Eternity

© Kurotsune Ruuka

Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto, Eternity Kurotsune Ruuka

Rate : T

Warning! : Abal =w=. Vampire Fic. Bloody scenes later. Bit OOC. AU.

Enjoy! ;]


Lari. Lari. Tidak tahu harus kemana, tetapi aku terus menerus berlari tanpa lelah, tanpa henti, tanpa tujuan. Tersesat dalam kegelapan abadi, aku terus mencari jalan keluar. Tak ada yang lain selain kegelapan. Aku selalu takut dengan kegelapan ini. Aku tak pernah terbiasa dengan kegelapan ini. Tidak. Aku lebih takut jatuh cinta daripada terus berada disini. Apalagi jatuh cinta denganmu. Karena kita berdua sama-sama tahu. Kau akan mati, sementara aku akan terus mencintaimu dalam kesendirian yang tak terkikis oleh waktu.

Uchiha Obito.

Laki-laki dengan nama seperti itu sudah lama tiada dari dunia. Jasadnya sudah terkubur ke dalam tanah dan menjadi tulang belulang yang tak berjiwa. Dan nantinya tulang belulangnya akan menjadi fosil tua. Fosil yang bisa kugenggam dengan kedua tanganku, tetapi tak bisa kupeluk seperti dulu. Tak ada kehangatan dari sekeping fosil, hanya ada dingin yang menghantar.

Untung saja, aku masih bisa menutup hatiku kembali. Tetapi, ia pernah berhasil membuka hatiku meski hanya sedikit yang terbuka. Dari celah sempit itu ia berhasil membuat dirinya menyusup masuk ke dalam relung hatiku dan memaksaku terus mengingat memori akan dirinya. Memori yang kini hanya akan membuatku terluka jika ingat akan dirinya.

Meskipun memori tentangnya hanya berupa suara dan kalimat-kalimatnya, tetap saja semua itu terpatri kuat dalam otakku. Tak dapat terkikis. Tak dapat dihapus. Aku tak dapat mengelak untuk terus mengingatnya dalam setiap detik kehidupanku. Selama ini aku hanya bisa merutuki, mengapa pertahanan pintu hatiku pernah gugur hingga ia bisa menyusup masuk dan mengukir dirinya dalam hatiku?

Obito. Walaupun jasadmu telah menjadi tulang yang membentuk dirimu, tetapi mengapa dirimu masih melekat dalam ingatanku? Mengapa kau tak mau pergi? Ingin kuhapuskan semua tentangmu yang melekat erat ini, namun tak bisa. Aku hanya ingin lepas dari penderitaan karena mengingat dirimu yang tak ada lagi disisiku. Lepas dari penderitaan tanpa akhir ini.

.

.

.

.


Chapter 1 : Those Blind Eyes

Sepasang mata berwarna emerald bening membuka kelopak matanya. Begitu dalam dan tak berdasar. Seperti itulah cerminan ketika kau memandang ke dalam sepasang mata indah itu. Sepasang mata indah yang sudah kehilangan cahayanya untuk selamanya, memaksa sang pemilik untuk tenggelam dalam kegelapan, terlebih lagi kegelapan itu akan terus membuntutinya dalam hidupnya yang abadi.

"Sakura-sama, saya diperintahkan Minato-sama untuk menjemput anda ke ruangannya. Beliau bilang ada yang ingin dibicarakan dengan anda." ujar suara seorang wanita dengan baju maid berwarna putih yang panjangnya mencapai betis.

"Shion." ujar Sakura sembari beranjak dari posisi tidurnya. Ia terduduk di pinggir tempat tidur mewahnya. Sepasang mata emeraldnya menatap keluar jendela, tetapi kenyataannya tak ada yang ditatapnya. Hanya kegelapan yang bisa ia lihat.

Gadis berambut putih itu berjalan ke arah Sakura. Ia membantu gadis berambut pink itu berdiri kemudian membantunya berjalan, bertindak sebagai navigator menuju ke ruangan yang dimaksud Shion. Gadis berambut pink itu hanya menuruti kemana ia akan dibawa oleh Shion.

KRIET

Shion membuka pintu kayu berat yang merupakan jalan masuk ke ruang kerja Minato. Ia kembali membantu Sakura berjalan agar tak menabrak sesuatu. Dengan sikap sopan ia menyediakan bangku di depan meja kerja Minato untuk tempat Sakura duduk. Ia membantu Sakura agar duduk di tempat yang barusan disediakan olehnya.

"Perintah anda sudah saya laksanakan, Minato-sama." ujar Shion sembari membungkuk pada laki-laki yang duduk di sebrang kursi yang diduduki Sakura.

Gadis berambut putih itu berdiri di samping kursi Sakura dengan sikap sempurna. Kedua tangan terletak rapi di depan tubuhnya. Kepala yang agak tertunduk dan mata yang terpejam, serta telinga yang siap menerima perintah.

"..." Minato terdiam. Ia melirik ke arah Shion.

"Ada apa, Minato-sama?" tanya Shion yang instingnya tajam. Walaupun matanya terpejam, ia dapat merasakan perbedaan sikap Minato.

"Panggilah Naruto kemari. Kemudian, segera siapkan sarapan pagi. Setelah itu, baru kau kembali kemari untuk mengantar Sakura kembali ke kamarnya." perintah Minato pada Shion yang kemudian dibalas oleh anggukan dan kata 'baik' yang disampaikan secara sopan sebelum ia keluar dari ruangan tersebut.

BLAM

Pintu kayu ruangan Minato tertutup kembali. Shion telah keluar dari ruangan tersebut untuk melaksanakan perintah Minato. Sebenarnya perintah Minato hanyalah alasan agar Minato dan Sakura bisa berdua. Minato butuh privasi untuk menyampaikan sesuatu yang penting pada Sakura, putri angkatnya.

"Sakura. Dua hari lagi, akan ada pesta di kediaman Uchiha. Dan Uzumaki, sepeti biasa diundang dalam pesta macam ini." ujar Minato mengawali pembicaraan mereka.

Sakura terdiam. Sepertinya ia mengetahui akan kemana arah pembicaraan ini dan ia tidak akan suka.

"Pesta Uchiha yang kali ini adalah pesta akhir masa remaja anak bungsu mereka. Pesta ini adalah pesta perkenalan Uchiha Sasuke pada masyarakat." sambung Uzumaki Minato, kepala keluarga Uzumaki yang tak lain adalah ayah angkat Uzumaki Sakura.

Gadis berambut pink itu tampak kaget mendengar nama Uchiha Sasuke. Mata emeraldnya yang tak bisa menangkap cahaya sedikit pun membulat kaget. Uchiha, nama keluarga yang sama dengan seseorang yang mematri dirinya selekat mungkin di dalam hati dan pikiran Sakura. Nama yang meninggalkan kenangan sedih pada gadis itu.

"..." Minato terdiam. Ia menarik nafas dalam-dalam. Inilah inti yang ingin dia sampaikan pada Sakura. Dan Minato rasa, setidaknya ia akan sedikit menyinggung perasaan Sakura.

"Dan kurasa, ini juga waktu yang tepat untuk memperkenalkanmu pada masyarakat juga, Sakura."

"Kuharap kau mau. Dan aku rasa, masyarakat tidak akan mengunjingkan dirimu hanya karena kau memiliki sebuah kekurangan, kekurangan dari mata emeraldmu itu." ucap Minato sambil menatap dalam-dalam ke arah sepasang mata emerald yang tak akan bisa membalas tatapan Minato.

Gadis itu terlihat sedikit kaget bercampur tersinggung. Memang benar perkataan Minato dan itu menyinggung bagian sensitif dari perasaan Sakura, kekurangan yang ada pada sepasang mata emerald miliknya. Dan karena kekurangannya itulah, selama ini dirinya selalu mengurung diri di mansion keluarga Uzumaki, di rumahnya ini.

"Kau mau 'kan, Sakura-chan sayang?" rayu suara yang ternyata berasal dari seorang wanita yang baru masuk ke dalam ruangan besar tersebut. Uzumaki Kushina, ibu angkat Sakura. Rambut scarlet panjangnya digelung ke atas. Tubuhnya dibalut oleh sebuah gaun berenda khas abad pertengahan –zaman klasik. Ia tampak anggun dan cantik, apalagi dengan sebuah senyum tersungging..

Sakura tidak menoleh ke belakang. Karena tindakan itu hanya akan menjadi tindakan sia-sia. Ia tidak dapat melihat rupa ibunya, hanya dapat mendengar suara lembutnya yang memancarkan kehangatan.

Kushina melangkahkan kakinya untuk lebih masuk ke dalam ruangan Minato. Ia berjalan menuju kursi yang diduduki Sakura. Tangan halusnya mengelus pelan rambut pink Sakura yang lembut dengan penuh kasih sayang. Wanita itu memperlakukan Sakura seperti anak kandungnya sendiri.

"Baiklah, kaasan..." ujar Sakura pada Kushina, mengalah dan mengabaikan egonya yang tidak ingin keluar dan memperkenalkan diri pada masyarakat. Sakura tidak bisa menang melawan ibu angkatnya ini, apalagi jika Kushina sudah mengelus rambutnya dengan penuh kasih sayang.

"Hehe, akhirnya kau menyerah juga, Sakura-chan." ucap Kushina sambil menyandarkan pipinya di kepala Sakura. Ia terus mengelus rambut pink Sakura dengan penuh kasih sayang. Ia duduk di lengan kursi yang diduduki oleh Sakura.

"Uh." gerutu Sakura pelan. Ia memang selalu kalah oleh Kushina.


oxoxXOXxoxo

Sang mentari telah lama tenggelam di ufuk barat. Sisa cat kemerahan sudah bersih dari sang langit. Hanya ada warna biru gelap merata di langit beserta kerlap-kerlip bintang yang berpendar indah. Rembulan utuh bersinar pucat di antara kegelapan langit malam. Langit tampak indah dengan pendar rembulan dan kerlap-kerlip bintang-bintang kecilnya. Sesekali angin dingin berhembus pelan.

"Bagaimana menurut anda, Mikoto-sama?"

"Bagus, Ino. Kau sudah bertanya seperti itu padaku untuk kesepuluh kalinya."

"Tapi aku rasa gaun hitam kurang cocok denganku. Model rambut yang digelung rapi ini juga. Pita hitam ini juga kurang cocok di rambutku."

"Ino.. Sudahlah. Kau sudah terlihat cantik. Lagipula, Sasuke tak akan terlalu memikirkan hal seperti ini."

Ino terlihat tidak mau mengalah.

"Ta-tapi... Sasuke-kun selalu cuek. Dia selalu tidak peduli padaku dan kurasa itu karena aku tampil kurang menarik dimatanya. Sementara itu, malam ini dia akan diperkenalkan pada masyarakat dan pasti gadis-gadis akan terpesona olehnya. Bagaimana kalau calon tunanganku sampai tertarik pada gadis lain, Mikoto-sama?" ujar Ino berlika-liku, tidak langsung pada intinya.

Mikoto hanya memutar matanya bosan dan menghembuskan nafas berat.

"Sudahlah, Ino. Lagipula malam ini juga kau dan Sasuke akan resmi bertunangan." ucap Mikoto sebagai jurus pamungkas untuk membuat Ino bungkam dan tidak bawel soal dirinya dan Sasuke.

KRIET

Pintu yang terbuat dari kayu mahoni bercat cokelat di ruangan tersebut terbuka. Sesosok maid dengan gaun simpel berenda memasuki ruangan dan segera bergegas menuju Uchiha Mikoto.

"Mikoto-sama, Sasuke-sama dan yang lainnya sudah menunggu untuk membuka pesta malam ini." ujar Tayuya, maid keluarga Uchiha.

Wanita berambut biru gelap yang berhias bunga melati segera beranjak berdiri. Gaun kelabunya membalut tubuh wanita tersebut dengan pas. Renda dan beberapa aksen pita yang menghiasi gaun tersebut menambah keelokan penampilan Mikoto malam itu. Tak lupa dengan sepatu indah yang mengalasi kaki rampingnya.

"Ayo, Ino. Kau sudah tampak cantik." bujuk Mikoto sambil menjulurkan tangannya ke arah Ino yang masih berdiri di depan cermin besar. Akhirnya Ino mengalah, ia menerima uluran tangan Mikoto dan bergegas menuju hall mansion Uchiha dimana pesta diselenggarakan.

Tap.

Seorang laki-laki paruh baya dengan rambut hitam rapi melangkah maju di sebuah tempat yang lebih tinggi dari hall mansion. Ia merapikan tuksedo yang dikenakannya sebentar. Sebelum ia mengumumkan sesuatu, laki-laki itu menoleh ke samping kanannya. Di sebelah kanannya berdiri seorang laki-laki berambut kuning agak panjang bertuksedo putih, Uzumaki Minato. Ia kembali menghadapkan wajahnya ke arah hadirin pesta.

"Baiklah. Atas permintaan keluarga Uzumaki, pesta ini tidak hanya memperkenalkan Uchiha Sasuke terhadap masyarakat agar dapat ikut dalam acara-acara sosial. Pesta ini juga memperkenalkan seorang lady dari keluarga Uzumaki, Uzumaki Sakura." ujar Uchiha Fugaku mengumumkan kehadiran Uchiha Sasuke dan Uzumaki Sakura ke dalam pusaran masyarakat.

Tepuk tangan meriah menggema memenuhi hall tersebut. Tepuk tangan terus menggema seiring dengan majunya dua insan manusia yang terlihat begitu sempurna. Yang seorang adalah seorang laki-laki berwajah tampan yang dibingkai oleh rambut raven berwarna biru gelap. Dilengkapi dengan mata onyx kelam dan tubuh tinggi yang dibalut tuksedo hitam, sosok Uchiha Sasuke mendapat sambutan luar biasa dari gadis-gadis.

Sementara yang seorang lagi adalah seorang gadis cantik dengan rambut pink yang digelung ke atas dan dihiasi mawar merah. Leher jenjangnya dihiasi oleh sebuah kalung emerald, sewarna dengan matanya. Tubuhnya yang indah dibalut oleh gaun merah marun, menambah keelokan Uzumaki Sakura. Ia mendapat sambutan yang sama luar biasanya dari kaum laki-laki baik yang seumuran mau pun lebih tua.

"Dan dengan pesta inilah, mereka berdua telah masuk ke dalam komunitas sosial dan dinyatakan telah dewasa." seiring dengan berakhirnya kata-kata Fugaku, tepuk tangan kembali menggema memenuhi hall mansion Uchiha.

Tepuk tangan mulai berhenti dan digantikan oleh alunan musik klasik. Berbagai macam hidangan yang disusun rapi di atas beberapa meja panjang telah terhidang. Beberapa pasangan telah turun ke lantai dansa dan berdansa berdua dengan latar musik klasik yang terdengar indah. Beberapa orang juga mulai menikmati hidangan. Pesta yang sesungguhnya baru saja dimulai.


oxoxXOXxoxo

Alunan musik klasik yang mengiringi dansa terus mengalun. Tetapi hal itu sama sekali tak digubris oleh seorang gadis berambut pink yang tengah menyendiri di balkon hall. Sesekali anak rambut pink miliknya yang jatuh di sekitar leher tertiup angin dingin yang berhembus malam itu. Kedua tangannya diletakkan di pagar balkon. Mata emeraldnya memandang kosong hamparan hutan kecil di sebelah mansion Uchiha, tetapi gambaran yang ia dapat hanyalah kegelapan dalam benaknya. Ia buta, tak dapat melihat apa pun dengan kedua emeraldnya.

Tap.

"Siapa?" suara lembut Sakura keluar dari tenggorokannya.

"Hn."

"Siapa kau?" tanya Sakura lagi tanpa menoleh ke belakang.

"Berbalik badanlah dan kau akan mengenaliku."

Sakura membalikkan badannya. Kedua mata emerald itu memandang kosong sekeliling, tak fokus pada apa pun karena memang tak ada yang bisa dilihatnya. Ia baru saja melakukan tindakan tak berguna. Ia tak akan bisa melihat dan mengenali orang yang ada di balkon itu juga. Akan tetapi, suara ini, suara yang sangat mirip dengan milik seorang laki-laki yang terpatri erat dalam hati dan pikiran Sakura, suara itu telah berhasil membuat Sakura melakukan tindakan yang selalu dihindarinya.

"Siapa?"

"Bukankah tadi kita bertemu di atas panggung hall?"

"..."

Laki-laki yang berada di balkon berjalan maju untuk mendekat ke arah Sakura. Ia penasaran akan sesuatu. Laki-laki itu telah sampai tepat di depan Sakura dan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Ia mengamati mata emerald Sakura dari jarak yang sangat dekat, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan.

"Kau tak bisa melihatku?"

Sakura membalikkan badannya ke posisi semula. Pertanyaan barusan tepat sasaran. Mengarah tepat pada hal yang enggan dibicarakan olehnya.

"Siapa kau?" tanya Sakura lagi. Ia ingin mengetahui nama pemilik suara yang sangat mirip dengan orang terkasihnya dahulu, Obito.

Jika orang yang ada di dekat Sakura sekarang adalah Obito, ia pasti akan sangat senang. Bahkan mungkin ia akan menangis bahagia. Tetapi nyatanya laki-laki di belakangnya itu bukanlah Obito. Sakura tidak merasakan kehangatan Obito yang biasa ia rasakan dahulu.

"Sasuke. Hn, sudah 'kan?" ujar Sasuke yang berhasil membuat Sakura terdiam.

Gadis berambut pink itu menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya. Uchiha Sasuke. Ya, Sasuke yang berdiri dihadapannya itu pasti Uchiha Sasuke.

Uchiha. Nama keluarga yang sama dengan Uchiha Obito. Dan sekarang, suaranya yang sama dengan suara Obito. Masih banyakkah kesamaan lainnya? Atau jangan-jangan, yang berdiri di belakang Sakura sekarang adalah Obito yang entah bagaimana caranya hidup kembali? Pikiran Sakura terus dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan dan kemungkinan aneh yang dipikirkan oleh otaknya..

"O...O-obito."

"Hn?"

"Kau bilang sesuatu barusan, hn?"

"Ti-tidak. Dan lagi, namaku bukan hn. Namaku Sakura."

"Hn."

Sakura terdiam. Pikirannya yang semula berpikir ada kemungkinan laki-laki di belakangnya adalah Obito langsung menyangkalnya setelah berbicara sebentar dengannya. Jelas-jelas bukan Obito, seperti itulah pikiran Sakura menyangkalnya.

Angin dingin menusuk tulang kembali berhembus. Meniup daun-daun pohon dan beberapa anak rambut Sakura. Menghantarkan sensasi dingin pada kulit manusia. Tetapi Sakura tak bergeming oleh dinginnya angin meskipun gaun merah marunnya tidak cukup tebal untuk melindungi dirinya.

"Tidak dingin?"

"Sudah biasa. Seperti aku terbiasa dalam kegelapan ini."

Sasuke melangkah ke samping Sakura, mengambil posisi yang sejajar dengan Sakura. Ia menatap ke arah rembulan yang bersinar pucat. Angin dingin kembali berhembus. Entah mengapa, tangan Sasuke sudah bergerak untuk memakaikan jas tuksedonya pada gadis di sampingnya.

"Terima kasih, Sasuke-kun. Tak kusangka kau baik, kukira awalnya kau menyebalkan dari caramu berbicara." ujar Sakura sambil tersenyum.

"Hn."

"Oh, hentikan ucapan hn hn itu. Itu yang membuatmu terlihat menyebalkan." Sakura menggerutu sebal mendengar ucapan hn hn itu lagi.

"Tapi itu sudah menjadi kebiasaan." bela Sasuke.

"Hahaha, kebiasaanmu aneh juga ya." Sakura tertawa kecil. Entah sejak kapan ia bisa tertawa dengan mudah di hadapan orang asing seperti Sasuke.

Angin dingin kembali lewat sekali lagi, tetapi kali ini lebih kencang. Membuat jas tuksedo Sasuke yang dikenakan Sakura sedikit berkibar. Seiring dengan berhenti berhembusnya angin barusan, sebuah rasa pusing melilit mencengkram kepala gadis berambut pink tersebut. Tubuhnya oleng serasa habis diputar beberapa kali. Tiba-tiba, ia jatuh pingsan di atas lantai balkon yang dingin.

"Sakura!"

Chapter 1 : Those Blind Eyes – End


Arigato Gozaimasu *bungkuk*

Nyaaa~ =w=

Sebenernya mau melanjutkan chappie dari fic lain, tapi kok malah jadi sebuah chappie fic baru ya? *garuk pala* *Author bego! –ditampol*

Yah, karena fic ini asal-asal moody jadi, berarti

Keep or Delete? x3