disclaimer: boku no hero academia © kouhei horikoshi
fik isinya 79,9999% percakapan, college au! OOC-ness (?), bahasa tidak baku, lo-gue-aku-kamu, minim deskripsi karena suka-suka saya /kik/
saya tidak mengambil keuntungan materiil apapun dari fanfik ini. Semua chara di sini miliknya Horikoshi-sensei.
Ochako mengernyit. Ia raih kertas yang tergeletak tak jauh dari gitar yang berdiri tersandar ke tembok.
"Loh, Katsuki-kun, formulir UKM musik kamu belum di isi sih?" tanya Ochako, alisnya tetap mengernyit.
"..."
"Besok lho deadline pengumpulannya,"
Tuk tak tik tak
"…"
"Kamu mau daftar di bagian gitaris 'kan?" Ochako menarik napas dalam-dalam. Sabar-sabar...
"Mm,"
"Kamu niat 'gak sih masuk UKM musik?"
"Ya,"
"Niat gak?!"
"Niat,"
"Aku isikan ya,"
"Jangan sampe salah data. Awas aja gendut,"
"Iya ganteng iya. Ini gampang kok. Hmmm… Nama. Nama lengkap kamu apa, Katsuki-kun?
"Lucu."
"Siapa yang lagi ngelucu, pffft,"
"…"
"Sensi banget. Lagi pms ya?" Ochako iseng mencolek punggung Katsuki dengan jempol kakinya. Lalu bantal yang diduduki Katsuki melayang, Ochako berhasil menghindar.
Buk.
"Oke. Oke. Ampun,"
"…"
"Ih gak asyik banget sih. Bibirnya itu tolong bang, buat dikondisikan,"
"Urusin aja urusan lu, bantet,"
"Dih ngambek,"
"…"
Kesal tidak ada tanggapan, Ochako meraih pulpen di meja belajar dan kembali duduk manis di atas karpet lembut di belakang Katsuki. Ia awalnya ingin menggelitik pinggang laki-laki itu, namun mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengisi lembaran kertas pendaftaran yang masih kosong.
Ochako tidak habis pikir, katanya kepingin jadi gitaris nomer wahid seantereo Jepang, isi formulir pendaftaran UKM saja ogah-ogahan. Ckck
"Nama, Ba ku go Kat su ki. A?"
Ochako terdiam dan berpikir. Ia menemukan ide lain untuk menarik perhatian laki-laki berzodiak Aries di depannya. "Kamu tahu kalo Katsuki di eja jadi apa?"
"..."
"Aku tuh lagi nanya kamu. Gak punya telinga ya,"
"Gak penting anjir. Isi ya isi aja, ga perlu cerewet lah!"
"Gak tau ya? Aku kasih tahu ya, Katsuki kalau dieja jadi kat – su – ki. K - a - t – s - u - k - i. Katsu - ki. Kat - SUKI desu,"
Oya? Telinga Katsuki memerah. Tangannya masih sibuk memencet tombol stik yang ia pegang.
"Ciee kege-eran."
"H-Hah? Siapa?! Jangan sembarangan! Najis!"
Tangan Katsuki gencar menekan tombol stik. Ochako semakin menyeringai.
"Emang kege-eran apa coba?"
"Diam, pendek, jangan ganggu!"
Tuk tak tik tuk tak
"Lho ngapain tadi nyaut?"
"Berisik banget sih. Nyari Masalah?!"
Tuk tak tik tuk tak tik
"Kat-suuuuuki deeeeesuuuu~"
"Konci gak mulut lo, gendut?!"
Tuk tak tik tuk tak tik tak tik tuk tek
"Kat-kat-kat-suuuuukiiiiiii,"
Tiiiiiiikkkkkk
"BERISIK BANGET SUMPAH. MAU GUE SUMPEL PAKE KAOS KAKI HAAH?!" Ochako tergelak melihat Katsuki membalikkan badan dan mencoba meraih kakinya yang selonjoran. Ochako menghindar dan jari telunjuknya menunjuk ke depan.
"Waa lihat! Dia mau mati, Kat-suuuuki-kun," Diberi tahu begitu, Katsuki dengan liar menatap layar, panik dan mengambil kembai stik yang tadi ia lupakan.
Nyawa hero nya tinggal empat belas persen-
Empat persen.
"Ap—W-Wo-oi Jangan mati. NYA-NYANTAI AJA ANJIR! GUE BILANG JANGAN MATI JANGAN MATI BENTAR DULU WOOOOOI AAAAAARGHHH ANJEENG! MATI AJA SANA, SIALAN!"
Stik dibanting Katsuki ke atas karpet. Ochako terkikik di belakang lalu beringsut ke telinga si rambut pirang pucat. Masih tidak menyerah untuk menggoda, Ochako memain-mainkan telinga kenyal yang memerah itu, tidak tahu kalau keturunan adam tersebut tengah diselimuti emosi dan sedang merencanakan sebuah misi diantara gemuruh pompaan jantung di balik dadanya—yaitu…
"Suki-MMMFFFHHH! G-Gomen Katsh—MMMFFH Choh—chotto—!"
—Membungkam mulut gadis tersebut—
ha ha /plek
