Kau hanyalah seonggok sampah

Sampah yang tidak pernah dibuang

Dan sampah yang sangat dibutuhkan

Sampah yang selalu dipungut meskipun bekas orang lain

Sampah yang membuat keserakahan semua manusia

Dan sampah yang selalu dicari keberadaannya.

...

"Argh!" Luhan meringis menahan sakit untuk melepas kedua tangannya dari ikatan tali diatas ranjang tepat diatas kepalanya. Luhan mengelus pergelangan tangannya yang memerah dan mengeluarkan darah. Sesekali ia memejamkan matanya menahan sakit di area selangkangnya. Wajah Luhan memucat, tubuhnya terasa lemas dan lunglai bahkan untuk bangkit dari ranjang saja ia tidak kuat.

Luhan menoleh saat ia mendengar pintu kamar mandi terbuka dan menampikkan sosok yang semalam dengan tak berprikemanusiaannya memaksa Luhan untuk memuaskan hasratnya. Sosok pemuda itu berjalan mendekati Luhan, berjongkok dihadapan Luhan yang tubuh telanjangnya masih terbungkus oleh selimut. Pemuda itu memegang tangan kanannya, bahkan untuk menarik tangannya dari pemuda brengsek itu saja Luhan tidak mampu dan membiarkan pemuda itu mengecup punggung tangannya begitu saja.

"Terima kasih untuk semalam, kau benar-benar luar biasa! Dan terima kasih, berkat kau aku kembali mendapatkan kekuatanku!" ujarnya dan pergi meninggalkan Luhan begitu saja. Luhan memejamkan kedua matanya. Ia kembali menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang yang masih berbau lekat sperma yang semalam keluar dari dalam tubuhnya.

Luhan menatap langit-langit kamar entah milik siapa dan dimana. Luhan hanya mencoba untuk menerawang takdir yang Tuhan lukiskan untuknya. Sudah delapan belas tahun ia hidup di dunia tapi sejak ia kanak hidupnya selalu disia-siakan meskipun ia hidup di sebuah panti asuhan hingga berumur 12 tahun, ia tidak pernah merasakan bagaimana itu kasih sayang dari siapapun. Keluarga tak punya, sahabat apalagi. Ia hanya seorang diri. Bahkan, hidupnya saja sudah seperti sampah, bisa dibilang lebih buruk dari itu. Orang-orang mencarinya, memanfaatkannya, dan merenggut harga dirinya kemudian meninggalkannya. Begitu seterusnya. Bahkan, Luhan tidak tahu apa yang orang-orang rasakan saat 'tidur' dengannya.

Luhan memeluk kedua lututnya membiarkan tubuhnya yang diguyur air shower menggigil kedinginan. Ia menyisir rambutnya kebelakang. Membiarkan kedua matanya yang membengkak entah karena apa dan bibir plumnya yang kering. Luhan membutuhkan kenyamanan. Luhan membutuhkan kedamaian. Luhan membutuhkan ketenangan. Tapi, apa yang ia dapat? Hanya keserakahan dan pelampiasan.

Luhan menarik nafasnya. Ia jadi bertanya-tanya, dimana asal ia lahir? Kenapa ia tidak tahu siapa dan bagaimana rupa keluarganya? Tangan Luhan merambat mematikan kran shower dan dengan langkah terseok, ia berjalan keluar kamar mandi dan meraih bajunya yang berserakan. Mengenakannya dengan perlahan hingga sampai bagian terakhir untuk mengenakan jaket hitamnya.

Luhan mengenakan tudung jaketnya sehingga menutupi kepala dan wajah pucatnya. Tangannya meraih kenop pintu tapi Luhan tak juga melangkah keluar dari kamar yang menjadi saksi panas atas apa yang ia lakukan semalam bersama dengan orang asing.

Luhan masih berdiri diambang pintu. Terlalu takut untuk keluar. Terlalu takut untuk bertemu dengan orang-orang. Karena ia tidak memiliki tempat untuk menetap. Jadi, kemana ia harus pergi? Kemana ia harus pergi jika esok harinya ia kembali bangun di tempat yang tidak ia kenali dalam keadaan yang sama meskipun dengan orang yang berbeda. Jantung Luhan berpacu tak kalah cepat, ia selalu merasakan hal seperti ini disaat ia berada di tempat asing.

Rasa takut yang tak bisa ia lawan. Rasa takut yang terus menggerogoti hatinya. Dan rasa takut yang kapan saja bisa membunuhnya. Satu langkah, Luhan akhirnya mengangkat kakinya keluar dari kamar itu. Selanjutnya, ia mengangkat satu kakinya yang masih berada di ambang pintu dengan kaku. Kenapa ia harus merasakan bimbang disaat ini bukan pertama kali dalam hidupnya. Bahkan, ini sudah ke-puluhan kali dalam hidupnya.

Banyak orang-orang lemah dan kehilangan kekuatan serta jati diri mereka yang kemudian dengan sengaja mencari keberadaannya. Menidurinya dengan paksa dengan tujuan agar mereka mendapatkan kekuatan mereka kembali yang telah lama hilang saat pertempuran ataupun hal lain yang jelas Luhan tidak pernah mengetahui alasannya. Disisi memuaskan hasrat mereka dan disisi lain mendapatkan kembali kekuatan mereka. Bukankah, bertemu dengan Luhan adalah sebuah keajaiban?

Tapi, tidak dengan Luhan. Karena, apa yang ia dapat saat dengan seenaknya mereka menggagahinya? Menyobek-yobek lubang kehormatannya dan memperlakukannya sebagaimana jalang yang terbuang. Bahkan, jalang saja mungkin lebih baik daripada dirinya. Luhan akhirnya bisa keluar dari bangunan yang tingginya mencakar langit itu. Ia berjalan menunduk di tepi trotoar. Berjalan tanpa arah dan tanpa tujuan.

Luhan seketika menghentikan langkahnya saat ia berada di lampu lalu lintas menunggu lampu hijau untuk para pejalan kaki. Luhan mendongak menatap langit mendung di pagi hari mengabaikan orang-orang berlari dan berlalu lalang melewatinya menuju jalan seberang karena tanpa disadarinya lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.

Tes!

Dan, Luhan merasakan tetesan air hujan yang mengenai wajah pucatnya. Luhan memejamkan kedua matanya menikmati tetesan air hujan yang semakin deras itu. Apakah langit ikut menangis untuk mewakili dirinya? Untuk mewakili air matanya? Untuk mewakili kesedihannya? Untuk mewakili keputusasaannya?

Luhan kembali menunduk. Ia masih memilih untuk tetap berdiri menunggu lampu lalu lintas berwarna hijau tanpa berteduh, membiarkan tubuhnya basah diguyur hujan. Luhan mengangkat wajahnya saat merasa pantulan genangan air di dekat kakinya mencerminkan sebuah cahaya hijau membuat Luhan menghela nafas dan siap untuk berjalan menyebrang.

Dan, disaat itulah Luhan berharap ada sebuah mobil, bis atau bahkan truk melaju kencang kearahnya dan menabraknya hingga ia tewas di tempat. Luhan benar-benar sangat berharap dan selalu berdoa agar hal demikian benar-benar terjadi dalam hidupnya. Maka dari itu, ia memelankan langkahnya dan menunggu kejadian yang akan merubah hidupnya.

Tap!

Dan, sekali lagi! Itu hanyalah sebuah harapan yang akan tetap menjadi harapan. Luhan berbalik badan, ia sudah menyebrang jalan -seorang diri- dan harapan yang ia inginkan tidak terjadi. Entahlah, ia tidak tahu apa yang dilukiskan Tuhan untuknya. Apalagi yang akan terjadi dalam hidupnya. Hinaan apalagi yang akan ia terima. Serta siksaan apalagi yang ia dapat.

Luhan menatap telapak tangannya yang basah, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia tidak memiliki tempat. Ada saat ia ingin menyerah dan menerima segala yang terjadi padanya tapi sebersit rasa tidak adil kembali muncul dihatinya. Apakah dia tidak diijinkan merasakan kebahagiaan? Apakah dia tidak diijinkan merasakan sebuah kasih sayang? Apakah dia—

Luhan tersentak dan segera mendongak saat melihat sepasang sepatu berdiri di depannya, seorang pria tampan yang terlihat ramah dan garang dalam waktu bersamaan. Pria asing itu menatap Luhan intens membuat Luhan kembali merasakan takut di dalam dirinya. Tanpa sadar Luhan memundurkan langkahnya tanpa melihat jika dibelakangnya juga ada pria lain yang berdiri tepat di belakangnya.

Luhan berbalik badan, kini ia dihadapkan oleh seorang pria yang tengah tersenyum konyol di depannya membuat Luhan semakin takut melihatnya. Luhan sontak kembali memundurkan langkahnya tapi saat mengingat jika ada pria asing yang juga berdiri di belakangnya, Luhan memilih untuk tetap diam. Luhan meneguk ludahnya gusar, ia beruntung hari itu hujan sehingga rasa gugupnya mampu ia tutupi bersamaan dengan turunnya air hujan yang semakin deras itu.

Dan, entah bisikan darimana Luhan memutuskan untuk kabur melalui celah di samping kirinya namun lagi-lagi ia dihadapi oleh seorang pria berwajah datar yang kembali menghadang jalannya. Luhan kembali memundurkan langkahnya dan berbalik badan, dan kembali mendapati pria lain yang juga tengah tersenyum padanya.

Baiklah, Luhan terkepung sekarang ini. Tubuh Luhan bergetar ketakutan, ia menunduk. Ingin sekali ia menangis namun setelah itu ia pasti akan mendengar tawa yang menghina dan merendahkannya membuat Luhan terpaksa untuk kesekian kalinya berpura-pura bersikap berani dan kuat, mengenyahkan segala rasa takutnya untuk sementara.

Tapi tunggu, bukankah ini masih terlalu pagi? Bahkan, Luhan masih merasakan bagian selatannya yang terasa sakit bukan main. Ia tidak masalah jika setelah dipermainkan, ia dibunuh oleh bajingan-bajingan itu tapi yang ia dapat adalah ucapan terima kasih dan ditinggal begitu saja dan itu membuat Luhan muak karena tidak bisa berbuat apa-apa.

"Dia benar-benar cantik!" dan Luhan bisa mendengar seorang pria kedua yang muncul dihadapannya berkomentar soal dirinya dan sungguh Luhan merasakan keempat pria asing yang menggunakan mantel hitam dengan tudung yang mereka kenakan untuk menutupi wajah tampan mereka dari hujan. Keempat pasang mata itu menatap intens kearahnya.

"Aku tidak yakin jika dia benar-benar seorang pria!" sahut pria pertama yang muncul di depan Luhan. Luhan mengepalkan kedua tangannya, menenangkan diri.

"Aish, kalian membuatnya takut!" ujar pria keempat yang terlihat berjalan mendekati Luhan dan berhenti tepat tiga langkah dari jarak Luhan dan pria itu berdiri. "Hay Luhan!" sapanya lembut membuat Luhan seketika mendongak karena orang asing itu menyebut namanya, karena ini adalah pertama kalinya namanya disebut setelah enam tahun lamanya oleh orang yang tidak ia kenal.

"Kami tidak akan menyakitimu!" lanjutnya dengan suara lembut dan menenangkan. "Kau percaya pada kami kan?" tanyanya yang hanya mendapat respon diam dari Luhan. Pria itu tampak menghela nafas sabar. "Apa perlu kami mengenalkan diri kami padamu?" tawarnya yang hanya direspon ekspresi datar dari Luhan.

"Aku Kim Ryeowook, pria dibelakangmu Jung Taekwoon, samping kirimu adalah Lee Seunghyun dan sebelah kananmu adalah Kim Heechul! Kau ingat nama kami kan?" Luhan menatap pria itu tanpa ekspresi, tak mengangguk dan tak menggeleng tetap diam entah karena apa. Pria yang bernama Ryeowook itu pun tersenyum maklum kearah Luhan.

"Kau pasti mengalami hal-hal yang sulit selama ini. Mau kah kau pergi bersama kami? Kau akan mendapatkan kehidupan baru yang jauh lebih baik serta kau pasti bisa menjaga dirimu sendiri, mengenal siapa dirimu, dan mampu mendapatkan dari setiap apa yang kau cari dan kau inginkan." Ajak Ryeowook yang masih tak ditanggapi oleh Luhan. Luhan memang menangkap semua apa yang Ryeowook katakan padanya, tergiur? Tentu saja. Hanya saja ia tak bisa mengabaikan rasa ragunya yang kembali menggoyahkan hatinya tentang tawaran yang entah benar atau tidak itu.

"Luhan?" panggil Ryeowook membuyarkan lamunan Luhan. Luhan menunduk, namun semenit kemudian ia mendongak dan menatap Ryeowook dengan mata polosnya membuat keempat pria yang melihat bagaimana sikap Luhan itu pun sangat menyayangkan dengan garis takdir yang terjadi pada pemuda cantik itu.

"Aku—"

"Kami janji tidak akan ada yang menyakitimu lagi!" kini giliran pria yang bernama Heechul mencoba untuk menyakinkan Luhan. Luhan menoleh kearahnya dan menatap mata pria yang tengah tersenyum ramah kearahnya itu.

"Kami semua akan melindungimu!" ujar pria yang bernama Seunghyun ikut menyakinkan Luhan. Luhan menghela nafas. Ini adalah kali pertama ada beberapa orang yang menemui Luhan dan bersikap lembut padanya. Tidak memaksanya dan mencoba untuk menyakinkannya. Dan entah apa yang akan Luhan hadapi nantinya, bukanlah pertama kali dalam hidupnya karena ia pernah mengalami hal yang luar biasa mengerikan di masa lalu.

"Baiklah~" lirih Luhan sangat pelan namun bisa di dengar diantara derasnya hujan ditelinga keempat pria itu.

..

- Stand By You -

..

Luhan turun dari sebuah kapal yang membawanya seraya mengedarkan pandangannya pada sebuah kastil yang berdiri di sebuah pulau yang berada di tengah laut. Kastil itu megah, cantik, dan terlihat kuno namun terawat membuat Luhan takjub seketika. Belum lagi suasana tenang dengan semilir angin laut dan langit yang kembali berawan memberikan rasa nyaman dan hangat yang melingkupi jiwanya.

Sementara, empat pria yang berdiri di belakang Luhan tersenyum melihat mimik Luhan yang berubah lebih berekspresi dan menyiratkan sebuah ketenangan di dalamnya.

"Seharusnya kita sudah membawanya lebih awal!" gumam Heechul melihat bagaimana relax-nya Luhan saat ini hanya karena semilir angin yang menerpa wajah pucatnya.

"Hm, jika tidak mengingat bagaimana sulitnya untuk menemukannya sejak ia lahir!" sambung Seunghyun membuat ketiga pria itu mengangguk membenarkan.

"Jja, kita harus membawanya masuk, sudah banyak yang menunggu kedatangannya!" ajak Ryeowook berjalan mendahului mereka bertiga dan berjalan dimana Luhan berdiri.

"Luhan?" panggil Ryeowook membuat Luhan seketika menoleh dan menatapnya.

"Kajja, kita harus masuk sekarang!" ajaknya membuat Luhan seketika diam dengan tatapannya yang jatuh pada kastil megah itu. Luhan menghela nafas dan mengangguk pelan. Ryeowook yang melihatnya pun tak bisa menahan senyumnya. Sementara, Taekwoon dan Seunghyun memilih untuk berjalan terlebih dahulu diikuti Heechul kemudian Ryeowook yang masih setia berjalan disamping Luhan.

Kriet~

Luhan melihat bagaimana gerbang besi yang berwarna hitam metal itu terbuka saat pria yang bernama Taekwoon hanya merapalkan sesuatu dan lagi, Luhan harus dibuat takjub untuk kedua kalinya. Kastil yang terlihat begitu tinggi dan menjulang berdiri kokoh dihadapannya dikelilingi taman-taman yang terdapat berbagai binatang di dalamnya, serta bebarapa air mancur yang terdapat di setiap sudut taman. Jalan setapak yang dibuat dari batu kaca yang mengelilingi setiap ruas jalan menuju pintu utama kastil yang terbuat dari kayu oak.

Kriet~

Luhan menengadah saat dua pintu utama kastil yang begitu besar itu terbuka di depan matanya serta memperlihatkan bagaimana isi kastil yang benar-benar menganggumkan.

"Masuklah!" ajak Heechul menoleh kearah Luhan yang masih dibuat takjub dalam diamnya, kedua mata Luhan mengerjap lucu namun tetap menurut untuk tetap mengekori keempat pria asing itu.

Luhan mengedarkan pandangannya pada setiap koridor kastil yang ia lewati, bagaimana banyak lukisan yang terpajang rapi di setiap kanan-kiri dinding kastil. Mulai dari lukisan hewan, tumbuhan, laut, hutan, gunung hingga lukisan yang cukup abstrak untuk dipahami.

Tap!

Dan entah kenapa Luhan tiba-tiba saja menghentikan langkahnya membuat keempat pria yang berjalan mendahului Luhan seketika menoleh karena tidak merasakan pijakan kaki Luhan. Keempatnya memincing saat Luhan kembali diam tak berekspresi, namun tak lama kemudian Luhan berbalik badan, dan entah kenapa rasa takut kembali menghantui dirinya. Rasa ancaman yang begitu besar yang kembali ia rasakan membuat sebersit keinginan untuk berlari keluar dari tempat asing ini. Tapi, pertanyaannya adalah—apakah dia bisa? Tempat yang ia singgahi saat ini berbeda dengan tempat yang sebelumnya pernah ia pijaki bersama orang asing.

"Andwae!" Luhan bergedik ngeri saat merasakan hawa yang begitu kuat yang ia rasakan berada di dekatnya membuat Luhan melangkah mundur tanpa sadar. Heechul, Ryeowook, Seunghyun dan Taekwoon yang melihatnya pun segera bergegas mendekati Luhan saat mengerti bahwa pemuda itu kembali merasakan takut yang entah karena apa.

"Luhan, gwenchana?" tanya Heechul cemas dan mencoba untuk menyentuh Luhan namun seketika Luhan langsung menepisnya dan berjalan menjauh dari keempatnya.

"Aku ingin pergi!" pintanya datar menatap empat pria itu dengan tatapan benci sekaligus takut.

"Tapi, tidak ada yang akan menyakitimu disini~" ujar Ryeowook mencoba untuk mendekati Luhan perlahan. "Kami melindungimu!" lanjutnya.

"Aniyo~aku melihatnya dengan jelas!" tolak Luhan tegas membuat keempatnya memicing tak mengerti.

"Apa yang kau lihat?" tanya Seunghyun penasaran. Nafas Luhan terengah, ia menatap empat pria di depannya hingga tatapannya jatuh pada sebuah lukisan laut yang terpajang di belakang keempatnya dan di depannya. Luhan menunduk, memejamkan kedua matanya mencoba untuk menenangkan dirinya. Dan, empat pria yang melihat bagaimana Luhan mengontrol dirinya pun dibuat takjub karenanya.

"Luhan, tempat ini adalah sekolah!" ujar Heechul memberitahu, Luhan seketika mendongak dan terkejut bukan main.

"Mwo?!" pekik Luhan terkejut.

"Dan, kami berempat adalah pengajarnya!" lanjut Seunghyun yang masih direspon tatapan tak mengerti dari Luhan.

"Jika kau ingin tahu, ikutlah dengan kami. Kau akan bertemu dengan orang yang akan mengajarkanmu banyak hal!" ajak Ryeowook lagi membuat Luhan menahan nafasnya karena gugup.

"Kau percaya pada kami kan?" tanya Heechul. Luhan kembali diam.

Tidak! Dia sejujurnya dia tidak percaya, jauh dilubuk hatinya masih menyerukan keraguan tak beralasan. Karena sebaik apapun orang baru yang ia temui maka dimatanya tetaplah sama, ia tidak bisa menjamin apapun yang akan terjadi padanya beberapa detik, menit, ataupun beberapa jam ke depan.

"Kajja!" dan ini adalah kali pertamanya Ryeowook akhirnya menggenggam tangan Luhan namun seketika ia merasakan sengatan aneh saat kulit keduanya bersentuhan. Mungkin Luhan tidak merasakannya tapi Ryeowook dengan jelas bisa merasakan hal yang berbeda saat ia menggenggam tangan Luhan. Ryeowook menatap tiga rekan di depannya dengan gugup, sementara tiga pria yang ditatapnya pun hanya membalas dengan tatapan tak mengerti sama sekali. Ryeowook seketika melirikkan matanya kearah tangannya yang menggenggam tangan Luhan dan membuat mereka mengangguk mengerti. Dengan canggung, Ryeowook melepas genggaman tangan kanan Luhan dan kini beralih Heechul yang menggenggam tangan kiri Luhan.

Dan Heechul pun merasakan hal yang sama yang dirasakan Ryeowook saat menggenggam tangan Luhan tanpa sengaja.

"Daebak! Ini kah sebabnya kenapa banyak yang mengincarnya?" pikir Heechul terkagum menatap Luhan yang juga menatapnya datar.

"Kajja, ikutlah denganku!" ajak Heechul berjalan membawa Luhan meninggalkan Ryeowook, Seunghyun, dan Taekwoon yang masih menatap punggung kedua lelaki itu.

"Apa yang kau rasakan, hyung?" tanya Seunghyun penasaran. Ryeowook yang merasa bahwa Seunghyun tengah bertanya padanya pun seketika menatapnya dengan tatapan takjub sementara Taekwoon ikut serta menatapnya dengan tatapan datar tanpa ekspresinya.

"Hanya menggenggam tangannya saja aku merasa kekuatanku bertambah sepuluh kali lipat apalagi sampai—kalian tahu maksduku kan? Dan kalian tahu? Hanya menggenggamnya saja rasanya kekuatanku akan meledak saat menyentuhnya! Dia benar-benar luas biasa!" jawab Ryeowook gemetar.

"Wah, jinjja? Itu kah sebabnya banyak orang yang menginginkannya? Daebak!" sahut Seunghyun tak kalah antusias.

"Itu artinya, dia harus bisa mengendalikannya dan jangan ada lagi yang bersikap sesukanya padanya!" ujar Taekwoon yang sedari tadi hanya diam diikuti anggukan setuju dari Ryeowook dan Seunghyun.

..

..

..

Cklek!

"Masuklah, Luhan!" Heechul mempersilahkan saat ia dan Luhan sampai di sebuah ruang yang masih berada di lantai dasar. Heechul yang sudah melepas genggamannya pada Luhan pun menatap Luhan untuk masuk terlebih dahulu. Luhan menatap Heechul sejenak, namun kemudian ia menurut dan segera memasuki ruangan itu.

Dan setelah memasuki ruangan itu, Luhan seketika menghentikan langkahnya saat melihat delapan pria tengah duduk melingkar dan menatap intens kearahnya beserta Heechul yang berdiri di sisi kanan Luhan serta Taekwoon, Ryeowook, dan Seunghyun yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Luhan. Luhan gugup bukan main, ia tidak pernah dilihat oleh orang sebanyak itu sebelumnya membuat Luhan ingin sekali lari dan tak bertemu dengan mereka.

"Duduklah!" seru salah seorang dari mereka. Luhan menunduk hingga ia mendengar langkah Taekwoon dan Seunghyun yang berjalan mendahuluinya untuk duduk di kursi kosong yang sudah disediakan menyisakan Heechul, Ryeowook dan dirinya yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Ayo kita duduk dan bicara!" ajak Heechul menatap Luhan yang sontak mendongak.

"Huh?" pekik Luhan kedua mata rusanya mengerjapnya membuat sepasang mata yang melihatnya tersenyum kecil.

"Aigoo kyeopta~" puji suara lain yang Luhan tidak tahu siapa yang berbicara.

"Kajja!" Ryeowook kembali menarik Luhan dan membawanya untuk duduk di pusat meja membuat semua pasang mata lebih jelas menatapnya, sementara Heechul dan Ryeowook duduk di sisi kanan dan kirinya.

"Selamat datang Luhan!" sapa seorang pria yang duduk tepat diseberang Luhan. Luhan menatap pria yang tengah tersenyum ramah kearahnya. "Selamat datang di Erythrina High School!" lanjutnya membuat kedua mata rusa Luhan mengerjap tak mengerti dari ucapan selamat datang yang diujarkan pria itu.

"Kau aman disini!" sahut pria yang duduk selang tiga kursi dari pria yang pertama kali mengatakan pada Luhan dimana dirinya saat ini.

"Dan, mungkin akan lebih baik jika kau juga mengenal siapa kami!" ujar pria yang berada di seberang pria yang berujar pada Luhan sebelumnya.

"Luhan, orang yang di depanmu bernama Park Jungsoo dia adalah kepala sekolah Erythrina sekaligus orang tertinggi di sekolah ini. kau bisa memanggilnya dengan sebutan Leeteuk hyung. Tidak ada batasan disini, kau mengerti? Anggap saja kami semua adalah hyung-mu, kami akan melindungimu disini!" Ryeowook menjelaskan pada Luhan yang masih diam dengan ekspresi datarnya.

"Di samping kanan Leeteuk hyung bernama Shin Donghee kau bisa memanggilnya Shindong hyung dia adalah bagian keamanan dan kedisiplinan sekolah bersama dengan dua orang yang duduk di sampingnya, Shim Changmin dan Jung Taekwoon, dia juga yang ikut menjemputmu tadi. Kau sudah mengetahui Lee Seunghyun? Disini dia bagian kesiswaan bersama dengan Cho Kyuhyun. Kemudian, Park Yoochun adalah ketua asrama bersama denganku dan Choi Minho. Serta Heechul hyung, bekerja sebagai penyembuh bersama dengan Kim Jaejoong. Lalu, Kwon Jiyoung dan Jung Yunho yang bertanggung jawab dalam segala aspek yang terjadi selama pembelajaran atau pun di luar pembelajaran, mereka berdua juga wakil kepala sekolah. Dan, yang paling penting adalah kami semua adalah pengajarmu dalam segala hal di sekolah ini. Apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Ryeowook setelah mengenalkan semua orang sesuai dengan posisi duduk mereka masing-masing.

"Kenapa aku harus berada disini?" dan pertanyaan Luhan adalah pertanyaan paling berani yang pernah mereka dengar untuk seusia Luhan yang memang dilontarkan untuk semua orang yang berada di ruangan itu bersamanya. Luhan menatap orang di depannya satu persatu. "Dan untuk apa aku harus mengenal kalian ataupun harus merasa aman di tempat ini?" tanya Luhan tenang. Luhan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang yang di dekorasi penuh dengan rak buku membuat Luhan percaya jika tempat yang ia pijaki saat ini adalah sebuah sekolah.

"Karena mulai sekarang, ini adalah tempatmu!" akhirnya pria yang bernama Yunho yang menjawab pertanyaan Luhan. Luhan menoleh kearahnya, tersenyum samar.

"Aku tidak pernah memiliki tempat dimana pun sejak aku dilahirkan. Jadi, maaf aku rasa kalian salah orang—aku bukanlah orang yang layak untuk kembali mendapatkan pendidikan atau pelajaran seperti yang kalian maksud karena aku hanya tinggal menunggu kapan saat aku benar-benar pergi dari dunia ini. Dan juga, kalian tidak tahu siapa aku dan bagaimana diriku!" balas Luhan mencoba untuk tidak berbicara secara terang-terangan bagaimana kotornya dirinya. Semua orang yang ada di ruangan itu seketika menatap Luhan iba. Mereka tahu betul bagaimana penderitaan, dan hinaan yang Luhan dapatkan selama ini. Tapi, apa yang bisa mereka lakukan? Bagaimana pun mereka tidak bisa memaksa pemuda cantik itu meskipun mereka berniat baik sekalipun.

"Luhan~kau tahu kenapa kami mengajakmu kemari?" tanya Ryeowook mencoba untuk kembali memberikan keyakinan pada Luhan jika, disinilah tempat yang tepat untuknya. Luhan hanya diam meskipun matanya menatap pada Ryeowook yang duduk di sampingnya.

"Karena kau harus bisa menjaga dirimu sendiri, mengendalikan kekuatanmu dan melawan orang-orang yang terus mengincarmu. Dan, disinilah tempat yang tepat untukmu!" lanjut Ryeowook membuat Luhan kembali berfikir sejenak. Sejujurnya bukan ucapan Ryeowook yang ia pikirkan melainkan hal lain yang diam-diam ia cari mungkin saja ia bisa menemukannya disini. Dan, persetan dengan segala hal untuk melindungi dirinya Luhan benar-benar tidak peduli sekarang. Dan setelah banyak bergulat dengan pikirannya, Luhan akhirnya mengangguk samar menyetujui.

"Baiklah, aku—bersedia!" jawab Luhan akhirnya yang membuat senyum tertera dari bibir semua pria yang duduk melingkar dihadapannya.

TBC


Next chapter, main cast yang selalu bersama Luhan -eaaa...

Akan muncul secara bersamaan, so waiting for 2nd Chapter - Minggu depan -

Thx,

- Jee -