Disclaimer: Daku tak mempunyai Death Note. Kasian amat deh gw…
Summary : L adalah pewaris terakhir keluarga bangsawan Lawliet. Disaat kewajiban memanggilnya kembali, bagaimana kelanjutan cintanya dengan Light? Apalagi jika salah satu kewajibannya adalah menghasilkan seorang pewaris yang tidak bisa diberikan oleh Light… LxLight. LightxMikami Yaoi. Mpreg.
" Semua yang kutulis dibawah ini hanyalah imajinasi…"
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Dahulu kala disaat pemerintahan para raja masih berkuasa di Eropa, Inggris mempunyai sebuah keluarga kerajaan tersendiri. Uniknya, pemerintahan dipimpin bukan hanya oleh seorang raja tetapi juga bersama lima orang kepala keluarga yang masing-masing memiliki darah bangsawan dan kemampuan tersendiri. Kelima kepala keluarga ini merupakan tangan kanan sang raja hingga keturunan-keturunannya. Seiring dengan waktu, satu persatu anggota kelima keluarga bangsawan itu musnah hingga saat ini hanya ada satu keluarga bangsawan yang masih bertahan, Lawliet.
Dewasa ini, keluarga kerajaan dan keluarga bangsawan tidak lagi memimpin pemerintahan. Melainkan dipertahankan sebagai bukti sejarah dan dijaga agar tidak punah. Walaupun begitu masing-masing tetap memiliki kedudukan yang tinggi dalam dunia politik Inggris. Begitu juga harta yang tampak tiada habisnya. Sementara kedudukan orang terkaya dipegang oleh keluarga kerajaan, orang kedua terkaya dimiliki oleh keluarga bangsawan Lawliet.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Chapter 1 : The Beginning
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
~nagareru toki no naka matataku… setsuna teki kirameki wo… kono yo no kioku ni kizamu tame…~
" Nggh…," terdengar geraman kecil dari balik selimut tebal yang menutupi sosok-sosok dibawahnya. Suara dering telepon genggam yang begitu nyaring jelas mengganggu tidurnya. Meski kekanak-kanakan, ditutupnya telinganya dengan bantal untuk meredam dering telepon genggam itu.
~iranai mono wa subete suteta… yuzurenai omoi~
Akan tetapi tetap saja dering keras telepon genggam itu tak teredam.
" L…," panggil sosok dibawah selimut yang telah berhenti menutupi telinganya itu. Rambut cokelat tersembul dari sisi selimut saat ia berusaha membangunkan orang yang berada disampingnya.
" L… Telepon genggammu berdering terus menerus…," ujarnya lagi lebih keras. Sebelah tangannya berusaha mengguncang tubuh L yang berada disampingnya. Beberapa detik kemudian L pun terbangun dari tidurnya. Mulutnya menggumam tak jelas karena kesal. Rambut hitamnya semakin berantakan sementara ia berdiri dan berjalan menuju telepon genggamnya tanpa memperdulikan bagian tubuhnya yang tidak lagi ditutupi selimut.
" Mengganggu saja…," gumam L kesal sembari melotot kepada telepon genggamnya. Dengan cepat ia mengambil telepon genggamnya.
" Halo?!," sapanya kesal. Ditempat tidurnya ia mampu melihat sepasang mata cokelat milik Light memperhatikan gerak-geriknya.
" Halo, Lord Lawliet…," jawab suara berat diseberang telepon dengan sopan. Napas L tertahan sejenak mendengar panggilan itu. Hanya anggota keluarga bangsawan Lawliet atau penghuni Lawliet Palace yang memanggilnya seperti itu.
" Ada apa?!," tanyanya tegas dan mendesak. Bertahun-tahun ia tidak pernah berhubungan dengan tempat kelahirannya. Namun kali ini mendadak mereka menghubunginya di tengah malam seperti ini. Ia nyaris mampu melihat pandangan mata penasaran Light setelah mendengar nada bicaranya. Entah mengapa mendengar panggilan itu hanya asumsi-asumsi buruk yang hadir di kepalanya.
" Lord Lawliet… Maksud saya, tuan B ditangkap polisi…," jawab suara itu sedikit ragu-ragu. Tanpa sadar mata L membelalak mendengar berita ini.
" Apa?!!!."
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Sial!!," seru L sembari membanting telepon genggamnya seenaknya. Tanpa sadar kakinya membawanya berjalan mondar-mandir hingga sebuah tangan menggenggam tangan kanannya. Ia pun berbalik menatap wajah khawatir Light.
" Ada apa?," tanya Light lembut. L menggelengkan kepalanya keras kepala. Ia tak ingin membuat Light khawatir.
" L, ada apa? Katakan saja padaku…," ujar Light lagi. L menggelengkan kepalanya lagi.
" Tidak ada apa-apa…," jawabnya keras kepala. Padahal ia tahu jelas Light mampu mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi. Namun mendadak Light menarik lengannya kuat-kuat membuatnya hilang keseimbangan dan nyaris terjatuh menimpa Light. Untungnya refleksnya yang cepat membuatnya mampu menopang tubuhnya dengan tangannya. Saat ia menatap ke bawahnya, mata coklat hangat Light menatap lurus ke arahnya.
" Light-kun…," gumamnya tanpa sengaja. Light menatapnya dengan senyum sabar di wajah tampannya.
" L… Topeng yang kau pakai di wajahmu ini sudah tak berguna lagi dihadapanku. Aku kira kau telah menyadari hal itu. Aku tahu ada sesuatu yang salah. Katakan padaku…," ujar Light lembut namun ia mampu mendengar kata-katanya itu adalah perintah. Ia pun menghembuskan napas pasrah.
" Tadi orang dari Palace memberitahuku bahwa… kakak kembarku B, ditangkap polisi," ujarnya. Mata coklat Light melebar karena terkejut. Namun yang selanjutnya keluar dari mulut Light malah membuatnya tercengang.
" Kau tidak apa-apa, kan? Aku tahu kau tidak ingin posisi itu…," ujarnya. Jika saja ini waktu yang tepat, ia akan menyelamati Light atas kemampuannya dalam menebak isi hatinya. Hanya dia yang mampu berbuat seperti itu. Ia sendiri terkadang merasa dirinya tak pantas untuk mendapatkan Light. Dengan napas berat ia duduk di sebelah Light.
" Aku… tidak yakin…." Ditolehkan kepalanya menatap Light. Akan tetapi, Light tersenyum kepadanya. Membuat dadanya terasa hangat secara tiba-tiba.
" Tenang saja, aku disini…."
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Lawliet Palace, beberapa hari kemudian…
" Pembunuhan berantai Los Angeles?!," seru suara baritone dengan nada terkejut. Pemiliknya, L, kembali duduk dikursinya setelah ia tanpa sadar berdiri.
" Saat kalian berkata bahwa B ditangkap polisi, kukira masalahnya tidak seberat ini. Argh!! Apa-apaan dia?! Mempermalukan nama keluarga seperti ini!," serunya frustasi. Kepalanya pusing mendengar penjelasan para tetua keluarga Lawliet. Diluar dugaannya, B ditangkap karena ia melakukan pembunuhan berantai di Los Angeles saat ia sedang dalam urusan bisnis keluarga kesana. Ia ingat Light pernah menyebut-nyebut kasus itu di Markas Tim Investigasi Internasional. Namun kasus tersebut ditunda karena ada kasus lain yang lebih mendesak.
" Gila… dia itu gila," ujar salah satu tetua yang tidak ia ketahui namanya. Ia tidak pernah menyusahkan dirinya mengenal semua tetua keluarga Lawliet.
" Sudah kukatakan sejak dahulu, ia tidak pantas menjadi pewaris keluarga Lawliet..," ujar yang lain.
" Betul sekali. Kita ini bangsawan, tetapi ia tidak pernah menunjukkan sikap bangsawannya. Sekali pandang saja semua orang dapat mengetahui bahwa ia gila…," kali ini seorang nenek tua yang bicara.
" Kalau saja dia bukan keturunan pertama, keluarga kita tidak perlu mendapat malu seperti ini."
" Walaupun kau berkata seperti itu, tetap tidak bisa dipungkiri fakta bahwa ia adalah pewaris Lawliet. Lihat saja bola mata merah ciri keluarga kita itu…." Argument demi argument pun dilontarkan hingga akhirnya ruangan sidang Lawliet Palace dipenuhi oleh seruan-seruan. L yang sejak tadi memijat-mijat kepalanya kini menarik rambutnya kesal. Ia punya firasat kuat bahwa semua ini akan berakhir sesuai dengan yang ia perkiraan dan tidak ia sukai.
" Apa yang kalian inginkan hingga memanggilku kemari?!," tanyanya dengan suara keras. Sekejap semua argument-argumen yang sejak tadi berlemparan terhenti di udara. Beberapa tetua yang sedang berdiri cepat-cepat duduk kembali di kursi mereka.
" Karena kau satu-satunya pewaris yang tersisa…," ujar salah satu orang tetua.
" Sudah seharusnya kau yang menjadi pewaris keluarga Lawliet."
" Aku…," mulai L.
" Kami tidak menerima penolakan. Menurut hukum keluarga bangsawan Lawliet adalah salah satu asset pemerintah. Salah satu perintahnya adalah mempertahankan keberadaan keluarga Lawliet. Termasuk pewarisnya…," ujar tetua itu. Kali ini L nyaris memukulkan kepalanya ke meja karena frustasi. Ia benci dengan semua urusan keluarga Lawliet yang biasa ditimpakan kepada B, kakak kembarnya.
" Bagaimana dengan pekerjaanku di Tim Investigasi Internasional?," tanyanya.
" Tinggalkan. Pekerjaan itu tidak berguna," ujar salah satu tetua dingin. Sekali lagi L menghembuskan napas berat. Namun ia ingat, bahwa kali ini ia tidak sendiri.
" Baik. Tapi aku punya satu syarat," ujarnya.
" Aku ingin kekasihku tinggal disini."
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Bagaimana menurutmu, Light-kun?," tanya L kepada Light yang kini sedang memandangi pemandangan taman dari jendelanya. Light berbalik dan tersenyum kepadanya.
" Aku harus berkata apa lagi? Tempat ini besar dan indah sekali," jawabnya. L melangkah mendekati kekasihnya.
" Bukan jawaban seperti itu yang ku inginkan, Light-kun. Bagaimana perasaanmu?," tanyanya lagi. Kali ini kedua tangannya melingkar di pinggang ramping milik Light.
" Aku sudah berjanji akan menemanimu. Lagipula, disini tidak terlalu jauh dari markas besar Tim Investigasi Internasional," jawab Light. L pun menaruh dagunya dibahu Light. Sebelum ia pindah kesini, Light telah direkrut oleh markas besar Tim Investigasi Internasional sebagai penyelidik utama mereka. Pekerjaan yang sejak dahulu ia tahu diimpikan Light.
" Lagipula, yang kukhawatirkan adalah kau. Bukan aku," lanjut Light.
" Kau ini. Apa yang perlu kau khawatirkan dariku?."
" Aku… tidak… sudahlah," ujar Light tidak jelas.
" Ada apa, Light-kun?." Kali ini Light mengangkat kepalanya dan menatapnya lurus.
" Yang kukhawatirkan adalah dirimu…," ujarnya lembut.
" Aku? Kenapa?," tanya L kebingungan. Mendengar ini, hembusan napas berat pun keluar dari diri Light.
" Aku takut akan pengaruh tempat ini kepadamu…," jawabnya pelan. Saat itu, L sama sekali tidak mengatakan apa-apa.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Kau darimana, Light-kun?," tanya sebuah suara baritone dengan nada dingin. Light yang sedang berjalan menyusuri koridor Lawliet Palace menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap L yang tanpa ia sadari berada di belakangnya.
" Dari markas besar...," jawabnya tenang. Hari memang sudah malam, tapi ia baru saja mendapat sebuah kasus penting yang harus cepat diselesaikan. Hanya karena L tidak lagi bekerja di tim, bukan berarti ia juga.
" Kenapa tidak bilang padaku?," tanyanya lagi. Kali ini Light memincingkan matanya menatap sosok L yang menatapnya kesal.
" Aku sudah mencarimu kemana-mana. Katanya kau ada pertemuan dengan para tetua. Tidak mungkin kan, aku masuk begitu saja hanya untuk memberitahumu bahwa aku mau pergi bekerja," jawab Light sedikit kesal.
" Aku kebingungan mencarimu! Hari ini kan hari sabtu. Wajar saja kalau aku tidak tahu! Mungkin saja kau pergi ke klub malam!," seru L tiba-tiba. Light pun melipat tangannya di depan dada melihat sikap L yang seperti ini.
" Kau ini kenapa, sih? Marah-marah begitu…," ujarnya. Dihadapannya, L memijat-mijat keningnya seperti terkena sakit kepala.
" Besok… Kau diundang di pertemuan dengan para tetua," ujarnya tanpa emosi.
" Apa? Untuk apa?," tanyanya kebingungan.
" Sudahlah, ikut saja…," ujar L dengan nada malas. Light pun terpaksa mengangguk melihat wajah L yang sepertinya sudah lelah dengan semua beban tugas seorang pewaris.
" Baiklah."
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Ah, ini orang yang bernama Light Yagami…," ujar salah seorang tetua dengan nada yang ia tidak sukai. Light hanya mampu mengangguk sopan dan tersenyum ramah kepada orang-orang dihadapannya yang tampaknya tidak menyukainya. Hal ini dapat dilihat dari pelototan dan cibiran yang dilemparkan kepada dirinya.
" Ya. Saya Light Yagami, salam kenal," ujarnya sopan. Saat itu ia, L dan beberapa orang tetua duduk di salah satu ruang jamuan di Lawliet Palace. Dihadapannya terletak sebuah meja bundar lengkap dengan teko dan beberapa cangkir teh.
" Tampan juga, jadi karena ini kau mau dengannya, L…," ujar yang lain.
" Kalau cuma wajah tampan kau bisa dengan mudah mencarinya di tempat lain. Setidaknya pilih dari keluarga baik-baik...."
" Keluarga Yagami ini keluarga yang terpandang di Jepang. Ayah Light adalah Ketua Tim Investigasi Internasional di Jepang," potong L.
" Ah, benarkah?," tanya salah satu tetua. Light pun mengangguk sopan.
" Kalau begitu berapa perusahaan yang kau punya? Apakah setara dengan aset-aset yang dimiliki keluarga bangsawan Lawliet? Apakah kau keturunan kerajaan Jepang?," tanya tetua itu bertubi-tubi. Tanpa sadar tangan Light mencengkeram celananya kuat-kuat. Ia berusaha menahan emosinya yang nyaris meledak.
" Keluarga kami bukanlah pengusaha seperti yang tadi L katakan, ayah adalah seorang penyelidik Tim Investigasi Internasional di Jepang. Tidak, kami tidak mempunyai asset sebanyak keluarga Lawliet. Tidak, saya bukan keturunan kerajaan Jepang," jawabnya satu-persatu.
" Oh, begitu… Kukira orang seperti apa yang akan Lord L bawa kemari. Tahunya, cuma orang biasa…."
" Bayangkan saja apa yang akan dikatakan orang-orang mendengar pewaris keluarga bangsawan Lawliet ternyata seorang gay."
" Apa pekerjaanmu?," tanya salah seorang tetua dengan nada meremehkan.
" Penyelidik utama Tim Investigasi Internasional di Markas Besar," jawabnya.
" Oh... Cuma begitu...," ujar tetua itu dengan santai. Kali ini Light tidak mampu lagi menahan amarahnya.
" Cuma begitu?! Anda tidak tahu? Seorang penyelidik utama Tim Investigasi Internasional apalagi di Markas Besar adalah posisi yang kebanyakan orang hanya bisa bermimpi! Posisi saya ini lebih tinggi dari posisi ayah saya yang menjabat sebagai ketua di Jepang!," serunya benar-benar kesal. Ia sudah lama bermimpi dan bekerja keras untuk menjadi penyelidik utama. Akan tetapi orang-orang dihadapannya ini meremehkannya begitu mudahnya.
" Light-kun!," bentak L mengejutkannya. Perlahan-lahan Light menoleh menatap kekasihnya yang menatapnya dengan pandangan mengingatkan. Saat itu ia baru sadar, bahwa sejak tadi para tetua merendahkannya, L hanya diam saja. Tidak membela harga dirinya sama sekali. Ia pun menundukkan kepalanya. Berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak cepat dan menghiraukan rasa sakit di dadanya. Beberapa detik kemudian, senyuman palsu terpampang di wajahnya.
" Saya ada pekerjaan. Saya mohon diri dahulu...," ujarnya sembari berdiri dan membungkuk sopan. Dengan itu ia berbalik dan kakinya bergerak cepat keluar dari ruang jamuan Lawliet Palace. Ia sadar betul akan sepasang mata hitam yang memandanginya. Namun saat itu ia sudah terlalu dipermalukan hingga ia tak mampu lagi berbalik menatapnya.
" Tidak sopan sekali dia…."
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Kenapa kau pergi begitu saja?!," seru L sembari mencengkeram lengan Light saat ia pertemuan dengan para tetua baru saja selesai. Seperti yang ia duga, ia menemukan Light di kamarnya. Bukan bekerja seperti yang ia katakan.
" Kenapa kau masih bertanya?," ujar Light pelan. Matanya menatap L, terluka.
" Aku dipermalukan disana dan kau masih bertanya kenapa?!," seru Light.
" Setidaknya tahan dulu emosimu. Mereka mampu menendangmu keluar dari tempat ini jika mereka mau!."
" Kenapa tidak kau sendiri yang mencoba hal itu?! Tidak bisa, kan? Keluarga bangsawan Lawliet terkenal dengan watak temperamentalnya. Itu pun termasuk kau! Kenapa aku harus diam saja sementara harga diriku diinjak-injak!"
" Karena kau bukan anggota keluarga Lawliet! Sadarlah hal itu, Light-kun."
" Aku tahu! Aku tahu… tetapi satu-satu anggota keluarga Lawliet yang aku tahu sama sekali tidak membantuku!," seru Light lagi. Kali ini L tahu dengan jelas bahwa ini ditujukan kepadanya. Dengan pandangan terluka Light berbalik pergi. Namun L segera menariknya dan mendekapnya erat-erat. Saat itu Light hanya mampu menghela napas. Karena ia tahu, itu adalah hal terdekat dengan permintaan maaf yang mampu diberikan L yang tidak pernah mengatakan kata maaf.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Kami sudah sepakat memutuskan. Bahwa keluarga Lawiet membutuhkan pewaris. Suatu hal yang jelas saja tidak mampu diwujudkan dengan Light Yagami sebagai kekasihmu. Kalian belum memiliki ikatan apa-apa. Jadi, kami inginkan kau menikahi seorang gadis dari keluarga terpandang dan menghasilkan seorang pewaris dalam jangka waktu setahun."
" Menikah?! Setahun?! Untuk mengandung seorang bayi saja membutuhkan waktu 9 bulan. Jadi, kalian memintaku untuk menikah dalam waktu 3 bulan ini?! Lalu Light-kun?," seru L.
" Tinggalkan saja. Buang atau apakanlah. Atau kau bisa menyimpannya disini setelah kau menikah dengan seorang gadis dari keluarga terpandang untuk menjadikannya teman mainmu."
" Light itu adalah orang yang kucintai! Tidak akan pernah kubuang atau kuperlakukan seperti itu!," serunya penuh amarah. Gila saja para tetua ini. Memintanya untuk berbuat seperti itu kepada Light.
" Kalau begitu kami sendiri yang akan mengeluarkannya dari sini! Kau butuh seorang pewaris! Kau sendiri tahu hal itu tak bisa didapatkan dari seorang laki-laki!," seru salah seorang tetua kepadanya. Segera para tetua lain melemparinya dengan perintah-perintah yang serupa. L pun duduk kembali di kursinya dengan berat hati. Ia tak mampu meninggalkan Light-kun. Ia tahu itu. Akan tetapi, di lain pihak ia sadar apa yang bisa dilakukan oleh para tetua kepada Light bila ia tidak menuruti kemauan mereka. Mendadak sebuah rencana muncul di kepalanya.
" Kalian, menginginkan seorang pewaris dalam jangka waktu satu tahun, kan?," tanyanya pelan. Anggukan serta gumaman kata 'ya' memenuhi ruangan. Ia pun mengangguk berat. Keputusan yang akan ia buat begitu berat terasa. Namun hanya inilah satu-satunya jalan keluar yang mampu ia berikan.
" Baik...," jawabnya pelan. Senyuman serta ungkapan-ungkapan lega segera memenuhi ruangan. Namun ia hanya bisa duduk dalam diam. Bahkan saat semua orang sudah pergi meninggalkan ruangan. Dengan langkah berat ia pun berdiri dan berjalan menuju laboratorium di ruangan bawah tanah Lawliet Palace.
Udara dingin ruang bawah tanah ataupun lantai yang terasa membeku di kaki telanjangnya terus saja ia hiraukan. Pandangan dan pikirannya terus bergerak lurus ke arah sebuah ruang obat-obatan. Kakinya membawanya ke bagian brankas pendingin yang jelas-jelas tertulis 'terlarang'. Dihadapan brankas itu terdapat sebuah kunci menggunakan angka. Dalam diam ia memasukkan beberapa digit angka. Benar saja, brankas itu terbuka lebar dan berpuluh-puluh kotak obat-obatan memenuhi pandangannya. Namun perhatiannya tertuju kepada sebuah kotak berisi cairan berwarna biru terang di dalamnya. Ia pun mengambil salah satu botol berisi cairan itu dan kembali menutup brankas itu. Saat itu ia pergi tanpa menatap kembali tulisan yang terpampang di kotak berisi cairan biru tersebut. Tulisan yang ia tahu dengan jelas kata-katanya.
Warning:
Geac 134
Forbidden
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Note : Geac dari kata 'geacnung' dari Old English yang artinya… rahasia ah! Ada dichapter 2 nanti!
Author : Ahooooy!!! Sudah lama ga ketemu. Maaf banget lama on hold karena lagi sibuk. Hehehe… sok sibuk… Saia nulis lagi nih mumpung lagi lumayan santai. Hehehe… tenang aja, fict lain masih diterusin koq. Tapi fict ini udah lama ada di kepala. Tenang-tenang, ini baru aja permulaan jadi belum greget. Baca terus n review ya!!! Klo banyak review semangat nulisnya, hehehe... Ripyu ripyu ripyu!!!
