Draco Malfoy And The Seven Weasleys

Harry Potter and co own by Jk Rowling

Original plot line by FantasyFiend09

.

.

.

Summary :

Draco memiliki seorang paman yang jahat dan berniat untuk membunuhnya, maka yang ia lakukan adalah mencari tempat perlindungan di tempat yang paling tak disangka- sangka oleh siapapun yang mengenalnya, termasuk dirinya sendiri.

.

.

.

Malfoy Mirror

On the wall

Who is master

Of it all?

Now that Lucius

Lies cold as stone

The manor and vaults

Are for Draco to own.

.

.

.

Penyesalan masa kecil terbesarnya adalah ketidakmampuan dia dalam membunuh saudara laki-lakinya itu. Bukan karena kurangnya upaya untuk melakukan rencana tersebut. Akan tetapi Lucius selalu tidak pernah memakan biskuit beracun atau berhasil menghindari sapu terbang yang telah dikutuk olehnya. Pada akhirnya Claudius menyerah untuk berusaha melenyapkan Lucius dan untuk memiliki seluruh harta warisan keluarga Malfoy untuk dirinya. Ia memilih pindah ke Perancis dan menikahi penyihir berdarah murni yang penuh dengan emas hanya untuk dirinya habiskan. Dan ya ia benar-benar telah menghabiskan seluruh harta tersebut. Dikarenakan dirinya terlalu boros maka ia terpaksa kembali melakukan niat jahat masa lalunya untuk mendapatkan harta-harta warisan Malfoy milik Lucius.

Membunuh Lucius ternyata sangatlah mudah dibandingkan kegagalan yang ia alami di masa kecilnya. Tampaknya setelah kalah (lagi) dalam perang telah membuat Lucius seperti patah semangat hidup. Sebenarnya hal itu sedikit mengecewakan dirinya, tetapi hal tersebut cukup menguntungkan baginya karena dia tidak akan dicurigai oleh siapapun, cukup menulis kata-kata "Death Eater scum" dengan darah Lucius di mayatnya telah meyakinkan para auror bahwa sang pelaku adalah orang yang dendam dengan aktivitas Lucius sebagai seorang pelahap maut. Ya, terlalu mudah untuk dilakukan.

Tinggal satu masalah yang belum terselesaikan untuk Claudius dapat memiliki seluruh harta warisan tersebut. Yaitu Lucius memiliki seorang pewaris tunggal yang harus ia singkirkan juga, dengan begitu satu-satunya pewaris adalah dirinya, sedangkan Narcissa yang menjadi seorang Malfoy karena pernikahan, bukan karena darah tidak menjadi penghalang bagi Claudius. Ya Draco Malfoy yang merupakan keponakan satu-satunya itu juga harus dapat ia lenyapkan. Hmm, merepotkan memang tapi, Claudius dapat menyelesaikan hal ini tanpa mengharuskan dirinya angkat tangan.

.

.

.

Draco memiliki firasat buruk di pagi hari ini, dikarenakan jempol kakinya tak sengaja terpentuk saat ia menuju toilet dari tempat tidurnya. Dugaannya terbukti di saat Blaise datang beberapa jam kemudian dan mengabarkan dirinya bahwa pamannya, yang bahkan tak pernah bertemu dengannya, telah mencoba untuk membunuhnya. Wow, sungguh dramatis.

Bagaimana Blaise bisa mengetahui hal ini? Ternyata ia telah dipekerjakan oleh Claudius untuk membunuh Draco. Dia tentunya tetap mengambil bayaran emas dari Claudius, tetapi sebagai seorang teman, sahabat lebih tepatnya, membuat ia tidak mampu melaksanakan rencana pembunuhan sesungguhnya terhadap Draco.

Tidak terlalu mengejutkan, jika Claudius mengira Blaise sanggup membunuh Draco. Karena beberapa bulan yang lalu, keduanya terlibat percekcokan yang cukup besar di depan umum, ketika Blaise mencampakkan Pansy demi gadis Weasley, dan beberapa ancaman penuh akan kematian yang mereka saling lontarkan, lebih tepatnya yang mereka teriakan satu sama lain di dalam sebuah restoran berlangsung cukup lama, keduanya dapat di leraikan atau lebih tepatnya di hentikan secara paksa oleh Ginny dan Pansy. Koran Prophet bahkan memasukkan peristiwa tersebut sebagai halaman utama berita mereka, lengkap dengan foto-foto. Draco membingkai serta memajang artikel tersebut di mejanya.

Untungnya Claudius tidak mengetahui bahwa Draco telah memaafkan Blaise ketika Pansy telah move on dari Blaise dan keduanya malah bertambah akrab. Lagipula apalah arti sebuah ancaman kematian diantara dua teman, heh.

"Jadi, Claudius berpikir kalau dia dapat menyewamu untuk membunuhku, karena kau telah menginginkan kepalaku di atas piring?"

Blaise berjengit kecil sembari memainkan jemarinya di atas pemukaan batu bata yang memenuhi tungku perapian ruang kerja Draco. Dia tampak tak bergerak dari posisi berdirinya saat ia datang lewat jalur Floo dengan membawa berita buruk tersebut. "Sebenarnya yang ia inginkan yaitu jantungmu sebagai alat buktinya."

Seketika itu Draco memahami alasan mengapa ia tak pernah bertemu dengan paman satu-satunya dari pihak ayahnya itu. "Oh, ew…. menjijikkan, membunuh seseorang karena harta warisan adalah hal yang biasa tapi jika membedah tubuh mayat untuk mengambil organ-organ tubuh- apa yang hendak ia lakukan dengan organku itu?" Ritual gelap menyeramkan pikir Draco, ia pun mulai mengitari ruang kerjanya yang tak begitu luas itu. Draco pun berpikir keras apa tujuan Claudius dengan mengambil jantungnya, apakah pamannya itu benar-benar percaya kalau dengan mengambil jantung dari-

"Draco! Kau melupakan hal yang paling penting! Pamanmu itu mencoba untuk membunuhmu, dan dengan saran yang ia katakan kepadaku untuk menulis Death Eater scum di tubuhmu dengan darahmu sendiri untuk mengelabui para auror, maka besar kemungkinan dialah dalang di balik pembunuhan ayahmu."

Rasanya Draco ingin memuntahkan sarapan ia tadi, mungkinkah pamannya ini sanggup melakukan pembunuhan- tapi para auror mengatakan-. Hal ini tidak mengubah kenyataan bahwa ayahnya telah tiada dan ibunya harus pergi jauh ke Amerika Selatan.

"Kau harus segera pergi untuk bersembunyi Draco." Suara Blaise pelan tapi ada nada tegas di baliknya. "Claudius sangat berhasrat untuk membuatmu mati dan pembunuh bayaran selanjutnya yang ia sewa mungkin saja lebih serius untuk melakukannya dibandingkan diriku."

Ucapan Blaise sangat benar akan tetapi apa yang dapat Draco lakukan? Dia tak dapat melaporkan hal ini kepada para auror. Sebagian besar dari mereka semua merasa bahwa Draco seharusnya di hukum atas keikut sertaan dirinya pada saat perang besar dahulu. Bahkan besar kemungkinan mereka berharap percobaan pembunuhan selanjutnya berhasil.

Ya, bukannya seluruh pekerja di kementerian sihir membencinya. Karena ia telah memperoleh beberapa rasa hormat dari sesama rekan-rekan kerjanya di department bagian regulasi dan kontrol makhluk ajaib dan akhirnya pun public tak terlalu bersikap agresif kepadanya semenjak ia berkerja bersama Granger yang terkadang membuat ia berinteraksi dengan the golden trio. Koran Prophet bahkan telah memfoto ketika dirinya meminum segelas champagne dengan Harry Potter disampingnya, setidaknya popularitasnya tidak seburuk dulu. Sekalipun publik tidak perlu tahu betapa canggungnya ia ketika dirinya dan Potter berinteraksi dan kata-kata yang mereka ucapkan penuh akan kesopanan, yup Draco tidak terlalu merasa depresi.

Jika para auror tak bersedia melindungi nya maka satu-satunya jalan yang Draco harus tempuh adalah pergi bersembunyi. Sayangnya Claudius pasti tahu letak seluruh aset keluarga Malfoy sedangkan Draco tak memiliki properti dari pihak keluarga ibunya. Ia pun menjatuhkan dirinya ke kursinya. Blaise pun ikutan duduk di depan Draco.

"Kemana aku harus pergi?"
"The Burrow!" Blaise tersenyum lebar akan idenya sendiri itu. "Claudius tidak akan pernah mencari dirimu disana, dan akan ada orang yang menjagamu disana."

"Tapi… apakah disana tidak terlalu ramai?" Yang ia dengar keluarga Weasley itu tinggak di gubuk kecil. "Dan mengapa mereka mau membantuku?"

"Ginny mau melakukannya untukku. Bahkan kau bisa tinggal di kamarnya." Draco menaikkan sebelah alisnya untuk menunjukkan betapa anehnya sikap Blaise yang mengijinkan Draco untuk tidur satu kamar dengan satu-satunya anak gadis keluarga Weasley. "Oh, come on. Draco kau itu pria paling gay yang ku kenal jadi jelas kau bukanlah ancaman untuknya. Lalu alasan mengapa mereka mau membantumu, kau masih memainkan peran sebagai seorang istri kan?"

Draco menggeram marah ke Blaise. Sahabat satunya itu sungguh bersikap kurang ajar kepadanya semenjak ia menemukan Draco yang sedang mem baking souffles. "Memasak itu bukanlah peran seorang istri! Banyak koki hebat diluar sana yang-"

"-seorang pria. Ya aku tahu. Aku tak mengkritikmu, aku hanya mengatakan bahwa itu adalah tiketmu untuk masuk ke the burrow. Ibunya Ginny mengajar di Hogwart tahun ini dan tidak akan kembali sampai bulan Juni. Dan tampaknya mereka telah mengalami kesulitan semenjak Ibunya pergi. Seluruh anak-anaknya ada di rumah, bahkan yang telah menikah karena istrinya berada di Perancis untuk merawat kakeknya yang sakit dan tidak ada satupun diantara mereka yang bisa memasak."

"Hmm, sepertinya gadis kecilmu itu bukanlah wanita yang pandai memasak."

Blaise langsung berdiri dan berkata " Dia tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak! Jadwal trainingnya dengan Harpies sangat brutal dan…. dan...!"

"Dan aku telah merasakan kue buatannya untuk hari ulang tahunmu." Bagaimana bisa ia lupakan gigitan kue yang tampaknya tidak dapat tertelan padahal ia telah berulang kali mencoba untuk mengunyahnya? Akhirnya ia memutuskan untuk menelan bulat-bulat dengan bantuan segelas tegukan besar winenya. "Berkurangnya waktu yang ia habiskan di dapur, maka itu akan membuat kesehatan semua orang yang wanita itu kenal lebih baik." Ucap Draco sembari mengusap tenggorokkannya.

"Bakatnya berada di tempat yang lain." Sebanyak apapun alasan yang Blaise untuk membela kekasihnya itu, tampaknya ia juga kehabisan kata-kata positif jika menyangkut masalah masakan dari Ginny.

"Kau sungguh terhormat untuk membelanya seperti itu, Blaise. Tapi kembali ke topik sebelumnya , mengenai pelarianku dari paman yang hendak membunuhku ini. Apa kau benar-benar yakin keluarga Weasley itu cukup putus asa untuk mengijinkanku tinggal dengan mereka?"

Blaise menganggukan kepalanya berkali-kali. "Kau sudah mencicipi kue buatan Ginny, dan kemampuan memasak Ginny yang paling baik dibandingkan saudara-saudaranya."

Draco langsung berjengit dan merinding. "Ooh…. Tidak bagus itu."

"Yup, tepat sekali. Ayahnya Ginny bahkan pernah hampir membakar seluruh rumah. Percayalah kepadaku ini adalah win win situation untuk kalian semua. Kau segera berkemas dan aku akan menghubungi Ginny lewat Floo."

Ketika Draco mengemas beberapa pakaian yang hendak ia bawa, ia menimbang apakah perlu mengirimkan owl kepada ibunya. Tapi, bagaimana jika ibunya berada dalam bahaya juga? Dia segera mengenyahkan pemikiran tersebut. Jika Narcissa tahu, dia akan memaksa Draco untuk ikut dengannya ke Argentina, atau bisa lebih parah, ibunya itu akan kembali ke Inggris dan hal itu dapat membuat posisinya ibunya juga menjadi terancam. Claudius mungkin mencoba untuk mendapatkan Malfoy Manor beserta aset lainnya dan untungnya kunci simpanan harta keluarga Malfoy hanya diwariskan berdasarkan tali darah.

.

.

.

TBC

.

.

.

Notes:

Nantikan kelanjutan misfortune, or fortune? Snow white Draco, muahahaha. Ugh can you guess who would be his prince charming?

R n R

.

.

.