Ano~ Saya pendatang baru di sini. Kuharap senpai-senpai berbaik hati mengajarkan kepada saya dan menerima saran dan kritik.

Maaf juga kalau ada ke-OOC-an karakter, karena saya sama sekali baru :)

Disclaimer : Jigoku Shoujo dan Meitantei Conan bukan milik saya.

Kalau milik saya mah, udah saya buat Ren sama Ai _! (Dan Ai agak tinggian pastinya)


Ai Squared

©Cam 629

Chapter 1 : Yume

"Apa? Yang benar, Sonoko!" Ran kaget ketika mendapat kabar dari Sonoko.

"Iya, Ran! Menyeramkan, bukan?" Sonoko bergidik. Ran tampak sangat khawatir. Memang, gosip-gosip itu sekarang sampai di telinga kedua pelajar SMA Teitan ini. Ran berjalan. Pikirannya sekarang berkecamuk. Di dalam pikirannya, apa yang akan di katakan Shinichi bila mendengar itu? Hatinya betul-betul berdebar-debar.

"Ng? Ran-neechan?" Ran kaget ketika suara khas Conan menyapanya. Ran tersenyum lagi, seperti figur angel-nya yang melekat.

"Ada apa, Conan-kun?" Ran bertanya. Conan menggigit bibir, lalu menatap Ran dalam. Sel-sel detektifnya mulai bekerja.

"Ran-neechan! Ada apa?" Mitsuhiko ikut-ikutan.

"Urusai, yo!" Conan mengernyit tidak suka karena 'anak kecil ingusan' ikut campur.

"Mm, Conan-kun, daijobu desu yo. Mau makan Udon di rumah nee-chan?" Tawar Ran. Semua anggota detektif cilik melonjak-lonjak gembira.

"Tentu saja! Enak!" Genta yang paling pertama berkomentar. Ai terdiam, dia memutar mata bosan, tapi tetap mengikuti mereka.

"Ai-chan tidak apa-apa?" Ran terlihat khawatir akan keadaan Ai. Ai menggeleng cepat. Conan mengerling pada Ai. Tapi Ai membuang muka,, tetap berjalan dengan pandangan fokus ke depan. Detektif cilik bernyanyi kecuali dua orang itu (Tahu siapa saja, kan?)

"Udon, udon enak sekali… udangnya membuat kita tumbuh besar!" Suara Genta paling keras di antara Ayumi dan Mitsuhiko. Kantor Detektif tidak jauh, sudah mulai dekat. Ran menaiki tangga dan membuka pintu.

"Selamat datang," Ran mempersilahkan mereka masuk. Mereka semua masuk, dan tumben sekali Kogoro Mouri tidak ada.

"Otou-san kemana ya…" Ran menaikkan alis. Tapi kemudian dia menaruh tas lalu mulai ke dapur. Anak-anak duduk di sofa, Conan dan Ai menyendiri.

"Gosip apa? Kenapa kau tanya aku?" Bisik Ai pada Conan.

"Kau, kan perempuan?" Hardik Conan.

"Cari tahu sendiri," Ai menyeringai. Conan memaki-maki kesal dalam hati. Dasar perempuan ini, kalau bukan harus kulindungi sudah ku… lupakan Conan, itu memang wataknya, pikir Conan dalam hati. Ran muncul di pintu.

"Udon siap!" Teriak Ran. Anak-anak langsung menyerbu. Mereka berbutan mengambil udon masing-masing.

"Ah~ Oishi na!" Ayumi terlihat senang sekali setelah menghirup kuah udon.

"Mie-nya juga enak!" Mitsuhiko memberi komentar.

"AAHHH! Aku nambah!" Pinta Genta pada Ran. Tapi Ran mengangkat tangan, dengan wajah memelas.

"Gomenne, Genta-kun, Udon-nya habis. Lho, Ai-chan tidak makan?" Ran kaget ketika Ai sama sekali belum menyentuh udon-nya. Genta yang tadi kecewa, matanya berkilat-kilat.

"Ran nee-chan, aku habiskan punya Haibara saja!" Usul Genta rakus. Ai menunduk tidak peduli.

"Demo, daijobu ne, Ai-chan?" Tanya Ran. Ai melirik ke Ran. Ran memandangnya dengan wajah cantik-nya. Ai menggigit bibir.

"Daijobu da yo," ucap Ai.

"Tuh, kan! Aku boleh?" Tanya Ayumi dengan nada imut.

"E…eh… Ai-chan tidak makan yang lain?" Tawar Ran, menyodorkan beberapa makanan lain.

"Tidak," Ai menolak, lalu bangkit dari kursinya. "Aku harus pergi, terima kasih atas tumpangan sementara." Ai mengambil ranselnya.

"Oi-oi Haibara!" Conan mencoba mencegah. "Ergh, Ran nee-chan, chotto matte ne?" Conan turun dari kursinya dan mengejar Ai yang sudah keluar dari kantor detektif. Setelah mendapatkan Ai, Conan mulai mengernyitkan alis.

"Aku tahu kau tidak suka tipe manis sep—" Kata-kata Conan di potong oleh Ai.

"Edogawa-kun, sepertinya aku sakit." Napas Ai terengah-engah. Dia kemudian berlari. Conan terpaku. Dia heran dengan sikap Ai yang tiba-tiba begitu. DIa mengangkat bahu.

"Haibara!" Teriak Conan, ikut mengejar Ai yang sudah menghilang. "Sialan, aku kehilangan jejakmu," Conan mengeluh. Sekarang Ai. Ai tiba-tiba kaget. Dia baru melihat sesuatu, seperti penglihatan. Gin. Dan dia benar-benar takut Gin akan menghantuinya. Dia berjalan menuju rumah Professor Agasa.

"Okaeri Ai-kun." Ucap Professor Agasa, tapi matanya tidak lepas dari komputer.

"Eh, tadaima hakase." Balas Ai lesu. Dia menaruh tas di sofa dan segera duduk. Dia memikirkan bayangan Gin tadi. Dan juga, seperti seorang perempuan berambut hitam panjang. Siapa itu?

"Ai-kun, daijobu? Aku ingin mendiskusikan sesuatu," Professor tampak khawatir. Ai mengangguk. Mereka duduk berhadapan. "Akhir-akhir ini ada gosip kalau kau membuka sebuah situs pada malam hari, kau bisa mengirimkan seseorang ke neraka," cerita professor. Ai bingung kemana percakapan ini berakhir. Keheningan sesaat.

"Jangan pernah coba itu, ya, Ai-kun?" Professor menunjukan inti sebenarnya. Ai mengangkat alis. Untuk apa dia melakukan hal-hal konyol begitu? Dia berbalik.

"Ha~ Professor terlalu banyak menonton kartun. Aku buat makan malam. Mau sup miso?" Ai beranjak dari tempat duduknya.

"Ai-kun!" Professor menegur, karena Ai tidak meresponnya dengan baik.

"Nani?" muka cantik Ai, dan menyadari bahwa dia yatim piatu membuat professor tambah ingin melindunginya.

"Jangan, Ai-kun." Tegas professor, kemudian dia pergi untuk membuat peralatan baru, segala tetek bengek untuk Conan. Ai melihat bayangan professor berakhir.

""Jam duabelas malam? Menarik huh," Ai mengangguk-angguk. DIa membuka kulkas.

"Sup miso…" Dia bergumam, mengambil berbagai bahan untuk membuatnya.

XXX

Ai terbangun. Dia baru bermimpi bahwa Gin menyiksanya. Sekarang dia benar-benar takut. Seandainya saja Gin lenyap, segalanya akan baik-baik saja, bukan? Dia tidak perlu lagi ketakutan begini. Ai menyadari ini sudah pagi, dia berpakaian dan membuat sarapan.

"Hakase, makan pagi!" panggilnya, lalu mereka berdua makan. Tidak biasanya, bel berbunyi ketika mereka sedang makan. Hakase berinisiatif untuk membukakannya. Ternyata Conan Edogawa datang.

"Hoi, Haibara, Hakase! Aku datang!" Serunya, lalu dia menyandarkan board ke dinding, melihat apa yang sedang di makan Haibara Ai. Ai memasang tampang malasnya.

"Kau sedang apa, sih disini Kudo-kun? Kenapa tidak berangkat bareng pacarmu?" Tanya Ai sinis. Conan memasang tampang malasnya.

"Ran di jemput oleh cowok yang di bawa Sonoko, dan aku di usir," katanya lagi.

"Jadi kau mengungsi ke sini? Pergi sana! Ini bukan tempat pengungsian," balas Ai.

"Maksudku kita berangkat sekolah bersama." Conan mencoba tenang menghadapi gadis sinis. Ai berpikir sebentar, membereskan piring makan lalu menyambar ranselnya.

"Ittekimasu, hakase!" Ai berpamitan lalu mereka berdua berangkat. Ai lebih banyak diam.

"Kau ada apa Haibara? Kenapa kau diam saja?" Tanya Conan. Ai menggelengkan kepalanya. "Kau bermimpi?"

"Tidak," Ai berbohong. Padahal dia tahu Conan tahu dia berbohong.

"Kau mimpi apa? Cepat katakan!" paksa Conan. Ai meluncurkan mata setannya, tapi Conan menghadap ke arah lain selama peluncuran itu. "Ayo katakan Haibara!"

"Baiklah! AKu hanya bermimpi aku di siksa Gin, tapi ada orang lain di sana!" Bisik Ai pelan.

"Benarkah?" Conan serius. "Siapa itu? Kir?" Conan asal menyebut nama.

"Bukan," jawab Ai. "Gadis memakai seragam pelaut SMP dengan rambut panjang. Cantik sekali," ucapnya lagi. Conan kaget. SMP?

"Bagaimana mungkin?"

"Aku tidak tahu," Ai mengangkat bahu. "Mungkin anggota baru," sambungnya.

"Oi! Oi! Jangan bercanda! Anak SMP?" Conan benar-benar heran.

"Dengan mata semerah darah—" Ai melanjutkan, dan dia tiba-tiba merinding. Dia melihat sosok perempuan itu!

"Kudo-kun itu di sana!" Ai menunjuk perempuan itu. Conan menoleh. Sosok itu benar-benar cantik. Perempuan berambut hitam panjang, bibirnya berwarna merah muda, dan matanya berwarna merah darah. Dia tidak berekspresi, dan berjalan mendekati Conan dan Ai. Ai menyembunyikan diri di belakang Conan.

"Urami," ucapnya. Conan tidak mengerti. Dia menggerakan tangannya dan Ai menjerit kesakitan, karena mimpinya semalam dia di siksa Gin terasa sangat nyata sekarang.

"Apa yang kau lakukan!" Teriak Conan marah pada Ai.

"Bukalah apa yang di katakan hakase," Sosok itu berkata, dan Ai masih kesakitan. Conan menembakkan peluru biusnya. Namun dia sudah menghilang, sehingga peluru bius jatuh sia-sia. Dan kesakitan Ai hilang.

"Dia yang kautemui?" Conan kaget. Ai mengangguk.

"Misterius,"


Wahahah XD Speachless deh~

Terima kasih untuk baca :)