Hai, salam kenal semuanya... saya orang baru nih di ffn, inginmencoba sesuatu yang baru. Ide cerita ini muncul begitu saja pas lagi nyantei menikmati hari yang indah setelah tadi siang abis melewati ujian paling menegangkan dalam sejarah hidup.
Karena saya orang baru minta reviewnya ya daripara senior... sekian...
Unwanted Meeting
Disclaimer Masashi Kishimoto
Genre: Romance/Hurt/Comfort
Warning: OOC, AU, typo di mana-mana.
Don't like? Just don't read
Enjoy!
Chapter 1
Seseorang pernah bilang padaku bahwa hidup adalah pilihan, tapi terkadang pilihan yang diberikan terhadap kita merupakan pilihan yang sama sekali bukan pilihan yang menyenangkan.
.
.
.
Suatu malam di sebuah klub malam, lampu-lampu disco menyinari lantai dan meja dengan sinarnya yang didominasi oleh warna merah, biru dan hijau. Musik yang mengalun seolah mengajak semua yang berada di sana untuk menari di tengah lantai dansa. Di sini di sebuah diskotik yang tidak begitu terkenal di konoha yang bernama Hazel Eyes. Semua orang yang datang ke sini berniat untuk menghilangkan penatnya setelah seharian menghabiskan waktu untuk bekerja. Begitu pula dengan lelaki ini, hanya saja bedanya hampir semua orang yang berada di ruangan itu duduk dengan ditemani minuman dan satu atau lebih wanita penghibur, sedangkan dia hanya duduk di pojok ruangan memperhatikan sekelilingnya dengan seksama sambil sesekali menenggak minumannya.
Sama halnya dengan orang lain, dia pun berada di sini untuk merayakan keberhasilannya setelah siang tadi dia berhasil menyelesaikan tugas besar yang telah banyak menyita waktunya selama hampir 3minggu ini. Sebenarnya sejak pertama dia menginjakkan kakinya di bar ini, sudah ada hampir selusin wanita yang mencoba menggoda untuk menawarkan jasa menemaninya minum, akan tetapi tidak ada satupun yang membuatnya tertarik. Tapi itu tak akan membuat para wanita itu jera untuk mendekatinya, selalu saja ada yang mencoba.
"Hai, sendirian? Perlu kutemani?" terdengar suara seorang wanita yang menyapanya dari balik meja. Wanita tersebut berdiri de di depannya dengan tanpa memasang pose seksi seperti yang lainnya, dia hanya memasang senyum manis dan mukanya seakan berkata 'please, bilang saja iya'.
"sepertinya tidak perlu, aku sedang ingin sendiri." Jawab pria itu sopan sembari melemparkan seutas senyum pada wanita itu.
"oh ayolah," ucap wanita itu tiba-tiba dan langsung duduk di satu-satunya kursi yang masih kosong di hadapan wanita itu. "setidaknya bantu aku untuk mendapat pelanggan hari ini, aku bisa dimarahi oleh bosku jika aku tak menghasilkan apa-apa hari ini." Katanya bercanda dengan raut muka sedikit memohon menunjukkan seluruh kepolosannya pada lelaki itu.
"hahaha..." lelaki itu tertawa kecil mendengar pernyataan tadi. "sepertinya kau orang baru, kau tidak se-profesional teman-temanmu itu dalam menggoda tamu." Katanya sambil melirik ke arah wanita-wanita lain yang sedang bersama tamu lainnya.
"yaah, seperti yang kau lihat. Aku baru bekerja disini selama satu minggu. Itu pun karena aku butuh uang. Jadi kau mau kan kutemani malam ini?" tanya wanita itu lagi mengerutkan dahinya memastikan.
"oke..oke.. baiklah" lelaki itu mengiyakan dan tersenyum melihat kelakuan kekanakan wanita itu.
"fiuh, syukurlah.. akhirnya." Wanita itu melepas nafas lega.
"tapi aku tak berjanji untuk memberimu uang tip yang besar malam ini." Lelaki itu berbicara lagi.
"tak apa lah... setidaknya nenek sihir itu tak perlu lagi melemparkan pandangan ingin membunuhnya padaku karena aku belum berhasil mendapat tamu." Ucapnya sambil menganggukan kepala ke arah seorang wanita berambut pirang yang kelihatannya masih muda padahal umurnya yang sebenarnya sudah 2 kali lipat dari penampilannya. Betapa canggihnya teknologi operasi plastik saat ini?
"Nah sekarang, karena aku pelayanmu malam ini, kau ingin aku melakukan apa?" wanita itu kembali mengalihkan perhatiannya pada lelaki tadi.
"kau lucu, kau bahkan belum sempat memperkenalkan namamu." Ucap lelaki itu membalas pertanyaannya.
"Oh iya aku lupa. Tapi, kami di sini biasanya sih tidak memperkenalkan nama pada para tamu, kami langsung saja melayani... hm ya mungkin kau tahu." Sedikit memberi penekanan pada kata melayani. "tapi karena kau kuanggap tamu spesial, akan kuberitahu namaku." Wanita itu tersenyum sebentar lalu melanjutkan lagi kata-katanya. "aku sakura, oke cukup?".
"hahaha..." lelaki itu tertawa lagi mendengar pernyataan sakura. "kau memang unik, ceritakan saja semua tentangmu, nanti kau kubayar."
"apa yang menarik dariku?" sakura bingung dengan pernyataan lelaki itu. "kau juga belum menyebutkan namamu. Sebutkan dulu namamu, lalu aku cerita lagi, kan aku bingung bagaimana harus memanggilmu."
"panggil saja aku naruto," sepertinya lelaki yang mempunyai nama naruto ini mulai tertarik dengan wanita yang mempunyai rambut merah muda dan sepasang mata hijau bak emerald ini.
"baiklah tuan naruto, kita mulai dari mana ya? Oke, begini saja, kita mulai dari alasanku bekerja di tempat nista ini, hahaha." Kata sakura sedikit bercanda untuk mencairkan suasana. "kau tahu? Dulu aku hidup bahagia di rumahku yang besar di konoha ini. Tapi semua itu berubah sejak negara api menyerang... hahaha... enggak lah yaw, emangnya avatar?" sakura melontarkan humornya dan sejenak memperhatikan naruto untuk melihat ekspresinya, tetapi yang diperhatikan justru tidak tertawa sama sekali, dia hanya tetap menempelkan senyum tipisnya seperti tadi.
"huh, tidak lucu ya? Yasudah, kita lanjutkan lagi. Ibuku meninggal saat umurku 12 tahun dan semenjak ibuku meninggal ayahku sering mabuk-mabukan dan berjudi, terkadang dia juga sering membawa perempuan jalang ke rumah. Betapa sialnya aku ketika suatu hari, beberapa orang datang ke rumahku dan mengaku bahwa ayahku mempunyai banyak hutang pada mereka. Lalu mereka menunjukkan sebuah surat yang berisi bahwa ayahku telah menjualku sebagai ganti semua hutang-hutangnya. Yang lebih menyedihkan lagi adalah satu bulan yang lalu mereka menjualku pada nenek sihir itu karena sudah terlalu banyak pelayan yang bekerja di rumah mereka, dan disinilah aku sekarang. Hahaha... sungguh miris sekali ya..." sakura menyelesaikan ceritanya dengan tawa hambar.
"mengapa kau menceritakannya padaku, apa kau tidak merasa sedih?" Naruto sedikit heran dengan cara sakura menceritakan semuanya, begitu mudah sekali semua itu keluar dari mulutnya tanpa ada rasa sedih sedikitpun.
"kau ini manusia macam apa naruto, tentu saja aku sedih. Aku tak nyaris pikir betapa jahatnya ayahku yang telah memperlakukanku seperti ini. Dulu saat-saat bulan-bulan pertama aku mengalami hal ini aku bahkan menangis hampir setiap hari, tapi sekarang aku sudah menyadarinya, kejadian itu sudah berlalu 6 tahun yang lalu. Air mataku mungki sudah mengering karenanya, tak ada gunanya lagi menangis." Sakura mulai menerawang kembali masa lalunya, meskipun bibirnya memebarkan senyum, sebenarnya hatinya sudah tak berbentuk lagi karena telah dihancurkan oleh kerasnya kehidupan yang dilaluinya.
"apa kau tidak pernah mancoba untuk kabur?" naruto bertanya kepada sakura dengan serius.
"coba lihat ini," sakura memajukan tubuhnya lalu menunjuk lengan bagian atasnya. Sekilas naruto tidak melihat apa-apa karena kurangnya pencahayaan yang ada di ruangan itu. Tapi setelah naruto memperhatikan dengan seksama terlihat beberapa bekas luka yang telah mengering. "aku sudah berusaha naruto, tapi itu semua hanya kan menambah penderitaanku saja." Sakura memundurkan kembali tubuhnya dan bersandar di pinggiran kursi. Keheningan pun sejenak tercipta.
"cukup tentangku, sekarang giliranmu." Sakura memecah kebisuan diantara mereka.
"apa yang kau ingin dengar dariku? Aku tidak mempunyai sesuatu yang menarik untuk diceritakan." Setelah mengucapkan itu tiba-tiba terdengar suara dering dari HP naruto. Setelah membacanya sekilas, naruto membereskan barang bawaannya dan segera beranjak dari kursinya.
"sekura sepertinya aku harus pergi, maafkan aku. Mungkin lain kali aku akan bercerita kepadamu." Naruto berpamitan pada sakura sebelum pergi.
"baiklah, berarti kau punya hutang padaku. Jangan lupa untuk kembali ke sini." Sakura pun beranjak dari kursinya.
"kau bisa pegang ucapanku." Naruto lalu berjalan ke arah pintu keluar. Sakura terus memperhatikan punggung naruto sampai hilang di keramaian.
To Be Continued
Mohon maaf atas kegejean yang terkandung di dalam fic ini. Hanya segitu dulu dari saya, soalnya besok masih ada ujian bwahaha #ibumemanggildaribawah. Sebelum ibuku masuk dan nemuin aku gak belajar, mending publish dulu... Memang alur ceritanya kurang jelas sih, tapi nanti akan semakin lebih jelas lagi. Jaa ne!
