Copyright Mayonice08
2013
Lies
Haehyuk
Romance, Bit!Humor and Family
AU, Yaoi, OOC, typo
Inspired by
'A little white Lie' by Titish A. K.
Sederhana saja.
Hyukjae benci Donghae.
Titik.
Special
Untuk
Eon R-I-A-N-A
a/n: rewriting ff lagi hahaha. Gaya bahasa agak slengekan. Setting tempat nggak jelas antara Semarang dan Korea Selatan. Ya begitulah. Dibawa seneng aja pas baca. Gaya bahasa nggak baku, konflik ringan, dan nggak bikin nangis. Bayangin lagi baca teenlit aja yah xD
.
LEMBAR PERTAMA
Tentang Dia
.
.
Hyukjae meniup gelasnya yang berisi es teh hangat yang tinggal separuh. Lewat lubang sedotan yang sedang ia gigit itu, ia menimbulkan gelembung-gelembung kecil di dalam gelasnya. Agak risih sih, tapi Hyukjae yang super duper bosan memilih bermain. Ketimbang mendengarkan celotehan Lee Sungmin―teman karibnya yang tengah ngobrol tak jelas dengan teman-temannya yang lain tepat di samping mejanya.
Hyukjae merasakan sakit di hidungnya. Salahkan pada jerawat yang entah datang darimana yang kini tumbuh tepat dipuncak hidungnya. Besar dan memerah. Membuat kenampakannya bagai gunung merah yang mau meletus di dataran putih bersalju, alias kulit wajah Hyukjae yang super mulus dan putih susu itu. Tengah menegang sepertinya, karena mungkin jerawat itu sudah musim panen yang berarti akan segera mengempes, tapi rasa sakitnya itu lho. Duh, perih dan nyut-nyutan.
Tak hanya jerawat, Sungmin juga menjadi daftar yang membuatnya mati bosan di tempat ini. Hyukjae jengah. Bosan dan malas. Harusnya ia pulang kerumah saja, tiduran sambil menunggu jerawat sialan ini kempes. Sehingga wajah putih mulusnya kembali terlihat kala ia memandang pantulan dirinya di kaca.
Semakin bosan.
Hyukjae menghentikan aktivitasnya. Ia melirik jam tangan karet merah―pemberian Mamanya yang tengah melingkari pergelangan kiri tangannya. Pukul tiga sore lewat dua puluh tiga menit.
Sebenarnya Hyukjae sudah jengah, ingin menghindar dari tempat ini. Mengambil motor matic-nya di parkiran dan segera meninggalkan kantin yang entah kenapa masih ramai meski jam pulang sekolah sudah lewat satu setengah jam yang lalu.
Namun, mengingat Sungmin yang merengek padanya. Meminta atau lebih tepatnya memaksa dia untuk menemaninya untuk tetap stay di sekolah sore ini. Mau tak mau Hyukjae menurut. Meski berwajah manis dan imut, Sungmin sangat menakutkan dan berisik jika tak dituruti. Hyukjae pasrah, sebagai teman yang berusaha baik, ia mau saja menemani Sungmin. Katanya sih, mau menonton pertandingan basket antar angkatan di sekolahnya.
Pertandingan basket?
Duh, seolah Hyukjae peduli saja dengan pertandingan itu. Hyukjae itu tipikal remaja yang super duper malas dengan acara menyaksikan ini-itu. Baginya lebih nikmat dan nyaman tiduran di rumah sambil menghabiskan waktunya menonton DVD marathon. Tapi, mendengar suara Sungmin yang berisik di dekat kupingnya. Seolah menyiksa daun telinga juga organ dalam telinganya itu penging seketika tiap si bibir M itu mengucapkan kata. Mau tak mau, Hyukjae manut, menuruti permintaan alias paksaan Sungmin.
"Eh… iyakah?" ucap Sungmin nyaring. Ia lalu terkikik bersamaan teman-temannya yang lain.
"Wah, jadi tak sabar untuk cepat-cepat jam setengah lima. Duh, ini baru jam tiga. Masih satu jam-an lagi," serunya lagi semangat.
Setelah mengucapkan dadah-dadah pada teman-teman ngobrolnya yang sama berisik dengannya. Sungmin pindah ke meja yang diduduki Hyukjae. Ia menepuk bahu temannya itu. Lalu, mendudukan diri di samping Hyukjae.
"Hyuk…" panggilnya riang. "Jerawatmu bagus banget deh, keliatan sexy," canda Sungmin yang sudah duduk di samping Hyukjae.
Hyukjae hanya memutar bola matanya. Mengaduk es teh hangatnya yang mungkin kini sudah bertransformasi jadi es teh sepenuhnya.
"Apa? Aku pulang aja ya Ming," katanya lesu.
Sungmin mendelik. Bola matanya yang jernih melotot lucu ke arah Hyukjae. Ia menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
"Big No~ kamu harus denger dulu tentang berita ini, pasti ntar tetep betah disini," sahutnya riang. Seolah baterai di tubuh Sungmin tak pernah kehabisan, ia selalu saja riang. Sungmin mencomot gorengan di depan meja tersebut. Melahapnya cepat setelah mencelupkannya di bumbu kacang.
"Emang apaan?" Tanya Hyukjae tak tertarik.
Sungmin yang masih mengunyah. Memberikan gesture pada Hyukjae untuk menunggunya bicara. Baru Sungmin mendekatkan tubuhnya pada Hyukjae. Bibirnya ia dekatkan dengan telinga Hyukjae.
"Dia nanti jadi wasitnya," bisiknya yang tetap saja terdengar di telinga orang yang berada di radius tiga meter.
Hyukjae mengernyitkan dahinya. Bingung. Menebak-nebak, siapa orang yang dimaksudkan oleh Sungmin. Ia menoleh memandang Sungmin. Tanpa mengucapkan sesuatu, dari tatapan yang ia layangkan kearah Sungmin. Sungmin mampu menangkap jika pemuda kurus di sampingnya tengah bertanya 'siapa?'.
"Duh Hyuk, masa nggak ngerti sih. Siapa lagi kalau bukan, Kak Yunho. Y-U-N-H-O." Bahkan Sungmin mengeja nama itu seolah Hyukjae tak mengerti. Opps, sorry saja ya untuk urusan orang satu ini. Dunia Hyukjae yang isinya serba datar dan tak menarik, akan berubah jadi bunga-bunga di lautan bunga. Lebay sekali -_-
"Dia yang jadi wasit, Ming?" Hyukjae mengulang ucapan Sungmin. Tak percaya. Masih butuh diyakinkan sekali lagi.
"Beneran, tadi aku dikasih tahu sama Victoria, tau kan. Dia itu biangnya gosip. Jadi Hyuk, nggak sia-siakan kamu nonton pertadingan. Entar kamu bisa mandangin Kak Yunho sampai puas, sedang aku bisa nontonin Lee Donghae yang super ganteng itu," ucapnya sambil menyatukan telapak tangannya di depan dada saat menyebut nama Lee Donghae.
Jadi, nanti dia bisa melihat orang itu lagi? Uwaaa~ tak salah jika Hyukjae harus merelakan waktunya terbuang sia-sia mati bosan di kantin ini. Tapi melihat bayaran yang ia dapatkan. Memandangi Yunho hampir satu jam penuh selama pertandingan berlangsung.
Hanya satu hal yang baru tertangkap pikirannya. "Lee Donghae, siapa lagi itu?" tanyanya agak bingung.
"Nama artis? Member boyband ya?" celetuknya asal.
Krik krik.
Hyukjae nggak apdet. Ia bahkan tidak tahu yang namanya Lee Donghae. Lalu, emang penting ya?
"The hell, Hyuk. Nggak tahu siapa Donghae? Ciyus? Enelan?" Tanya Sungmin sok imut. Bola mata Sungmin membesar maksimal. Membuat Hyukjae hanya melengos melihat reaksi Sungmin yang terlalu berlebihan sekali itu.
Hyukjae hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, masih tak peduli. Yang ia pedulikan Cuma satu makhluk, yang bertitle-kan Yunho. Lee Donghae? Seolah ia penting saja.
"Demi apa, temenku satu ini kok kudetnya terlalu banget. Lee Donghae itu siswa seangkatan kita, anak kelas satu kok. Dia kan ada di kelas sebelah Hyuk. Kelas 1.2. Masa nggak pernah denger namanya atau nggak sengaja lihat orangnya sih? Plis deh Hyuk, Lee Donghae itu tenar banget kali di sekolah kita, apalagi di angkatan kita," celoteh Sungmin.
Hyukjae hanya mengedikkan bahu. Lagipula, ia kan bicara jujur. Dia memang tidak tahu mana makhluk yang bernamakan Lee Donghae itu. Segitu pentingnyakah harus tahu orang itu?
"Duh daripada ntar kamu tambah kudet. Aku jelasin ya tentang Lee Donghae. Dia itu, siswa seangkatan kita. Tadi udah aku katakan kan. Terus, Donghae itu wajahnya cakep banget. Kece abis deh di angkatan kita. Apalagi rumor-rumor bilang, dia udah masuk tim basket inti. Padahal tahu sendiri kan, kalau mau jadi anggota tim basket inti, kudu ikut latihan selama satu semester baru deh bisa masuk. Tapi, dia lolos begitu aja Hyuk. Ugh~ yang bikin banyak orang tambah klepek-klepek sama dia. Lee Donghae ini orangnya cool Hyuk, dingin gitu. Bahkan nggak ada yang punya nomor telponnya dan juga alamat rumahnya Hyuk. Padahal kan, yang ngefans sama dia banyak, terus juga dia ini orangnya tertutup. Sama penggemarnya dia tetep aja stay cool gitu, tapi itu yang bikin dia makin populer," jelas Sungmin. Terlalu panjang dan lebar.
Hyukjae mangut-mangut. Dari penjelasan Sungmin, Hyukjae mampu menangkap kata-kata penting tentang Lee Donghae. Sok cool, sok ganteng. Informasi yang lain, menguap gitu aja diotaknya. Bukan tipikal orang yang disukai Hyukjae dalam hidupnya.
"Dari omonganmu, Lee Donghae belagu ya. Sok misterius gitu, aku nggak suka. Palingan orangnya arogan." Tutur Hyukjae. Ia menyesap es teh hangatnya. Tak peduli dengan omongan Sungmin yang nyerocos ngalor-ngidul membela Donghae dengan mengatakan blablablablabla lah pada Hyukjae agar tak berpikiran negatif begitu tentang Donghae.
Lagi-lagi, seolah Hyukjae peduli.
Paling penting saat ini kan cuman satu orang, Yunho sunbae. Nanti dia bisa melihat malaikat penolongnya selama berjam-jam. Jarang lho, Hyukjae punya kesempatan seperti itu. Apalagi karena Yunho sunbae beda angkatan sama Hyukjae, akibatnya mereka beda gedung. Dirinya yang merupakan angkatan kelas satu kelasnya terletak di gedung sayap kanan. Sedang Yunho berada di gedung sayap kiri.
Ugh~ apes kan? Ini kan kali pertama Hyukjae tertarik dengan yang namanya lelaki lain. Jadi ya, mau tak mau, ia mau mencoba untuk berjuang. Kali saja, Kak Yunho memang bisa dekat dengannya.
Semoga.
.
.
Kembali ke beberapa minggu yang lalu. Alasan kuat dimana Hyukjae tiba-tiba tertarik dengan yang namanya Yunho.
Kala itu, sore yang tenang, teramat tenang di sekolahnya. Berhubung Hyukjae jarus menemani Sungmin menunggu jemputannya datang. Sebagai teman baik Sungmin, Hyukjae merelakan waktunya untuk menemani Sungmin menunggu di dekat pos satpam. Disitu ada sebuah kursi panjang, sengaja ditaruh untuk siswa yang menunggu jemputan.
Sungmin merupakan salah satu siswa yang tinggal cukup jauh dari sekolah. Sekitar hampir dua jam jarak rumah Sungmin dengan sekolahnya. Karena waktu itu, mereka mengikuti les tambahan. Sehingga, jam pulang mereka yang biasanya pukul setengah dua, mereka akhirnya harus pasrah mengikuti les tambahan selama satu setengah jam.
Hari itu, entah kenapa sekolah sedang sepi. Tak ada kegiatan ekstra dilaksanakan. Sehingga, saat Hyukjae dan Sungmin keluar dari ruang kelasnya, koridor sudah cukup sepi. Hyukjae yang tidak tega meninggalkan Sungmin yang masih harus menunggu supirnya datang. Ia memilih menemani Sungmin, meski Sungmin menolaknya. Tapi, bahagia saat Hyukjae bersikeras tetap menemaninya.
Sore itu, setelah Sungmin berpamitan dengannya saat mobil jemputannya sampai. Hyukjae melambaikan tangan pada Sungmin. Ia melangkah agak lesu ke arah parkiran.
Parkirannya sepi. Hanya ada tiga motor di parkiran. Motor matic putih milik Hyukjae, lalu dua motor lain yang terparkir tak jauh dari motornya.
Ia bergegas melangkah. Agak takut sendiri di parkiran sekolah apalagi sudah hampir pukul enam sore. Saat Hyukjae sudah berdiri di samping motornya. Ia segera merogoh kunci di saku celanya. Mengambilnya dan menaiki motor maticnya itu. Ia menancapkan kunci motornya. Ia menghidupkan motorya. Menarik tuas rem dan gas tangan, sedang ibu jarinya yang menekan tombol starter.
Brrrrukkkjhhfcvbdbh~ #bunyiapaancoba? -_-
Ditarik dan dicoba berkali-kali mesin motornya tak juga menyala. Agak frustasi, Hyukjae kini mengandalkan kekuatannya untuk menghidupkan motornya, lewat cara apa lagi selain menstarter motornya dengan kick starter. Ia memang tak pernah menggunakan cara ini, karena alasan yang logis. Double starter yang tombolnya ada di dekat stang lebih mudah digunakan, tapi memang sih jadi membuat aki boros. Tapi, layak dicobalah.
Sekali coba.
Masih tak bersuara.
Ia coba lagi.
Tetap tak bersuara.
Huhu… Hyukjae mencoba terus sampai kakinya terasa pegal. Apa ia tak cukup kuat untuk mampu menyalakan motornya dengan menyepak kick starter? Kok tak ada tanda-tanda mesin menyala.
Ia bingung, panik menguasai dirinya. Hyukjae turun dari motornya, memandang mesin motor matic-nya dengan bola matanya yang sudah memanas. Ugh~ jangan bilang mau menangis.
Ia sudah sering diejek Kakaknya, karena terlalu gampang menangis. Sekarang ia mengerti, Kakaknya tidak salah kalau ia diejek seperti itu. Ia terlalu cengeng. Tapi, mau bagaimana lagi. Ia takut, melihat suasana parkiran yang sangat sepi dan tinggal beberapa motor saja yang terparkir disini. Ia ketakutan, Hyukjae memang tak percaya dengan cerita misteri yang berbau horror, tapi kalau keadaannya seperti ini, tetap saja ketakutan itu muncul kan?
Hyukjae ingin menyalahkan dirinya sendiri. Seharusnya tadi ia tak usah menemani Sungmin. Langsung pulang saja sehabis les tambahan. Tapi, kasihan Sungmin. Dan hal ini juga sudah terjadi. Ia juga bodoh, ia tak mengerti dengan yang namanya permesinan(?). Mana ia mengerti hal-hal seperti mengutak-atik motor.
Semakin bingung. Hyukjae berjongkok di dekat motornya. Ia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Menyembunyikan wajahnya yang sudah basah karena tetesan air mata itu telah jatuh berlinangan.
Ia takut.
Apa ia harus menelpon Kakaknya dan menyuruhnya untuk menjemputnya? Harus dicoba, walau nanti saat sampai rumah Kakak-nya akan meledeknya sampai ia malu pun. Itu tak apa. asal Hyukjae cepat sampai rumah dan sampai ke atas ranjangnya. Ia tak berani berlama-lama disini.
"Hm, kamu kenapa?"
Suara seseorang terdengar begitu jelas. Hyukjae takut untuk mendongakan kepalanya. Ia takut saat mendongak, makhluk dihadapannya ini bukan manusia. Karena itu, Hyukjae semakin menyembunyikan wajahnya.
Sosok itu mulai melangkah. Terdengar suara langkah kakinya yang bergerak mendekat kearah Hyukjae. Membuat tubuh Hyukjae reflek menghindar. Sampai sebuah tangan besar dan hangat, menepuk puncak kepala Hyukjae.
"Hai, kamu kenapa? Kamu menangis? Ada apa? Sudah jam segini lho, harusnya kamu sudah pulang, kan? Kamu siswa baru?" Tanya sosok itu yang sepertinya saat ini tengah berjongkok juga di depan Hyukjae.
Memberanikan diri, Hyukjae mendongakkan wajahnya perlahan-lahan. Ia agak malu saat bola mata sipit itu memandanginya. Ia hanya terkesiap sesaat. Memandangi sosok yang tepatnya adalah seseorang dengan wajah tampan tengah menatapnya dengan pandangan khawatir.
Oh, God. Jangan lupakan mata sembap Hyukjae yang masih basah. Ia kedapatan menangis saat bertemu seorang yang tampan seperti ini?
"Nggak pulang? Kenapa malah berjongkok disini, ada masalah?" Tanya orang itu lagi. Tangannya kini ia taruh di bahu Hyukjae. Karena sesekali orang itu menepuk bahunya saat Hyukjae tak juga merespon apapun.
Tersenyum malu-malu sambil menghapus air matanya. Hyukjae mulai bersuara, "Motorku… nggak bisa distarter," cicitnya.
Orang itu, tertawa pelan saat mendengar suara parau Hyukjae. Tapi, tawa yang terdengar di telinga Hyukjae bukan tipikal tawa mengejek.
"Aku bantu, nah sekarang berdiri dulu. Apa kamu mau jongkok disitu terus?" sahutnya. Masih melemparkan senyum yang membuat wajah tampannya semakin memukau di mata Hyukjae. Hyukjae masih dengan malu-malu, menyambut uluran tangan itu. hingga ia sudah berdiri lagi dengan dua kakinya.
Orang itu pun menaiki motor Hyukjae. Mencoba menyalakan mesin motornya dengan double starter. Tapi tak menyala. Setelahnya, ia memposisikan kakinya tepat di atas kick starter dan mulai mengengkol(?) tuas kick starter tersebut. Setelah dua kali mencoba, suara mesin motor matic Hyukjae yang halus mulai terdengar. Seketika, senyum lebar menghiasi wajah Hyukjae.
"Bisa menyala kan. Panasi beberapa saat, takutnya mesinnya mati lagi," ujarnya sambil turun dari motor matic putih tersebut. Hyukjae yang terlalu senang, membungkukan tubuhnya sanbil mengucapkan terima kasih. Ia segera menaiki motornya. Takut jika tiba-tiba mesin motornya mati lagi. Setelah mengenakan helm yang senada dengan warna motornya. Hyukjae menoleh kearah orang yang telah membantunya itu.
"Ehmm… makasih ya," ucapnya malu-malu.
Orang itu menganggukkan kepalanya. Lalu, berjalan kearah motor sport warna hitam yang terparkir tak jauh dari motor Hyukjae.
"Iya, hati-hati di jalan," sahutnya saat motor Hyukjae melewatinya. Sore itu, selama di perjalanan pulang senyum lebar tak juga lenyap dari wajah Hyukjae. Dengan bayang-bayang orang itu di otaknya.
.
.
Tebece
.
.
Aku sebenernya geli kalo inget pernah bikin ff ini. Jujur, selama nulis ff ini ff satu-satunya yang bikin saya nyantai pas ngetik. Yang lain mah saya puter otak sama hati saya yang suka banget nulis angsty. Terus, inget novel zaman SMA terciptalah ff ini. Untuk eon Riana yang lagi baca, dear eonnie ini untukmu.
Sori jika karakter Hyukjae Sungmin agak kemayu. Tuntutan cerita ya, jangan tanyakan gender mereka apa. Mereka asli cowok kok, asli! Hahaha
.
.
Berniat review?
