A YunJae Fanfiction
"Second Wife"
Warn!
Boy x Boy
MISS TYPO BERTEBARAN DIMANA—MANA!
Happy Reading Minna—san!
.
.
.
.
.
.
Dalam ruangan yang megah nan mewah itu, Raja beserta para menteri lainnya terlihat bersitegang. Yang Mulia Raja Park nampak tenang, namun matanya berkilat tajam menatap semua orang orang yang berada di ruangan itu. suasana hening namun mencekam membuat para menteri tersebut gelisah—karena berita yang baru saja di dengar mereka.
"Seperti matahari yang tak lengkap tanpa sinarnya. Begitulah perumpamaan ketika sebuah Kerajaan tanpa seorang Yeonguijeong*. Kematian Yeonguijeong Jung Ji Hoon di medan perang menyisakan kesedihan bagi kita semua." Yang Muia Raja akhirnya angkat suara. "Seperti yang kita semua ketahui, Kerajaan Ganghwa tidak akan bisa berdiri kokoh seperti ini tanpa campur tangan dari Yeonguijeong Jung Ji Hoon yang telah berjasa melindungi Kerajaan ini." Ucapnya lagi.
"Apakah dari kalian semua ada yang merasa pantas menjadi Yeonguijeong berikutnya?"
Tiba—tiba, salah satu perdana menteri bernama Kwon Jiyoung berdiri dengan wajah angkuh kemudian membungkukkan badannya sebentar.
"Akan hamba terima jabatan Yeonguijeong dengan penuh rasa hormat, Yang mulia.." suaranya menggema dalam ruangan yang penuh keheningan itu.
"Perdana Menteri Kwon Jiyoung akan menjadi Yeonguijeong berikutnya. Apakah kalian sepakat?"
Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam. Hingga salah seorang perdana menteri angkat suara. "Yang mulia, aku rasa yang cocok menjadi Yeonguijeong berikutnya adalah putra dari Yeonguijeong Jung Ji Hoon—yaitu Jung Yunho.."
Seorang pria berwajah tampan dengan tubuh tegapnya berjalan masuk menuju ruangan tersebut. Ditangan kirinya terdapat sebuah pedang yang siap menghunus siapapun yang berani menghalangi jalannya. Dengan penuh rasa hormat ia kemudian membungkuk dalam pada sang Raja.
"Salam Yang Mulia, hamba adalah Jung Yunho—putra dari mendiang Yeonguijeong Jung Ji Hoon.."
Sementara Yunho memperkenalkan dirinya, Kwon Jiyoung nampak marah ketika melihat seulas senyum sinis dari perdana menteri yang paling di bencinya itu. kedua tangannya terkepal erat dengan bibir yang terkatup rapat.
"Apakah kau merasa pantas menggantikan Ayahmu sebagai Yeonguijeong?"
"Ya, Yang Mulia." Yunho menjawab dengan mantap—membuat Kwon Jiyoung sang perdana menteri tersenyum meremehkan.
"Maafkan hamba, Yang Mulia. Tapi hal itu menghina pengadilan Istana. Seorang anak takkan mewarisi kehebatan Ayahnya hanya dengan memakai serbannya." Ujar Kwon Jiyoung.
"Mungkin hanya kaulah yang menganggapnya seperti itu, Perdana Menteri Kwon Jiyoung. Setiap orang berhak menunjukkan kelayakan mereka." Perdana Menteri itu semakin menunjukkan senyum sinisnya.
"Bukankah duri kecil sekalipun dapat menusuk? Jangan pernah meragukan kemampuan seseorang hanya karena melihat dari tampak luarnya saja. " perkataan Yunho membuat Kwon Jiyoung semakin marah.
"Hamba, Jung Yunho. Putra dari Yeonguijeong Jung Ji Hoon merasa layak atas jabatan tersebut. "
.
.
.
Perang besar tengah bergejolak di daratan korea bagian timur.
Yunho tanpa ampun menebas satu per satu musuh yang berada di sekelilingnya. Tidak ada yang bisa mengalahkannya. Seluruh penjuru Korea tak ada yang tak tahu kehebatan dan kekuatan sang Yeonguijeong Jung Yunho.
Setiap musuh yang mendengar namanya akan ketakutan dan gemetaran.
Dalam dua tahun ini entah sudah berapa ribu nyawa melayang ditangannya. Ia menjadi Yeonguijeong kesayangan sang Raja.
Pemuda tampan itu tengah beristirahat di sebuah tenda ketika datang seorang prajurit yang membawa sesuatu.
"Yeonguijeong Jung, di luar ada seorang prajurit dari Kerajaan Silla. Ia membawa pesan dari Raja Kim. Prajurit itu ingin menemui Anda."
"Apakah sang Raja ingin menawarkan putrinya padaku?"
"Dia mengatakan, pasukan Kerajaan Ming telah mengepung benteng pertahanannya. Dan dia meminta bantuan kita."
"Katakan saja aku tidak bisa membantunya."
"Tapi Yeonguijeong Jung, prajurit itu bersikeras ingin menemui Anda."
"Suruh dia pergi."
Prajurit itu pun pergi keluar tenda, sementara Yunho melanjutkan istirahatnya yang sempat tertunda. Baru saja ia hendak memejamkan kedua mata musangnya ketika seorang prajurit datang dengan pedang menghunus yang siap menggores lehernya kapan saja.
"Apa maumu?"
Yunho berujar dengan nada tenang. Tak di pedulikannya darah yang menetes dari lehernya karena tergores oleh pedang tajam si prajurit.
"Aku mau Anda membantu kami. Benteng pertahanan kami tengah di kepung saat ini." Ucap prajurit tersebut
"Aku tidak bi—"
Pedang tajam itu terayun hendak menebas lehernya—namun sebelum itu Yunho sudah lebih dulu menendang kaki parjurit tersebut lalu meraih pedang yang dibawanya. Prajurit itu terjatuh hingga topeng yang dikenakannya terlepas.
Yunho seketika tertegun saat melihat wajah rupawan sang prajurit. Wajahnya putih bersinar, dengn sepasang mutiara indah dihiasi bulu yang begitu lentik dan yang paling menggodanya adalah bibir kecil namun penuh sewarna buah cherry. Rambutnya panjang berwarna hitam legam—rupanya sangat menawan.
"Prajurit! Tolong antar pulang gadis ini secara terhormat."
Yunho berpaling. Ia merasa telah mengkhianati istrinya saat ini karena dengan lancangnya ia terpesona dengan makhluk ciptaan Tuhan yang berhasil membuat dadanya berdesir.
"Aku sempat berpikir, jika apa yang dikatakan oleh orang—orang tentangmu adalah benar. Tapi ternyata mereka salah, kau tak lebih dari seorang yang arogan dan tak punya belas kasih."
Yunho kembali berbalik menatap si Prajurit yang baru saja menyerangnya. Ia cukup salut dengan keberanian gadis di hadapannya ini. "Siapa namamu?"
"Namaku Kim Jaejoong. Dan perlu kau tahu, aku adalah seorang laki—laki. Bukan gadis seperti yang kau katakan."
Yunho tersentak. Ditatapnya Jaejoong dari atas sampai bawah—benarkah ia laki—laki? Mana mungkin ada laki—laki secantik ini! Sial, apakah ia harus membuka pakaian yang membalut tubuh semampai yang berbalut baju besi itu untuk membuktikannya?
Pria berwajah tampan itu menggeleng pelan, mencoba mengusir bayangan mesum yang baru saja mampir dikepalanya.
"Baiklah, esok hari kita akan berangkat menuju Kerajaanmu."
Dan senyum pun terulas dibibir penuh milik Kim Jaejoong—membuat sang Yeonguijeong terpesona.
.
.
.
.
.
Ahra menangis tersedu—sedu. Hatinya remuk redam ketika mengetahui bahwa suaminya baru saja pulang membawa orang baru. Bukan ini yang ia inginkan. Seharusnya tidak seperti ini. Dalam benaknya adalah saat ini ia menyambut suaminya pulang dari berperang dengan penuh suka cita—bukan malah membawa kabar tak menyenangkan seperti ini.
"Mengapa kau tega sekali yeobo? Hiks huhuhu.."
Dalam heningnya malam, air matanya berderai pilu meratapi rumah tangganya yang kini bagai diterpa badai besar.
Suaminya. Orang yang paling dicintainya, tega mengkhianati pernikahannya sendiri hanya demi seorang laki—laki yang tidak ia ketahui siapa.
Adakah yang minat baca? :v
Fanfic bertema kolosal pertama sy. Coba2 publish siapa tau ada yang suka bin minat buat baca. Maaf klo rada2 gaje. Selamat membaca!
Mohon tinggalkan jejak~
