Author: Yay! Ketemu lagi ama saya Nonohana Kizure di fanfic 'the other world'

All: Ho…

Author: *Sweat drop* Eto… kali ini saya akan melakukan kolaborasi dengan teman saya yang merupakan sesama author yang juga pernah menulis fanfic di fandom KHR! Perkenalkan LucyLucielle-sama!

All: 'Plok plok plok'

Author: Chapter 1 ini saya yang ngetik lalu yang kedua Lucy-sama, bisa dibilang saya dapat chapter ganjil dan Lucy-sama dapat chapter genap. Jadi maaf kalau ada perbedaan typo dan cara penyampaiannya.

All: *Ngelemparin tomat busuk*

Author: Huuwa! Daripada nanti lama mendingan saya mulai sekarang deh! Siapapun bacain disclaimer ama warningnya! *Langsung ngibrit dari panggung*

Reborn: Disclaimer. Author gak berguna ini sama sekali gak membuat kita ataupun semua yang ada hubungannya dengan KHR.

Tsuna: Warning. Typo, pemilihan bahasa, kegajean yang amat gaje, serta full of OC's

Gokudera: Catatan tambahan, Setting nya di negri author tercinta, Indonesia! Dan juga, mereka tidak akan membuat pairing-pairing dengan OC

All: Kalau begitu mendingan mulai siap-siap kerena ceritanya udah mau mulai…


The Other World

Chapter 1: The Peaceful days

POV KHR Place

"Jadi, buat apa Gianini kesini Reborn?" tanya Tsuna kepada Reborn.

"Berisik dame Tsuna. Gianini hanya ingin melakukan penelitian Ten Years Bazooka milik aho ushi saja." Jawab Reborn santai

"Makannya itu aku khawatir..." Jawab Tsuna lirih.

"Juudaime!" teriak Gokudera yang langsung memasuki kamar Tsuna.

"Huwa! Gokudera-kun! Ada apa?" tanya Tsuna kaget.

"Aku dengar Gianini datang kesini. Apa itu betul juudaime?" tanya Gokudera.

"Cepat!" pikir Tsuna.

"Gokudera-san... Ada apa?" tanya Gianini sambil mulai mengotak-atik Ten Years Bazooka milik Lambo.

"Ada apa katamu? Beraninya kau membuat penelitian baru tentang Ten Years Bazooka? Kau hanya akan membuat sesuatu tambah kacau! Seperti 10 years bazooka milik aho ushi sebelumnya!" kata Gokudera sambil mencengkram kerah Gianini.

"Waktu itu saya hanya teledor. Tapi kali ini tidak akan lagi! Lagipula kali ini aku akan membuat Ten Years Bazooka sendiri!" kata Gianini semangat padahal sebenarnya udah ketakutan ama ulah Gokudera.

"Kesalahan? Kau bilang badanku menjadi kecil begitu kesalahan!" kata Gokudera yang rupanya masih punya dendam dengan Gianini.

"Tenangkan dirimu, Gokudera." Perintah Reborn sambil menyeruput kopinya.

"Tapi Reborn-san, bukankah kita harus mencegahnya sebelum terjadi sesuatu yang berbahaya?" Kata Gokudera.

"Tidak ada salahnya kalau di coba." Kata Reborn.

"Baiklah kalau begitu..." Jawab Gokudera.

"Oi, Gianini! kapan penelitianmu bisa selesai?" tanya Reborn.

"Mungkin sekitar 2 minggu Reborn-san." Kata Gianini.

"Kalau begitu sampai penelitianmu sudah selesai, kau boleh tinggal disini." Kata Reborn.

"Eh! Kenapa mendadak?" tanya Tsuna kaget.

"Terima kasih banyak, Reborn-san!" kata Gianini senang.

"Mereka tidak mendengarkanku." Kata Tsuna pasrah.

End POV KHR Place


Somewhere in Jakarta, Indonesia

"Yo! Renata. Kau naik?" tanya sesosok perempuan memakai kerudung yang baru turun dari lantai 3 ke lantai 2.

"Naik. Kau sendiri Nindya?" tanya Renata.

"Udah pasti. Eh ya! Ngomong-ngomong si Ai, Diesty, Ghina ama Arya belum datang?" tanya Nindya.

"Kalau si Ghina, Diesty ama Arya lagi didalam kelas masih nunggu buat ngambil raport. Kalau si Ai, gak tau deh." Kata Renata enteng.

"Ho… sayang. Padahal aku ingin nunjukin sesuatu yang penting." Kata Nindya.

"Apaan?" tanya Renata tertarik.

"Hehe. Liat aja nanti." Kata Nindya.

"Kalau aku sih udah selesai ambil raportnya." Kata seseorang yang juga memakai kerudung yang baru keluar dari kelas 8.1

"Yo Ai! Gimana raportnya?" tanya Nindya langsung.

"Baik-baik aja." Kata Aisya.

"Tapi bukannya ini diurutin sama nomor absen? Aturan yang lain keluar lebih dulu daripada si Renata dong." Kata Nindya.

"Mereka telat jadi belakangan." Jawab Renata singkat.

"Pantesan aja." Kata Nindya yang langsung nyambung.

"Yo… Tau gini gw gak milih telat deh…" kata sebuah suara yang baru keluar dari kelas 8.6 dengan gontainya.

"Kenapa kau Ar? Gak naik?" tanya Aisya kaget.

"Gak naik mbah mu! Gw naik kok. Cuman diomeli aja gara-gara telat." Kata Arya kesal.

"Kirain..." Kata Aisya lega.

"BTW si Diesty ama Ghina lama amat." Kata Renata.

"Ah! Paling mereka lagi kena ceramah..." Kata Arya singkat.

"Kau sih, masih mending cuman diceramahin agar tepat waktu. Nah anak-anak 8.5, malah diceramahin tentang agama dari awal pertemuan hingga akhir acara." Kata Nindya berkobar-kobar(?)

"Ha… akhirnya keluar juga." Kali ini suara perempuan keluar dengan gontainya dari kelas 8.6

"Speak of the devil." Kata Renata singkat.

"Bu Nis apa-apaan sih? Kan cuman telat 5 menit doang! Ampe segitu ceramahnya." Kali ini juga ada suara perempuan.

"Ah! Ghina, Diesty. Gimana raportnya?" tanya Nindya.

"Naik!" kata mereka kompak.

"Kalau begitu bagus. Semoga aja nanti kelas 9 kita dapat kelas yang sama." Kata Aisya senang.

"Setuju." Kata Arya sambil tersenyum misterius.

"Ngomong-ngomong ngapain kau bawa tas yang biasa buat sekolah Nin?" tanya Ghina.

"Ah! Untung aja ingat." Kata Nindya yang langsung ngebuka tasnya untuk mencari barang yang dia cari.

"Apaan sih?" tanya Diesty yang udah penasaran.

"Allhamdulillah gak ketinggalan. Kalau gitu kita kekelas 8.5 aja. Aku akan kasih tahu disana." Kata Nindya sambil mulai naik kelantai 3 dan sempat diomelin janitor, soalnya tuh tangga baru dipel.


"Kira-kira apaan ya?" kata Ghina.

"Entahlah." Jawab Renata.

"Nah, ayo masuk!" kata Nindya.

"Ngapain, sih?" tanya Arya gak sabaran.

"Tunggu sebentar..." Kata Nindya dengan muka misterius.

"Lama. Gw pulang dulang duluan nih." Kata Arya kesal. Mungkin juga karena dia cowok sendiri di situ

"Sayang, padahal aku mau nunjukin ini. Jeng jeng jeng!" kata Nindya sambil mengeluarkan kotak yang mirip buat naro Vongola ring pas lagi ring battle.

"Jangan bilang…" kata Arya yang udah gemeteran.

"Yak, betul! Ini vongola ring yang limited edition. Kemarin aku lagi ngebuka amazon terus vongola ring ini lagi jadi bahan hot, soalnya yang bikin desainnya Amano kira-sensei sendiri. Dan lagi ini cuman ada 1 lho~ Ini udah kayak vongola ring yang asli! Rencananya sih aku mau ngasih kalian masing-masing 1. Tapi karena Arya udah mau pulang gak jadi deh…" kata Nindya pura-pura kecewa.

"Iya iya! Gak jadi pulang deh gw!" kata Arya yang langsung duduk disalah satu bangku.

"Hehe. Kalau begitu aku langsung bagi sesuai sifat flame kalian ya~" kata Nindya.

"Ah... Jadi pembagian ringnya gimana?" tanya Ghina

"Hmmm... Karena cewek di sini hampir semua nya fujoshi, dan Renata itu satu-satunya yang bukan fujoshi (jangan hitung Arya nya...), Jadi pemikirannya pasti beda sendiri! Jadi, Renata dapet Kumo!" kata Nindya

"Terus... Ame! Kataku, Diesty yang dapet Ame. Soalnya dia mirip Yamamoto, suka main-main(?)" lanjut Nindya

"Kau orang paling semangat. Kau dapet hare ring.." kata Renata sambil menepuk pundak Nindya

"Yup! Dan.. Arya, kau dapet Kiri, ya.." kata Nindya

"Dan... Ai! Kau cocok dapet Kaminari!" lanjut Nindya

"Er... berarti aku arashi, ya?" tanya Ghina

"Jangan! Kau kan cocok jadi leader! Kamu oozora aja!" kata Renata

"Ah... Oozora, ya? *sigh* baiklah..." kata Ghina pelan

"Nanti ring yang Arashi ku kasih Clea deh... Dia pasti juga mau... Boleh kan?" lanjut Ghina

"Tentu saja~" balas Nindya

"BTW, Tadi si Nindya bilang kalau nih barang limited edition dan cuman ada 1 kan?" tanya Diesty.

"Iya. Terus kenapa?" tanya Nindya balik.

"Kalau begitu pasti mahalkan? Gak apa-apa nih?" tanya Diesty ragu.

"Mahal? Masa, sih? Kalau menurutku sih gak terlalu mahal jadi beloh-boleh aja ah." Kata Nindya.

"E-emang harganya berapa?" tanya Diesty ragu.

"Aku kurang ingat juga soalnya aku pesan nih barang 2 hari yang lalu." Kata Nindya santai

"Seingatmu aja." Kata Diesty yang udah sweat drop.

"Eto… kalau gak salah sekita 2-3 juta deh, terus ditambah pajak 10% dan ongkos kirim 5%." Kata Nindya

"Yen atau rupiah?" tanya Aisya.

"Yen." Jawab Nindya yang membuat semua orang disitu jaw drop.

"Orang kaya emang beda, ya." Komentar Renata singkat.

"Apaan, sih? Oh ya! jangan sampai hilang ya. Soalnya ini buat kenang-kenangan." kata Nindya mengingatkan mereka semua.

"Kenang-kenangan buat apa?" tanya Ghina.

"Kenang-kenangan buat kalian, soalnya ada kemungkinan kelas 9 pertengahan semester aku pindah sekolah." Kata Nindya ragu.

"Kau mau pindah sekolah?" tanya Aisya.

"Maunya gak sih. Tapi, apa boleh buat." Kata Nindya agak sedih.

"Jangan dong. Lagiankan tanggung!" Kata Ghina

"Ahahaha. Dari pada itu, nih kukasih rantainya biar dijadiin kalung kayak di KHR" Kata Nindya.

"Ho… sudah satu set ya." komentar Renata.

"Begitulah." Kata Nindya.

"TIIINNNN!" bunyi klakson mobil didepan sekolah.

"Siapa, sih?" tanya Arya yang langsung keluar untuk melihat mobil milik siapa yang berisik.

"Kalian pada pulang pake apa?" tanya Nindya.

"Naik angkot." Jawab Ghina, Renata dan Aisya berang.

"Kalau aku jalan kaki. Soalnyakan rumahku dekat." Kata Diesty.

"Ho… nanti mau bareng gak?" tanya Nindya.

"Boleh. aja" kata Renata.

"Aku juga mau dong." Kata Diesty.

"Sekalian hemat ongkos." Kata Ghina.

"Gak apa-apa nih?" tanya Aisya.

"Gak apa-apa kok. Lagian si Udin juga lagi nganggur soalnya ayahku lagi di Balik papan dan ibu ku lagi di Australia jadi gak masalah." Kata Nindya. (A/N: Yang ini beneran lho. Nama supir saya Udin kasian amat ya… *PLAK*)

"Kalau begitu makasih deh~" Kata Aisya.

"Woi Nin! Si Udin jemput tuh!" kata Arya yang berteriak dari lantai 1.

"Speak of the devil." Kata Nindya singkat.

"Kalau gitu mendingan kita buru-buru aja. Kasian si Udin." Kata Aisya.

"Tunggu sebentar." Kata Nindya.

"Hah? Ada apa lagi?" tanya Renata.

"Hoi Ar! Mau bareng ama yang lain gak?" teriak Nindya di teras lantai 3.

"Boleh!" teriak Arya gak kalah keras.

"Mereka berdua udah kayak orang alay aja sih." Kata Ghina.

"Hm…" gumam Diesty tanda setuju.


"Jadi tahun ini gak ada kelas meeting?" tanya Arya kaget.

"Yup. Kita udah ngirim proposal ke kepsek, tapi ditolak sebelum sempet dibaca, katanya 'Kalian itu kalau sekalinya dibebasin udah jadi kayak binatang nanti.' Begitulah kira-kira." Kata Nindya menjelaskan.

"Kasihan ya jadi anggota OSIS repot begitu." Kata Aisya

"Haha gak juga sih. Terkadang kita bisa make jam pelajaran buat ngadain rapat padahal sebenarnya cuman mau ngebolos pelajaran." Kata Nindya.

"Licik…" pikir Arya.

"Tapi, jadi OSIS ada enaknya juga sih…" kata Renata.

"Apaan Ren?" tanya Diesty.

"Misalnya bisa ngerjain anak kelas 7 tahun ini atas nama MOS." Jawab Renata.

"Jangan-jangan itu alasan utama Nindya ikut OSIS, lagi?" tanya Ghina

"Bingo~! Betul!" jawab Nindya.

"Sudah kuduga." Jawab Renata.

"Nin. Ini udah didepan rumahnya Diesty." Kata si Udin.

"Eh! Udah sampai?" tanya Nindya.

"Kalau begitu dadah! Makasih ya!" kata Diesty sambil keluar mobil.

"Gak masalah kok. Lagi pula Udin juga sukarela." Kata Nindya yang berhasil membuat Udin sweat drop.

"Pokoknya, makasih ya." kata Diesty.

"Ya. asal jangan bikin cincinnya lecet aja." Kata Nindya sambil tersenyum banyak arti.

"Tenang aja." Kata Diesty tersenyum.

"Kalau begitu, dadah." Kata Ghina.

"Jadi sekarang kita kerumahnya Ai ya?" tanya Udin.

"Udah jelas masih pake ngomong lagi." Kata Nindya ke Udin.

"Maaf…" kata Udin sweat drop.

"Nindy ternyata bisa tegas juga…" kata Aisya sweat drop.

"Oh ya Ghin!" panggil Nindya.

"Ada apa?" tanya Ghina.

"Liburan nanti aku main kerumahmu ya." kata Nindya.

"Boleh aja. Emang kenapa?" tanya Ghina.

"Enggak. Cuman bosen aja dirumah." Kata Nindya.

"Oh… iya…" kata Ghina Sweat drop.

"Oh, ya. ngomong-ngomong katanya untuk ngebimbing anak kelas 7 yang baru masuk kekurangan 5 orang lagi ya?" tanya Arya.

"Iya. Nyadar saya!" kata Nindya kaget.

"Maksudnya?" tanya Ghina.

"Maksudnya kau, Renata, Diesty, Aisya ama Arya mau ikut gak buat jadi panitia MOS?" tanya Nindya.

"Boleh." Kata Renata sambi mengeluarkan evil smile.

"Aku males belajar dihari MOS jadi boleh deh." Kata Arya.

"Wah tujuannya pada licik-licik nih…" kata Nindya.

"Memangnya kau sendiri gak?" tanya Ghina sambil menyindir Nindya.

"Kalau kau Ai?" tanya Nindya gak memperdulikan Ghina.

"Saya dikacangin…" komentar Ghina singkat.

"Boleh deh… lagian semuanya juga pada ikut." Kata Aisya.

'Rasanya yang paling baik disini Cuma Aisya deh…' pikir Ghina.

"Nah sekarang kita udah nyampe dirumahnya Ai…" kata Udin.

"Ah. Ya sudah kalau gitu sampai jumpa." Kata Aisya.

"Ya. sampai jumpa." Kata semuanya bareng, meskipun Renata gak niat.


"Dah Renata." Kata Ghina dan Nindya berbarengan.

"Dah." Kata Renata Singkat.

"Sekarang kita kerumahnya Ghina." Kata Udin. Baru aja Nindya mau marahin Udin lagi tapi dicegah Ghina

"Oh ya, Nin. Kamu mau main kerumahku, kan? Kapan?" tanya Ghina.

"Gah tahu deh. Mungkin kalau lagi mood atau bosan kali." Jawab Nindya.

"Emangnya kamu gak ada acara pergi-pergi ama keluargamu?" tanya Ghina.

"… keluargaku… Lagi pada sibuk ama pekerjaannya, Ghin. Makanya aku mau main kerumahmu biar gak bosan." Kata Nindya sambil tersenyum dan dibelakangnya terdapat background matahari sedang terbit(?) dengan terangnya.

"Oh… emangnya orangtuamu lagi tugas dimana?" tanya Ghina sambil sweat drop.

"Ibuku di Singapura, ayahku lagi di Malaysia. Mungkin pulangnya beberapa bulan lagi." Kata Nindya santai.

"Oh… begitu…" kata Ghina sambil double sweat drop.

"Kita udah nyampe dirumahnya Ghina, Nin." Kata Udin.

"Ya udah… kalau gitu sampai nanti Ghin." Kata Nindya.

"Ya udah. Kalau mau main, telpon dulu, ya." kata Ghina sambil tersenyum.

"Pasti." Jawab Nindya.

"Eh ya. ngomong-ngomong pengumuman kelasnya 5 hari lagi kan?" tanya Ghina.

"Iya. Nanti janjian aja ama yang lain." Kata Nindya.

"OK deh." Kata Ghina.

"Dadah!" kata Nindya senang

"Nindy kenapa, ya? Tadi kayaknya dia ngomongnya agak ragu. Jangan-jangan ada yang dia sembunyiin sama aku dan yang lain kali. Kira-kira apa ya?" pikir Ghina


Five days later

"Yang lain lama ya…" kata Ghina yang sudah menunggu dari 5 menit yang lalu.

"Maaf Ghina aku telat." Kata Aisya yang baru datang.

"Kenapa?" tanya Ghina.

"Tadi aku harus bantuin kakak-kakakku yang mau pergi kuliah." Kata Aisya.

"Ya udah gak apa-apa." Kata Ghina.

"Yo Ghina. Aisya. Kau sudah datang duluan toh." Kata Renata.

"Kok telat?" tanya Ghina dengan dark aura dibelakangnya.

"Sorry. Kesiangan." Kata Renata santai.

"Ghina. Renata. Aisya~" kata Diesty yang rupanya baru datang.

"Kau kenapa telat?" tanya Ghina.

"Hehe sorry." Kata Diesty.

'*Sigh* dasar…' pikir Ghina lelah.

"Udah pada datang toh?" tanya Arya yang rupanya baru datang.

"Kenapa telat~?" tanya Ghina dengan evil smile.

"Sorry. Keasikan main game KHR DS." Jawab Arya.

"Eh! Liat dong!" kata Ghina senang.

"Masa? Mau pinjem dong!" kata Renata.

"Aku mau lihat Muku~" kata Diesty.

"Aku lihat Hibari TYL dong." Kata Aisya.

"Lagi pada ngapain?" tanya Nindya yang baru datang.

"Kau paling telat." Kata Ghina dengan dark aura yang sangat pekat.

"So-sorry. Tadi jalanan macet. Terus si Udin kan gak suka kebut-kebutan…" jawab Nindya sambil sweat drop.

"Oh begitu. Ngomong-ngomong kapan kau mau main kerumahku?" tanya Ghina.

"Besok boleh kok." Kata Nindya.

"Jam berapa?" tanya Ghina.

"Jam 09.00 pagi kali…" kata Nindya.

"Oh…" jawab Ghina.

"Hei. Papan pengumumannya udah dibuka tuh." Kata Diesty.

"Kalau gitu ayo lihat." Kata Renata yang udah kabur duluan.

"Ya udalah…" kata Ghina yang ikut pergi.


papan pengumuman

Kelas 9.1

Nama siswa:

…………………

Arya Setiyadi.

Aisya Mardatila

…………………

…………………

…………………

…………………

Diesty Dewantari

…………………

…………………

…………………

…………………

Ghina Putri Oktavian.

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

Nindya Hussein Putri

…………………

…………………

…………………

…………………

…………………

Renata Larasati

…………………

…………………

…………………

…………………

Jumlah Kursi kosong: 7 orang murid


"… nggak nyangka bisa satu kelas begini…" kata Nindya sambil jaw drop.

"Kenapa? Bagus, kan?" kata Renata.

"Hm… jangan-jangan kamu gak mau satu kelas lagi?" Kata Arya.

"Bu-bukan itu masalahnya." Kata Nindya.

"Ayo bilang~" kata Diesty sambil menusuk-nusukkan ranting pohon kebadan Nindya.

"Kita janji gak bakal ketawa kok." Kata Aisya.

"Udah bilang aja sih." Kata Ghina.

"Hah… kalian lihatkan disitu ada Ipank ama Vidi…" kata Nindya.

"Ya iyalah." Kata Arya.

"Jadi waktu ada tugas kelompok BK aku satu kelompok dengan mereka. Aku disuruh bawa laptopku. Pada akhirnya aku bawa. Dan pas udah nyampe dirumahnya Ipank, *sigh* Vidi gak sengaja ngelihat Doujin Yaoi di Laptopku." Kata Nindya sambil Jaw drop.

"Mampus! Doujin apaan?" tanya Ghina.

"1827… ratingnya NC-17… untung cuman lihat sampai cover… gak tahu tuh gimana reaksinya kalau ngelihat sampai selesai…" kata Nindya.

"Judulnya apa?" tanya Arya.

"Ichigo Milk… Udah ah! Gak usah diingetin lagi!" kata Nindya yang langsung bangkit, tapi sayang saudara-saudara sekalian, kepalanya mengenai muka Diesty yang sedang mendekat ke Nindya untuk menanyakan ceritanya.

"Sakit." Kata Diesty.

"… Ahahahahaha!" Nindya malah tertawa dengan senangnya.

"Yang satu harus masuk rumah sakit jiwa." Kata Aisya.

"Aku punya nomornya." Kata Renata.

"Udah udah." Kata Ghina berusaha menenangkan kesenangan(?) itu.

"Pokoknya udah gak sabar buat masuk sekolah!" kata Nindya denga kepala yang sedikit… benjol.

"Jangan dulu! Aku belum selesai namatin Monster Hunter. Jadi masuknya nanti aja." Kata Renata.

"Iya juga sih…" kata Diesty sambil mikirin project komik Gank-Ster-nya.

"Aku sih, terserah kapan aja." Kata Aisya.

"Aku gak peduli." Jawab Arya.

"Aku pengen anak kelas 7 tahun ini gampang diajak bermain(Baca: Dikerjain)." Kata Nindya.

"Entah kenapa aku merasakan firasat buruk dari perkataan Nindya…" kata Ghina sweat drop.

"Ah! Udah jam 10.30! Aku mesti pergi dulu!" kata Nindya sambil mulai buru-buru jalan ketempat Udin markirin mobilnya.

"Emangnya ada apa?" tanya Ghina.

"… aku… ada sedikit urusan." Kata Nindya sambil tersenyum sedih.

"Kalau gitu hati-hati ya." kata Ghina ragu.

"Tenang aja. Sampai nanti." Kata Nindya.

"Dah." Jawab yang lain berbarengan

"Lagi-lagi si Nindy ragu untuk ngomong ama kita-kita. Jangan-jangan bener lagi ada yang disembunyiin… apa ya… jangan-jangan dia ada sedikit masalah lagi… tapi apa ya?" pikir Ghina

"Oy, Ghin! Nanti angkotnya keburu pergi lho!" Kata Renata menyadarkan Ghina dari lamunannya.

"Ah ya... Maaf." Kata Ghina sambil mulai menaiki angkot.


Besoknya, dirumah Ghina.

"Assalamualaikum!" kata Nindya didepan pagar rumah Ghina.

"Yo. Masuk aja." Kata Ghina.

"Gak ada orang?" tanya Nindya.

"Gak. Lagi pada pergi semua." Kata Ghina.

"He… eh Ghin, Masa tadi malam aku mimpi gila banget deh." Kata Nindya.

"Emangnya apa?" tanya Ghina sambil mulai duduk dibangkunya yang berhadapan dengan komputernya yang sedang buka situs KHR.

"Masa tadi malam aku mimpi orang-orang KHR transfer kedunia kita." Kata Nindya.

"Itu sih sinting." Kata Ghina sambil mulai mengecek Youtubenya.

"Iyakan… makanya pas aku bangun tidur tadi aku langsung ketawa sendirian." Kata Nindya.

"Haha… eh mau nonton ini gak?" tanya Ghina sambil menunjukkan Video KHR episode 169.

"Eh mau dong." Kata Nindya sambil mengambil bangku untuk ikut nonton.

"DRAK DRAK DRAK! PRANG DUK!" bunyi suara keras.

"Eh apa ini?" tanya Ghina panik melihat keadaan sekitarnya.

"Huwa! Gempa nih." Kata Nindya yang badannya oleng.

"Gak apa-apa nih, kalau gak keluar?" Kata Ghina sambil menahan layar komputernya agar tidak jatuh.

"Gempanya kecil kok. 1-3 menit juga berhenti." Kata Nindya.


KHR Place POV

"Hah? Jadinya lebih cepat?" tanya Gokudera tidak percaya yang kini sedang dihutan Nanimori.

"Ma... Ma… Gokudera.. Kau tenang dulu." Kata Yamamoto.

"Kufufufu. Tampaknya ini akan menyenangkan." Kata Mukuro yang sedang bersama Chrome.

"Sawada! Pao pao-sensei tidak ada disini to the extreme?" tanya Ryohei dengan suara toanya.

"Haha. Tampaknya dia tidak datang onii-san." Kata Tsuna.

"Huh Herbivore herbivore berisik. Diam atau kami koroshi." Kata Hibari.

"Kalian semua tenanglah... Gianini bagaimana persiapannya?" tanya Reborn.

"Sudah siap Reborn-san, hanya saja disini harus ada yang mau menjadi kelinci percobaan." Kata Gianini yang sukses membuat semua orang disitu mundur sejauh 5 langkah dari tempat mereka bediri tadi, kecuali Hibari dan Reborn.

"Bwahahahaha! Kalau begitu Lambo-san aja! Habisnya semuanya penakut." Kata Lambo sambil bersiap-siap mau menerima tembakan Ten Years Bazooka buatan Gianini.

"Baiklah kalau begitu." Kata Gianini sambil mulai mau menembak Lambo.

"Lambo jangan!" kata Tsuna sambil mulai menuju ketempat Lambo, akan tetapi Gianini sudah terlanjur menekan pelatuknya.

"Juudaime! Awas!" teriak Gokudera.

"BLAAR!" Peluru Ten Years Bazooka terpental kemana-mana.

"Uhm… Gianini ada berapa jumlah peluru itu?" tanya Tsuna sambil sweat drop.

"Kira-kira ada 18 buah." Kata-kata Gianini barusan berhasil membuat semua yang ada disitu jawdrop, kecuali Hibari dan Reborn lagi.

"Dasar BODOH! Bagaimana kalau ada orang lain yang terkena tembakan peluru nyasar itu?" kata Gokudera marah.

"Maaf… aku tidak tahu akan seperti ini…" kata Gianini dengan mata berair.

"GAH! DASAR BODOH!" kata Gokudera.

"Semuanya tenang." Kata-kata Reborn barusan sukses membuat semua yang ada disitu menjadi tenang. "Lebih baik kita bicarakan hal ini dirumah Tsuna beberapa hari lagi. Aku akan menghubungi kalian nanti kalau tentang masalah ini sudah dikabarkan kepada Kyuudaime." Kata Reborn sambil menundukkan topinya, hingga dia menimbulkan kesan yang amat rahasia.

End KHR Place POV


"Ge-gempanya udah selesai nih?" tanya Nindya dengan kepala berputar-putar.

"Tampaknya…" kata Ghina yang kepalanya tak kalah pusing dengan Nindya.

"Gak nyangka. Meskipun gempanya kecil tapi lama." Kata Nindya.

"Mendingan biar gak pusing sekarang kita keluar aja. Biar gak bosen main dirumahnya Clea, yuk…" kata Ghina.

"Boleh deh… tapi emang Clea ada dirumah?" Tanya Nindya.

"Ada kok. Sekalian, aku mau ngasih ring nya. Kemaren belom sempet ku kasih" Kata Ghina sambil mulai mematikan komputernya.

"Kalau begitu Clea kemungkinan lagi bikin fanfic D18 dong!" kata Nindya kaget.

"Iya." Jawab Ghina.

"Aku gak mau baca." Kata Nindya.

"Ya udah kalau begitu." Kata Ghina sambil mulai berjalan keluar diikuti Nindya.


Clea's House

"Assalamu 'alaikum! Clea! Clea!" panggil Ghina

"Ya! Sebentar!" jawab seseorang

Tak lama kemudian, Clea membuka pintu rumahnya

"Halo, Clea~" sapa Ghina

"Ah! Ghina dan Nindya! Ayo, masuk~" Clea membuka pintu pagar rumah nya

"Lagi ngapain kamu?" tanya Ghina

"Lagi ngetik fanfic~" jawab Clea

"Fanfic D18, ya?" tebak Nindya

"Ahaha~ Iya~" jawab Clea sambil tertawa

"LIHAT!"teriak Ghina

"Enggak! Jangan! Belom jadi!" Clea berusaha menghalangi

"Akh... Kalau begitu, kalau udah selesai, kasih tau, ya~" balas Ghina

"Oh, ya, kamu ga upa bawa barangnya kan, Ghin?" tanya Nindya

"Enggak kok. Eh, Clea, Kemarin, si orang kaya yang satu ini be-" Nindya memotong ucapan Ghina,

"Ga usah pake orang kaya, dong!"

"Ah.. Maaf.. Oke... beberapa hari yang lalu, Nindya membeli satu set vongola ring yang limited edition yang harga nya du-" Nindya memotong kata-kata Ghina lagi,

"Ga usah di sebut harganya!"

Ghina dan Clea sweatdrop

"Oke... Dan ini! Kau dapat ring yang Arashi!" Ghina mengeluarkan sebuah ring

"Wah~ Kalau Nindi sama Ghina dapet apa?" tanya Clea

"Nindya dapet hare. Aku... *sigh* Oozora..." jawab Ghina

"Kenapa pake sigh? Bukannya oozora itu hebat?" tanya Clea

"Yah... Tapi aku lebih suka kiri dari pada oozora..." jawab Ghina

"Rantainya jangan lupa di kasih!" kata Nindya mengingatkan

"Oh, ya! Ini!" aku mengambil seutas(?) rantai dari tas ku dan memberikannya ke Clea

"Oh~ Makasih, ya~" kata Clea sambil tersenyum

"Sekarang... Ayo kita baca fanfic D18 nya!" Ghina ngacir ke dalem rumah Clea (ga sopan..)

"Ah, Hei!" Clea ikut berlari masuk ke dalam di ikuti Nindya..


Pada saat masuk sekolah.

"Gak nyangka, ya.. Liburan itu cepat." Kata Renata.

"Sabar aja. Lagipula tampaknya anak kelas 7 tahun ini tampak polos." Kata Nindya sambil mulai mengeluarkan evil smile.

"Enaknya dikerjain apa nanti?" tanya Ghina.

"Disuruh baca Doujin/Fanfic Yaoi aja!" kata Diesty.

"Jangan. Bisa-bisa kita diomelin kepala sekolah." Kata Aisya.

"Yang penting bisa bolos pelajaran." Kata Arya.

"… hah… nanti pulang jangan pada pulang dulu ya. kita nanti berotaku talk ria dulu…" kata Ghina.

"Boleh aja." Kata Yang lain kompak.


KHR Place POV

"Jadi, semua guardian sudah berkupmpul." Kata Reborn.

"Bagaiman pesan dari Kyuudaime, Reborn?" tanya Tsuna.

"Heh… kalian akan tahu sendiri." Kata Reborn sambil tersenyum licik.

"Eh maksudnya?" tanya Tsuna.

"PSIU PSIU PSIU!" tiba-tiba ada suara yang menuju kekamar Tsuna.

"Eh?" Tsuna hanya bisa terbelalak melihat peluru-peluru Ten Years Bazooka buatan Gianini yang sedang menuju kamarnya.

"Juudaime awas!" kata Gokudera yang hendak menyelamatkan mereka semua, tapi sayang peluru-peluru itu sudah mengenai semua orang yang ada disitu, kecuali Gianini.

"BLLAAAAAARRRRRRRRRR"

"He?" Gianini hanya bisa bersweat drop ria melihat scene didepannya.


End KHR Place POV

Jam 13.05

"Gila! Kalau orang-orang KHR pada pindah kesini bisa-bisa sekolah ini jadi HELL!" kata Arya yang kaget mendengar mimpi Nindya.

"Gak usah diejek sampe begitu, kan?" Kata Nindya.

"Ah! Tapi gak ada buruknya juga. Soalnya aku bisa ketemu Muku~" kata Diesty.

"Hehe… saya bisa bikin gore scene pake Lambo." Kata Renata sambil mengeluarkan dark aura yang sangat haus darah.

"Janga Ren. Kan kasihan Lambo. Soalnya masih kecil." Kata Aisya.

"Biarin!" kata Renata.

"Tuh kan kubilang apa. Mereka pasti bakal ketawa kayak begitu." Kata Nindya ke Ghina.

"Udalah, yang penting jadi seru ini." Kata Ghina.

"Saya tahu yang lebih seru! Misalnya tiba-tiba ada suara ledakan dari Ten Years Bazooka dikelas kita!" kata Nindya.

"BLLLAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRR!"

"Eh? Blar?" kata Nindya bingung.

"Ohok ohok! Akhirnya bisa keluar juga..."

"Juudaime apa anda tidak apa-apa?"

"Tadi itu asyik juga, Tsuna!"

"Kufufufu... Tampaknya ini akan menjadi menarik."

"Bos... Mukuro-sama... Apa anda berdua baik-baik saja?"

"Nyahahahaha! Ini dimana?"

"Jangan ribut, herbivore! Atau... Kami Kuroshi!"

"Tampaknya Berhasil... *Evil Smile*"

"… BOHONG! MEREKA ITU KAN?" kata Ghina, Nindya, Aisya, Diesty, Arya dan Renata kaget.

To be continued


Lucy: Er... si Nonohana mana, nih? Kok dia nutup ceritanya cuma pake tulisan 'to be continued'?

Mukuro: Kufufu... Spertinya Si author tadi langsung ngacir...

Lucy: Begitukah? Oh, ya... Ngapain kau disini, nan- Er... Mukuro?

Mukuro: Tidak tahu, ya.. Bukankah tadi anda menyeret saya kesini?

Lucy: Akh! Jangan di bilang ke readers dong! Oh, ya! Para readers sekalian... Jangan heran kalau para chara KHR itu bisa berbahasa indonesia dengan fasih dan benar!

Mukuro: Oya oya... Waktu itu kan, kami di berikan pelajaran bahasa Indonesia selama satu bulan...

Lucy: Ah... Dan kalian hebat sudah bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam satu bulan...

Mukuro: Yah... lagi pula, belajarnya kan di paksa...

Lucy: Ajaibnya, kemaren, Hibari ga ngelawan... *sweatdrop*

Mukuro: Ini fanfic kapan ditutup nya?

Lucy: Ah.. Tunggu sebentar! Saya masih mau ngoceh banyak!

Reborn: Cepat selesaikan, author bodoh...

Lucy: *gulp* Er... tunggu sebentar dong! Aku masih mau memberikan beberapa penjelasan ke readers!

Reborn: Yang cepat! *ngarahin pistol ke author*

Lucy: A-a-ah... Oh, ya, maaf untuk clea-san, clea-san belom nongol disini. Dan untuk informasi para readers... Nama-nama di atas bukan lah nama asli~ Dan juga, Maaf untuk Diesty-san karena proyek nya di bocorkan disini... (bukan saya yang nulis, lho!)

Reborn: Udah, belom?

Lucy: Tunggu! Er... Untuk yang hampir semua fujoshi itu... yah... benar... Diesty, Ghina, Nindya, clea, bahkan aisyah yang paling baik juga fujoshi... Dan juga... Clea ga ada pas pembagian ring bukan karena dia ga dateng, tapi karena Clea beda sekolah

Reborn: Waktu habis... *nembak pistolnya*

Lucy: Hiiii!

*Peluru nya malah nari-nari di lantai kayak yang waktu Giannini nge-upgrade(?) pistolnya reborn*

Lucy: *sigh*... Untung aja...

Reborn: Ah... Dia harus bertanggung jawab... *pergi*

Mukuro: Kufufu... Baiklah para readers sekalian~ Review lah fanfic ini!

Lucy:*ngangguk-ngangguk*