Baling-Baling Kertas

By : OrangeMaple

Fiction Rated: K+ - Indonesian- General/Romance

Disclaimer: Final Fantasy VII Advent Children adalah masterpiece dari Square.

Summary:

Kisah manis yang mengambil setting negeri antah-berantah, dimana tokoh-tokoh yang muncul adalah sesuai dengan karakter mereka di Final Fantasy VII Advent Children. Kadaj, Yazoo dan Loz terperangkap di padang pasir. Rombongan Shin-Ra Corporation menolong mereka.

A/n: Kisah ini dibuat untuk membawa warna keceriaan pada FF7:AC yang cenderung angsty. Sejujurnya, awalnya kisah ini saya buat amat sangat angsty, tapi kemudian dirombak sana-sini. Seorang teman berkata "Parah lo, kisah yang udah kelam, malah lo bikin fandom-nya makin kelam. Bikin orang depresi ajah. Bikin yang ceria dooong" . Dan begitulah, saya ubah sana-sini. Selamat menikmati (saran dan kesan sangat diharapkan :D )

Angin berhembus perlahan menyapu padang tandus. Ketiga pemuda itu baru saja keluar dari pemukiman penduduk dan kini tengah menyusuri gurun tandus.

Kadaj membuka tutup botol minumnya. Meneguknya.

"Ini buruk. Perjalanan kita masih jauh, tapi persediaan air dan roti sudah habis," sahutnya.

Yazoo mengelap peluh di dahinya. "Hm…kau benar"

"Mudah saja!" sahut Loz dengan suara kearas.

"Kita rampas barang bawaan pedagang yang lewat!" lanjutnya puas.

Kadaj dan Yazoo tidak menyahut. Mereka tdak punya pilihan lain.

1 jam lebih mereka menunggu. Tidak ada satupun orang yang lewat.

"Aku sudah tidak tahan! Lebih baik kita teruskan perjalanan saja. Siapa tahu di depan sana ada mata air," sahut Yazoo setengah merajuk.

"Hei! Hei! Tunggu sebentar lagi saja!" Loz balas merajuk.

Kadaj beranjak dari batu karang tempatnya duduk.

"Lebih baik pergi dari sini. Aku bosan," sahutnya.

"Ooi! Kadaj!" Loz merajuk lagi.

Tepat setelah suara rajukan Loz menggema di antara batu-batu karang yang menjulang tinggi. Terdengar sayup-sayup suara derap langah kuda menuju arah mereka.

"Ada yang datang! Kadaj! Yazoo!" Loz kegirangan.

Detik berikutnya, serombongan besar pedagang mulai menampakkan diri. Deretan kuda keledai, dan kereta mewah melintasi padang gurun itu.

Tiba-tiba, sebuah ledakan di gurun tandus itu menghentikan laju kereta. Diantara debu dan asap, muncul sosok kekar bertampang brutal. Loz.

"Kalian cuma boleh pilih satu. Pergi dan tinggalkan bahan makanan dan minuman kalian disini, atau mati di tanganku." Sahutnya santai.

"Oh, cuma perampok gunung rupanya. Acuhkan saja" salah seorang dari rombongan pedagang tu mendengus.

"Hmm, berani juga kau, kepala jeruk!" Loz menyeringai.

"Hei! Siapa yang kepala jeruk?! Jeruk itu oranye! Rambutku ini merah! Merah!" orang dari rombongan itu tampak kesal.

"Ada apa..? Reno...?" sebuah suara karismatik terdengar sayup di belakang rombongan berkuda.

"Tak apa. Bukan masalah besar, Shachou"

Loz mengerutkan keningnya. 'Shachou'?

"Ooi! Loz! Perlu bantuan??" sebuah suara nyaring menggema dari balik batu karang. Loz menoleh, balas berteriak

"Mau ikut main? Yazoo??"

Belum sempat Loz menoleh kembali, sebilah pedang mengayun tepat di depan lehernya. Adegan yang membuat anggota rombongan pedagang itu menahan nafas diakhiri dengan suara letusan senapan.

Di atas lahan tandus itu, Loz mundur ke belakang. Pedang pendek milik pemuda berambut merah di hadapnnya terhempas oleh sebutir peluru perak.

Reno, pemuda berambut merah itu, mendongak ke arah batu karang.

Seorang pemuda bertubuh ramping, dibalut pakaian serba hitam, menatapnya dengan tajam. Sebuah pistol mesin berwarna hitam keperakan mengacung di tangannya.

"Oh, oh, ada apa ini? Bantuan dari pacarmu?" Reno menyeringai.

Belum sempat Loz menjawab, sebuah suara karismatik terdengar di belakang Reno.

Sosok berbalut mantel kelabu itu duduk di kursi roda. Namun dari aura karismatik yang dipancarkannya, semua orang tahu. Ia bukan orang sembarangan.

"Kupikir ini bisa diselesaikan tanpa pertempuran. Ya kan, Reno?"

Reno terburu-buru membungkukan badannya.

"Maafkan aku, Shachou. Aku akan segera membereskan ini, anda kembali saja ke kereta anda," ujar Reno penuh sopan santun.

"Apa yang dikatakan Shachou-mu itu benar, Reno-san" sebuah suara lain terdengar tiba-tiba.

Reno membalikkan badannya.

Seorang pemuda lain, bertubuh ramping dengan pakaian serba hitam, mirip dengan 'pemuda cantik' di atas batu karang itu, namun yang ini rambutnya lebih pendek. Sebuah senyum menghiasi wajah 'bishounen'-nya.

"Namaku Kadaj. Ini saudaraku, Loz. Dan yang di atas itu, Yazoo, juga saudaraku" sahutnya kemudian.

"Oi! Kadaj! Buat apa memperkenalkan diri segala?!" Loz tampak tak suka.

Kadaj tidak menyahut. Menghampiri sosok berbalut mantel kelabu yang dipanggil 'Shachou' itu, lalu membungkuk.

"Senang bertemu dengan anda, Shachou…"

"Hei! Jangan sok akrab!" Reno menghalangi Kadaj.

"Oi…! Kadaj…?" Loz terlihat bingung.

Kadaj mengangkat wajahnya. Senyum lembut menghiasi wajahnya.

"Oh, maaf jika aku tidak sopan. Tapi.., sejujurnya, kini aku dan dua saudaraku sedang dalam kesulitan. Kami mohon bantuan kalian."

"Kesulitan? Bantuan?" Reno mengerutkan kening.

Kadaj menunjuk ke arah batu karang.

"Kuda-kuda kami mati lemas Karena kekurangan air. Walaupun kami bisa bertahan, tapi perjalanan kami masih sangat jauh. Karena itu, jika tidak keberatan, bisakah kalian memberi kami beberapa makanan dan minuman?" Kadaj bertutur sopan.

"Kalian punya uang?" Reno menyeletuk.

"Hei! Jangan tidak sopan!" Loz memaki. Hampir saja memulai perkelahian lagi, jika Kadaj tidak menghentikannya.

"Tak apa, Loz. Dia benar. Kita tidak bisa memperoleh sesuatu secara cuma-cuma. Kalau begitu…begini saja--" Kadaj melerai,

"Kami akan membayar setelah tiba di kota seberang. Jadi, selama perjalanan ini, kami ikut rombongan kalian. Makan, minum, tidur, bersama rombongan kalian. Setelah melunasi utang di kota seberang nanti, kami akan sekalian membayar bunganya." Kadaj berkata tenang.

"Benar juga. Di kota nanti, kau dan saudaramu si cantik di atas batu karang itu bisa menjual diri," Reno tertawa mengejek.

"Kau!!" Loz marah besar. Lagi-lagi Kadaj menghalanginya.

"Kami cukup mahir berjudi. Nanti kami pasti menghasilkan banyak uang." Kadaj tetap tenang, walau sudah diejek begitu.

"Cih," Reno mendengus. Provokasi-nya gagal.

Kadaj tersenyum pada sosok berbalut mantel kelabu.

"Bagaimana? Shachou?"

Sosok berbalut mantel kelabu itu tidak menyahut. Lalu,

"…Baklah…ikut kami saja…" sahutnya kemudian.

Kadaj tersenyum lebar.

"Terima kasih banyak, Shachou"

A/n: Apa kalian menyukainya? Saran dan kesan sangat diharapkan :D

Jika kalian tertarik dengan kisah ini dan mengharapkan lanjutannya, berilah review. Dengan begitu saya akan bersemangat meng-upload lanjutannya :D

Yang pasti, perjalanan tokoh-tokoh ini tidak akan selesai begitu saja tanpa romantika di dalamnya XD.