Genre : Romance
Rating : T
Pairing : SasuNaru
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : Yaoi, Pedophile, OOC, typo. DON'T LIKE, PLEASE DON'T READ!!!
Special Thank's to
My Futago Sista' MizuKana as the Demonic Angel
Seme Ablay for always support me (but he is not my Seme, just friend)
Uchinami no Ichi-chan, thanks for be my friend
Claudia Cha-Ching, My Virtual Sista', Sankyuu
Pedophilia : BABY KISS
Naruto © Masashi Kishimoto
Pedophilia © Akaneko
Naruto : 5 tahun
Sasuke : 20 tahun
Iruka : 18 tahun
Kakashi : 22 tahun
'Maaf, Sasuke… Ini yang terakhir…'
'Danzou-lah dalang dibalik semua ini…'
'Jangan bunuh aku…'
'AAAAAARRGGHH…'
"HAH?!!"
Seorang pemuda berambut hitam dan bermata senada terbangun dari tidurnya. Keringat membasahi wajah porselennya dengan deras. Dia menghela nafas dengan berat.
"Mimpi…" gumamnya.
Dia menoleh pada jam yang berada diatas meja disamping ranjangnya. Jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Masih terlalu cepat baginya untuk terbangun dan melakukan aktifitasnya. Pemuda itu menghela nafas panjang. Berharap perasaannya yang sedang kacau ini segera menghilang.
Kenangan masa lalunya kembali berbayang dikepalanya. Sebuah kenangan yang tak ingin diingatnya kembali, tapi selalu ada dalam hatinya. Tak bisa dilupakan. Tak bisa dibuang. Semua melekat pada dirinya.
Uchiha Sasuke, 8 tahun yang lalu, ketika dirinya hanyalah seorang bocah berumur 12 tahun yang dipenuhi dendam diberi misi oleh sang Hokage untuk membunuh Orochimaru yang berbahaya bagi Konoha. Dia dan sang Hokage tahu bahwa Orochimaru mengincar dirinya. Karena itulah dia sengaja memakan umpan yang diberikan 'Ular Tua' itu. Berlatih dibawah pengawasan Orochimaru.
3 tahun setelah itu, Sasuke berhasil membunuh si Ular licik yang berniat mengambil alih tubuhnya. Misi telah berhasil, tapi dia tidak segera kembali ke Konoha, melainkan mencari kakak laki-lakinya, Uchiha Itachi, yang telah menjadi Missing-Nin dan bergabung dengan Akatsuki. Dia bermaksud untuk membunuh Itachi dan membalaskan dendamnya. Ironisnya, setelah dia membunuh sang kakak, dia mengetahui kenyataan pahit dibalik pembantaian klan yang dilakukan kakaknya. Itachi melakukan pembantaian klan demi melindungi Konoha dan dunia ninja. Karena itulah, saat pembantaian klan itu, hanya Sasuke yang dibiarkan hidup. Karena Itachi sangat menyayanginya, bermaksud untuk melindunginya. Melindunginya dari klan yang sesungguhnya sangat berbahaya bagi dunia shinobi.
Hal ini membuat jiwanya terguncang. Pembalasan yang dilakukannya berakhir tragis. Dia menyesalinya, tapi hal yang sudah terjadi tak dapat diputar kembali. Dia memiliki misi terakhir. Membunuh Danzou, dalang dari semua perkara pada klan-nya, kakaknya, dan dirinya. Sasuke kembali ke Konoha untuk melapor pada sang Hokage dan meminta izin untuk membunuh Danzou. Tapi hal ini tidak disetujui begitu saja oleh sang Hokage. Sasuke diminta untuk menyelidiki mengenai Danzou dan mencari bukti yang cukup agar 'misi'-nya dapat terlaksana dengan baik.
Saat dirinya berumur 16 tahun, Sasuke berhasil membunuh Danzou. Tapi apa yang terjadi tak sesuai dengan hatinya. Seharusnya dia merasa lega telah membalaskan dendam kakaknya yang telah dimanfaatkan oleh Danzou, tapi sebaliknya. Dirinya semakin terpuruk. Dia tak lagi dapat merasakan kehangatan dari orang-orang disekitarnya. Tak lagi dapat meraih cahaya yang telah hilang darinya. Melainkan mimpi buruk yang terus menghantuinya. Dirinya terus dibayang-bayangi oleh kegelapan.
Dan kini, dia hanya dapat terus membunuh dan membunuh dengan bekerja sebagai ANBU yang handal. Diumurnya yang masih terbilang muda, 20 tahun, dia telah menjadi Kapten Anbu yang disegani. Seorang Kapten Anbu yang sangat loyal dan dapat diandalkan oleh rekan-rekannya. Tetapi juga pembunuh berdarah dingin dibalik topeng yang dikenakannya. Tak pernah ada emosi yang berarti dari dirinya. 'Hidup', tetapi juga 'tidak hidup'. Itulah keadaan Sasuke sekarang. Hanya ada darah yang ada disekelilingnya, sehingga mimpi buruk tak pernah tidak menghantui setiap malamnya.
"Aku muak…" gumamnya lirih.
Dia terdiam kembali sebelum menlanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Berharap mimpi buruknya telah pergi darinya setelah dia memejamkan matanya lagi. Sasuke mencoba mencegah bayangan buruk memenuhi kepalanya saat ini. Walaupun berat, tapi tubuhnya butuh istirahat yang cukup. Dengan cepat rasa kantuk pun kembali menyerangnya. Dan alam bawah sadarnya menguasainya. Mimpi… Membawa dirinya…
***
"Godaime-sama, ini laporan mingguan dari divisi Anbu luar," ucap seorang pemuda dengan kostum Anbu yang mengenakan topeng elang dengan rambut hitam model pantat ayam.
"Terima kasih," sahut sang Godaime.
Wanita berambut pirang yang tampak seperti umur 30 itu memeriksa laporan yang baru saja diterimanya. Sang Kapten Anbu tetap berdiri ditempatnya tanpa berkata apapun lagi. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu ruangan Hokage.
"Masuk," sahut Godaime, Tsunade.
Muncullah seorang Chuunin yang dikenal sebagai Chuunin Akademi sambil membawa seorang anak kecil berambut pirang berantakan dengan 3 buah garis disetiap pipinya. Sasuke tetap bergeming ditempatnya tanpa menoleh.
"Hokage-sama, lagi-lagi Naruto membuat kenakalan!" serunya kesal.
Tsunade menghela nafas panjang.
"Kali ini apa lagi?" tanyanya lesu sambil memijit dahinya.
"Dia mengacak-acak dokumen-dokumen laporan yang berada dikantor Chuunin dan mencoret-coretnya dengan tinta. Sehingga kami harus memperbaiki ulang. Padahal dokumen-dokumen itu sudah harus segera dibereskan, tapi dia malah mengacaukannya. Kenakalannya sudah keterlaluan!" seru Chuunin itu kesal.
"Haah… Baiklah… Tinggalkan dia disini. Kau segera bereskan kekacauan itu. Kuberi tambahan waktu hingga besok untuk membereskannya," ucap Tsunade sambil menghela nafas.
"Baik," sahut Chuunin itu sambil meninggalkan Naruto dan memandangnya dengan sinis diruang Hokage dan pergi keluar dengan kesal.
"Bweeeek~… Dasal jelek…" ucap bocah bernama Naruto itu dengan nada kekanakannya.
"Na… Ru… To…" panggil Tsunade dengan geram.
Wajah bocah pirang itu langsung memucat. Seolah-olah dia melihat hantu yang sangat menyeramkan.
"Bukan calah Nayu, Baachan!!!" sergah Naruto langsung.
"APANYA YANG BUKAN SALAHMU, HAH?!! KAU PIKIR AKU TULI?!!! LAGI-LAGI KAU MENGACAUKAN KANTOR CHUUNIN!!! KENAPA KAU INI TIDAK KAPOK JUGA, HAH?!!!" seru Tsunade penuh emosi. Membuat siapa saja yang ada disana berusaha melindungi telinga mereka agar terhindar dari kerusakan pendengaran. Tak terkecuali Sasuke.
"Nayu hanya ingin beltemu dengan Iyuka cencei, Baachan! Nayu datang ke kantol Chuunin buat menanyakan dimana Iyuka cencei, tapi Nayu malah diusil. Memang calah kalau Nayu datang cuma menanyakan Iyuka cencei? Nayu nggak calah!!!" seru Naruto membela diri.
"Tapi bukan berarti kau boleh berbuat kekacauan disana kan?!" seru Tsunade.
"Habisnya Nayu kecal! Nayu kan cuma mau beltemu Iyuka cencei, tapi Nayu malah diusil dan dia membuat Nayu jatuh. Lalu Nayu membuat belantakan aja kantolnya. Dia menangkap Nayu dengan melempal kunai hingga telkena baju Nayu. Lihat, baju Nayu jadi lusak," ucap Naruto sambil menunjukan bajunya yang robek dengan kesal dan ada sedikit noda darah disana.
"Astaga, Naruto! Kau terluka!" seru Shizune yang sejak tadi diam saja dengan terkejut. Lalu Shizune mendekati Naruto dan mengobati lukanya dengan jutsu.
Tsunade menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dia tersadar akan sesuatu.
"Ah… Maaf, Taka. Aku lupa bahwa kau masih ada disini," ucap Tsunade pada Sasuke yang berdiri mematung dihadapannya. 'Taka' adalah code name Sasuke.
"Hn. Tak apa," sahut Sasuke.
Matanya terus memperhatikan sesosok bocah pirang yang sedang duduk di sofa Hokage dibalik topeng dinginnya. Entah kenapa matanya tak dapat lepas dari sosok bocah pirang yang sedang dimarahi oleh Shizune. Iris maranya yang berwarna biru bagaikan langit cerah. Seolah seluruh langit berdiam dibola mata indahnya. Bocah itu hanya menyeringai dimarahi oleh Shizune. Lalu bocah itu menoleh pada Sasuke. Membuat Sasuke sedikit terkejut.
"Ne, ne, Chijune neechan, itu ciapa?" tanya Naruto sambil menunjuk pada sosok Sasuke.
"Eh? Oh… Itu Kapten Anbu dari divisi Anbu luar. Ah… Hei, jangan mengalihkan pembicaraan, Naruto!" seru Shizune yang tadi sedang memarahi Naruto.
Bocah itu seolah tidak memperhatikan kata-kata Shizune lagi. Dia menghampiri Sasuke yang berdiri didepan meja Tsunade yang sedang memeriksa laporan Sasuke. Memperhatikannya dengan seksama. Mata biru langitnya memandang sejuk. Lalu dia menyeringai pada Sasuke yang masih mengenakan topeng Anbu.
"Halo, Kapten Anbu. Namaku Ujumaki Nayuto, calam kenal. Namamu ciapa?" ucap Naruto sambil tersenyum.
"Ah… Naruto!" seru Shizune sambil menggendong Naruto. "Kau tidak boleh mengganggu Kapten Anbu! Dia sedang bekerja," ucapnya.
"Kenapa? Nayu Cuma mau belkenalan aja kok," sungut Naruto sambil menggembungkan pipinya.
"Tapi tidak sekarang. Dia sedang bekerja. Sekarang kau bermain diluar saja sambil menunggu Iruka. Nanti dia pasti akan datang untuk menjemputmu," ucap Shizune dengan nada sedikit membujuk.
"Cungguh? Apa nanti Iyuka cencei akan membelikan Nayu lamen?" tanya Naruto dengan mata berbinar.
"Ya, ya, nanti akan kukatakan padanya," ucap Shizune sambil tersenyum.
"Hoyeeee~… Malam ini Nayu makan lamen lagi! Oke, Nayu akan jadi anak yang baik," ucap Naruto bersemangat.
Lalu dia turun dari gendongan Shizune dan membuka pintu ruangan Hokage dengan sedikit susah payah karena tinggi yang belum cukup untuk menggapai kenop pintu. Lalu Shizune membantunya.
"Aligato, Chijune neechan. Jaa, Baachan. Jaa, Kapten. Jaa, Chijune neechan," seru Naruto riang.
Lalu dia pergi meninggalkan kantor Hokage sambil berlari-lari kecil. Shizune kembali menutup pintu ruang Hokage dan berdiri disamping Tsunade.
"Mudah untuk membujuknya," ucap Shizune sambil tersenyum.
"Ya, tapi sulit untuk mengaturnya," ujar Tsunade sambil menghela nafas.
"Apakah bocah itu cucu anda, Hokage-sama? Saya tak pernah melihat dia sebelumnya," ucap Sasuke tiba-tiba.
Tsunade dan Shizune memandangnya dengan sedikit heran.
"Apa ada yang salah?" tanya Sasuke tidak suka dengan cara pandang mereka padanya.
"Ah… Ti-Tidak… Hanya saja… Baru sekali ini aku melihat kau bertanya mengenai hal diluar tugasmu," ucap Shizune.
"Apa itu aneh? Kalau begitu aku tak akan bertanya lagi," ucap Sasuke dengan nada dinginnya.
"Eh? Bukan begitu…" sergah Shizune.
"Uzumaki Naruto bukan cucuku. Memang dia berada dibawah pengawasanku sehingga aku bertanggung jawab terhadapnya. Dia anak dari Yondaime," ucap Tsunade tiba-tiba.
Sasuke hanya terdiam. Tapi dia memperhatikan penjelasan dari sang Godaime dengan baik.
"Tak banyak yang tahu bahwa dia adalah anak dari Yondaime, bahkan dirinya sendiri. Karena dia memakai marga ibunya. Seperti yang kau ketahui bahwa Yondaime wafat karena menyegel Kyuubi pada Jinchuriki. Dia menyegelnya pada Naruto, anaknya sendiri," ucap Tsunade menjelaskan.
Mendengar hal itu, membuat Sasuke sedikit terkejut walaupun tak terlihat karena tertutup oleh topeng Anbu-nya. Bocah pirang itu adalah anak dari Yondaime yang dihormatinya. Terlebih lagi dia merupakan Jinchuriki dari Kyuubi. Entah apa yang dipikirkan sang Yondaime saat itu ketika menyegelkan Kyuubi ditubuh anaknya sendiri.
"Alasan mengapa Yondaime menyegel Kyuubi ditubuh anaknya, kami sendiri tidak mengerti. Tapi karena itu, Naruto jadi sendiri. Dia dikucilkan dari lingkungan sekitarnya. Semua memandang sinis padanya. Mungkin karena itulah dia menjadi sedikit nakal karena mencari perhatian dari orang-orang sekitarnya. Tapi sesungguhnya dia anak yang baik. Warga Konoha hanya melihat Kyuubi yang tersegel ditubuhnya, bukan 'dirinya'. Karena itulah Tsunade-sama, aku dan Iruka menjaganya," ujar Shizune panjang lebar.
Mereka semua terdiam. Bergelut dalam pikiran masing-masing tentang bocah pirang itu.
"Sudahlah, lebih baik kau segera kembali pada pekerjaanmu, Taka," perintah Tsunade pada Sasuke.
"Baik,"
POOFFH. Lalu sosok Sasuke menghilang dalam kepulan asap. Dia kembali ke markasnya dimana anak buahnya menunggunya. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa pikirannya tak dapat lepas dari bocah pirang tadi. Entah mengapa Sasuke merasa ada 'sesuatu' pada bocah itu yang membuat dirinya penasaran. Tapi dia tidak tahu apa itu.
***
Sang bulan telah berdiri disinggasananya yang agung dilangit malam bertabur bintang gemerlap. Malam telah tiba, waktunya bagi orang-orang untuk mengakhiri aktifitasnya dan mulai beristirahat untuk hari esok. Atau mungkin makan malam bersama keluarga yang hangat dan saling berbagi cerita tentang pengalaman hari ini yang telah mereka lewati. Tapi tidak untuk beberapa orang. Sasuke misalnya. Sebelum dia kembali ke rumahnya, dia harus patroli malam terlebih dahulu disekitar Konoha agar tetap aman. Menjaga keamanan Konoha demi banyak warga yang akan beristirahat.
Dia melompat dari atap keatap di kegelapan malam. Melewati berbagai tempat untuk melihat keamanan yang ada. Berharap tak terjadi sesuatu yang buruk menimpa salah satu warga dimalam yang sepi ini. Tapi kalau pun terjadi, hal itu tak jadi masalah baginya. Dengan mudah dia akan membereskannya.
Saat melewati taman yang sepi, Sasuke melihat sesosok anak kecil disana.
'Anak kecil? Ini sudah malam. Kenapa masih ada anak kecil semalam ini?' batin Sasuke heran.
Dia mencoba menghampiri anak kecil itu yang duduk sendiri dikursi taman. Hanya lampu taman yang menyinari kursi itu. Sasuke cukup terkejut ketika melihat anak kecil yang duduk disana adalah Naruto. Seorang diri sambil menunduk memandang tanah. Wajahnya tampak kesepian. Dengan perlahan dia mendekatinya.
"Hei," sapanya datar.
Naruto langsung terlonjak melihat kedatangan Sasuke yang tiba-tiba. Dia diam cukup lama memandang Sasuke yang memakai kostum Anbu. Lalu dia menyeringai memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi.
"Ah… Kapten Anbu yang tadi ciang. Celamat malam…" ucapnya.
Sasuke diam sesaat.
"Ini sudah malam. Kenapa kau masih diluar? Cepat kau kembali ke rumahmu," ucap Sasuke tanpa membuka topeng yang dikenakannya.
Cengiran anak itu langsung memudar seketika. Wajahnya muram. Sasuke tak suka melihatnya. Kenapa Sasuke tak suka dengan hal itu? Padahal ketika orang lain yang berekspresi seperti itu, dia tidak pernah perduli. Lalu kenapa dengan anak ini?
"Nayu macih mau dilual…" lirihnya.
'Dia dikucilkan dari lingkungan sekitarnya. Semua memandang sinis padanya…'
Tiba-tiba Sasuke teringat dengan kata-kata yang diucapkan Shizune tadi siang. Berpikir bahwa anak ini sedang merasa kesepian saat ini. Dengan perlahan dia duduk disebelahnya. Mereka saling diam.
Syuut. Mantel yang dikenakannya disampirkan ditubuh mungil Naruto. Bocah pirang itu langsung menoleh kearah Sasuke yang masih memakai topengnya.
"Kau bisa sakit jika hanya memakai baju tipis seperti itu," ucapnya datar.
Naruto bengong. Lalu dia tersenyum riang kearah Sasuke.
"Aligato, Kapten," ucap Naruto berbinar.
Sasuke merasa lega ketika melihat senyuman manis yang dilontarkan oleh Naruto padanya. Dibalik topeng dingin itu dia juga tersenyum. Sadar bahwa dia tersenyum walaupun dibalik topeng, Sasuke segera mengembalikan wajah stoic-nya. Dia jadi tampak bodoh, padahal dia tahu bahwa hal itu tidak akan terlihat oleh bocah pirang itu.
"Ne, ne, nama Kapten ciapa? Nayu belum tahu," tanyanya bersemangat.
Sasuke terdiam. Nama? Tidak. Sasuke tahu siapa namanya. Hanya saja, sudah jarang ada orang yang memanggil namanya. Orang-orang selalu memanggilnya dengan code name-nya, Taka. Bukan berarti orang-orang yang mengenal dirinya melupakan namanya. Tapi dia selalu memakai topeng dingin Anbu ini sehingga 'Taka' telah menjadi nama dari 'dirinya'. Sudah menjadi peraturan bahwa anggota Anbu harus mengenakan code name selama dia masih mengenakan topeng ini.
"Ta…" kata-kata Sasuke terputus.
Naruto memandangnya dengan heran. Berusaha mencari tahu kelanjutan dari 1 suku kata yang diucapkannya.
"Ta…? Apa?"
Sasuke tetap terdiam. Bocah pirang itu terus memperhatikannya untuk menunggu jawaban yang akan diucapkannya.
"Sa… Su… Ke…" lirih Sasuke.
"Apa? Cacuke? Jadi nama Kapten itu Cacuke?" tanya Naruto memastikan.
Sasuke diam sesaat sebelum menganggukan kepalanya.
"Cacuke… Cacuke…" gumam Naruto dengan nada kekanakannya.
"Nayu boleh panggil Cacuke?"
Sasuke menganggukan kepalanya kembali.
"Sudah malam. Lebih baik kau cepat pulang," ucap Sasuke datar.
"Ng… Nggak mau…" tolak Naruto dengan nada yang bergetar.
Sasuke memandangnya dengan heran. Mata biru itu kembali meredup.
"Kenapa?"
"Ka-Kalau Nayu puyang… Nanti Nayu hanya cendili di lumah… Nayu nggak mau cendili…" ucapnya gemetaran.
"Bukankah kau bilang hari ini ingin bertemu dengan Iruka? Dimana dia?"
"I-Iyuka cencei… Cudah pelgi cetelah menlaktil Nayu makan lamen… J-Jadinya Nayu cendili… Nayu nggak mau cendili dilumah… Makanya Nayu pelgi kecini…" ucapnya dengan gemetaran.
"Bukankah kalau kau kesini sama saja?"
Naruto sedikit tersentak. Lalu dia diam kembali dengan wajah yang murung. Dada Sasuke merasa sakit ketika melihatnya. Dia tidak suka ketika wajah ceria bocah ini berubah menjadi muram. Seperti tertusuk duri yang sangat tajam. Tapi kenapa? Kenapa perasaannya jadi seperti ini? Apakah dia simpati pada bocah ini?
"Na-Nayu tahu… Tapi… Tapi…" Naruto tak melanjutkan kata-katanya.
Kepalanya menunduk dalam. Tak ada lagi suara yang keluar dari dirinya. Sasuke tak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menghibur seorang anak kecil disampingnya. Tiba-tiba terlintas sebuah ide yang tak pernah dibayangkannya. Entah kenapa dia bisa mendapatkan ide seperti ini. Ingin segera berkata-kata pada Naruto, tapi entah kenapa dia jadi ragu. Jantungnya berdebar-debar dengan keras. Kenapa lagi dengannya? Apa dia gugup? Seorang Kapten Anbu yang dingin seperti dia bisa gugup? Dihadapan seorang anak kecil pula. Bahkan dia sendiri merasa heran dengan perasaan yang dirasakannya saat ini.
"Kau…" ucap Sasuke lirih.
Naruto langsung menoleh padanya. Ekspresi wajahnya seolah berkata 'ada apa?'. Diperhatikan seperti itu, Sasuke semakin gugup. Apa? Kenapa seorang Sasuke harus gugup hanya karena berhadapan dengan seorang anak kecil? Ayolah, jangan bodoh. Kenapa kau jadi tampak bodoh seperti ini, Sasuke? –batinnya.
"Kau… Ingin kutemani?" tanya Sasuke dengan nada dinginnya.
"Temani? Kemana?"
Sasuke diam kembali. Dia menelan air liurnya melewati tenggorokannya yang terasa kering. Ayo, katakanlah, Sasuke.
"Maksudku… Kalau kau tak ingin sendiri dirumahmu… Apa kau ingin kutemani? Kau… Mau ditempatku malam ini? Kalau kau mau… Kau bisa tidur dirumahku malam ini…" ucap Sasuke sedikit terbata-bata. "Tapi itu kalau kau mau… Aku tidak memaksamu…" lanjut Sasuke lagi.
'Apa kata-kataku terdengar seperti seorang penculik anak yang sedang membujuk?' batin Sasuke.
"Haah…? Cu… Cungguh?" tanya Naruto dengan mata yang berbinar-binar.
Sasuke menelan ludahnya. Lalu dia menganggukan kepalanya. Ekspresi Naruto langsung sumringah. Pandangan matanya berbinar-binar.
"Yattaaa~…!!! Nayu mau! Nayu mau! Yeeey~…" seru Naruto sambil melompat-lompat senang.
Sasuke langsung menghela nafas. Perasaan yang tadi mencekatnya langsung hilang dan berubah menjadi lega. Melihat Naruto yang sangat senang itu, tanpa sadar membuat bibir Sasuke melengkungkan sebuah senyuman. Dan hatinya pun merasa hangat.
"Kalau begitu, ayo kita pergi," ajak Sasuke sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Oke!"
"Ayo," ucap Sasuke sambil bungkuk menawarkan punggungnya dihadapan Naruto.
"Eh? Digendong? Nayu digendong?" tanya Naruto seolah tak percaya.
"Kau tidak mau?"
"Uung… Nggak kok. Nayu cenang," sahutnya sambil memperlihatkan cengirannya.
Lalu Naruto naik keatas punggung Sasuke yang lebar. Mantel yang diberikan Sasuke dieratkannya agar tidak jatuh. Dia berpegangan pada pundak Sasuke dengan erat.
"Nayu ciap!" seru Naruto riang.
"Fuh…"
Sasuke tersenyum dibalik topengnya. Lalu dengan cepat dia melompat diantara atap, membelah kegelapan malam.
"Huaah~… Cacuke hebaat…" ucap Naruto kagum.
Dipunggungnya, Sasuke merasakan kehangatan yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. Sebagai seorang Anbu, dia sering membawa korban terluka dipunggungnya. Tapi tak pernah dia merasakan kehangatan dari orang lain. Padahal yang dibawanya hanyalah seorang anak kecil, tapi kehangatan anak itu seolah-olah menyebar diseluruh tubuhnya. Sungguh aneh.
Mereka (lebih tepatnya Sasuke) terus melompat diantara atap hingga sampailah mereka disebuah apartemen yang diyakini sebagai tempat tinggal Sasuke. Tempat itu begitu gelap karena lampu belum dinyalakan oleh pemiliknya. Dengan perlahan Sasuke menurunkan Naruto yang berada dipunggungnya. Dia memasukan kunci pintu apartemennya lalu membukanya.
"Masuklah," ucapnya mempersilahkan dengan nada yang datar.
"Ehehehe… Cumimacen…" ucap Naruto sambil nyengir.
Sasuke menyalakan lampu rumahnya. Tampaklah semua isi rumah yang ditinggalinya. Kesan pertama yang dilihat dari rumah itu adalah sederhana, rapi, dan nyaman. Tak banyak perabotan hiasan disana. Tapi ruangan itu lebih didominasi oleh warna biru tua. Naruto berlari kecil didalamnya. Memperhatikan setiap sudut ruangan itu. Lalu dia duduk diatas ranjang Sasuke.
"Lumah Cacuke lebih besal dali lumah Nayu, ya?" ucap Naruto sedikit kagum.
"Hn,"
Sasuke menaruh semua peralatan ninjanya diatas meja. Lalu dengan perlahan membuka topeng Anbu kebanggaannya. Tak disadarinya sejak tadi bocah pirang itu memperhatikannya.
"Wah… Wajah Cacuke telnyata cepelti itu, ya?" ucap Naruto sambil memperlihatkan cengiran khasnya.
"Maksudmu?" tanya Sasuke tak begitu mengerti dengan jantung yang berdebar-debar. Baru disadarinya bahwa dia membuka topeng Anbu-nya dihadapan Naruto. Membuatnya sedikit salah tingkah.
"Bagus…" ucapnya lagi sambil tertawa kecil.
Sasuke sweatdrop. 'Bagus'? Apa maksudnya? Kata-kata yang diucapkan Naruto terdengar aneh olehnya. Biasanya orang mengatakan tampan, keren, cakep, atau apalah itu. Sasuke tak bermaksud untuk menyombongkan diri, tapi yang didengarnya orang-orang selalu menyebutnya seperti itu. Terkadang dia tidak begitu suka dengan pujian yang diberikan untuknya, terutama dari gadis-gadis. Terdengar berlebihan ditelinganya. Tapi Naruto menyebutnya 'bagus'? Entah apa maksudnya, dan Sasuke tidak merasa membencinya.
"Tadinya Nayu pikil wajah Cacuke menyelamkan. Micalnya cepelti ini, nih…" ucap Naruto sambil memperagakan wajahnya yang ditarik dengan kedua tangannya sehingga terlihat aneh. Sasuke memandangnya heran dengan butiran keringat dikepalanya.
'Memangnya wajahku seburuk itu? Dia dapat asumsi dari mana kalau wajahku jadi aneh seperti itu?' batin Sasuke heran.
"Habisnya, habisnya wajah Cacuke celalu ditutup topeng itu, cih…" ucap Naruto seolah mengerti apa yang dipikirkan Sasuke.
Cukup kaget juga Sasuke dengan kata-kata yang diucapkan bocah pirang itu. Bocah itu seolah mudah membaca ekspresi diwajahnya. Sasuke langsung mengalihkan wajahnya kearah sebaliknya.
"Karena aku bekerja sebagai Anbu sehingga aku harus mengenakan topeng itu," ucap Sasuke.
"Hmm… Kakachi-can dulu juga bekelja di Anbu dan dia memakai topeng, tapi walaupun topengnya cudah dibuka, wajahnya macih ditutup cama maskel hitam. Jadinya Nayu nggak tahu wajahnya cepelti apa," ucap Naruto lagi.
"Kau… Kenal dengan Kakashi?" tanya Sasuke menoleh pada Naruto.
"Iya. Kakachi-can celing beltemu dengan Iyuka cencei. Kadang-kadang dia ikut makan lamen baleng kami. Cacuke kenal Kakachi-can?" tanya Naruto balik.
"Hn. Begitulah," sahutnya.
"Ooh…" Naruto hanya ber-oh-ria.
Sasuke berjalan kearah dapurnya. Mencari sesuatu untuk bocah kecil itu.
"Kau ingin sesuatu?" tanyanya.
"Ng… Tidak pellu. Aligato," tolak Naruto sambil nyengir.
Sasuke keluar dari dapur dan menuju lemari pakaiannya. Dia mengobrak-abrik lemarinya seolah mencari sesuatu. Lalu dia menemukan sebuah baju kecil dikotak baju lamanya. Sebuah baju kecil berwarna hitam dan celana pendek hitam. Dibelakang baju itu terdapat lambang klan Uchiha yang dulu menjadi kebanggannya. Tapi bukan berarti sekarang dia tidak bangga menyandang nama 'Uchiha' dipundaknya. Hanya saja klannya itu membawa kenangan buruk baginya.
"Cacuke?" panggil Naruto.
Sasuke sedikit tersentak ketika namanya dipanggil. Menyadarkannya dari lamunannya.
"Ah… lebih baik kau segera mandi," ucap Sasuke.
"Ung… Oke," sahut Naruto sambil turun dari ranjang Sasuke.
"Ini bajumu. Aku akan menyiapkan air mandi,"
Lalu Sasuke berjalan menuju kamar mandinya dan mengisi ofuro dengan air hangat. Dia juga menyiapkan handuk untuk dipakai Naruto.
"Cacuke nggak mandi?" tanya Naruto.
"Nanti setelah kau,"
"Kita mandi baleng-baleng aja," ajak Naruto.
Sasuke hampir saja tersedak air liurnya sendiri. Mandi bersama? Sasuke memandang Naruto dengan pandangan yang heran.
"Kenapa? Kalau kita mandi baleng, kan jadi menghemat waktu dan ailnya. Nanti Nayu bantu gocok punggung Cacuke, deh. Nayu bica kok," ucap Naruto bangga.
Mandi bersama? Entah kenapa Sasuke merasa aneh dengan kata-kata itu. Memang Sasuke jarang mandi bersama dengan orang lain. Tapi jika dia sedang misi keluar, dan disaat dia harus mandi bersama rekan-rekannya, dia tidak pernah perduli akan hal itu. Mandi ya, mandi. Mereka sesama lelaki, jadi sudah sewajarnya mandi bersama. Tapi kenapa saat ini dia merasa aneh dengan 'mandi bersama' itu? Hanya 'mandi bersama' dengan seorang anak kecil. Apa salahnya? Lagi pula Naruto juga laki-laki. Lalu? Kenapa dia jadi ragu?
"Tenang aja. Nayu celing gocok punggung Iyuka cencei kok,"
Sasuke masih bergeming ditempatnya. Dia ini kenapa? Merasa aneh dengan dirinya sendiri.
"Terserah kau. Lebih baik kau cepat buka seluruh pakaianmu," ucap Sasuke sambil berjalan ke lemarinya mengambil baju untuknya.
Naruto nyengir kearahnya lalu dia membuka semua baju yang dikenakannya. Menaruhnya dikeranjang baju. Sasuke juga membuka semua pakaian yang dikenakannya dan menaruhnya dikeranjang. Dia melilitkan handuk kecil dipinggangnya. Dengan perlahan Sasuke membuka keran shower hingga airnya membasuh seluruh tubuhnya. Dia juga membantu Naruto membasuh tubuh mungil itu. Sasuke memperhatikan tubuh berkulit tan Naruto yang terkena air. Butiran-butiran kecil air itu mengalir dengan mulus dikulitnya.
'Sepertinya kulitnya sangat halus,' batin Sasuke.
Dia bermaksud menyentuh tubuh Naruto tapi langsung dihentikannya begitu tahu apa yang akan diperbuatnya. Sasuke langsung mengalihkan pandangannya dari Naruto.
'Apa yang baru saja kupikirkan? Kenapa aku jadi merasa cabul seperti ini? Dengan anak dibawah umur pula. Rasanya aku tidak pernah berpikiran mesum seperti. Bahkan ketika aku membaca 'Icha Icha Paradise' yang disukai Kakashi, tak pernah terlintas dipikiranku tentang hal-hal seperti itu,' batinnya mencelos.
"Ca-Cacuke… Ailnya cudah… Mata Nayu kemacukan ail…" ucap Naruto.
Sasuke langsung tersadar dengan lamunannya. Segera dia menghentikan air shower yang dibasuhkannya pada Naruto. Sasuke memperhatikan Naruto yang sedang mengucek-ngucek matanya. Lalu dia mengambil shampoo. Dia bermaksud untuk membantu Naruto membersihkan rambutnya.
"Nayu bica cendili," ucap Naruto.
Tanpa bicara Sasuke menyerahkan shampoo yang dipegangnya pada Naruto. Dengan perlahan Naruto mengeluarkan isi shampoo itu dan mengusapkannya dikepalanya. Rambutnya mulai berbusa dan Naruto menyukainya. Dia meniup busa-busa itu perlahan. Melihat tingkah Naruto, Sasuke tersenyum geli. Lalu dia mengambil sabun cair dan mengeluarkan isinya dan mengusapnya pada tubuh Naruto. Saat tangannya bersentuhan dengan kulit halus Naruto, dia merasa aneh.
'Ng… Kulitnya memang halus,' batinnya. 'Hah?! Apa lagi yang kupikirkan? Kenapa aku berpikiran aneh seperti ini lagi? Sejak kapan diriku yang jenius ini jadi berpikiran bodoh seperti ini?' rutuk Sasuke dalam hatinya.
"Ne, Cacuke, mau Nayu gocokan punggungnya?" tanya Naruto.
"Hn," sahutnya.
Naruto mengeluarkan isi sabun cair lalu menggosoknya dipunggung Sasuke perlahan. Sementara Sasuke membersihkan rambutnya dengan shampoo.
"Gocok… Gocok… Punggungnya… Gocok punggungnya… Naik tulun, naik tulun… Ayo gocok punggungnya bial belsih… Cabun wangi… Wangi…"
Naruto bernyanyi-nyanyi kecil sambil menggosokan tangannya dipunggung Sasuke. Membuat Sasuke menahan tawanya mendengar bocah pirang itu menyanyikan lagu yang aneh didengarnya.
Setelah selesai, mereka membersihkan tubuh mereka dari busa-busa yang menempel dengan air shower. Sasuke mengangkat tubuh mungil Naruto perlahan kedalam ofuro. Mereka berendam bersama didalamnya.
"Nyamannya…" ucap Naruto.
Sasuke tak berkata apa-apa. Hanya menyandarkan tubuhnya dengan rileks dipinggiran ofuro. Naruto berada diantara kedua kakinya yang sedang bermain-main dengan air didalam ofuro. Dia memperhatikan Naruto yang asyik bermain. Tiba-tiba Naruto menghentikan kegiatannya.
"Ne, Cacuke, apa Cacuke tinggal cendili dicini?" tanya Naruto.
Sasuke diam sesaat.
"Hn,"
"Apa… Cacuke nggak melaca kecepian?" tanya Naruto lagi dengan nada yang lebih rendah.
Sasuke tak menjawabnya. Kesepian? Sudah lama dia merasakan perasaan itu. Jika ditanya seperti itu, entah apakah perasaan seperti itu sebenarnya masih ada untuknya atau tidak. Dia sendiri tidak tahu.
"Kau merasa kesepian?" tanya Sasuke datar.
Naruto terdiam. Ekspresi diwajahnya menyiratkan hal itu. Tapi kemudian dia langsung menyeringai memperlihatkan gigi-gigi putihnya.
"Walaupun Nayu melaca kecepian kalau dilumah, tapi Nayu beluntung kalena macih ada Iyuka cencei yang celing menemani Nayu. Ada juga Chunade Baachan, walaupun dia celing memalahi Nayu. Chijune neechan juga baik celalu pelhatian cama Nayu. Kadang-kadang Kakachi-can juga cuka mengelus-ngelus lambut Nayu. Dan…" ucap Naruto panjang lebar lalu berhenti berbicara. Dia memandang Sasuke dengan tatapan yang lembut. "…Ada Cacuke yang baik cama Nayu," lanjutnya.
Sasuke terkejut mendengarnya. Baik? Dirinya? Sasuke langsung mengalihkan wajahnya yang sedikit merona dari Naruto. Jantungnya berdebar-debar tak karuan. 'Kenapa'. Itu yang ada dipikiran Sasuke saat ini. Kenapa dia jadi aneh seperti ini hanya karena dipuji oleh seorang bocah? Dia merasa gugup ketika Naruto memandangnya dengan senyuman hangat. Aneh. Sasuke merasa dirinya jadi aneh sejak bertemu dengan Naruto. Tapi kenapa? Dia terus bertanya-tanya seperti itu. Tapi jawabannya masih belum ditemukannya.
"Terima kasih," ucap Sasuke lirih sambil mengusap kepala Naruto dengan lembut.
Naruto hanya tersenyum padanya. Membuat Sasuke semakin salah tingkah. Rasanya kepala Sasuke sakit karena dirinya menjadi aneh seperti ini. Tak disangkanya berhadapan dengan seorang anak kecil bisa membuatnya menjadi gugup dan salah tingkah seperti ini. Seorang Kapten Anbu seperti dirinya merasa 'kalah' oleh seorang anak kecil yang baru ditemuinya hari ini. Sasuke sendiri tak habis pikir dengan hal ini.
"Sudah malam," ucap Sasuke sambil berusaha bangkit dari ofuro.
"Iya,"
Lalu Sasuke mengangkat Naruto dari dalam ofuro. Mereka keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan tubuh dengan menggunakan handuk. Sasuke membantu Naruto mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu, tapi langsung ditolaknya.
"Nayu bica cendili kok, Cacuke. Cacuke pakai baju aja," ucapnya.
"Hn,"
Sasuke mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk lalu berganti pakaian membelakangi Naruto. Dia menyampirkan handuk dilehernya. Saat menoleh kembali kearah Naruto, Sasuke tak kuasa menahan tawanya. Ternyata baju yang diberikan Sasuke tadi masih terlalu besar untuk dikenakan Naruto. Bahkan celana pendek kecil itu masih longgar untuk dikenakannya hingga selalu terjatuh ke lantai.
"Uuh… Bajunya tellalu becal, Cacuke," keluh Naruto sambil membenahi bajunya yang kebesaran.
"Humph… Huhuhu…" tawa Sasuke tertahan.
"Cacuke! Jangan teltawa aja! Bajunya tellalu becal. Apa nggak ada baju lainnya?" protes Naruto kesal melihat Sasuke hanya menertawakannya.
"Hehe… Ma-Maaf… Se-Sepertinya tak ada…" sahut Sasuke masih berusaha menahan tawanya. Dia memegang perutnya yang terasa sakit.
"Huuh… Cacuke, jangan ketawa!" sungut Naruto kesal sambil menggembungkan pipinya yang membuatnya semakin tampak lucu.
Dengan kesal Naruto keluar dari kamar mandi. Tapi apa daya, baju yang terlalu besar itu membuatnya sulit untuk berjalan. Dan terjadilah kakinya yang tersandung oleh celananya yang kedodoran. Terdengar bunyi 'bruk' dengan keras ketika dia terjatuh.
"Humph… Huhuhu…"
"Huuh~… CACUKE!!!" seru Naruto kesal dengan wajah yang merona ketika mendapatinya Sasuke hanya tertawa melihatnya yang terjatuh.
Tapi Sasuke masih tetap menahan tawanya dengan geli. Dia terus memegangi perutnya yang merasa sakit.
"Cacuke jelek! Halusnya Cacuke membantu Nayu beldili! Bukannya malah teltawa cepelti itu, tau!" seru Naruto semakin kesal.
"Huhuhu… Ba-Baiklah…" ucap Sasuke sambil mengangkat tubuh Naruto perlahan dan membantunya berdiri.
"Huuh… Lebih baik Nayu nggak ucah pakai celananya. Menyucahkan,"
Lalu Naruto melepaskan celana panjang kedodoran yang dikenakannya. Sasuke memperhatikannya dengan seksama. Kini Naruto hanya mengenakan baju longgar Sasuke yang menutupi tubuhnya hingga sepaha. Kali ini Sasuke dapat menghentikan tawanya ketika melihat Naruto yang hanya berlapiskan bajunya. (masih ada celana dalamnya kok). Leher baju yang dikenakan Naruto memperlihatkan sebelah pundaknya dan ujung bajunya yang hanya menutupi hingga sebatas pahanya. Tenggorokan Sasuke seolah tercekat melihatnya.
'Sekarang apa lagi?' batin Sasuke sedikit pasrah dengan dirinya yang merasa semakin aneh. Dia mengalihkan pandangannya dari Naruto.
Sasuke berjalan kearah dapur untuk mengambil segelas air, merasa kerongkongannya kering. Sedangkan Naruto duduk diatas ranjang sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tak lama Sasuke kembali ke dalam kamarnya. Dia membersihkan peralatan ninjanya dan juga membereskannya. Naruto memperhatikannya dengan seksama.
"Ne, Cacuke, kenapa cenjatanya dilap cepelti itu?" tanya Naruto.
"Agar tidak cepat rusak,"
"Halus dilawat, ya?"
"Hn,"
"Kalau nggak dilawat memangnya nanti nggak bica dipakai lagi?"
"Hn,"
"Kalau nggak bica dipakai lagi, bica beli yang balu kan?"
"Hn,"
"Apa halganya mahal?"
"Hn,"
Naruto terdiam.
"Ne, Cacuke," panggilnya.
"Hn,"
"Huuh… Cacuke! Kenapa dali tadi jawabnya 'Hn' melulu, cih? Memangnya nggak ada jawaban yang lain?" seru Naruto kesal.
"Hn,"
"Iiikh…" sungut Naruto sambil turun dari ranjang dan mendekati Sasuke. Tangan mungilnya mengalihkan wajah stoic Sasuke kearahnya.
"Kata Iyuka cencei, kalau ada olang cedang bicala halus tatap matanya. Memangnya Cacuke nggak tau?" ucap Naruto dengan kesal.
Onyx bertemu dengan safir.
Terperangkap. Sasuke telah terperangkap didalam bola mata biru Naruto. Dirinya seolah terhanyut kedasar laut yang terdalam ketika melihat mata indah Naruto. Waktu bagaikan berhenti disekitar mereka. Saling bertatapan dalam diam. Dari mata biru Naruto, Sasuke menurunkan pandangannya hingga kebibir tipis merah menggoda sang bocah. Sejak tadi dia sudah berusaha untuk menghindari tatapan bocah ini. Tapi bocah itu sendiri yang memberikan umpannya. Sudah lebih dari cukup dirinya menahan diri. Terdengar suara detak jantungnya yang berdenyut dengan lembut. Semakin lama jantungnya berdebar semakin cepat. Dengan perlahan Sasuke mendekatkan wajahnya pada Naruto. Kecupan lembut diberikannya untuk sang bocah pirang yang hanya terdiam memandang pemuda dewasa dihadapannya.
Lembut. Itulah yang ada dipikiran Sasuke mengenai bibir mungil itu. Walaupun kedua bibir mereka hanya saling bersentuhan, tapi kehangatan menjalar keseluruh tubuhnya. Tubuhnya yang dingin bagaikan es. Sasuke menjauhkan dirinya dari Naruto. Sedangkan Naruto hanya memandang dengan heran pria dewasa yang berada dihadapannya. Tak mengerti apa yang telah terjadi.
"Lebih baik kau segera tidur. Sudah larut," lirih Sasuke.
"Cacuke nggak tidul?"
"Aku akan menyusul nanti setelah membereskan ini," sahutnya.
"Kalau begitu, Nayu juga nanti aja," ucap Naruto sambil duduk disebelah Sasuke.
Sasuke tak menjawabnya. Dia kembali melanjutkan membersihkan peralatan ninjanya. Pikirannya melayang.
'Apa yang telah kulakukan tadi? Otakku seolah membeku ketika berpandangan dengan mata biru miliknya. Cabul. Aku melakukannya pada seorang anak dibawah umur. Kami-sama, apa yang terjadi padaku? Apakah aku telah berbuat salah padamu sehingga aku merasa aneh seperti ini?' batin Sasuke mencelos.
Wajahnya tak menunjukan ekspresi apapun, tapi hatinya terus berkecamuk. Baru sekali ini dia merasakan sebuah emosi yang sudah lama tak dirasakannya. Hatinya yang membeku seolah dapat bergerak kembali. Apakah semuanya karena Naruto?
"Ne, Cacuke, Cacuke cuka cama Nayu?" tanya Naruto tiba-tiba.
Sasuke tersentak mendengarnya. Jantungnya berdebar-debar dengan cepat. Kepalanya terasa pusing mencari jawaban yang bisa diberikannya. Saat ini otak jeniusnya tak bisa diajak untuk bekerja sama dengan baik. Suaranya tercekat ditenggorokannya. Dia tak dapat berkata-kata. Dengan susah payah Sasuke mengeluarkan suaranya.
"Ke… Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Kalena… Tadi Cacuke mencium Nayu kan?"
DEGH. Jantung Sasuke semakin berdetak dengan cepat. Tubuhnya membeku mendengarnya. Tangannya yang sejak tadi membersihkan peralatan ninjanya berhenti bergerak.
"Iyuka cencei celing mencium Nayu dipipi, didahi, atau dikepala Nayu. Chunade Baachan juga pelnah mencium dahi Nayu. Chijune neechan celing mencium kepala Nayu. Katanya meleka mencium Nayu kalena cuka cama Nayu. Jadi… Apa Cacuke juga cuka cama Nayu?" tanya Naruto sambil memandang Sasuke dengan ragu-ragu.
Sasuke menoleh kearah Naruto. Dia memandang bocah pirang itu. Suka? Apa dirinya suka pada bocah ini? Benarkah itu? Apakah itu dibalik semua keanehan pada dirinya? Apakah dia suka pada Naruto sehingga dia penasaran dengannya? Apakah semua senyum dan tawanya tadi sebagai bukti rasa sukanya pada Naruto? Apa karena itu dia mengajak Naruto untuk tidur ditempatnya malam ini? Apakah debaran yang selalu dirasakannya itu karena suka terhadap bocah ini? Karena itukah dia memiliki hasrat untuk menciumnya? Jadi, dia telah 'suka' pada Naruto? Itukah jawaban yang sejak tadi dicarinya?
Kini sasuke mengerti. Dia tersenyum lembut kearah Naruto.
"Ya…" ucapnya lembut.
Naruto memandangnya tak percaya.
"Cu… Cungguh?"
"Ya… Aku… Suka padamu, Naruto," ucapnya sambil mengecup bibir mungil Naruto dengan lembut.
Naruto memejamkan matanya ketika menerima ciuman dari Sasuke. Hatinya merasa berbunga. Dalam pikirannya, bertambah lagi orang yang menyukai dan disukainya. Dia sangat senang akan hal ini. Dirinya yang selalu dikucilkan kini bertambah lagi orang yang menyukainya. Begitu Sasuke melepaskan kecupannya dari Naruto, Naruto langsung memeluk Sasuke dengan erat.
"Nayu… Juga cuka Cacuke," ucapnya dengan nada yang sangat gembira.
Dengan lembut Sasuke membalas pelukan bocah itu. Dia membelai rambut pirang Naruto.
"Ya…"
Mereka saling berbagi kehangatan dalam pelukan erat. Memberikan rasa aman dan nyaman. Bagi mereka yang selalu merasa sendiri, keberadaan orang lain yang dekat dengannya terasa begitu hangat. Terutama jika kau memiliki perasaan yang sama dengannya. Duniamu akan terasa semakin indah karenanya.
"Oya, Cacuke, kenapa cium Nayu dimulut? Altinya cama cepelti ketika Iyuka cencei cium Nayu, ya?" tanya Naruto tiba-tiba.
Sasuke langsung terpaku mendengarnya. Dia bingung apa yang harus dikatakannya sebagai jawaban. Kepolosan Naruto membuat dirinya mati kutu akibat perbuatan yang telah dilakukannya pada bocah itu.
"Itu… Artinya… Lebih dari pada itu…" ucap Sasuke ragu.
"Oh…" Naruto hanya ber-oh-ria. "Cacuke, ayo kita tidul. Nayu cudah ngantuk…" ucap Naruto.
"Baiklah," sahut Sasuke seraya menghela nafas lega.
Sebelumnya Sasuke membereskan peralatan ninjanya dan menaruhnya di lemarinya. Dengan perlahan Sasuke menggendong tubuh mungil Naruto kedalam pelukannya. Lalu dia membaringkannya diatas ranjangnya.
"Tidurlah. Aku akan menjagamu,"
"Cacuke tidul dimana?" tanya Naruto.
"Aku tidur menggunakan futon dibawah," sahutnya.
Tangan mungil Naruto langsung menarik tangannya.
"Jangan… Dicini aja…" rengek Naruto. "Kita tidul cama-cama aja, ya? Nayu… Mau tidul cama Cacuke…" ucapnya dengan nada memohon. "Nayu… Nggak mau cendili…" lanjutnya.
Sasuke terdiam memandang mata biru Naruto yang memohon padanya. Tersirat ketakutan dan kesepian disana. Walaupun tampak tegar, Naruto tetaplah anak kecil manja yang membutuhkan orang lain disampingnya. Dia membutuhkan perlindungan dan kehangatan yang sepantasnya dia dapatkan. Dan Sasuke mengerti itu semua. Dia tersenyum pada bocah 'manis' itu.
"Baiklah,"
Lalu Sasuke merebahkan dirinya disamping Naruto. Melihat hal itu, senyuman manis terkembang dibibir mungil Naruto. Dia merapatkan dirinya pada Sasuke. Membuat Sasuke harus berusaha menahan debar jantungnya yang berlebihan.
"Cacuke… Malam ini Nayu nggak tidul cendili, tapi cama Cacuke. Nayu cenang. Hehe…" ucap Naruto sambil tertawa kecil.
Sasuke membelai rambut halus Naruto dengan lembut. Berusaha memberikan kenyamanan pada bocah pirang itu. Naruto semakin beringsut didalam dada Sasuke.
"Cacuke… Nayu mau ciuman cebelum tidul… Boleh?" tanya Naruto malu-malu.
Sasuke memandang Naruto dalam. Bocah itu menginginkan kasih sayang darinya. Ingin dimanjakan olehnya. Seorang anak kecil yang haus akan sebuah perhatian hangat untuknya. Kepolosan yang meluluhkan.
Dengan perlahan Sasuke mendongakan dagu Naruto hingga bertatapan dengan mata hitam kelamnya. Dia mulai mendekatkan bibirnya pada bibir mungil merah menggoda yang ada dihadapannya. Nafas hangat mereka saling beradu menerpa wajah. Kedua bibir itu saling menempel dalam kecupan hangat yang lembut. Saling mengalirkan perasaan yang ada pada diri masing-masing. Mereka memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhan bibir yang ada. Merasakan kehangatan yang menjalar dengan lembut dari bibir mereka keseluruh tubuh. Sasuke mengecup bibir Naruto berkali-kali, kemudian melepaskannya perlahan. Dilihatnya Naruto menyeringai senang. Sasuke pun tak tahan untuk menyunggingkan sebuah senyuman hangat padanya. Tangan putihnya membelai rambut Naruto.
"Tidurlah,"
"Iya…"
Sasuke menarik selimut hingga sebatas dada. Dipeluknya tubuh mungil itu dalam dekapannya. Hembusan nafas hangat Naruto menerpa lembut mengenai kulit dinginnya. Bocah pirang itu telah tertidur dengan damainya menampakan wajah bagaikan malaikat. Dengan lembut tangan dinginnya membelai kepala Naruto. Lalu dia mengecup puncak kepala bocah pirang itu.
"Oyasumi… Naruto…"
~TBC~
Pedophilia ini terinspirasi dari Doujin Naruto yang judulnya "Ura Arashi" kalau nggak salah Doujinkanya 'Shishimaru'. Tapi masih dalam bahasa Jepang, belum di trans ke English. Sedikit2 Neko ngerti lah. Mungkin diantara reader ada yang tahu atau ada yang udah pernah baca? ^_^
Waktu pertama kali ngeliatnya, Neko ngerasa aneh. Kok Sasuke tua banget? *digaplok Sasu*
Disitu Sasuke jadi Rokudaime yg umurnya 30 tahun, Naru-nya umur 15 tahun. Selisih umurnya jauh banget kan? 2 kali lipatnya umur Naru. Gila, pedophile banget si Sasu. Awalnya Naru juga agak 'gimana' gitu sama perbedaan umur mereka, tp dia akhirnya tetep suka tuh sama Sasuke. Emang sih, si Sasu lumayan keren juga pake jubah Hokage yg warnanya hitam gitu. (hueeeekk~ Neko agak benci sama Sasu) *dichidori Sasu*
Setelah baca tuh Doujin, ga tau kenapa Neko dapet ide buat fict gini. Gimana pertemuan Sasuke sama Naruto, ya? Begitulah yang Neko pikirin. Dan hasilnya, beginilah. Gaje emang. Tapi disini Neko cuma mau numpahin apa yang ada diotak Neko(?). (jd ga punya otak, donk?)
Chap selanjutnya cuma tambahan aja.
Sebelumnya Neko minta maaf kalo banyak kesalahan dalam fict ini.
Mind to review?
Silahkan saja yg mau FLAME, tp tolong dgn alasan yg kuat & jelas. Neko ikhlas mau dikasih review apa aja. Minna-sama yg menilai, karena manusia tak dapat menilai dirinya sendiri.
Tapi Neko bukan manusia, sih… *Evil Smirk*
Akaneko as the Demon Queen
