Naruto milik Masashi Kishimoto

Story by Swinysoo

.

AU. OOC. TYPO(s). Tidak sesuai EyD.

Rated : T

.

Happy Reading

Cinta? Apa itu cinta?

Menurutku, cinta adalah kasih sayang dan persahabatan. Cinta itu buta, tuli, gaje, membinggungkan, menyebalkan, gila, rumit, dapat merubah segalanya, misteri, seperti jelangkung, dan tidak ada habisnya. Cinta juga merupakan sumber kesenangan, kegembiraan, kesedihan, kesengsaraan, dan keegoisan.

Cinta berawal dari mata yang memperlihatkan ketertarikan kita pada seseorang, lalu turun ke hati yang memiliki kecenderungan Asma-asal terima, tanpa memperdulikan seperti apa bentuk rupa maupun perangai seseorang itu. Cinta berdampak atau bisa menyebabkan seseorang SalTing-salah tingkah, suka BaPer-bawa perasaan, dan CaPer-cari perhatian. Semua orang pasti pernah mengalami dan merasakan cinta. Baik tua maupun muda, anak-anak maupun remaja. Cinta ada banyak macamnya, ada cinta sejati, cinta sehidup semati, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta terlarang, cinta pertama, cinta lokasi, cinta semalam, cinta sesaat, cinta monyet,

dan...

CINTA ITU ADA.

SIAL!

Entah kenapa aku membenci kenyataan cinta itu ada. Mungkin karena aku selalu saja gagal dalam bercinta. Ya, aku sudah pernah menjalin cinta di usia yang masih terbilang muda, yaitu 13 tahun. Pada saat itu aku masih duduk di bangku kelas 2 SMP-Sekolah Menengah Pertama. Bukan aku yang menyukainya , tapi dia. Dia, aku malas menyebutkan namanya. Bisa di bilang dia yang membuatku mengenal cinta. Dia selalu ada, berkeliaran di sekitarku. Dia, orang yang membuatku jatuh cinta. Dia, orang yang membuatku menderita karena tidak bisa melupakannya. Dia, orang yang selama dua tahun masih ku cinta. Dia, orang yang membuatku memutuskan hubungan dengannya. DIA.

Kembali ku rasakan jatuh cinta pada usia ke 15 tahun. Tentu dengan orang yang berbeda. Pemuda yang satu ini adalah pemuda tertampan dan banyak memiliki penggemar di sekolah. Pemuda dengan perawakan tinggi juga berisi. Sederhana, namun luar biasa. Berotak cerdas sama sepertiku. Pemuda yang berada di kelas yang sama denganku saat itu. Pemuda yang belum ku utarakan rasa cinta ku padanya. Pemuda yang membuatku memilih untuk memendam perasaan cinta itu dalam-dalam dan menguburnya. Pemuda yang juga susah untukku lupakan. Pemuda yang membuatku memutuskan untuk tak mencintainya lagi, karena tepat pada saat aku ingin menyatakan semuanya ia memperlihatkan di depan mataku watak ia yang sesungguhnya, angkuh, tak pandai bersosialisasi, dan susah di tebak sifatnya . Ya, sifat yang selalu saja berubah-ubah, seperti memiliki kepribadian ganda sukses membuatku mundur seketika. Kadang sesuatu yang bagus di luar memang belum tentu bagus di dalam. Seperti itulah ia.

Dan lagi-lagi aku jatuh cinta untuk yang ketiga kali di usia 16 tahun pada seseorang yang sangat-sangat tidak mungkin akan ku dapatkan. Bahkan terlalu mustahil melebihi apapun yang mustahil di dunia. Ibarat kemungkinan aku bisa mendapatkannya adalah 0,000000001 dari 100 persen kemungkinan. Gila, satu kata yang cocok untukku. Gila karena aku mencintainya. Seseorang yang ku kenal di dunia maya tepatnya melalui Social Media. Seseorang yang menyandang status sebagai Aktor ternama dan sedang ramai dibicarakan. Entah apa yang kalian pikirkan tentangku sekarang, aku bisa memahaminya karena memang begitu adanya. Di saat itu aku merasa ia adalah orang yang tepat untukku. Seseorang yang ku cari selama ini, mengingat banyak kesamaan di antara kami. Seseorang yang sempat ingin ku perjuangkan dalam hidup dan sekaligus membuatku menyerah karena ketidakmungkinan aku bisa meraihnya. Seseorang yang sering ku khayalkan ketika sendiri, senyam-senyum karena menonton film-film yang ia bintangi, dan masih banyak lagi yang tak bisa ku jelaskan secara detail di sini.

Itulah sedikit banyak penyebab aku memutuskan untuk tidak akan ataupun mau membuka ruang di hatiku untuk para lelaki lagi, setidaknya untuk saat ini. Aku benar-benar ingin sendiri, hanya sendiri. Mungkin ini lebih baik daripada aku harus merasakan kembali perasaan dimana aku menderita, frustasi, dan sengsara karena mencintai. Cinta adalah hal menakutkan yang pernah ku alami, bisa di bilang begitu. Tapi bukan berarti aku tak akan jatuh cinta lagi nanti. Aku hanya berkata untuk saat ini.

Jatuh cinta adalah hal yang paling wajar di dunia, ku akui itu benar. Karena jika ada seseorang yang tidak pernah jatuh cinta, orang itu bisa jadi menderita Hypopituitarism seperti yang di tulis dalam buku Anatomy Of Love : A Natural History Of Mating, Marriage, and Why We Stray, Hypopituitarism merupakan penyakit langka yang memungkinkan seseorang tidak dapat jatuh cinta. Walau terlihat seperti omong kosong belaka, tapi itulah kebenarannya.

Cinta, masih banyak definisi tentang cinta yang belum ku ketahui. Otakku yang cukup cerdas hanya mampu menjelaskan cinta sampai disini plus pengalaman yang pernah ku alami sendiri. Ini fakta bukan opini. Di luar sana pasti banyak orang yang menjadi korban cinta, sama seperti ku. Aku yakin itu.

Aku, Sakura Haruno. Sekarang usiaku 17 tahun hampir 18 tahun. Aku duduk di kelas 3 Sekolah Konoha. Masih sendiri. Anak tunggal dari pasangan Kizashi Haruno dan Mebuki Haruno. Ayahku, Kizashi Haruno adalah seorang dokter bedah di salah satu rumah sakit Jepang, sedangkan ibuku, Mebuki Haruno adalah seorang ibu rumah tangga.

Tidak,

ibuku sekarang sedang belajar berniaga bersama temannya secara online. Itu sudah menjadi keinginannya dari dulu, tapi karena tidak di setujui oleh ayah, ibu pun memilih untuk diam dan menurut saja. Lagian niat ayah baik, ayah hanya tidak ingin ibu sakit karena bekerja bukanlah hal yang mudah, katanya.

Sejak kapan ibuku mendapat izin itu, aku tak tau. Entahlah, mereka terlalu sering keluar. Terlalu banyak kesibukkan di antara mereka, sehingga aku-anak mereka-pun susah untuk bertemu apalagi memperbincangkan hal-hal seperti itu.

Aku mungkin terlihat tak di perhatikan oleh kedua orang tuaku, tapi nyatanya semua itu salah. Mereka menyayangiku, sangat menyayangiku. Karena itulah mereka bekerja keras untukku. Mereka ingin melihatku sukses di kemudian hari.

Aku sendiri tidak merasa kurang kasih sayang sedikitpun. Aku memiliki segalanya, keluarga, kerabat, dan sahabat yang selalu ada untukku. Aku tumbuh menjadi seorang gadis yang selalu ceria dengan kesedirian yang menurut sahabat pirangku ceria dengan ke-jomblo-an. Cukup cantik, dengan rambut softpink yang menambah keimutanku secara tubuhku pun tidak buruk, bisa di bilang standar gadis-gadis Jepang. Aku hanya memiliki satu kekurangan. Sebenarnya tidak juga, ini adalah pengakuan dari teman-temanku di sekolah. Kata mereka aku adalah gadis kasar dan satu-satunya yang masih jomblo di kelas. Yah, mungkin memang benar. Tapi, aku suka. Biarkan seperti ini, yang penting aku bahagia.

0o0

"Sakura-chan, kenapa melamun? Apa yang sedang kau pikirkan?" itu suara Ino, sahabat pirangku. Ia sedari tadi memang terus memandangiku tapi aku mengabaikannya. Aku masih fokus pada lagu yang kudengarkan melalui earphone.

"Sakura, aku ingin meminta pendapatmu?" dasar, Ino mulai merengek denganku. Sepertinya ia serius sekarang, terdengar melalui nada bicaranya itu.

Aku menoleh ke arahnya yang ada di sampingku, "Pendapat apa? Bukankah pendapatku selalu saja salah menurutmu, kenapa tidak meminta pendapat Hinata-chan saja." aku menunjuk ke arah Hinata yang juga duduk bersama ku dan Ino. Aku sendiri mulai kesal karena ia selalu meminta pendapat ku tentang ini dan itu. Tapi saran ku selalu saja salah menurutnya. Lalu, kenapa ia masih meminta pendapat dariku. Ck, Ino memang aneh kadang-kadang.

"Untuk kali ini, kurasa aku membutuhkan pendapatmu, Sakura? Saran Hinata sangat buruk dari yang pernah ku dengar darimu." Ino berkata dengan nada pelan kepadaku. Terlihat jelas ia sedang mengejek Hinata dari wajahnya. Berbicara padaku tapi matanya melihat Hinata.

"Saranku tidak buruk, tau!" Hinata memanyunkan bibirnya, kesal dengan Ino. Ino sendiri berusaha menahan tawanya agar tidak pecah. Ino sangat menikmati ketika mengoda Hinata. Lucu, ekspresi Hinata memang lucu. Hingga aku pun ikut tertawa karena ulahnya.

"Sekarang apa masalahnya, Ino?" aku membenarkan posisi duduk, menghadap Ino dan Hinata di sampingku. Ku rasa kali ini aku akan mencoba memberi solusi terbaik untuknya, apapun itu. Yah, meski mungkin aku tau masalah apa yang Ino sedang mintai pendapat. Palingan juga tidak jauh-jauh dari biasanya.

"Sai-kun, meminta ku untuk menemaninya ke acara pertemuan dengan teman-temannya. Apakah aku harus menerima ajakan itu?" jawab Ino.

"Itu bagus! Terima saja," seruku. Itu ajakan yang bagus nampaknya tak bagus untuk Ino, ia tiba-tiba terlihat sedih. Aku masih menunggu responnya atas pendapatku.

"Haruskah? Tapi aku malu, Sakura. Lingkungan Sai-kun berbeda denganku, aku hanya gadis biasa sedangkan ia tidak biasa. Aku takut membuatnya kecewa kalau aku ikut dengannya. Aku takut akan menjadi beban untuknya nanti," Ino menunduk sambil memainkan ujung rok-nya. Aku tahu Ino sangat mencintai Sai, begitupun sebaliknya. Aku juga tahu kalau Sai itu anak orang kaya, sedangkan Ino sama seperti ku dan Hinata. Kami tidak terlahir dengan itu, kami hidup dengan sederhana bukan dari seorang yang hidup dengan gelimang harta seperti mereka.

"Aku mengerti maksudmu, Ino. Tapi menerima ajakan Sai itu tidak buruk. Sai telah menunjukkan betapa ia mencintaimu dengan itu. Lihat saja, dalam pertemuan penting seperti inipun ia mengajakmu!" aku mencoba menghiburnya dengan kata-kataku. Namun Ino tetap diam, "Ku rasa ia ingin memperkenalkanmu pada teman-temannya, Ino. Kalau kau adalah kekasihnya," Ino kini mengangkat wajahnya, namun masih terlihat sedih. Aku menyakinkan Ino melalui tatapanku, bagaimanapun caranya ia harus menerima saranku ini.

"Aku dan Sakura akan membantumu bersiap-siap, Ino. Kami akan membuatmu tampil cantik melebihi biasanya dan membuat Sai tambah cinta denganmu!" ini Hinata. Aku tersenyum melihatnya juga ikut menghibur Ino. Inilah yang ku suka dari Hinata, ia begitu peduli dengan teman-temannya.

"Makasih," Ino tersenyum sambil menahan tangisannya. Aku dan Hinata langsung membawanya ke pelukan kami. Pelukan yang berlangsung selama beberapa menit.

0o0

"Silahkan masuk," kata seorang pelayan yang berjaga di depan rumah lebih tepatnya istana-menurut Ino. Di dalam rumah ini telah menunggu seseorang yang belum pernah Ino lihat sebelumnya. Orang itu terlihat menawan dengan balutan jas berwarna hitam. Ia terlihat begitu tampan dan berwibawa. Tak lupa pula, ia menyambut hangat kedatangan Sai dan Ino sambil menyunggingkan senyum yang-wow-membuat Ino terpaku.

Melihat Ino yang hanya diam ketika pemuda itu mengulurkan tangan, Sai langsung menyengol lengan Ino dengan lengannya yang memang sedang bergandengan. Ino tersadar dan menjabat tangan itu dengan segera,"Ino, Ino Yamanaka." ucap Ino pada pemuda itu.

"Hn," Sahutnya singkat. 'cuek sekali jawabannya' batin Ino. Pemuda itu ingin menyebutkan namanya, tetapi Sai lebih dulu berkata, "Sasuke, Sasuke Uchiha namanya dan Sasuke, ini Ino kekasihku," Sai melepas jabatan tangan antara Ino dan pemuda bernama Sasuke itu, lalu merangkul Ino yang ada di sampingnya.

"Hn, silahkan duduk" Sasuke mempersilahkan Sai dan Ino untuk duduk di ruang tengah rumah itu. "Hei, akhirnya kalian datang juga." Naruto datang dari balik pintu salah satu ruangan rumah itu dan sudah mencerocos tak jelas. Ia bahkan duduk menempatkan diri duduk di samping Sasuke. "Kami sudah dari tadi menunggu dan apa-apaan ini, kau curang bawa kekasih sendiri sedang di sini masih ada yang- hehe," Naruto tidak jadi berkata setelah mendapat tatapan tajam dari Sasuke, lalu tertawa dengan canggungnya.

Sai yang duduk di seberang mereka berdua hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabat jabrik-nya. Berbeda dengan Ino yang malah melongo setelah kedatangan Naruto yang entah dari mana, "Naruto, kau datang juga. Kenapa tidak mengajak Hinata?" Ino nampak tidak terima akan itu. Ia pikir kalau Naruto mengajak Hinata bersama pasti lebih menyenangkan. Tapi, Naruto nyatanya datang sendiri.

"Ck, aku sudah mengajaknya. tapi ia bilang tak bisa ikut. Katanya sih, ada hal penting yang harus ia kerjakan," sahut Naruto yang sudah memasang wajah cemberutnya. "Oh, gitu, ya. Kenapa Hinata tidak cerita kalau kau mengajaknya?" Ino bertanya yang di jawab dengan angkatan bahu dari Naruto.

Setelah itu hanya percakapan-percakapan ringan terdengar dari mereka dan teman-teman Sasuke lainnya juga mulai berdatangan. Diantaranya adalah Shikamaru, Sasori, Shino, dan masih banyak lagi.

0o0

"Sakura!" suara Ino mengelegar ke arahku. Apa lagi yang ingin ia katakan. Ino memang suka berlebihan kadang-kadang. "Kau tahu, pertemuan itu. Aku melihat teman Sai yang baru, bukan baru sih, hanya saja Sai belum pernah menceritakannya denganku dan juga aku belum pernah melihatnya. Aku yakin kau juga sama seperti ku?" tutur Ino panjang lebar. Aku hanya memberi respon mangut-mangut, "Lalu?" tanyaku padanya.

"Lalu? Lalu apa. Tentu saja kau harus berkenalan dengannya, dan... dan kau tahu? Ia benar-benar tampan Sakura, ku rasa ia akan cocok denganmu?" ini saran atau apa coba, entahlah aku tak tau. Ino selalu saja begini, kalau sudah lihat yang kinclong-kinclong sedikit saja. Ributnya minta ampun.

"Ya, ya, aku percaya standarmu, Ino. Tapi kau tau,kan, aku tidak ingin seperti dulu lagi," sahutku. Ino cemberut seketika mendengar jawaban dariku lalu mengambil kursi untuk duduk tepat di depanku.

"Sampai kapan kau akan terus bertahan dengan prinsip itu? Kau harus maju, Sakura. Jangan bergantung pada masa lalu terus menerus seperti ini. Biarkan masa lalu itu, sekarang cobalah untuk melupakannya," Ino mulai membujukku seperi biasa. Dia memang selalu menyuruhku untuk melupakan segalanya, tapi aku tak bisa. Aku benar-benar tak bisa.

"Ino, aku tau kau peduli denganku. Maaf tapi aku tidak bisa," kembali ku berkata sembari menggenggam tangannya.

"Huh, kau memang keras kepala, Sakura. Ya, sudah. Setidaknya kau harus tau ia siapa," Ino menyerah juga pada akhirnya. Aku tersenyum melihat itu.

"Eum," jawabku.

0o0

Di rumah, malam ini, aku dan juga kedua orang tuaku duduk bersama di ruang tengah sambil menikmati acara di tv dan cemilan ringan. Aku senang sekali bisa berkumpul seperti ini, aku merasa tidak ingin kehilangan momen-momen ini dengan terus berbicara, agar ayah dan ibu tidak mengajakku untuk tidur terlalu cepat.

"Ibu?" panggilku.

"Iya," itu jawaban ibu. Masih tetap memandangi tv di depan kami duduk.

"Aku senang sekali hari ini," sambungku dengan nada pelan.

"Benarkah? Apa yang membuatmu senang hari ini?" ibu kini menatapku, begitu pula ayah. Terlihat dari kedua mata mereka kalau mereka penasaran dengan yang ku katakan.

"Um, aku senang karena bisa berkumpul bersama kalian. Rasanya benar-benar menyenangkan," jawabku asal. Aku tidak bisa mengungkapkan dengan benar perasaan senangku ini. Jadilah jawaban canggung itu.

"Kami juga, sayang. Kami minta maaf sebelumnya karena sering meninggalkanmu sendiri di rumah. Kami tau kau pasti sangat kesepian, kan?" itu suara ayahku. Aku terharu mendengar ayah berkata seperti itu dan langsung memeluknya. Ibu pun juga ikut memeluk kami. Pelukan ini terasa hangat, aku tidak ingin melepaskannya. Tapi ibu malah melepasnya,

"Ibu lupa," ia menepuk dahinya sendiri, "Sayang, besok anak dari tuan Uchiha akan berkunjung ke rumah kita. Kita harus menyiapkan sesuatu untuk menyambut kedatangannya, besok."

"Uchiha?" aku terkejut mendengar nama itu. Nama itu, nama yang Ino ceritakan tadi pagi di sekolah. Nama yang bermarga Uchiha.

"Ah, iya. Ayah juga lupa. Kau harus bersikap baik padanya, ya. Sambut ia besok," Ayah berkata padaku yang masih diam setelah pelukan kami lepas.

Siapa ia sebenarnya? Kenapa harus di sambut segala? Kenapa orang tuaku bisa mengenalnya? Dan untuk apa ia berkunjung kerumah kami? Terlalu banyak pertanyaan yang timbul di otakku sekarang. Perasaan penasaran terhadap seorang Uchiha pun timbul di benakku. Besok, besok aku pasti akan mendapat jawaban dari pertanyaan ini dan segera mengetahuinya.

.

.

.

.

Tbc

Catatan :

Hai, hai, hai.. Hallo reader semuahhhh #flyingkiss

Soo kembali dengan fic beda nih, yang menyajikan sudut pandang orang pertama. Kata Aisiya sih, penjabaran Soo cukup bagus pake sudut pandang ini. Cukup bagus, yak! Ngak bagus-bagus banget. Tapi tidak semua, kok. Mohon bantuannya, ya? Dan juga kritik beserta saran jangan dilupakan. Soo agak ragu juga sebenarnya untuk buat fic kayak gini, tapi ya sudahlah. Coba saja, kalau kita tidak mencoba kita tak akan pernah tau hasilnya bagaimana nantinya, kan? Semoga reader suka...

Fic ini sama sekali murni hasil pikiran soo. Ngak terinspirasi dari manapun atau menyangkut kehidupan manapun. Jadi apabila ada kesamaan nantinya, reader udah tau kalau ini murni hasil Soo, biar gak ada pertanyaan aja sih sebenarnya tentang ini ide.

Dan untuk fic Soo 'Popular Student'yang memiliki banyak kekurangan, Soo mau minta maaf sebanyak-banyaknya untuk itu.

Sampai jumpa lagi,

Arigatou

Swinysoo