Naruto © Masashi Kishimoto

Genre: Adventure, family, Romance

Pairing: Naruto U. & Sakura H. Setiap chapter mungkin akan berbeda-beda pairingnya tapi NaruSaku tetap ada kok

Warning: AU, OOC, kata-kata tidak baku, gaje, abal

Don't like don't read~!

.

.

.

~Happy Reading~!

.

.

Summary:

Pada zaman dahulu kala para Dewa-Dewi hidup dengan damai di khayangan. Hidup dengan saling mencintai dan saling mengasihi hingga prahara itu terjadi para iblis mulai mengancam kehidupan bumi dan harus ada yang menghentikan iblis itu maka pada malam itu ditetapkan anak dari sepasang Dewa-Dewi harus merelakan anak mereka turun ke bumi untuk membantu umat manusia. Kini dimulailah perjuangan anak-anak Dewa itu di bumi.

.

.

.

.

.

O0o0o0o0o0

Malam membentang hitam. Jalanan berkabut sepi yang menebarkan kengerian. Sebuah mobil Enzo Ferrari berwarna merah meluncur dalam kecepatan sedang. Mobil mewah itu dikemudikan seorang pemuda ganteng berambut merah dengan tatto ai di ujung dahinya. Pemuda itu tampak mengeryit heran ketika melihat jalanan sangat sepi di sekitar jalan tol yang dia lalui. Biasanya di pinggir trotoar ada pedagang-pedagang yang jualan.

Seakan mengerti apa yang dipikirkan pemuda di sampingnya Temari sang kakak yang berbody sexy bagaikan model karena memang dia seorang model segera berujar, "Maklum, habis hujan dan malam sudah sangat larut. Apalagi hari ini adalah hari libur, tentu saja semua aktivitas berhenti," Ucapnya lembut.

Pemuda tatto ai itu hanya menatap kakaknya sebentar habis itu menatap ke depan lagi.

"Tapi tak biasanya sesepi ini Nee-chan. Biarpun hari libur kalau jam-jam segini masih banyak kendaraan yang lewat. Apalagi ini baru jam sepuluh lebih," Ujarnya.

Temari menoleh menatap Gaara. Ia sebenarnya juga merasakan hal aneh seperti Gaara. Tapi wanita cantik itu memilih diam dan menatap was-was di sekitarnya.

Dan kecurigaan Gaara mulai dipercaya oleh Temari ketika mobil Enzo Ferrari merahnya Gaara harus berhenti sebelum mencapai pintu keluar. Pagar kawat berduri di pasang merintang jalan dengan beberapa penjagaan ketat. Terlihat beberapa orang berseragam loreng Malvinas bersejajar di balik berikade, lengkap dengan senjata otomat mereka. Beberapa di anataranya tampak mondar-mandir di depan berikade. Lampu sorot besar dipasang dek atas mobil patroli. Cahanya-nya menyorot terang dan menyilaukan.

"Ada apa ini," Gumam Temari dengan wajah yang tenang walau hatinya tegang. Gaara diam tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Pemuda itu sedikit memperlambat mobil mereka dengan menginjak rem sedikit demi sedikit.

"Sepertinya ada yang tidak beres," Ucap Temari lagi dan Gaara mengangguk membenarkan ucapan kakak perempuannya itu.

Dan seseorang petugas bertopi baja dengan seragam loreng berjalan mendekati mereka. Petugas itu memberi isyarat dengan gerakan tangan agar Gaara memutar balik arah tujuannya. Tapi hal itu tidak dilakukan oleh Gaara, justru ia menghentikan total mobilnya. Kedua kaca pintu mobil turun semua. Petugas itu sedikit membungkuk untuk melihat keadaan di dalam mobil.

"Ada apa ya pak di depan sana? Kenapa jalan di tutup kami ingin keluar!" Ucap Temari ramah dan sedikit memberikan senyum yang manis.

"Semua jalur tertutup, Nona! Tidak ada yang boleh masuk Tokyo."

"Loh, rumah saya di Tokyo pak. Kok gak boleh masuk ke Tokyo?"

"Maaf atas ketidaknyamanannya Nona. Tapi ini semua demi mencegah timbulnya korban baru."

Baik Gaara mau pun Temari hanya bisa kaget dan saling berpandangan satu sama lain seakan mereka satu pikiran.

"Maaf pak, memang korban apaan ya pak?" Tanya Temari lagi.

"Wabah kematian Non!" Temari tersentak tegang.

"Wabah kematian bagaimana sih pak? Kali ini yang berbicara adalah Gaara.

"Maaf kami tidak punya waktu untuk menjelaskannya sekarang. Sebaiknya Nona dan Tuan sebaiknya kembali ke tempat semula saja." Hardik petugas itu yang mulai kehilangan kesabaran. Dan Temari dapat melihat dua petugas lainnya tampak menghampiri mobil mereka dengan langkah tergesa-gesa, penuh emosi. Temari yang melihat hal itu segera memerintah Gaara untuk memutar balik mobilnya. Dan mobil sedan itu pun meluncur ke arah semula. Jalanan yang sepi, lenggang, banyak lampu yang di padamkan.

"Ada apa sebenarnya ini?" Gumam Temari heran. Mata hijaunya memandang ke depan seperti orang menerawang. Gaara hanya bisa diam, dia tahu kakaknya yang sedang menerawang itu pasti sedang mencari tahu apa yang terjadi pada kota Tokyo dengan kekuatan yang menurut orang bumi adalah kekuatan gaib.

O0o0o0o

Seluruh saluran telepon terputus. Beberapa peralatan mekanik termasuk intalasi listrik juga tidak berfungsi. Dalam beberapa jam saja kota Tokyo dilanda kegelapan total. Tidak ada listrik yang menyala. Penerangan yang dapat digunakan berasal dari lilin saja jarang dinyalakan orang. Seolah penduduk kota Tokyo merasa lebih baik tinggal di dalam kegelapan ketimbang mendekati cahaya penerangan.

Binti-bintik putih turun berhamburan menyelimuti seluruh kota Tokyo menjadi dingin. Binti-bintik putih itu tidak lain adalah busa- busa salju. Walau tidak kentara turunnya salju, tapi ternyata cuaca ganjil di tengah kegelapan malam itu makin lama semakin melebar. Menyebar ke kota tetangga.

"Salju-salju ini datang dari mana sih," ujar seorang penghuni rumah mewah di salah satu kompleks perumahan elite. Ia berada di balkon bersama seorang wanita yang terpaksa harus bermalam di situ lantaran cuaca ganjil tersebut.

"Aku tidak tahu. Padahal kan ini musim semi. Bukan musim salju," Gerutu wanita di sebelahnya itu. Pemuda di sebelahnya juga menganggukkan kepala membenarkan ucapan wanita tersebut. Mereka bergegas masuk ke dalam kamar ketika dirasa suhu di luar semakin dingin akibat turunnya salju di musim semi itu. Manakala hawa dingin itu semakin membekukan darah dan membuat sekujur tubuh selalu merinding. Kamar yang di tempati mereka pun hanya diterangi oleh sebatang lilin. Tiba-tiba sang cewek berseru, "cepat tutup gordynya! Ada sinar merah yang akan mendekat!"

Sang pemuda pun langsung menutup gordyn dengan cepat. Mereka tampak ketakutan. Bahkan dengan cepat si pemilik rumah meniup api lilinnya. Maka padamlah lilin itu seketika. Beberapa saat terlihat sinar merah yang telah berbelok arah. Tidak jadi meluncur ke dalam kamar yang mereka tempati. Tapi tidak jauh dari rumah sana, saat itu juga terjadi peristiwa yang tragis dan mengerikan siapa pun yang melihatnya. Seorang wanita seksi dan cantik menyalakan lilin untuk menerangi kamar mandi. Bermaksud untuk buang air kecil. Kamar Mandi itu mempunyai kisi-kisi tertutup kaca buram. Tapi cahaya yang ada di dalam kamar mandi dapat terlihat dari luar rumah. Dan pada saat itu juga cahaya merah yang tadi melintasi kegelapan malam itu melesat dengan cepat, mendekati sinar dari dalam kamar mandi

Claaaaasss...

"Aaaaaaaaaa!"

Seluruh angota keluarga rumah yang ada disitu sontak terkaget dan berlari ke kamar mandi. Mereka mendobrak pintu kamar mandi tersebut. Lalu mereka menemukan perempuan tersebut telah tergeletak di lantai dalam keadaan seperti habis di kuliti sekujur tubuhnya hingga hanya dilapisi dengan darah segar yang kental. Bentuk kepalanya bulat kini tanpa rambut. Dan mereka menemukan kepala kulit serta rambut berceceran menempel pada dinding kamar mandi. Wanita itu tewas dalam keadaan tanpa kulit. Sebagian serpihan dagingnya berhamburan kemana-mana.

Tidak ada yang tidak berteriak saat itu. Bahkan ada salah satu dari mereka yang jatuh pingsan ketika salah seorang nekat menyalakan lampu listrik kamar mandi. Namun salah satu dari mereka buru-buru memadamkan lampu listrik tersebut sambil berteriak panik.

Peristiwa tragis itu hanya salah satu dari sekian banyak korban yang dibunuh dengan cara dikuliti pada malam itu. Tidak jelas siapa pelakunya. Namun mereka dapat menyimpulkan dari kejadian itu semua bahwa para korban yang tewas lantaran karena dekat dengan cahaya lampu atau pun lilin mau pun senter. Mereka hanya bisa berharap bahwa masalah ini akan cepat selesai.

Lebih dari 50 orang pada malam itu tewas secara mengerikan. Sehingga pihak yang berwajib terpaksa memblokir semua jalan dan melakukan patroli secara ketat. Sekalipun demikian toh para pihak yang berwajib sendiri pada akhirnya menjadi korban, terutama yang berada di dekat cahaya lampu. Sehingga akhirnya mereka bertugas tanpa menggunakan lampu penerang.

O0o0o0o0o

Temari yang berada di sebuah hotel bersama kekasihnya Shikamaru mencoba menghubungi Naruto maupun Sakura yang sedang berada di luar negeri. Wanita pirang itu ingin sekali membicarakan tentang keanehan yang terjadi pada Tokyo. Sebenarnya ia sudah mencoba mencari tahu keanehan pada malam itu, tapi rupanya ada seseorang yang melindungi atau menyegel kota Tokyo dengan perisai gaib sehingga ia tidak bisa menembus ke sana. Sehingga ia tidak bisa mencari tahu apa permasalahannya. Maka dari itu Temari mencoba menghubungi Sakura maupun Naruto, Tapi tampaknya baik keduanya sama-sama tidak bisa di hubungi.

"Arghhhh. Mereka sedang apa sih!" Ucap Temari jengkel. Berkali-kali gadis itu menekan-nekan tombol hpnya lalu mendekatkan pada kupingnya berharap bahwa teleponnya diangkat oleh kedua manusia yang super sibuk itu. Tapi meskipun berulang kali dia menelpon tapi tetap saja telfonnya tidak diangkat. Temari mengumpat kesal. Shikamaru yang sedang tidur di atas kasur king sizenya hanya menatap Temari bosan. Sesekali pemuda itu menguap dan mengucapkan kata 'merepotkan'.

"Mungkin mereka sedang sibuk saat ini," ucap Shikamaru. Temari menatapnya sebentar lalu menarap layar ponselnya lagi.

"Aku tahu. Tapi saat ini kota Tokyo sedang dalam bahaya. Aku yakin itu! Tapi anak berdua bodoh itu sama sekali tidak mengangkat telfonku," Umpat Temari kesal. Gadis itu mengeram frustasi. Ia segera mendudukan dirinya disamping Shikamaru yang telah duduk di pinggir kasur.

"Aku takut terjadi apa-apa di sana. "

"Apa kau sudah mencoba menggunakan kekuatan gaibmu untuk melihat ke sana?" Tanya Shikamaru. Pemuda itu tahu bahwa gadis yang sudah setahun di pacarinya itu mempunyai kekuatan khusus. Bahkan ia juga tahu bahwa Temari adalah anak Dewa.

Temari menatap Shikamaru. "Aku sudah mencoba untuk melihatnya, tapi rupanya ada seseorang yang menghalangiku dengan perisai gaibnya sehingga aku tidak bisa melihat ke sana," Ucap Temari sedih. Gadis itu hanya bisa merutuki kemampuannya yang tidak banyak dapat digunakan.

Shikamaru yang melihat wanitanya bersedih langsung memeluknya dengan lembut untuk menguatkannya. Bahwa dirinya akan ada selalu menemaninya. "Kau tenang saja semuanya akan baik-baik saja," Ucapnya sambil mengusap punggung Temari dengan lembut. Temari hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan di dada Shikamaru. Ia sangat bersyukur dapat memiliki pacar seperti Shikamaru. Walau diluar pemuda itu sangat pemalas tapi kalau sudah melihat dirinya sedih pemuda itu akan menenangkannya dengan perlakuan lembutnya. Ia berharap sifat Shikamaru akan begitu selamanya bukan saat mereka berpacaran saja.

0o0o0o0

Alasan kenapa Naruto mau pun Sakura tidak mengangkat telfon dari Temari karena keduanya memang saat ini tidak mau diganggu dari acara liburannya. Setelah beberapa hari mereka sangat disibukkan dengan bahaya-bahaya yang mengancam bumi. Mereka ingin sekali-sekali pergi liburan. Tapi mereka tidak liburan bersama-sama, tapi mereka pergi sendiri-sendiri.

Naruto si Putra matahari itu sedang berada di LA bersama sahabatnya Uchiha Sasuke si Putra halilintar anak dari Dewa petir dan Dewi badai. Sementara itu Sakura si Putri alam sendiri sedang berada di Paris bersama Hinata si Putri bulan.

Sudah tiga hari mereka dengan liburannya. Tanpa ada yang tahu bahwa kota Tokyo sedang dalam masalah.

Naruto yang saat itu tengah berada di balkon baru selesai berkomunikasi dengan Sakura melalui komunikasi batin tanpa handphone. Tampak Sasuke mendekatinya.

"Sudah waktunya kita pulang teme. Aku punya firasat buruk tentang Tokyo. Jadi secepatnya kita akan kesana. "

"Kau juga merasakannya?"

Naruto menganggukkan kepalanya kecil.

"Hm, dan kurasa sangat berbahaya."

Keduanya memandang kedepan.

"Jadi..." Sasuke memulai pembicaraan. "Sekarang?" Sasuke memandang Naruto yang sedang memandang ke depan.

"Ya kita plang sekarang." Tidak lama setelah Naruto mengatakan hal itu tampak cahaya kekuningan membungkus mereka berdua hingga beberapa detik cahaya itu menghilang dalam sekejap. Hanya lima detik kini mereka telah berada di apartement Naruto. Baik Sasuke mau pun Naruto langsung keluar dari kamar dan mereka dapat melihat beberapa orang tampak mondar-mandir di lorong apartemen dalam suasana lampu padam. Hanya lilin yang tampak menyala di tempat-tempat tertentu. Hal itu mereka lakukan karena banyangan merah yang selalu menghampiri mereka kalau dekat dengan cahaya.

Seorang petugas satpam mendekati Naruto yang terbengong-bengong di depan pintu, "Maaf, tolong lampu di kamar anda dimatikan Tuan. Sangat berbahaya menyalakan lampu pada malam hari," Ucap satpam itu.

"Memang ada apa pak?" Tanya Naruto heran dengan dahi berkerut. Begitu pun juga dengan Sasuke. Pemuda itu tampaknya juga sangat penasaran.

"Ada cahaya merah yang menyerang kota Tokyo kalau kami dekat dengan cahaya yang terang. Baru beberapa menit yang lalu ada korban yang tidak jauh dari sini. Dan keadaannya sangat mengenaskan. Badannya semua dikuliti. Maka dari itu, saran saya sebaik tuan lebih baik padamkan saja lampu listriknya, gunakan lilin. "

Naruto hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tangan di dagu. Sedangkan Sasuke hanya berwajah datar tidak menimbulkan reaksi yang spesifikan. Tidak beberapa lama Naruto pun berteriak kaget.

"APAAA!"

Bletak.

Dengan keras Sasuke pun langsung memukul kepala sahabatnya itu.

"Ittai, heiii teme apa-apaan kau!" Seru Naruto marah. Pemuda itu segera mengusap kepalanya yang dipukul.

Sedanngkan Sasuke dengan wajah yang tidak berdosa hanya menatap Naruto datar. "Kau terlalu berisik dobe. "

"Ck, dasar pantat ayam. " Gerutu Naruto. Security apartement yang melihat hal itu cuma bisa cengo di tempatnya.

"Hei teme kau ingin kemana?!" Seru Naruto ketika melihat Sasuke berjalan meninggalkan Naruto bersama security.

"Aku akan keluar sebentar, melihat suasana di jalan," Jawab Sasuke tanpa menengok kebelakang sama sekali. Naruto yang mendengarnya segera menyusul Sasuke.

O0o0o0o0

Sakura yang sedari tadi sedang bermeditasi sedikit merasa terganggu ketika mendapat panggilan kontak batin dari sahabatnya Uchiha Sasuke. Tanpa mengangkat telephone cukup hanya bersuara dalam hati dia sudah dapat berbicara dengan Sasuke.

"Ada apa Sasuke?" Tanya Sakura lembut tapi memiliki aksentuasi yang cukup tegas, beribawa.

"Kau harus cepat kesini," Ucap Sasuke diseberang sana.

"Memang ada apa?" Tanya Sakura lagi dengan tenang walau tidak dengan hatinya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Si bodoh itu melakukan sesuatu yang bodoh." Dan Sakura tidak perlu menanyakan siapa yang Sasuke sebut bodoh. Hanya satu orang yang menerima julukan seperti itu dari Sasuke. Siapa lagi kalau bukan Naruto si Putra matahari.

Sakura membuka matanya. Dan kini terlihat sepasang mata hijau beningnya yang cantik memandang lurus ke depan dengan dahi berkerut.

"Memang apa yang di lakukan baka itu. "

"Dia..."

...

Flasback

Tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asalnya cahaya merah mematikan tersebut. Dalam semalam saja sudah berpuluh-puluh korban yang menjadi sasaran cahaya merah tersebut.

Naruto dan Sasuke yang saat itu tengah berada di dalam mobil yang telah dimatikan, tapi sinar lampunya tetap menyala terang. Menyinari jalanan yang tampak gelap dan sepi.

Mereka berdua memutuskan bahwa malam ini mereka akan memancing keluar cahaya merah itu dan memusnahkannya.

Naruto, matanya yang semula biru kini berubah menjadi orange kekuningan sedangkan Sasuke telah berubah menjadi semerah darah. Mereka mengaktifkan mata Aji Dewanya agar dapat mendeteksi di mana cahaya merah itu berada.

Tapi sayang biarpun mereka menggunakan mata aji dewanya tetap saja mereka tidak menemukan cahaya tersebut karena terhalangi oleh salju yang turun. Seandainya saja ada Hinata mungkin mereka sedikit terbantu oleh mata byakugan khas Hyuga itu.

Naruto mengumpat kasar. Ia dan Sasuke memutuskan untuk keluar dari mobil dan saat itu juga mereka melihat sinar merah berkelebat di langit timur. Sinar merah itu bagaikan meteor berkecepatan tinggi. Lalu tak lama setelah itu terdengar suara jeritan yang sangat nyaring dari arah timur. Ketika Naruto dan Sasuke menghampiri tempat tersebut, ternyata sinar merah tersebut sudah tidak ada disana. Yang mereka temukan adalah korban yang tergeletak di jalan dengan keadaan terkuliti habis. Dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Naruto sungguh miris melihat hal itu. Sedangkan Sasuke tampak memandang di daerah sekitarnya dengan mata aji dewanya.

"Bukan kekuatan manusia yang bisa merenggut nyawa korban seperti ini," kata Naruto. Semua orang yang berada di situ memandangnya heran.

"Lalu, apakah kau mengenalinya, kekuatan siapa yang melakukan hal ini?" Tanya Sasuke.

Naruto menggeleng. "Aku tidak tahu siapa pemilik sinar merah tersebut. Tapi aku akan melacaknya di saat kita di tempat sepi nanti."

Sasuke baik Naruto pergi dari tempat kejadian itu dan menyarankan untuk semua warga yang berada disitu untuk tidak mendekati atau menyalakan yang berhubungan dengan cahaya agar tidak menimbulkan korban yang baru.

Naruto pemuda yang tampan berkulit tan, bermata biru terang yang kini telah berubah menjadi orange kekuningan, dan mempunyai senyum yang hangat sangat mempesona bagi lawan jenisnya kini telah berada di jalan yang sepi. Naruto berdiri tidak jauh dari depan mobilnya yang masih menyalakan lampu agar dapat memancing cahaya merah tersebut ke arah mereka. Sedangkan Sasuke berdiri di dekat pinggir jalan tidak jauh dari mobil mereka. Dengan mata Aji Dewa mereka. Sasuke dan Naruto menatap sekelilingnya dengan waspada.

Naruto gelisah menunggu sinar merah yang tak kunjung datang juga setelah sekian lama berdiri di depan mobil. Sedangkan Sasuke hanya berwajah datar tak menunjukan reaksi apa-apa walau dalam hatinya juga ikut gelisah seperti Naruto.

"Mungkin dia tahu kalau kita pancing, makanya dia tak mau muncul di tempat ini!" Seru Naruto sedikit berteriak. Sasuke tidak berkomentar apa-apa, ia sibuk dengan kontak batinnya yang ingin menghubungi Sakura.

Hingga beberapa saat kemudian, kedua mata Sasuke terbelalak lebar ketika melihat cahaya merah meluncur dengan cepat dari arah belakang mobil meraka. Dengan spontan Sasuke segera berlari ke arah Naruto dan segera mengeluarkan biru bening dari tangannya membentuk sebuah bayangan burung elang terbang yang segera menghantam kehadiran sinar merah tersebut. Naruto kaget ketika Sasuke berlari kearahnya.

Bleggaaaarrr.

Sebuah dentuman dasyat terjadi di atas langit. Kekuatan andalan Sasuke yang bernama elang geni itu mampu mengahancurkan sinar merah menjadi beberapa bias. Membuat kota Tokyo dilanda gempa. Bangun-bangunan bergetar, kaca-kaca menjadi retak, dan pepohonan sempat terguncang hebat, sebagian daunnya berguguran. Tapi tak ada satu pohon pun yang tumbang atau patah dahannya.

Gelombang ledakan itu sempat membuat Naruto terjungkang kebelakang. Tapi pemuda itu dengan cepat langsung berdiri dari jatuhnya. Pecahan cahaya merah yang melambung tinggi dan menyatu dengan langit malam. Gumpalan sinar yang menyebarkan asap merah itu menyebar kemana-mana hingga menutupi seluruh langit malam.

"Gila! Dia mau melapisi langit dengan awan bencana?!" Seru Naruto dengan nada tegang. Sasuke yang di sampingnya pun semakin ikut tegang walau ekspresinya tampak biasa-biasa saja.

"Kita harus menghentikan awan itu sebelum meyebar seluruhnya. Bisa gawat kalau sampai awan itu terkontaminasi dengan udara. Semua penduduk bumi akan mati karena racun-nya.!"

Sebelum gumpalan awan merah itu menutupi keseluruhan permukaan langit, dalam satu sentakan tangan Naruto bergerak ke atas. Kedua telapak tangannya mengeluarkan semburan sinar putih silver yang memecah menjadi dua arah, ke utara dan ke selatan.

Zlaaaaappss...

Terdengar samar-samar suara kicauan burung dan ayam yang berkokok. Udara dingin mulai berubah menjadi hangat. Salju tidak turun lagi. Bahkan mulai mencair membasahi seluruh tempat. Sasuke memandang langit utara dan selatan. Ia kagum apa yang dia lihat ketika matahari mulai terbit.

"Matahari banyangan...?" Gumam Sasuke sedikit terkagum. Ia memang pernah mendengar cerita dari kakaknya bahwa Naruto mempunyai kekuatan yang bernama Aji matahari bayangan. Konon, Aji matahari bayangan dapat menampilkan lebih dari dua matahari dari sisi manapun. Begitu halnya sekarang. Ada dua matahari yang terbit bersamaan saat itu, yaitu dari sisi utara dan sisi selatan.

Suasana malam yang sebelumnya gelap gulita kini berubah menjadi terang. Awan merah yang bergumpal-gumpal kini semakin terkikis habis oleh dua matahri yang di ciptakan oleh Naruto. Kemunculan kedua matahari ganjil itu sangat membingungkan masyarakat sekitarnya. Membuat orang-orang terheran-heran dan bingung.

Muculnya kedua matahari itu membuat mahluk yang ada di bumi, baik manusia, dan hewan dihinggapi perasaan riang. Yang ada dalam hati mereka adalah perasaan tenang, damai, lega dan gembira.

Temari yang sedang berada di balkon bersama kekasihnya hanya bisa tersenyum lega ketika melihat kedua matahari itu muncul. Sekalipun saat itu jarum jam masih menunjukkanjam 4 pagi, tapi setidaknya kabut tipis yang menghalangi mata dewanya kini telah hilang. Maka dari itu dirinya dan juga Shikamaru langsung melesak pergi ke tempat Naruto berada dengan teleport gaibnya. Hanya tiga detik akhirnya mereka telah sampai di tempat Naruto.

"Akhirnya kalian berhasil menghancurkannya," Seru Temari senang dari belakang. Naruto mau pun Sasuke langsung berbalik melihat siapa yang berbicara dengan mereka.

"Temari? Shikamaru?" Panggil Naruto.

"Yoo Naruto," Sapa Shikamaru santai sambil mendekati mereka berdua.

"Sedang apa kalian ke sini?" Tanya Naruto bingung. Tapi Temari yang berada di depan Naruto segera menjitak kepala kuning tersebut.

Blettaaakk ...

"Ittai~," Naruto segera mengadu kesakitan, "hei apa-apaan kau memukulku. Kenapa sih orang-orang hari ini suka sekali memukul kepalaku. "

"Itu untukmu karena tidak menjawab telephone ku baka," Ucap Temari kesal. " Dan kau memang pantas mendapatkannya."

"Hehehehe, maafkan aku Ne, saat itu aku sedang sibuk. Jadi, aku tidak tahu kalau kau menelfon. Hehehehe." Naruto terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Temari mendengus sebal. "Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku disini gara-gara musibah menyebalkan itu."

"Ya aku tahu, maka dari itu aku dan juga Sasuke langsung ke sini. Dan aku gak menyangka bahwa sudah separah itu dan menyebabkan banyak korban." Naruto hanya bisa menunduk sedih.

Pluk.

Sasuke menepuk bahu Naruto pelan. "Apa kau lupa kalau seorang manusia di bunuh selama itu masih berhubungan dengan kekuatan gaib masih dapat di hidupkan kembali."

Naruto mengangkat wajahnya menatap Sasuke dengan dahi berkerut. Sedangkan Sasuke, Temari tersenyum. Dan tiba-tiba saja ...

"Akhhh, kau benar teme. Bukankah dengan pedang Equadornya Sakura bisa membangkitkan orang-orang yang mati itu," Ucapnya girang dengan mata berbinar. Temari hanya bisa tertawa. Sedangkan Sasuke dan Shikamaru tersenyum menertawakan kelambatan proses otaknya Naruto.

"Baka," Ucap Shikamaru, Temari dan Sasuke berbarengan. Dan Naruto hanya bisa nyengir.

O0o0o0o0

Jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi, tapi suasana langit sekarang seperti pukul jam 12 siang. Panas menyengat kulit, mengeringkan tenggorokan. Pada saat itu semua orang semakin dibuat heran kemunculan matahari yang ketiga. Matahari ketiga itu muncul dari ufuk timur dan bergerak ke ufuk barat. Sedangkan, dua matahari yang ada dilangit utara dan selatan masih tetap bertengger pada pososisi semulanya.

Orang-orang di bumi. Pada mulai mengeluh. Keresahan menjalar dalam jiwa mereka. Yang berada di AC pun masih bisa berkeringat. Hal itu menunjukkan suhu udara di luar benar-benar tinggi. Aspal dijalanan pun meleleh sedikit demi sedikit.

"Bagaimana? Belum berhasil juga?" Tanya Temari yang saat itu tampak mendekati Naruto yang sedang berada di balkon.

"Entahlah," jawab Naruto sambil mendesah bernada kesal, "Pasti ada pihak yang mengacaukan saluran gaibku, sehingga dapat menahan kekuatan ilmu matahari bayangan!"

"Maksudmu, ada pihak yang mengikat ke dua matahari bayanganmu sehingga nggak bisa kamu singkirkan begitu?"

Naruto mengangguk, "ya," Ucap Naruto prihatin. Sebentar-sebentar ia menarik nafas seperti sedang menyembunyikan perasaan sesal dan kejengkelan. Dan Temari menyadari hal itu. Wanita itu tidak bisa menyalahkan atas apa yang terjadi saat ini kepada Naruto. Toh kalau bukan kedua matahari itu, pasti musibah cahaya merah tersebut tidak akan berhasil di musnahkan.

Temari hanya bisa menghembuskan nafasnya secara perlahan dan mencoba tersenyum ke arah Naruto walau hatinya juga ikut resah. Gadis itu menggengam tangan Naruto dan Naruto langsung menatapnya heran. Temari tersenyum. "Tenang saja kita pasti akan menyelesaikannya. Percayalah," Ucap Temari.

Naruto mengangguk dan membalas senyum kakaknya itu. Dan kemudian kembali menatap matahari yang dia ciptakan. Dia harus menghilangkan mataharinya sebelum penduduk di muka bumi ini akan mati karena kepanasan.

Flasback and

.

"Dan begitulah kejadiannya,'' Ucap Sasuke mengakhiri ceritanya kepada Sakura. Sedangkan Sakura yang sedang berada di Paris hanya bisa mengerutkan keningnya kesal. Putri alam itu tidak menyangka kejadian disana sudah parah. Ia memang sempat kaget melihat matahari ada tiga tapi dia tahu Naruto tidak mungkin mengeluarkan matahari bayangannya kalau bukan alasan yang jelas. Tapi tampaknya sekarang, setelah Sasuke menceritakan dimana Naruto tidak bisa menghilangkan kedua mataharinya kerena ada seseorang yang mengikatya. Tampaknya ia memang harus segera ke Tokyo membantu teman-temannya.

"Sakura?'' Panggil Sasuke disebrang sana. Sakura menghela nafas lembut.

"Aku akan kesana," Ucap Sakura pasti.

"Kapan?" Tanya Sasuke.

"Sekarang." Setelah mengatakan hal itu Sakura telah berada di belakang Sasuke dan langsung menghampiri Sasuke yang berada di balkon apartementnya. Sasuke menatap Sakura yang berada di sampingnya. Terlihat gadis itu memandang matahari bayangan Naruto dengan serius.

"Bagaimana?" Tanya Sasuke lagi.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari matahari Sakura berkata, "kita harus menemui si baka itu."

Sasuke mengerutkan keningnya.

"Ckk, si baka itu melakukan hal yang bodoh. Kita harus ke sana sebelum semuanya tambah parah."

"Maksudmu?"

Sakura tidak menjawab pertanyaan Sasuke. Dengan lembut gadis itu mengenggam tangan Sasuke. Dan dalam sekejap mereka telah menghilang dari balkon.

O0o0o0o0o0

Semakin siang kota Tokyo semakin seperti neraka. Suhu udara melonjak tinggi sekali. Sebagian tanaman mulai layu, sebentar lagi pasti akan menjadi kering. Tiga matahari yang menyinari bumi telah membuat bencana tersendiri bagi kehidupan manusia di bumi. Air laut mulai menyusut. Bahkan tempat penampungan air alam mengalami kekeringan. Tanah tak beraspal mulai retak, sebagian terkelupas berbungkah-bungkah. Jalanan beraspal menjadi lengket karena sebagian besar aspalnya meleleh.

"Cuaca menjadi panas begini. Yang beruntung cuma penjual es dan tukang cuci pakaian. Pakaian baru di cuci sudah kering dalam waktu beberapa menit saja," kata kiba seperti berbicara sendiri.

Naruto yang mendengar hal itu hanya diam saja, penuh keprihatinan. Pemuda itu merasa bersalah lantaran bisa memunculkan dua matahari bayangan tapi tak bisa mengnyingkirkannya lagi. Ia juga sedih melihat tanaman bunga di mana-mana mengalami kekeringan apalagi bunga sakura yang telah layu. Seolah-olah dia telah menjadi perusak keindahan bumi, dan layak dikutuk oleh seluruh umat manusia.

Kiba yang kebetulan saat itu menemani Naruto untuk ke tempat yang tinggi semacam perbukitan yang sepi hanya bisa prihatin memandang sekitarnya. Bunga sakura yang seharusnya menaungi mereka dari kepanasan kini telah menjadi layu. Yang tersisa hanya batang pohonnya yang kering.

"Aku butuh tempat tinggi untuk melakukan komunikasi dengan ayahku untuk meminta bantuannya," Ucap Naruto saat mereka dalam perjalanan.

"Apakah harus ditempat yang tinggi?"

"Ya, bukan ketinggian saja yang menjadi syarat utama, tapi juga keheningan. Jauh dari keramaian penduduk. Ditempat tinggi, aku bisa memantau kegersangan yang terjadi. Suasana sepi yang kubutuhkan agar suara ayahku tidak membuat penduduk panik, sebab jika ayahku bersuara,gemanya dapat memekakkan telinga manusia biasa sepertimu Kiba."

Kiba mengangguk pertanda mengerti. Sebagai sahabat dekatnya tentu saja Kiba sudah tahu siapa Naruto sebenarnya. Anak dari Dewa matahari dan Dewi angin. Maka dia tidak heran lagi dengan apa yang di ucapkan oleh Naruto. Awalnya dia memang tidak percaya ketika Naruto mengatakan bahwa dirinya adalah anak Dewa, menurutnya hal itu hanya cerita dongeng anak kecil. Tapi dengan disaksikan dengan mata kepalanya sendiri, dulu ia pernah di selamatkan oleh Naruto dari roh-roh jahat, ia jadi percaya bahwa Dewa-Dewi itu ada.

"Kenapa kau tidak minta bantuan dari Putri alam saja? Apakah dia tidak bisa menolongmu menyingkirkan matahari bayangan-mu?!"

Naruto terdiam. Diam merenung dan bicara sendiri dalam hatinya. Teringat wajah Sakura yang mempunyai kesaktian berbeda dengannya. Tapi disaat itu juga dahinya berkerut tajam. Dia ingat ketika alam sedang terjadi bencana Putri alam juga akan merasakannya. Tiba-tiba saja ia menjadi panik dan khawatir terhadap Sakura.

Tapi belum juga menyerukan paniknya, mobil Cherokee Silver di kemudikan Kiba tiba-tiba mengalami keanehan. Mesin mobil tetap meraung stabil, tapi roda mobil tidak mau bergerak. Mobil itu seperti ditahan seseorang dari belakang, sehingga tak mampu berkjalan maju sedikitpun.

Kiba menjadi tegang. "Kok begini mobilnya, Nar?"

Naruto sendiri ikut berkerut dahi dan memandang ke belakang. Posisi mobil berhenti di pertengahan jalan tol yang sedang dilintasinya. Radar getaran gaib digunakan, dan Naruto dapat merasakan ada gelombang energi gaib lain yang menahan gerakan mobil tersebut.

"Ada yang usil!" Gumamnya meneyerupai gurutu kedongkolan.

Naruto memejamkan mata, tangan kanannya seperti meremas udara di depan dada. Kiba menginjak pedal gas, mobil meraung lebih keras lagi. Tapi masi tetap diam ditempat , bahkan semakin lama semakin melambung ke atas. Kiba dapat meraskan gerakan mobil yang melambung beberapa sentimeter dari permukaan jalan.

"Gila! Mobil kita mengembang, Nar!" Sentak Kiba seraya memandang permukaan jalan yang semakin tinggi. Kiba sangat ketakutan. Pedal gas pun dilepaskan. Sementara mobil-mobil lain yang melintasinya saling memperhatikan dengan terheran-heran. Dari sisi lain, Cherokee Silver itu tampak mengembang setengah meter dari permukaan jalan. Tentu saja hal itu mengundang perhatian para pengemudi mobil lainnya.

Naruto megerahkan tenaga gaibnya. Genggaman tangan kanannya semakin kuat, tangan itu pun bergetar. Tapi sedikit demi sedikit mobilnya pun bergerak turun, sampai akhirnya menempel kembali di jalanan. Tapi keadaan mobil masih belum bisa dijalankan. Seakan-akan ada sesuatau yang menahanya dari belakang.

"Lepaskan!" Sentak Naruto dalam keadaan mata terpejam. "Jangan memancing kemarahanku, Sara!"

Kiba berkerut dahi. Mendengar nama Sara di sebutkan oleh Naruto.

Tiba-tiba terdengar suara tawa di jok belakang. " Hahahahaha, kau mulai kalangkabut dan kewalahan sendiri, Naruto!"

Mobil berjalan normal kembali. Tapi Kiba jadi gemetaran karena melalui spion ia bisa melihat seraut wajah cantik Sara. Gadis bermata ungu memiliki rambut merah panjang tahu-tahu sudah ada di jok belakang. Gadis itu mengenakan kaos model tank-top dan celana pendek jeans ketat sebatas paha. Sebuah kalung emas dengan permata merah melilit di lehernya yang putih mulus. Berdebar hati Kiba ketika menyadari kehadiran gadis tersebut.

"Sara, apa maksudmu datang ke bumi dan mengangguku?" Tanya Naruto sambil berbalik badan ke belakang menatap Sara.

"Aku hanya kasian padamu. Kulihat kau sangat kewalahan menghadapi ulahmu sendiri, putra matahari." Sara mencibir.

"Dari mana kau tahu kalau aku kewalahan menghadapi matahariku sendiri?"

"Karena kedua mataharimu itu di ikat oleh serat-serat bencana dan kurasa kau tahu sendiri bencana itu sulit di putuskan dengan kekuatan apa pun. Termasuk kamu. "

"Memang, siapa pemilik serat bencana itu, Sara?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku yakin, pihak memiliki serat bencana itu sengaja ingin menghancurkanmu dengan melihat bumi ini musnah akibat matahari bayanganmu sendiri."

"Brengsek! Jadi apa yang harus kulakukan?"

"Ckk, tentu saja menghancurkannya dengan meminta bantuan pada pihak yang bisa menghancurkan serat bencana itu."

Kiba dan Naruto saling berpandangan. "Hmmm, memang siapa orangnya?" Tanya Naruto.

"Kau sedang berbicara dengan orang yang mampu menghancurkan serat bencana itu, Naruto!" Ucap Sara sambil tersenyum nakal, memamerkan daya tariknya kepada lawan jenisnya.

"Kau...?" Tunjuk Naruto kaget, "Kau merasa mampu membebaskan kedua matahariku?"

"Tentu saja. Aku mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada yang kau kira," Ucap sara bangga. "Tapi aku tak mau melakukan jika tanpa perjanjian."

"Perjanjian apa maksudmu?"

"Aku hanya akan melakukan jika kau bersedia mendampingiku. Kau harus meninggalkan rasa cintamu terhadap Putri alam dan kau juga tak perlu kenal lagi dengannya. Kalau kau bersedia memenuhi parjanjian ini, maka aku akan menyingkirkan serat bencana agar kedua mataharimu bebas kembali. Tapi jika tidak... Aku tak mau terlibat tentang punahnya kehidupan di muka bumi ini."

Kiba yang mendengar hal itu langsung melirik Naruto yang berada di sampingnya yang diliputi kebimbangan. Kiba tahu betapa sayangnya Naruto kepada Putri alam. Walaupun Putri alam tidak ada rasa terhadap Naruto tapi tetap saja pemuda pirang itu tetap mencintai Sakura.

O0o0o0o0o0

Sebuah bukit tidak terlalu tinggi ditemukan Naruto dan Kiba. Bukit itu adalah bukit cadas yang jauh dari pemukiman penduduk. Hanya ada beberapa batang pohon Sakura yang layu di kaki bukit itu. Tempat itu sepi. Kesunyian mencengkam disana. Sesuai dengan suasana yang dicari Naruto.

Ada tiga tahap dalam rencana yang telah di susun Naruto dibukit itu. Pertama, ia memberikan kesempatan Sara membuktikan kesanggupannya melepas mataharinya dari serat bencana. Jika gagal, Naruto akan memanggil Putri alam ditempat itu. Jika msih gagal, komunikasi gaib dengan sang ayah akan dilakukan di tempat itu juga tanpa diketahui siapa pun kecuali Kiba.

Keduanya sama-sama memandang ke arah matahari yang berada di utara. Matahari itu menjadi merah redup. Demikian pula yang ada di sebelah selatan, juga menjadi merah redup. Agaknya upaya Sara untuk membebaskan serat bencana di kedua matahari Naruto tampak berhasil. Entah apa yang dilakukannya, yang jelas mataharinya mulai redup. Tapi cahaya matahari yang muncul dari timur masih tetap terang benderang.

"Agaknya dia mulai berhasil, Naruto!"

Kata-kata itu tak langsung mendapat tanggapan dari Naruto. Yang jelas, raut wajah pemuda itu juga mulai tampak dibayang-bayangi kecemasan yang membimbangkan hati. Sebelum ia mengatakan sesuatu, langit sudah lebih dulu mengeluarkan suara mengelegar. Seperti ledakan dasyat dua petir yang beradu di sisi utara.

Blegarrrrrr...!

Bumi terguncang, beberapa batu cadas berguguran. Rontok. Daun-daun pohon pun ikut berhamburan. Suara dentuman dan guncangan itu telah menimbulkan kepanikan sendiri di hati manusia awam begitu pun halnya dengan Kiba. Mereka menyangka langit akan runtuh.

Kecemasan di hati Naruto timbul bukan karena takut langit akan runtuh, tapi khawatir kalau Sara berhasil memenuhi janjinya. Meski sebuah siasat telah disiapkan, namun keberhasilan Sara akan membawa bencana sendiri bagi Naruto dan Sakura.

"Dugaanku sepertinya benar, Naruto. Kayaknya dia memang berhasil. Lihat, kedua mataharimu semakin meredup. "

"Memang. Tapi itu bukan berarti dia sudah berhasil. Kita lihat saja nanti. Sampai sekarang aku masih sulit menarik kembali kedua matahariku."

Blegararrrr...! dentemuan keras menggetarkan bumi kembali muncul. Matahari yang ada dilangit selatan dan utara mulai redup. Bergerak-gerak lembut bagaikan buah matang yang ingin jatuh dari tangkainya. Kedua matahari itu semakin merah warnanya. Naruto segera menggunakan kekuatan gaibnya untuk menarik kedua matahari itu, tapi belum berhasil juga.

Tiba-tiba tampak oleh mereka berdua pusaran angin yang menyerupai puting beliung. Angin yang berputar-putar itu tampak datang dari langit arah selatan. Semakin lama semakin rendah, diikuti oleh percikan cahaya merah samar-samar.

"Apa itu, Naruto?" Tanya Kiba tegang. Naruto hanya menggumam pelan sambil tersenyum tipis sekali. Ia masih memperhatikan gerakan angin yang mulai menyambar dedaunan. Bahkan beberapoa ranting pohon telah patah dan ikut terhisap oleh pusaran angin aneh itu.

"Angin itu mendekati kita Nar! Ayo lekas kita turun dan tinggalkan tempat ini!" Kiba bergegas lari ke mobil, tapi segera di tahan oleh Naruto.

"Tenang saja! Nggak usah kemana-mana kita tunggu saja dia!"

"Dia siapa?"

Naruto tidak menjawab. Masih menatap kehadiran pusaran angin puyuh itu. Makin lama angin itu semakin dekat, sampai akhirnya buyar dengan sendirinya. Dari gumpalan angin tadi terlempar sesosok raga yang berwarna hitam dan berasap tipis. Brukkkk...!

Raga itu jatuh tepat di permukaan bukit cadas beberapa meter dari tempat Naruto dan Kiba berada.

"Hahhh? Rupanya itu si Sara, Nar," Seru Kiba kaget. Dapat dilihat Sara dalam keadaan terluka bakar. Kulit tubuhnya hangus sebagian, rambut acak-acakan dan berasap. Pakaiannya pun robek di sana-sini. Ia terpuruk sesaat, lalu menggeliat bangun sambil mengeluarkan suara rintihan keci.

Naruto tertawa senang sambil mendekati si gadis Putri Dewi embun itu.

"Bagaaimana, Sara? Berhasilkah kau melepaskan serat bencana yang mengikat kedua matahariku itu?" Sindir Naruto.

"Berengsek kau, Naruto. Kenapa hanya menonton saja, hah?! Kenapa tidak membantuku?"

"Loh, kok sewot sih?" Ucap Naruto sambil cengar-cengir. "Katanya kau sanggup melepaskan serat bencana itu? Kalau kau sanggup, buat apa ku bantu."

Sara yang masih terengah-engah memandang Naruto dengan tatapan tajam. Seolah-olah ia marah kepada Naruto karena hanya dijadikan tontonan gratis, sementara ia sendiri nyaris kehilangan nyawa di langit sana.

"Aku memang belum siap," kata Sara dengan nada menggeram. "Tapi ingat, Naruto Tak lama lagi aku akan kembali untuk membebaskan kedua matahari brengsekmu itu, dan kau akan menjadi milikku! Ini janjiku! Ingat, ini janjiku, Naruto."

Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari belakang mobil Naruto.

"Janjimu tidak pernah tepat, Sara!"

Tentu saja suara asing itu membuat mereka bertiga serentak berpaling memandang ke arah belakang mobil. Tak lama kemudian muncul seraut wajah cantik bermata bundar bening, bibir sensual dengan rambut lurus pink berkilauan sepanjang pundak, bagian depannya di poni, dan mempunyai gaya tomboy juga yang sok angkuh serta rada-rada konyol. Kedatangan si pinky itu tidak hanya sendirian tapi bersama Sasuke. Kiba terbelalak girang ketika melihat si pinky yang mirip boneka barbie di toko itu datang.

"Sakura...?"

Alam sekeliling tempat itu menyebarkan wangi bunga Sakura yang lembut dan menggetarkan hati dalam keindahan. Naruto dengan gaya yang sok kalem, menyungingkan senyum tipis melihat kemunculan Putri alam di tempat tersebut. Sementara itu, Sara semakin menggeram kesal sambil memberikan tatapan kurang bersahabat kepada Sakura.

"Kau terlambat, Putri alam. Seharusnya kau tak perlu datang kemari. Persoalan ini sudah kutangani sendiri bersama Naruto!"

Dengan langkah tenang Sakura mendekat. "Kamu tidak akan bisa memusnahkan serat bencana itu Sara. Jadi ku sarankan jangan berlagak sok jadi pahlawan di depan pemuda bego itu!" Ia menuding Naruto dengan seenaknya, tapi yang dituding tidak merasa tersinggung, justru tertawa.

Tangan kanan putri alam pun berkelebat seperti melepaskan sesuatu ke langit utara.

Craaallpp...

Seberkas cahaya hijau berkabut melesat dari tangan itu. Kecepatannya menyamai kecepatan cahaya kilat. Tangan itu pun berkelebat kembali seperti melepaskan sesuatu keselatan.

Craaallpp...

Cahaya seperti tadi melesat kembali. Dalam sekejap kedua cahaya itu meledak di angkasa secara beruntun.

Blaaarr, blegggaaarrr...

"Ilmu cahaya alam utama?" Gumam Kiba dalam hatinya, karena ia sering mendengar cerita Naruto tentang ilmu-ilmu andalan si Putri alam.

Gema suara ledakan itu masih terdengar selama satu menit. Sebuah perhitungan waktu yang cukup lama untuk sebuah gema yang membahana, seolah-olah menguasai seluruh alam semesta. Getaran yang ditimbulkan oleh ledakan beruntun tadi sangat kecil. Nyaris tidak terasa. Tetapi dalam detik-detik berikutnya, langit tampak mendung. Cahaya terang mata hari tertutup kabut putih yang membuat ketiga matahari menjadi redup. Hembusan angin panas berubah menjadi sejuk dan menyegarkan. Setiap pernapasan terasa longgar, setiap manusia saling menghembuskan napas lega.

"Cepat singkirkan kedua mataharimu itu, baka!" Perintahnya kepada Naruto dengan nada angkuh, yang sudah menjadi kebiasaan ciri-ciri penampilan si gadis cantik Putri alam.

Hanya dengan memandangi satu persatu, dua matahari bayangan itu lenyap dengan mudahnya. Sara memandang Sakura semakin sengit. Ia mendengus kesal, lalu tiga hitungan berikutnya ia lenyap secara gaib. Tak ada suara, tak ada pesan apa pun darinya. Senyum dingin Putri alam pun kian melebar.

"Terimakasih atas bantuanmu, Sakura-chan."

"Ckk, lain kali jangan sok jago. Pakai matahari bayangan segala." Sakura bersungut-sungut ketus. "Hampir saja kau menghanguskan seluruh permukaan bumi. Jadi kusarankan padamu, mulai sekarang jangan pakai ilmu pakai kacangan-mu itu!"

Agak tersinggung hati Naruto dikatakan ilmu kacangan. Tapi rasa tersinggung itu buru-buru dipendam. Ia cepat-cepat menyadari bahwa gadis cantik jelita yang tingginya 173 cm itu memang kalau ngomong seenak dengkulnya sendiri. Naruto merasa tidak perlu menghiraukan apa yang dikatakan gadis itu.

Sasuke yang tampak diam sedari tadi segera menyusul Sakura yang tampak berjalan beriringan dengan Naruto dengan pelan menuju mobil. Meninggalkan Kiba yang masih diam ditempatnya, memandangi langit yang kini sudah bermatahari satu.

"Kenapa si Sara sampai turun tangan segala? Kau yang mengundangnya dobe?"

"Nggak. Dia datang sendiri."

"Omong kosong! Gadis ganjen itu nggak bakalan datang kalau nggak kamu panggil." Seru Sakura.

Naruto menertawakan nada curiga itu. "Kalau kau nggak percaya tanyakan aja pada Kiba. Sara datang sendiri dan berusaha menjeratku dengan sebuah perjanjian. Tapi aku yakin, dia nggak bakalan mampu menyingkirkan serat bencana yang mengikat kedua matahariku tadi."

Setelah berada di depan pintu kiri mobil, suara Sakura terdengar lagi dengan nada ketus.

"Memangnya dia tahu siapa pemilik serat bencana itu?"

"Dia bilang sih... Nggak tahu. Cuma dia yakin bakalan bisa menghancurkan serat bencana itu. Maka..."

"Memang sok tahu gadis itu!" Sahut Sakura. "Mana mungkin dia bisa melepaskan kedua mataharimu kalau dia tidak tahu siapa yang menjeratnya dengan serat bencana tadi."

"Kalau begitu kau tahu siapa pemilik serat bencana itu?" Tanya Naruto serius.

"Siapa lagi kalau bukan salah satu anggota akatsuki. Para iblis itu rupanya tidak pernah jera."

"Siapa salah satu anggota Akatsuki itu?" Tanya Sasuke.

Sakura angkat bahu, "entahlah. Tapi yang jelas aku tidak akan pernah membiarkan mereka membahayakan kehidupan manusia." Jelas Sakura. Naruto mangut-mangut mengerti. Tapi tak lama setelah itu Sakura berbicara ketus kepada Naruto sambil menunjuk-nunjuk pemuda itu dengan kesal.

"Tapi gara-gara kau, aku harus segera pulang kemari. Meninggalkan teman-temanku yang masih ada di Paris. Mereka pasti sekarang sudah mencariku kemana-mana saat ini."

Naruto nyengir sambil terkekeh geli. "Jadi nanti kau akan kembali lagi ke sana?"

"Ngapain?!" Ketusnya sinis seraya masuk kedalam mobil dan Sasuke juga mengikutinya. "Selama biang penyebar wabah kematian itu belum berhasil ku beri pelajaran, dia tetap akan meneror bumi, dan..."

Kata-kata itu terputus ketika mendengar seruan kiba yang keras. Kiba berseru keras sambil berlari kecil ke arah mobil.

"Hei...! Kenapa langitnya jadi hijau?"

Sakura dan Naruto sama-sama memandang ke langit. Sakura dan Sasuke bahkan sempat turun kembali dari dalam mobil dengan satu lompatan lincah.

"Astaga...!" Pekik sakura tegang. Raut wajah cantik Putri alam itu seketika berubah pucat. Sementara itu, ekspresi wajah Putra matahari mulai tampak terheran-heran, lalu saling berpandangan ke arah Sasuke lalu kedua laki-laki itu menatap Sakura dengan dahi berkerut tajam.

"Apa artinya, Sakura?" Tanya Sasuke menuntut.

"Cahaya kasmaran." Ucap Sakura sepelan mungkin tapi masih bisa di dengar oleh Naruto dan Sasuke.

"Aku sudah tahu itu cahaya kasmaran. Tapi kenapa bisa jadi begini? Apa maksudnya langit kau lapisi cahaya kasmaran? Ini sangat berbahaya Sakura! Seluruh penduduk bumi bisa terbakar birahinya dan melakukan perbuatan mesum tidak pandang bulu lagi." Tegas Sasuke bernada memprotes Sakura.

Oke ini baru pertama kalinya baik Sakura dan Naruto mendengar Sasuke berbicara sepanjang itu. Tapi mereka segera mengesampingkan hal itu karena harus lebih fokus bencana yang timbul.

"Aku tidak bermaksud melapisi langit dengan cahaya kasmaran!"

"Tapi cahaya alam utama yang kau gunakan tadi ternyata telah menebarkan racun birahi seperti itu!" Kali ini yang berbicara adalah Naruto. Suara pemuda itu juga ikut-ikutan panik akibat cahaya kasmaran Sakura.

Sakura juga mulai ikutan panik. "Mungkin kerena membaur dengan hawa sakti matahari banyangan-mu tadi, makanya jadi begini! Jangan salahkan aku dong. Dan kau juga Sasuke jangan ikutan membuat ku panik," Gerutu Sakura. Sudah cukup suara Naruto buat dia pusing kini malah ditambah lagi suara Sasuke yang biasanya berbicara irit kini bisa panjang.

Ketiganya sama-sama diam, sama-sama bingung, sama-sama pula memandangi langit sekelilingnya. Tampak oleh mereka kabut tipis turun dari langit menebar kepermukaan bumi. Kabut itu berwarna hijau samar-samar dan sebentar lagi akan meracuni jiwa manusia.

"Pasti ada yang memanfaatkan cahaya alam utamaku, dan diubah menjadi cahaya kasmaran." Gerutu Sakura menggeram jengkel.

"Kau harus menyingkarnya, Sakura. Jika tidak, percabulan, pemerkosaan, perselingkuhan akan merajalela. Jadi lekas singkirkan cahaya kasmaranmu itu!"

Kiba terpaku ditempatnya berdiri ketika mendengar perkataan Sasuke. Di dalam hati kiba berkata, "benarkah percabulan akan merajalela? Dan dapatkah Sakura menyingkirkan salju kasmaran-nya?

Semantara Sakura dengan bibir gemetar ingin mengucapkan sebuah kata. Tapi pada akhirnya ia hanya bisa terdiam, kerena lidahnya merasa kelu dan kerongkongannya kering di cekam ketegangan hatinya.

0o0o0o0o0o0

Semakin sore cuaca semaki redup di permukaan bumi. Tidak hanya kota Tokyo yang mengalami keganjilan cuaca seperti itu, tapi di tempat-tempat lain pun demikian juga adanya. Semua orang, terutama yang sudah mengenal masa puber, dihujani harapan dan keinginan bercumbu dengan lawan jenisnya. Tanpa memandang status dan golongan, siapa pun merasakan tuntutan batin yang sama. Yaitu ingin selalu bercinta.

Seperti saat ini seorang gadis pelayan toko nekat mengikuti ajakan bercinta pengunjung toko tersebut. Ia melangkah ke toilet bersama salah satu pria yang ingin bermaksud beli ditoko tersebut, hingga si gadis tersebut membiarkan dairinya dicumbu habis-habisan oleh pria tersebut. Hingga beberapa jam kemudia menyusul dua orang berpasangan melakukan hal yang sama di toilet mall itu.

Tak ada yang menegur, tak ada yang mengecamnya. Seolah-olah perbuatan amoral itu merupakan perbuatan yang wajar-wajar saja terjadi, dan bukan pemandangan aneh lagi bagi mereka. Alam pikiran manusia kini telah dikuasai oleh racun kasmaran, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau pihak yang dianggap merugikan.

Langit hijau benar-benar menaburkan segala krisis moral yang sangat parah. Pesta cinta tidak dapat dihindarkan lagi. Sementara itu Putri alam menjadi panik, karena ia tidak dapat menyinglirkan cahaya kasmaran-nya walau sudah dibantu oleh Sasuke dan Naruto. Semakin malam semakin lebih gila lagi tingkah mereka dalam bercinta. Seolah-olah bumi telah dikutuk menjadi ladang prostitusi yang paling parah.

"Kau harus bisa menghentikan mereka Sakura!" Kata Temari menutut yang kebetulan saat ikut membantu mereka untuk memusnahkan cahaya kasmaran Sakura. "Kalau cuaca seperti ini dibiarkan berlarut-larut, pesta cinta ini akan membawa kehancuran moral manusia,dan itu sama saja kau telah menghancurkan kehidupan penghuni bumi ini, Sakura!"

"Aku tahu Temari Nee, aku sedang berusaha sekarang. Jangan hanya bisa memojokkan diriku. Setidaknya bantu aku cari pihak yang telah memanfaatkan gelombang cahaya alam utamaku!" Ucap Sakura putus asa.

Mereka semua terdiam. Naruto, Temari, dan Sasuke hanya bisa terdiam. Mereka berpikir bahwa ada pihak yang memang sengaja memanfaatkan kekuatan Putri alam untuk menghancurkan moral manusia. Tapi sampai malam itu mereka belum dapat menemukan, siapa pihak yang memanfaatkan kekuatan Putri alam tersebut.

0o0o0o0o0o0o

Pengaruh racun kemesraan itu sebenarnya juga mengusai pikiran Naruto dan juga Sakura. Mereka berada di dalam apartement Naruto saat itu, mencari jalan keluar untuk mengatasi racun kemesraan itu sendiri. Mereka hanya berdua, sebab Temari sudah pergi bersama Shikamaru menemani cowok pemalas yang notabennya adalah manusia yang akan mudah terpengaruh oleh racun kemesraan makanya Temari mendampinginya takut hal-hal yang tidak inginkan terjadi. Sedangkan Sasuke entah pergi kemana. Kiba sendiri kini sudah bersama seorang wanita yang kebetulan kenalan baik Naruto. Perempuan itu sendiri telah dipengaruhi oleh racun kemesraan, sehingga mereka bercinta sepuas-sepuasnya tanpa memperdulikan siapa-siapa lagi.

Waktu itu, jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. Suara Putri alam yang merdu kini telah berubah menjadi sedikit parau dan gemetar, karena ia mulai terbius oleh racun kemesraannya sendiri. Agaknya hal serupa juga terjadi pada diri Naruto. Sebentar-sebentar cowok berambut pirang itu melirik Sakura dengan mata birunya, tersenyum menggoda, kadang sesekali pemuda itu meraih rambut Sakura dan mengusapnya dengan lembut. Normalnya jika Sakura disentuh oleh Naruto gadis itu sudah pasti akan menghajarnya sampai babak belur, tapi ternyata hatinya tak sependapat oleh tindakannya. Jika hanya sebatas belaian mesra ia merasa tidak perlu menghindar.

"Apakah kita harus terhanyut seperti mereka?" Gumam Sakura dengan suara lirih.

"Entahlah. Tapi saat ini aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi Sakura-chan. Yang ada dalam benakku hanya ingin bersamamu. Aku sayang sekali padamu, Sakura-chan."

"Tapi, Nar..." Sakura tidak sanggup melanjutkan ucapannya ketika Naruto sudah terlebih dahulu manarik dagunya lembut dan mulai menciumnya. Bibir tipis ranum Sakura yang selalu ingin di cium oleh para lelaki setiap melihatnya, kini telah Naruto dapatkan. Bibir ranum itu dilumatnya perlahan dengan penuh perasaan. Bahkan sesekali Naruto akan memberi sedikit gigitan kecil ke bibir tipis Sakura karena gemas. Sakura sendiri yang telah dipengaruhi oleh racun kemesraan tidak keberatan ketika Naruto menciumnya. Bahkan gadis itu malah melingkarkan tangannya dileher Naruto sesekali diremas rambut pirangnya ketika dirasa pemuda itu menghisap bibirnya kuat-kuat. Kalau bukan paksokan oksigen yang menuntut untuk diisi mungkin mereka berdua tidak akan melepaskan ciumannya.

Ketika bibir mereka terlepas terlihat salvia mengalir turun di sela-sela bibir Sakura. napas mereka terengah-engah, dan Naruto dapat melihat Sakura yang entah sejak kapan sudah berada dibawahnya, terbaring tidak berdaya. Kedua lengannya yang kekar menopang tubuhnya agar tidak menimpa badan mungil Sakura.

Dahi mereka saling menempel dengan mata yang saling berpandangan. Dari jarak sedekat ini dapat Sakura rasakan nafasnya Naruto yang panas menyentuh wajahnya, dan Sakura juga dapat mencium aroma mint dan lemon dari tubuh Naruto.

Sakura nyaris saja menarik leher Naruto dan ingin menciumnya sekali lagi kalau saja handphonenya Naruto tidak berbunyi. Sehingga membuatnya tersadar akan posisinya yang berbahaya. Sebenarnya Naruto ingin tidak menghiraukannya, tapi Sakura segera mendorong dada Naruto melepaskan diri dari rasa terhipnotis oleh suasana tersebut. Kalau tidak mungkin perbuatan yang seharusnya dia tidak lakukan akan terjadi. Hingga mau tak mau akhirnya Naruto pun menyambut telepon tersebut yang kebetulan Temari yang menelfonnya.

"Ini aku. Aku ingin bertemu denganmu, Naruto. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. "

"Hmmm, memang ada apa Nee?" Tanya Naruto dengan dahi berkerut sambil memandang Sakura yang juga kebetulan memandangnya dengan tatapan bertanya. "Ada apa?"

Naruto mengangkat bahunya. "Entahlah."

Aku menumukan hal mencurigakan di tempat orang tuanya Shikamaru. Ada sebuah patung mencurigakan disini. Kata ibunya Shikamaru patung itu pemberian dari seorang temannya yang pulang dari mesir. Temannya bilang patung itu akan membawa keberuntungan besar bagi pemiliknya, asalkan tidak diletakkan di tanah, atau di lantai. Pokonya jangan sampai jatuh ke tanah. Benar dan keterangan itu, aku sendiri sangsi. Kalau memang benar begitu, kenapa patung itu tidak dimiliki oleh temannya itu? Kenapa harus diberikan kepada ibunya Shikamaru. Itulah jadi pertanyaanku. Dan ketika aku memeriksanya aku sudah terpelnating jauh kena sinar biru yang keluar dari dalam patung itu."

Sakura yang sejak tadi diam menyimak, kini memperdengarkan suaranya dengan tegas.

"Sebaiknya sekarang juga kita periksa patung itu!"

Naruto menatapnya lagi. Terdengar suara batin Sakura bicara kepadanya.

"Aku curiga dengan patung itu. Sepertinya punya hubungan dengan bencana aneh yang sejak kemarin meneror kota ini."

"Kecurigaanmu sama denganku Sakura-chan," jawab Naruto dalam hati. Suara hatinya dapat di dengar oleh Sakura.

"Kami segera kesana Nee, untuk sementara Tema-Nee jangan menyuntuh patung itu sampai kami ada disana."

"Baiklah." Setelah mengatakan hal itu telfon tersebut langsung terputus. Sakura dan Naruto pun segera bergegas kekediaman keluarga Nara.

Setelah sampai di dekat pintu gerbang rumah orang tua Shikamaru terlihat ada pos kecil penjaga malam. Ketika mereka tiba disana, ternyata di dalam pos kecil terjadi pergumulan tidak senonoh antara satpam penjaga dengan pelayan rumah orang tua Shikamaru. Pergumulan liar tersebut segera berhenti ketika mobil sedan berwarna kuning meraungkan suaranya di depan. Dan anehnya kedua mesum itu merasa tenang-tenang saja, tak punya rasa takut atau malu akibat perbuatannya di pergoki oleh orang lain.

"Semakin kacau keadaan moral manusia," Bisik Naruto kepada Sakura. Sakura pun menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Naruto.

Rumah yang mereka masuki memiliki halaman yang sangat luas. Sebagian besar halamannya ditanami rumput hias yang mirip bentangan permadani lembut. Mobil tersebut berhenti tepat di depan serambi yang jaraknya sekitar 50 meter dari pintu gerbang.

Namun ketika Naruto dan Sakura masuk ke dalam rumah besar itu, mereka sama-sama terperanjat karena keadaannya berantakan sekali di dalam sana. Shikamaru yang melihat Naruto dan Sakura datang segera menghampiri mereka dan menjelaskan keadaan rumah tersebut, "Tempat ini berantakan karena sinar merah yang di sebut wabah kematian itu masuk kedalam rumah sebelum akhirnya keluar dan hilang ketempat kemana."

"Wabah kematian berasal dari rumah ini." Ucap Temari sambil menghampiri ketiganya. Sakura menatap Temari dengan cemas ketika melihat wanita itu tampak sedikit pucat.

Seperti mengetahui apa yang di pikirkan Sakura, Temari segera berkata, "aku tidak apa-apa. Hanya terkena sinar biru yang tadi menyerangku ketika menyentuh patung itu," Aku temari setenang mungkin agar tidak menimbulkan kecemasan semua orang. Tampak disitu orang tua Shikamaru juga telah bergabung.

"Tema-Nee kau bilang wabah kematian berasal dari rumah ini apa maksudnya?" Tanya Naruto.

"Hm itu benar. Aku telah memeriksanya. Menurut pengakuan orang tuanya Shikamaru mulanya mereka nggak tahu asalnya dari mana, tapi tahu-tahu setelah Tuan Shikaku menjatuhkan sesuatu di dalam kamar ibunya Shikamaru, beberapa saat kemudian sinar merah itu muncul melayang-layang zig-zag dan sangat menakutian. Lampu menjadi padam secara mendadak, sehingga gerakan sinar merah tersebut tampak jelas sekali. Dan setelah ku periksa ke kamar mereka aku melihat sebuah patung yang jatuh kelantai dan saat aku ingin mengambilnya tiba-tiba saja sekelebat cahaya biru menyerangku, aku berhasil menghindar tapi rupanya cahaya biru itu lebih gesit hingga aku terkena cahaya biru tersebut hingga terpelanting jauh. Makanya setelah itu aku menghubungi kalian dan menyuruh orang-orang rumah agar tidak menyentuh patung itu sebelum kalian datang," Jelas Temari panjang lebar.

"Dimana patung itu sekarang?" Tanya Sakura.

"Masih di dalam kamar," Jawab Temari. Selanjutnya mereka semua telah berada di kamar orang tua Shikamaru dan Sakura mau pun Naruto dapat melihat bagaimana kondisi kamar tersebut, sangat berantakan sekali.

"Itu patungnya." Tunjuk Temari ke arah sebuah kotak kaca dalam keadaan pecah, tapi isinya tidak sampai patah. Isi kotak kaca itu adalah sebuah patung kristal bening bebentuk separuh tubuh wanita dengan menggunakan mahkota aneh.

"Patung itu yang menyerangku ketika aku ingin menyentuhnya."

Sakura dan Naruto saling berpandangan.

"Kita tidak bisa menyentuh patung itu," Ucap Naruto khawatir. "Patung itu sudah menyentuh bumi."

"Kau tahu itu patung apa?" Tanya Sakura dengan dahi berkerut dan pandangan matanya penuh waspada.

"Itu jelas patung ratu Konan! Beberapa ribu tahun lalu pernah dijadikan rebutan para tukang sihir zaman Fir'aun. "

"Konan?" Sakura mengerutkan dahinya tajam ketika menyebut nama itu. "Bukankah Konan adalah salah satu anggota Akatsuki ."

"Benar. Jika patung jelmaan Konan itu menyatu dengan bumi, maka kekuatannya muncul kembali dengan dasyhat dan menghancurkan kehidupan manusia dimana saja berada. Kurasa kekuatan roh Konan itulah yang memperdaya matahari banyangan dan memanfaatkan energi cahaya alam utama-mu."

"Berengsekk!" Geram Putri alam manahan kemarahannya.

Semua orang yang berada disitu mulai ketakutan terlebih lagi bagi manusia biasa seperti Shikamaru dan kedua orang tuanya. Sedangkan Temari, Naruto, dan Sakura tidak. Mereka sudah terbiasa menghadapi yang berbahaya seprti itu.

Lalu tiba-tiba patung kristal itu memancarkan cahaya merah seperti besi terpanggang api lalu melesat cepat ke arah Sakura. Naruto yang melihat hal itu dengan cepat mrengkuh Sakura dalam pelukannya, menghindar dari cahaya merah tersebut sedangkan Shikamaru segera memeluk Temari dan bergegas keluar dari kamar tersebut sama halnya dengan orang tuanya.

Brukkk.

Sakura terjatuh bersama Naruto yang memeluknya dengan Sakura berada di atasnya dan ketika cahaya merah itu berbalik menyerang mereka berdua lagi dengan cepat Sakura dan Naruto bangun dengan posisi terduduk dengan Sakura di depannya segera mengeluarkan jurus mereka masing-masing. Naruto mengeluarkan puluhan sinar merah yang dinamakan aji panah api. Sedangkan Sakura mengeluarkan cahaya hijau dari tangannya.

Sinar keduanya menyatu dan menghantam keras ke arah sinar merah tersebut.

Dhuaarrrr.

Sebuah ledakan terdengar nyaring saat itu hingga membuat dinding kamar jebol sebesar pintu. Patung tersebut terlempar keluar halaman samping, jatuh di rerumputan. Sakura dan Naruto segera mengejarnya.

Namun ketika mereka sudah berada di luar, ternyata patung itu sudah berubah bentuk menjadi seorang wanita seumuran dengan mereka yang memiliki mata hitam, berambut biru, dan mengenakan baju motif awan yang dikenal sebagai lambang Akatsuki. Sosok yang dilihat Naruto itu dikenali oleh Naruto sebagai sosok Konan.

"Kau bikin ulah lagi Konan! Apa maksudmu menganggu kehidupan bumi ini, hah!" Bentak Sakura dengan galaknya.

"Anak dewa seperti kalian tidak berhak ada di bumi. Jika kalian tidak segera kembali ketempat asal kalian, bumi ini akan ku buat hancur. Hanya kami para Akatsuki yang berhak menguasai bumi..."

Suara serak Konan itu segera berhenti ketika Putri alam segera melepaskan ilmu cahaya alam utamanya. Pusaran sinar hijau yang menyembul dari telapak tangannya hanya ditertawakan oleh konan. Suara tawanya itu nyaring sekali hingga memekakkan telinga manusia normal.

Dengan satu kibasan tangan, Putri alam terhempas bagaikan diterjang badai. Putra matahari yang melihat Sakura telempar separah itu. Kemarahannya pun meluap, dan ia segera menerjang dengan satu lompatan ke arah Konan. Lompatan itu memancarkan cahaya kuning besar dan hawa panas yang jauh lebih tinggi dari tangan Konan.

Wussssss...!

Bruuuukkk...

Konan terjengkang kebelakang ke tanah. Rumput di sekitar tempat itu seketika menjadi kering. Pohon lainnya yang tak jauh berada dari mereka pun terkelupas kulitnya, daun-daunnya berwarna kuning kecoklatan. Dau-daun itu nyaris rontok mengguduli pohon tersebut.

Konan bangkit lagi, dari matanya mengeluarkan cahaya merah berputar-pitar seperti spiral. Cahaya merah itu ditahan dengan kedua telapak tangan Naruto. Putra matahari terdorong mundur. Kedua tangannya terbakar oleh kobaran api biru. Tapi dengan sekali tiup kobaran api itu menjadi padam seketika. Putra matahari melayang tinggi menjahui semburan api yang keluar dari mulut Konan.

Tapi pada saat itu Putri alam segara datang dan menghantam keras dengan kekutan shanaroonya. Blaaaaaarrr...

"Akhhhhhh..." Konan memekik keras sekali. Tubuhnya tak sempat hancur, padahal jika lawan lainnya jika kena jurus andalan Putri alam akan hancur menjadi serpihan batu.

"Hantam lagi dia!" Seru Naruto. Maka dengan cepat Sakura menghantam sekalu lagi tubuh konan, bertepatan itu Naruto segera menlepaskan kekuatannya rasenggan dari telapak tangannya. Jegaaaarrrrr, blaaarrrrr...!

"Akhh...!'' Pekikan pendek terdengar dari mulut Konan. Tubuh wanita itu berubah menjadi segumpalan cahaya hijau yang berpijar-pijar. Terhunyung-hunyung ke sana-sini, kemudian lenyap begitu jatuh menyentuh tanah.

Blassss...! Sesosok Konan tidak terlihat lagi. Yang tersisa hanya suaranya yang mengancam bahwa dia akan membalas dendam kepada mereka.

Bumi bergetar bagaikan dilanda gempa. Namun dengan kedua tangan Sakura yang direntangkan. Putri alam berhasil menenangkan getaran tersebut.

Langit hijau meresap bagaikan ada yang menyedotinya ke dalam langit. Langit malam kini berubah menjadi biru bening. Racun kemesraan lenyap, udara sudah tidak lagi tercemar oleh racun yang merusak moral manusia. Cahaya rembulan tersembul tipis di balik awan putih yang bening dan cerah. Putri bulan atau Hinata yang berada di Paris saat itu tersenyum ketika memandang sang ibu yang nongol di balik awan. Gadis cantik itu tahu bahwa masalah di Tokyo telah di selesaikan oleh Naruto dan juga Sakura.

Sedangkan Sakura juga tersenyum ketika melihat ibu Hinata telah menerangi bumi lagi. Putra matahari menghempaskan napas lega. Karena ia tahu bahwa malam itu manusia bumi telah berhasil di selamatkan. Ia lalu memandang Sakura yang kebetulan juga memandangnya tak jauh dari tempatnya berdiri. Naruto tersenyum, bahwa ia telah berhasil memadukan kekuatan Putri alam sekali lagi, hingga lawan tangguh seperti Konan tadi berhasil mereka lumpuhkan.

"Apakah ini pertanda bahwa kita harus selalu saling hidup bersama dan saling mengasihi, Sakura-chan"

"Pikir aja sendiri!" Jawab Sakura dengan nada ketus, lalu meninggalkannya masuk ke dalam ruang tamu orang tua Shikamaru. Sedangkan Temari dan Shikamaru menertawakan jawaban Putri alam. Membuat Putra matahari hanya bisa tersenyum getir sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

.

.

.

.

Fin

.

A/N:

Akhirnya selesai juga horeeee yipieeee. #nebar bunga kuburan.

Ahhh aku senang bisa nyelesaikan fict hancur ku ni, welll aku buat cerita baru lagi, yupp kali ini tentang para anak-anak dewa yang di turunkan ke bumi terinpirasi dari novel, pertarungan disini sedikit ku ambil dari novel itu.

Tenang saja cerita di atas gak tamat kok, hanya saja setiap chapter yang ku buat masalahnya akan bedra-beda dan berakhir fin.

Untuk chap pertama tentang narusaku, untuk chap depan tentang SasoIno, bagi para SasoIno kita akan bertemu di chap kedua jadi di tunggunya.

Ah ya aku ingin terimaksih. Buat chi sayangku juga amanda mereka berdua dah bantu aku mengusulkan untuk chap ke dua siapa pasangan yang cocok untuk ino dan yang terpilih adalah Sasori. Hu hu hu maksih sayang peluk Chi sama Amanda satu-satu.

Oke bagi yang ingin memberikan kritik dan saran harap tekan tombol riviewww. Aku sangat senang jika para senpai-senpai mau riview fict hancur ku ini. T.T

Oke sampai jumpa chap depan. SasuIno menunggu, bye bye #lambaikan tangan

Salam cherry