Pair : Sai x Hinata
Genre : Adventure, General, sedikit—banget— Romance
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Kikuka 菊花 © Izumi Nairi
Rating : K
Kikuka 菊花
"Dinginnya…"
Perempuan berambur panjang itu masih berjalan menuju kamar mandi sambil menggosok-gosokkan tangannya pada kedua lengannya. Meskipun sudah memakai pakaian yang tebal, tak membuat perempuan itu merasa hangat.
Sesampainya di depan kamar mandi, sedikit terbesit dipikirannya untuk kembali. Mengingat suhu udara yang tiba-tiba turun drastis, tapi hastratnya untuk membuang hajat tak bisa terhindarkan. Berbekal doa dan keyakinan tinggi, akhirnya perempuan yang sudah setengah baya itu. melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Dia melewati kaca yang terpajang di kamar mandi. Setengah ragu, wanita itu kembali berjalan menuju kaca itu. saat melihat bayangan yang terpajang di hadapannya, matanya seperti ingin keluar dari rongganya, sekujur tubuhnya serasa membeku, dan pernapasannya juga macet.
"I-itu, aku?" tanyanya, sorot matanya ketakutan. "Ti-TIDAAAAAKKKK…."
—"—
Pagi yang cerah, diiringi kicau burung dan hembusan angin yang menyenangkan, sesosok gadis berjalan dengan kepala menunduk menuju gedung hokage. Misi yang tiba-tiba dilayangkan padanya pagi ini membuatnya sedikit penasaran. Dia terus berjalan sambil memikirkan misi apa yang akan diberikan padanya, sampai-sampai tak menyadari kalau ada orang yang berjalan di depannya.
BRAKK!
Gadis itu menabrak bahu kanan orang itu,, membuatnya sedikit oleng dan akhirnya… tetap terjatuh meskipun sudah berpegangan pada tangan yang terulur kepadanya. Dengan wajah memerah, gadis itu berdiri. Dia membungkukkan badannya berkali-kali, sambil mengucapkan kata maaf.
"Tak apa-apa," ujar orang di hadapannya itu. "Ngomong-ngomong, kau mau kemana, Hyuuga-san?"
Mata pucat keperakkan yang masih saja memandangi tanah, perlahan naik ke atas, sampai wajah sang penanya terlihat olehnya. Berharap wajahnya sudah tak memerah lagi, dia menjawab, "Aku—aku ada misi, Sai-san. Er, mau ke gedung hokage-sama."
"Wah, aku juga. Kita jalan bareng?" ajak Sai. "Sepertinya kita satu tim, nantinya."
"E-eh? Baiklah, Sai-san." Gadis itu tak segera berjalan. "Sai-san?"
Sai yang sudah tiga langkah di depannya berhenti bergerak. Matanya yang kontras dengan mata sang gadis menyorotkan kata tanya. "Ada apa?"
Menimbang-nimbang sebentar, namun yang dilihat oleh Sai hanya sebuah gelengan. Dengan langkah ragu, gadis Hyuuga itu menyusul lelaki yang masih tetap meatapnya dengan tatapan panuh tanya. Mereka berjalan beriringan, kadang-kadang muncul percakapan yang berawal dari Sai. Seringnya soal basa-basi saja, karena Sai memang tak terlalu kenal dengannya. Gadis yang selalu menunduk, merona merah seperti tomat masak, dan memainkan kedua jari telunjukkan di depan dada, itulah yang menjadi diskripsi gadis itu dalam dipikiran Sai.
Tak terasa, mereka sudah sampai di depan gedung hokage. Sai yang kebetulan sudah kehabisan bahan pembicaraan, dan sang gadis yang dari tadi cuma diam saja, akhirnya berjalan dalam keheningan. Mereka berdua mempercepat langkah mereka, merasa tak tahan dengan suasana yang sangat canggung dan kaku itu. Tapi sesampainya di depan ruang hokage, mereka berdua terdiam.
"Ada apa. Hyuuga-san?" tanya Sai.
"Er, Sai-san… pa-panggil saja aku Hinata," ujar gadis itu. "Dan, ka-kau masuk duluan saja."
Sai mengernyitkan kening. Dengan ragu-ragu, dia meraih kenop pintu, memutarnya dan menarik pintu itu. Katanya, "Silahkan masuk,."
Hinata menoleh kepada Sai dengan wajah kaget. Namun, karena tak ingin membuang-buang waktu, dia akhirnya masuk juga. Begitu masuk, tak terlihat perempuan yang biasa duduk di kursi hokage. Yang ada, hanyalah Shizune, gadis berambut hiam pendek yang selalu membawa hewan babi di pelukannya. Sizune berjalan menuju Hinata dan Sai—yang sudah berada di samping gadis itu—dan berkata dengan suara agak sedih, "Selamat pagi, Hinata-chan, Sai-san."
"Matamu agak kemerahan. Apa kau menangis?" tanya Sai langsung.
Shizune tak menjawab. Dia hanya berkata, "Sepertinya kalian sudah tahu kalau kalian satu misi. Baiklah, langsung saja. Misi yang akan kalian tangani adalah mencari bunga penyembuh yang berada di sebuah gunung tertinggi di antara lima Negara. Bunga itu berada di puncak gunung yang masih mengeluarkan magma, alias masih aktif. Nama bunga itu adalah—" dia mengambil sebuah buku, dan membolak-balikkan halamannya. "Namanya adalah bunga Kikuka. Bunga itu warnanya putih, dengan banyak helaian mahkota bunganya. Er, kupikir itu saja informasi yang bisa kalian dapatkan. Bunga itu sangat rapuh, jadi kalian harus hati-hati saat membawanya."
"Ma-maaf, Tapi, kemana Tsunade-sama?" tanya Hinata.
"Dia sakit," ujar Shizune dengan kepala tertunduk. Sebetulnya dia bingung, apakah menjadi tua itu sakit atau tidak. "Sakit parah."
"Begitu?" tanya Sai spontan. "Oh, kenapa kami yang jadi satu tim?"
"I-itu karena—" Batin Shizune berkecamuk. Rasanya tak baik jika dia bilang kalau cuma mereka berdua yang sedang nganggur, meskipun masih ada alasan lainnya juga. Karena bingung, dia akhirnya berkata, "Karena kalian adalah orang yang cocok untuk mencari bunga ini."
Sai tak memperdulikan jawaban Shisune. Dia berbalik dan berjalan keluar ruangan. Baru melangkah lima kali, dia sudah berbalik lagi. "Hinata-san, kapan kita bisa menjalankan misi ini?"
"Pa-pagi ini bisa, Sai-san," jawab Hinata.
"Baiklah, aku akan bersiap-siap dulu. Kutunggu kau di depan gerbang utama Konoha." Sedetik kemudian, Sai menghilang.
"Hinata," panggil Shizune. "Kuharap kau berhati-hati, ya. Karena, bunga itu tumbuh hanya sekali dalam sepuluh tahun. Dan, jumlahnya juga tak banyak. Jadi—"
"Tenang, Shizune-san. Pa-pasti, kami bisa membawakan bunga itu untuk Tsunade-sama," kata Hinata sembari tersenyum menenangkan. "Ka-kalau begitu, saya permisi dulu."
—"—
Hinata berlari setengah tergepoh-gepoh menuju seorang laki-laki yang sedari tadi menungguinya. Wajah gadis itu agak memerah saat melihat tatapan Sai yang seperti menuduhnya. Merasa malu dan tak enak hati, dia langsung meminta maaf begitu sampai di hadapannya.
"Ma-maaf, Sai-san," kata Hinata berulang kali. Dia membungkuk-bungkukkan badannya, membuat rambutnya yang panjang agak berantakan. "Ta-tadi tou-sama membutuhkan bantuanku. A-aku benar-benar… mi-minta maaf."
"Tak apa-apa." Dia memperhatikan tas yang dibawa Hinata. 'Sepertinya barang ditasnya banyak sekali.'
"Ka-kalau begitu, kita bisa berangkat sekarang?" ajak gadis itu. Hinata menyisir rambutnya dengan jari, membuatnya lebih rapi dari sebelumnya.
"Ya," jawab Sai cuek. "Tapi, tasmu tampaknya berat sekali. Apa isinya?"
Rona merah menjalar di sekitar pipi Hinata. Bibirnya yang sedikit bergetar, dia paksa untuk menjawab, "Ma-makanan. Be-bekal untuk di-di perjalanan nanti, Sai-san. Dan, kotak P3K juga."
Kening Sai berkerut tipis. Tapi dia tak berkata apa-apa lagi. Dalam hening, mereka memulai perjalanan mereka berdua—dengan canggung, seperti biasanya. Dari kejauhan, seorang perempuan mengamati mereka berdua.
"Maafkan aku, Hinata-chan, Sai-san," katanya lirih. Wajahnya mengamati sebuah cermin yang berada di tangannya. Samar-samar, ingatan malam sebelumnya terbesit di pikirannya.
Flashback…
"I-itu, aku?" tanyanya, sorot matanya ketakutan. "Ti-TIDAAAAAKKKK…."
Wajahnya yang kemarin putih, mulus dan kencang, berubah menjadi coklat keriputan. Kulitnya seakan mongering dan kisut, penuh dengan bercak-bercak tanda penuaan. Rambutnya yang pirang indah, bermetamorfosis menjadi kusut dan sedikit mulai beruban. Hal yang paling jelas terlihat adalah, di dahinya, tak ada tanda diamond atau wajik yang biasa terlihat di keningnya yang masih terlihat mulus dulu. Tanpa berpikir panjang lebar, dia langsung memanggil Shizune.
"SHIZUNEEEE…!"
Dua detik kemudian, seorang wanta berambut pendek datang. Matanya yang tak sampai 10 watt langsung melebar saat melihat wajah Tsunade. "Tsu-tsunade-sama? Kau benar Tsunade-sama?"
"Shizuneee! Cepat cari orang untuk mencarikan bunga itu!" teriaknya keras. "Dan kau harus menyembunyikan diriku. Cepat!"
"Ta-tapi… bunga apa?" tanya Shizune panik. Dia masih shock dengan keadaan gurunya, dan kini dia harus dimarahi pagi-pagi buta.
"Bunga KIKUKA! Secepatnya!" teriak Tsunade lagi. "Dan sekarang, cepat antar aku ke rumah sakit! Pesan kamar paling terpencil. CEPAAAAATTT!"
"Tapi, kenapa bunga itu?" tanyanya.
"Jangan banyak tanya! CEPATLAH!" Kali ini, seluruh ruangan serasa bergetar saat Tsunade berteriak begitu kerasnya.
Shizune menelan ludah. Tapi dia membungkuk sekali sebelum berseru, "Baik, Tsunade-sama!"
'Siapa yang beran-beraninya membuat aku begini? Awas kalau ketahuan, aku akan mencincang-cincangnya sampai jadi potongan superkecil,' batin Tsunade. Wajahnya kini berkedut-kedut marah. 'Untung ini musim bersemi bunga KIKUKA, kalau tidak…'
Lalu dia teringat sesuatu.
"SHIZUNE!" panggilnya.
To be continue…
Author's note: Saya author baru… Mohon maaf kalau ada yang salah, baik ide ataupun tulisannya #bungkuk-bungkuk. Soal bunga kikuka, itu adalah bahasa jepang untuk bunga kristan/seruni. Gambarnya bisa dilihat di /1044-BUNGA-BUNGA-INDAH-DISELURUH-DUNIA
Alasan kenapa milih bunga ini, karena waktu saya lihat bunganya cantik banget… apalagi warnanya yang putih, itu salah satu warna kesukaan saya—nggak ada yang nanya! —
Saya butuh kritik dan saran… supaya chapter berikutnya bisa lebih baik lagi ,~
Arigato gozaimasu…
