Between Me and My bestfried,
Pairing: KaiHunHan
Rat: T
Warn: Alur pasaran, Typo(s), Yaoi.
Don't Like, Don't Read
Chapter 1..
Pagi ini tidak terlalu cerah, namun burung-burung tetap bersenandung seolah mereka sangat bahagia karena masih bisa merasakan hangatnya sinar mentari pagi. Secercah sinar tersebut mulai menembus jendela kamar seorang laki-laki, pelan-pelan ia mulai membuka dan mengerjapkan matanya malas, demi apapun ia masih ingin meringkuk dibawah selimutnya yang tebal nan hangat. Ia melihat kearah jam kecil yang ada disampingnya sejenak. Matanya tiba-tiba membulat, "Oh, shit. Aku akan terambat," gumamnya pelan. Dengan keadaan lemas, ia melangkahkan kakinya yang jenjang ke arah kamar mandi di dekat kamarnya.
.
.
.
Ia menatap cermin dihadapanya, menyentuh pipinya yang tirus kemudian menyentuh rambutnya yang mulai menipis. Bibirnya menyungingkan sebuah senyuman, sebuah senyuman tulus yang menghiasi wajah pucatnya. Namun - tetesan cairan pekat berwarna merah mulai mengalir keluar dari hidungnya, "Mimisan lagi.." ia bergumam pelan dan tersenyum kembali sambil mengusap darah yang tak berhenti mengalir dengan punggung tanganya. Ia menghela napas sejenak, kemudian ia mulai memakai seragam sekolahnya dengan malas. Setelah merasa penampilanya cukup rapi, ia menyiapkan sarapan untuknya sendiri. Hanya sebuah roti lapis dan segelas susu hangat yang cukup untuk menganjal perutnya.
"Sehun-ah.." seorang laki-laki berkulit tan menepuk pundak orang yang dipanggilnya. Sehun, membalikan badanya dan tersenyum simpul. "Kenapa hari ini ini telat datang ke sekolah? Kau sangat beruntung, untung saja guru Choi belum masuk," ujar Jongin. Kim Jongin Itulah nama dari laki-laki berkulit tan tersebut. Jongin merangkul pundak Sehun dan mengajaknya berjalan ke dalam kelas mereka. "Hn, aku hanya telat bangun saja karena semalam aku tidak bisa tidur," Sehun terkekeh menanggapi sahabatnya yang cerewet. Kemudian Sehun dan Jongin duduk di bangku mereka, sesekali Sehun terbahak dengan candaan garing yang Jongin lontarkan.
"Mohon perhatianya-" ucap guru Choi tegas, membuat semua siswa terpaksa berhenti melakukan aktivitas konyol mereka dengan tiba-tiba. "-maaf sedikit terlambat. Namun saya membawa teman baru untuk kalian. Dia pindahan dari China, tapi dia berharap kalian bisa menerimanya dengan baik," guru Choi menghela napas kemudian melanjutkan perkataanya sambil mengarahkan pandanganya ke arah pintu yang terbuka. "Silahkan masuk," guru Choi berbicara sedikit keras, mungkin agar siswa baru yang berdiri diluar itu bisa mendengarnya. Seluruh siswa yang berada didalam kelas mulai berbisik satu sama lain, apakah siswa baru pindahan itu laki-laki atau seorang perempuan. Siswa pindahan yang guru Choi panggil tersebut mulai melangkahkan kakinya kedalam kelas dengan wajah tertunduk. "Silahkan perkenalkan namamu, kemudian pilihlah tempat duduk yang kau rasa nyaman," guru Choi tersenyum menyambut kedatangan siswa baru itu. Luhan- nama dari siswa baru itu mengangkat wajahnya yang merona dan menatap seluruh sisi penjuru kelas. "Namaku Luhan, aku pindahan dari China. Aku harap kalian bisa menerimaku dengan baik karena bahasa koreaku belumlah lancar" ucapnya malu. Semua siswa bertepuk tangan, membuat pipi Luhan semakin merona. Luhan itu laki-laki, namun- entahlah, mereka seolah terbius oleh wajah Luhan yang cantik dan senyumanya yang seperti malaikat. Atau mungkinkah Luhan adalah bidadari yang Tuhan kirimkan ke bumi?
Luhan mengerdarkan pandanganya, kemudian ia memilih dan berjalan ke arah sebuah bangku yang kosong. "Manis sekali.." gumam Sehun pelan. Wajahnya dan bibirnya yang pucat mengukir sebuah senyuman saat Luhan mendudukan dirinya tepat didepan bangku Sehun. "Baiklah anak-anak, mari lanjutkan pelajaran yang kemarin," ucap guru Choi membuyarkan lamunan Sehun. Semua siswa dikelaspun membuka buku catatan mereka masing-masing dan mulai belajar seperti biasa.
xoxo
Tidak terasa, waktu telah menunjukan pukul 10, bel sekolahpun berbunyi menandakan jam istirahat telah dimulai. Sehun keluar dari kelasnya, tanpa Jongin.. karena Jongin harus rapat dengan para juniornya di club dance yang Jongin ketuai sendiri. Sehun menyusuri koridor sekolahnya dan berjalan ke dalam perpustakan. Ya, Sehun lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya untuk membaca buku di perpustakaan yang menurutnya bisa membuat dirinya tenang.
Sehun menyipitkan matanya, dia melihat seseorang yang tidak asing baginya sedang memilih buku. "Astaga, itu Luhan" Sehun buru-buru berjalan menghampiri Luhan, namun langkah Sehun terhenti saat cairan merah pekat mulai mengalir keluar kembali dari hidungnya. Rasa sakit mulai menyerbu kepalanya, Sehun terduduk dengan lemas, ia menjambak rambutnya sendiri dan mengerang keras, hingga suaranyapun memecah keheningan suasana di perpustakaan. "Lu..luhan," pandangan Sehunpun buram ketika melihat beberapa orang yang menghampirinya seiring dengan kesadaranya yang mulai menghilang..
.
.
.
.
.
Perlahan, Sehun membuka matanya. "Dimana ini?" guman sehun setengah berbisik. Ia menggerakan tubuhnya dan mulai mendudukanya di sebuah ranjang putih yang sedang ia tiduri. Namun gerakanya terhenti saat kedua tangan mungil menyentuh kedua sisi bahunya dengan lembut. Sehun tertegun sejenak, ia menolehkan wajah tampanya yang tersinari oleh cahaya lampu yang meredup di dalam ruangan itu sehingga ia dapat dengan jelas melihat wajah manis orang yang sedang membantunya dengan jarak yang cukup dekat, jantungnya berdebar tidak karuan, dan tangan kecil nan halus itu mengusap bahu Sehun, kemudian membantu Sehun untuk tertidur kembali. "Namamu Sehun kan?" orang yang membantunya itu duduk kembali di kursi yang berada di sebelah ranjang Sehun. "-ini ruang perawatan sekolah, tadi tiba-tiba kau pingsan di perpustakan. Jadi siswa yang ada disana membawamu kesini, dan aku yang menjagamu dari siang. Apakah kau baik-baik saja sekarang?" tanya Luhan sambil menatap Sehun khawatir. "Aku baik-baik saja, terimakasih telah menolongku," jawab Sehun singkat. Kemudian Luhan tersenyum dan mengangguk. "Ini pukul berapa? Sepertinya diluar sudah sangat gelap," Sehun memalingkan wajahnya ke arah jendela. "Ini sudah malam, kau pingsan sangat lama sekali. Ayo kita pulang," Luhan mengerjapkan matanya lucu.
Sehun terkekeh, ia bangun kemudian berdiri dan menarik tangan Luhan berjalan keluar dari ruang perawatan sekolah tersebut. Ini pertama kalinya mereka berbicara, namun Sehun sudah merasa nyaman jika Luhan berada disampingnya. "Oh aku lupa, gara-gara menolongku.. kau jadi tidak masuk kelas. Padahal ini pertama kalinya kau masuk sekolah," Luhan hanya tertawa mendengar ucapan Sehun. "-dan dimana rumahmu?" tanya Sehun kembali, "Rumahku hanya berjarak beberapa blok dari sini," jawab Luhan. "Baiklah, kita pulang bersama karena ternyata rumah kita satu arah,"
Sehun tersenyum lebar, inilah awal dari kedekat mereka sebagai sahabat, atau mungkin awal dari cinta pandangan pertama.
.
.
Bulan demi bulan persahabatan mereka semakin dekat. Namun, bukan hanya Sehun yang dekat- Jongin juga mulai mendekati Luhan, dan tentu saja itu membuat Sehun merasa cemburu.
Sehun merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, tempat favoritnya yang selalu membuatnya nyaman selain Luhan. Ia merasa pusing, terlalu banyak hal yang membebani pikiranya. Sehun harusnya bahagia seperti anak sebayanya, namun kenyatanya kehidupan Sehun malah berkebalikan dan berbeda dari teman-temanya yang lain. Sehun merindukan kehidupanya yang dulu, sehun juga merindukan kedua orang tuanya. Kemudian sehun mengambil ponsel dari saku celananya, bulir-bulir air mata mulai membasahi pipinya yang pucat saat menatap layar- wallpaper ponselnya sendiri. "Ayah.. Ibu.." sehun menangis, mengingat semua kenangan bersama ayah dan ibunya. Dan lambat launpun, mata Sehun mulai terpenjam seiring dengan suara tangisanya yang mulai mereda..
xoxo
Sehun menenggelamkan kepalanya diantara kedua lenganya yang ia tekuk diatas mejanya. Sehun sendirian, tanpa Jongin ataupun Luhan disampingnya. Terakhir Sehun melihat mereka, Luhan dan Jongin sedang duduk berdua dibawah pohon belakang sekolah. Entahlah- sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius dan mungkin tidak ingin di ganggu. Beberapa menit kemudian suara bel sekolahpun berbunyi, menandakan bahwa jam pelajaran hari ini telah usai. Sehun menghela napas pelan, "-sebenarnya apa yang mereka lakukan? Seharian ini mereka tidaklah masuk kelas" gumam Sehun dalam hati.
.
.
.
-waktu hampir menunjukan pukul sebelas malam, namun Sehun masih duduk terdiam di depan pianonya. Piano itu, piano yang menemani Sehun saat sedih- piano kenang-kenangan dari ayahnya, piano itu adalah hadiah saat ulang tahunya yang ketujuh. Kemudian, Sehun segera menempatkan jari-jarinya di atas piano tersebut, ia mulai memainkan lagu favoritnya dan menggerakan bibirnya untuk melantunkan sebuah melody yang indah..
When I lose my way inside the dark forest
When my young soul is crying
Like a light, like a miracle, please guide me
Before this life end
Semakin lama, ritme nada yang Sehun mainkan semakin lambat. Ia merasa dadanya terasa sesak, napasnya pun mulai terengah. Sehun menjambak rambutnya sendiri, rasa sakit itu- sakit kepala yang sehun benci datang lagi. Ia berdiri, berjalan ke kamarnya berusaha untuk mengambil obat. Namun tubuhnya oleng, ia terjatuh ke bawah lantai. Sehun sudah tidak kuat menahan rasa sakit dikepalanya itu. Ia menghela napas sebelum kehilangan kesadaranya dengan air mata yang mengalir di pipinya..
.
.
.
.
.
To Be Continue..
a/n; kalo yang review udah 20, ceritanya mau saya lanjutin. Makasih udah baca, mohon review nya. ini pertama kalinya saya posting ff disini ;n;
