Mizki-san dan adiknya bersamaan.
Author : Yap! Chapter pertama-nya selesai! =w=
Mizki : Huft … Tapi kenapa jalan ceritanya harus begini? ._.
Author : Sudahlah … Ada yang senang dengan jalan cerita begini lho … *tunjuk Yuuma*
Yuuma : *blush* E-Enggak kok!
Mizki : Yuuma-san, daijobu? Kau demam? *pegang jidatnya*
Yuuma : … *makin blush*
*Mizki panik, si Author cuma geleng-geleng kepala*
Aoki : Hmm … Permisi minna-san … Maaf mengganggu. Mohon reviewnya ya! Arigato ^^
