Disclaimer:

Detective Conan © Aoyama Gosho

Snow Queen © Hans Christian Andersen

...

...

Warning:

OC, OOC, Typo(s), EyD, alur kecepetan, and many..

...

...

"An Old Legend"

Sang Ratu telah murka dan dalam sekali tiupan, kota tersebut membeku selama seratus tahun hingga akhirnya Shiho yang merupakan reinkarnasi sang ratu bisa meneruskan atau malah mematahkan kutukan terhadap kota tersebut.

...

...

CHAPTER 1

...

...

...

...

...

"Tahu tentang kisah Ratu Salju?" tanya Ayumi ketika Detective Boys sedang berada di rumah Hakase. Shiho menoleh ke arah Ayumi. Detective Boys semakin merapat ke arah Shiho karena Ayumi duduk disebelah Shiho.

"Tidak. Memangnya apa itu?" tanya Genta. Mitsuhiko meliriknya sebal, "Makanya baca buku! Jangan terlalu banyak memikirkan makanan!"

"Sudah! Sudah! Aku akan menceritakan kisah Ratu Salju pada kalian, kok." Lerai Ayumi ketika sudah ada adu pelototan mata. "Snow Queen, ya?"

Ayumi menoleh ke arah Shiho, "Benar, Shiho nee-chan!" dan Shiho mengangguk-angguk sendiri. "aku merindukan Haibara. Shiho nee-chan benar-benar mirip dengan Haibara hanya saja rambut panjang nee-chan yang membedakan."

"Begitu, ya. Aku tidak mengenal Haibara kalian tapi wajah seseorang bisa saja saling memiliki kemiripan dengan wajah yang lain. Lagipula dia pasti akan senang bisa kembali bersama orang tuanya di Amerika." Timpal Shiho dengan nada sedikit sedih. Segera dia tepis emosi tersebut dan kembali fokus ke anak-anak yang baru naik kelas lima sekolah dasar tersebut.

BO sudah hancur dan penawar racun Apotoxin itu sudah ditemukan. Masing-masing kembali ke kehidupannya sendiri dan dia juga mendengar bahwa detektif itu sudah pacaran dengan Ran. Terkadang Shiho selalu bermimpi tentang detektif tersebut. Ya, Shiho menyukainya semenjak menjadi Haibara dan terkadang dia cemburu pada saat Shinichi membicarakan tentang Ran. Shiho tidaklah membenci Ran, gadis itu tidak juga terlalu menyukai Ran. Terkadang wanita berambut pirang tersebut terbiasa bertengkar dengan innernya sendiri ketika memikirkan Shinichi.

Ayumi sibuk menceritakan kisah dongeng karya Hans Christian Andersen tersebut kepada kedua temannya.

'Andai aku bisa menjadi sang Snow Queen, akan kugunakan jurus es itu kepada seseorang yang dulunya mengejekku, membuktikan bahwa aku lebih kuat dan tangguh dari pada mereka, dan juga mungkin akan menghancurkan pasangan Shinichi dan Mouri itu' Shiho memegang gelas kaca yang berukuran kecil itu dan meminum isinya. Setelah Ayumi selesai bercerita, barulah Shinchi datang.

"Kalian sedang apa?" tanyanya. Mood gadis itu langsung berubah menjadi jelek ketika bertemu dengannya semenjak dia meresmikan hubungannya dengan Ran. Shiho mendongak dan menatap wajah pria itu dan menjawab dengan nada ketus, "Apapun yang kami lakukan disini sama sekali bukanlah urusanmu."

"Whoa! Tenang Shiho! Aku datang kesini dengan damai." Bujuknya. Shiho memutar matanya, "Pergilah, Kudo-kun."

"Kau mengusirku?"

"Menurutmu?"

Shinichi duduk disamping Shiho dan merangkulnya, "Ada apa denganmu, kau menjadi uring-uringan ketika bertemu denganku semenjak satu minggu yang lalu. Kau sakit ya?"

Ayumi hanya cekikikan melihat adegan ini dan menahan diri untuk tidak menggoda mereka berdua. Mitsuhiko hanyalah menatapi kedua anak remaja tersebut dengan pandangan biasa sementara Genta sibuk memikirkan makanan.

Shiho melepas lengan Shinichi yang berada di pundaknya dengan pelan, "Kau pasti tahu istilah gejala pra-menstruasi" Shiho berbohong pada Shinichi bahwa dirinya sedang PMS. Shinichi hanya ber-oh-ria. Shiho geleng-geleng kepala.

"Kalian berdua sangat serasi." Ujar Ayumi dengan senyuman yang lebar. Shiho langsung blushing tapi dengan cepat dia memalingkan wajahnya sebelum rona merah itu dilihat orang lain.

"Aku dan dia tidaklah serasi, Ayumi. Kami hanya sekedar teman, tidak lebih. Lagipula Kudo-kun sudah pacar." Ujar Shiho lalu menatap Shinichi sekilas dan akhirnya kembali fokus ke anak-anak tersebut. "Lagipula siapa yang ingin denganmu? Sifatmu saja kelihatannya tidak mementingkan laki-laki."

"Oh, jadi kau menghinaku, begitu?" tanya Shiho yang sudah mulai agak jengkel pada Shinichi sementara lelaki itu bungkam.

"Lagipula, dengan penampilan seperti itu. Kau––"

"Sudahlah, Shinichi nii-chan. Kau hanya akan memperburuk keadaan jika berkelahi terus dengan Shiho nee-chan. Nanti ujung-ujungnya kalian akan saling suka satu sama lain. Benci bisa menjadi cinta, bukan?" potong Mitsuhiko dilanjut dengan senyumannya.

Keduanya langsung blushing berat.

.

.

.

Ctarr!

Tombak api dilempar dan menembus jendela istana megah tersebut. Rombongan penduduk mendatangi istana megah tersebut dan memasukinya. Tampak Sang Ratu terkejut atas kedatangan mereka.

"Ada apa kalian datang kemari?" tanyanya dengan lantang.

"Bunuh dia! Dialah yang membawa kutukan badai salju kepada kita!" seru salah satu dari rombongan tersebut. Segera saja rombongan tersebut melempar tombak.

Sang Ratu langsung menjadi marah, "Beginikah yang kalian perbuat padaku setelah apa yang kulakukan pada kalian?"

"Bukan aku yang menciptakan badai salju!" serunya. Tombak tetap terlempar hingga salah satu mengenai jantungnya. Darah merembes keluar dari mulut Sang Ratu.

"K-kalian...telah...membuatku..m-marah. S-sekarang ras..akan a-akibatnya!" serunya terbata-bata tapi masih lantang dan berwibawa. Sang Ratu pun mengangkat tongkat kristalnya tinggi-tinggi dan cahaya sewarna aurora pun muncul dari atas langit dan petir-petir bergemuruh. Sang Ratu amat murka.

"TELAH AKU KUTUK KOTA MAGGIESHIER DALAM KEBEKUAN DAN PENDERITAAN SELAMA BERABAD-ABAD HINGGA SEORANG REINKARNASIKU AKAN MENERUSKANNYA!"

...aaaarrrrkgh!

Hakase datang dengan tergopoh-gopoh dan membangunkan Shiho. Gadis itu terbangun dengan keringat bercucuran di tubuhnya. Segera dia mengambil segelas air yang ada di meja di samping ranjangnya. Mimpi buruk itu benar-benar nyata di dalam pikiran Shiho.

"Aku bermimpi buruk, Hakase." Ujar Shiho lemah. "Kau mimpi apa hingga sampai berteriak-teriak?"

Shiho pun menceritakan mimpi tersebut pada Hakase dan pria tua tu akhirnya menenangkan Shiho. Dia kembali tertidur.

.

.

.

TENG TENG TENG

Suara lonceng jam istirahat telah tiba. Ran menghampiri gadis itu dengan raut ceria disertai dengan gandengan tangan bersama Shinichi. Dalam hati dia merasa muak.

"Miyano-san, kau mau ke kantin bersama kami?" tanya Ran, Shiho mengangguk pelan dan akhirnya menuju ke kantin bersama ketiga orang itu. Shiho berada dibelakang kedua orang yang tengah kasmaran itu.

'Cukup dengan memandangnya saja dari belakang pun aku sudah bahagia,' Batinnya sambil memandang punggung Shinichi. Mereka telah sampai di kantin dan duduk di salah satu meja. Shinichi menyadari ada yang aneh dari Shiho. Hari ini tidak ada sindiran atau ejekan yang keluar dari bibir ranum gadis itu.

"Kau sangat pucat. Apa kau sakit?" tanya Shinichi lalu menempelkan punggung tangannya di dahi Shiho. Shiho menepisnya dengan halus, "Aku sama sekali tidak sakit."

"Kau bermimpi buruk?" kali ini Shiho tidak menjawab. Shinichi langsung tahu penyebab pucatnya tubuh Shiho, "Ceritakan padaku!"

"Kau pasti akan tertawa ketika mendengarnya." Ujarnya bosan. "Tidak. Aku janji aku tidak akan tertawa."

"Aku bermimpi kau ditabrak oleh nyamuk dan akhirnya mati dengan jari telunjuk dan jari tengah yang teracung." Dia tidak ingin ditertawakan oleh lelaki itu. Shinichi langsung menatap Shiho dengan malas, "Haha! Lucu sekali, Shiho. Itu bukan mimpi buruk namanya."

Mereka pun akhirnya memakan pesanan mereka masing-masing.

.

.

.

Orang-orang berlarian keluar dari istana dan meninggalkan Sang Ratu di balkon istana dengan darah yang berceceran. Rombongan tersebut memang telah sampai ke kota mereka tapi tidak secepat itu. Sang Ratu menghembuskan napasnya dan kota tersebut membeku dalam sekejap. Tidak ada musim semi ataupun musim panas dan musim gugur, hanya ada musim salju yang menghampiri kota Maggieshier. Kutukan telah dimulai. Tak lama, tiga orang pelayan istana menghampiri Ratu mereka yang sekarat.

"Yang Mulia, saya mohon...anda tidak boleh mati." Ujar salah satunya dengan air mata bercucuran. Ratu tersenyum, "Ada kalanya dimana aku harus mati, Lavenda."

"Kumohon, Yang Mulia." Yang lainnya lagi memohon.

"Lavenda, Helena, dan Aqua. Kalian a-adalah pelayan setiaku, kuberikan hadiah berupa keabadian hidup atas kesetiaan kalian. R-rawat istanaku hingga reinkarnasi d-diriku datang." Sang Ratu pun memeluk mereka bertiga dan cahaya kebiruan muncul dari tubuh sang Ratu. Sang Ratu akhirnya terbujur kaku

Shiho terbangun dari mimpi buruk itu lagi. Sudah satu minggu semenjak mimpi itu datang dan selalu sama. Shinichi bahkan mengira dirinya sakit ketika minggu lalu. Dia melirik jam dinding. Sudah pukul enam pagi dan dia harus berangkat ke sekolah satu jam lagi.

Liburan musim panas sudah akan tiba dan saatnya untuk membicarakan kegiatan liburan. Saat itu adalah jam istirahat dan Shiho bersama yang lainnya sedang membicarakan rencana liburan.

"Bagaimana jika kita menginap di salah satu vila di Osaka?" tanya Sera. Shinichi menggeleng, "Sudah terlalu mainstream, Sera."

"Bagaimana jika mendaki gunung?" usul Ran. Yang lainnya setuju dan akhirnya dimulailah petualangan.


TBC

Diadaptasi dari kisah Snow Queen karya Hans Christian Andersen.

Fic pertama ber-genre fantasy. Fic ini juga sedikit berkaitan dengan Snow Queen alias Ratu Salju. Nama dan letak gunung yang mereka akan tuju gak disebutin kan? Haha! Aku males search. Tentang kota Maggieshier, itu asli ngarang.

Sekian!

Review ya!