Tittle :: Picture Of You

Main Cast :: Cho Kyuhyun/Lee Sungmin.

Slight :: Lee Donghae, Lee Hyukjae (Eunhyuk), Choi Siwon, Zhoumi

Annyeong.. Mi kembali membawa fict selingan. hanya selingan, walau masih TBC :D fict yang lain masih dalam penggarapan. mohon di tunggu. Mi banyak acaranya nih :D (sok sibuk) oke, daripada kelamaan, silahkan langsung dibaca.

DON'T LIKE DON'T READ! NO PLAGIAT! NO BASHING! Gomawo ^^

HAPPY READING ^_^

.

PICTURE OF YOU

CHAPTER 1

.

.

Kyuhyun Pov

"Kyu!"

Ah, suara itu. Suara indahmu. Bahkan hanya dengan mendengarnya saja, kau sudah berhasil membuat jantungku berdebar. Aku berhenti dan berbalik ke belakang. Aku bisa melihatmu berlari kearahku sambil melambai. Rambut hitam panjangmu yang tergerai begitu saja berkibar seiring langkah kakimu. Kau menerjangku dan memelukku sebentar sebelum memandangku dengan wajah senang dan mata berbinar. Cantik, sama seperti dirimu.

"Kyu, Donghae oppa mengajakku kencan! Sepulang sekolah temani aku belanja, ne?"

Lagi-lagi. Kenapa kau harus mengatakannya dengan wajah berbinar begitu. Dadaku sakit, sesak dan perih. Tubuhku lemas. Aku menggeleng. Maaf, aku tidak bisa menemanimu. Pertama, aku ada kegiatan klub. Dan kedua, aku tidak bisa mengecewakan hatiku. Apa kau tahu aku mencintamu. Bahkan aku tidak yakin kakak laki-lakiku mencintaimu. Salahku membawamu kerumahku saat ia ada di rumah. Sinar wajahmu meredup. Maafkan aku. Aku akan menemanimu kemanapun kau mau. Bahkan jika itu membunuhku. Hanya saja, aku tidak bisa menemanimu mencari baju untuk berkencan dengan namja seperti kakakku. Kau tahu kakakku seorang yang brengsek. Terlalu banyak yeojya yang dia sakiti. Dan aku tidak mau kau juga termasuk dalam daftar itu.

Mungkin kalian bertanya mengapa aku tidak mengatakan perasaanku padanya. Aku ingin, sungguh, aku ingin menjadikannya milikku. Hanya saja saat melihat sinar wajahnya saat menceritakan tentang kakakku, aku jadi tidak tega meredupkan sinar itu. bukankah mengorbankan perasaanmu demi orang yang kau cintai itu hal yang baik. Aku akan berusaha menjaga sinarmu walau itu menyakitiku sendiri. Tak masalah bagiku, asalkan kau bahagia.

Kau berbalik pergi setelah aku memberikan alasan bahwa aku ada kegiatan klub. Aku memandang nanar punggungmu yang berjalan menjauhiku dan berbelok di koridor kelasmu. Setelah memastikan kau pergi, aku kembali ke kelasku,

.

.

"Wah, aku salut padamu, Kyu. Kalau aku jadi kau, aku sudah pasti berteriak 'Hei, apa kau tahu aku mencintaimu? Kau lebih pantas bersamaku daripada bersama namja tidak berperasaan sepertinya. Lupakan dia dan jadilah milikku!' begitu." Kata Zhoumi, sahabatku. Sepulang berlatih basket, kami mampir ke kedai ramen dekat sekolah untuk makan sebentar.

"Pantas Henry menolakmu berkali-kali. Caramu saja brutal begitu." Ejek Siwon. Zhoumi sedikit tersedak setelah Siwon mengungkit hubungannya dengan salah seorang adik kelas kami. Sedikit informasi, kekasih Siwon dulu juga salah satu korban Donghae hyung. Jangan tanyakan padaku bagaimana Kibum –kekasih Siwon– bisa mengenal Donghae hyung.

"Aku hanya ingin Sungmin bahagia." Kataku. Ya, nama yeojya yang kusukai adalah Sungmin, lengkapnya Lee Sungmin. Nama yang manis, bukan? Semanis pemiliknya. Siwon menepuk punggungku.

"Aku salut padamu. Bersabarlah, coba buat Sungmin menyukaimu." Saran Siwon.

"Ia hanya menganggapku sahabatnya, Siwon-ah."

Siwon dan Zhoumi menghela nafas. Mereka memang sudah tahu bagaimana perasaanku pada Sungmin yang bertepuk sebalah tangan. Tapi beruntung untuk kakakku, Tuhan memberinya otak yang masih waras. Wlaaupun ia dikenal playboy dan ia tidak pernah berniat berhubungan dengan seorang yeojya secara intim. Ia hanya mempermainkan perasaan yeojya-yeojya itu. Bodohnya mereka, walau tahu seberapa buruknya kakakku, mereka masih saja mau mengemis cinta padanya.

Aku melihat arlogiku, sudah hampir pukul enam. Aku berpamitan pulang. Kulajukan motor sport-ku menembus jalanan Seoul. Lampu jalanan berubah merah. Aku berhenti sebentar. Kutolehkan kepalaku kesisi kanan. Aku bisa melihat Donghae hyung bersama dengan seorang yeojya cantik didalam sebuah café. Donghae hyung menggenggam tangan yeojya itu dan wajahnya terlihat senang. Senyum tidak lepas dari wajahnya. Aku terus memperhatikan mereka. Tiba-tiba yeojya itu menghempaskan tangan Donghae hyung dan menampar wajahnya, kemudia pergi keluar café dengan wajah sedih. Sialan, dia pasti baru saja mengakhiri hubungannya dengan yeojya itu. Walau barusaja ditampar, tapi wajah Donghae hyung tidak terlihat menyesal atau sedih. Justru ia malah terlihat…. liar.

Seorang yeojya datang mendekati Donghae hyung dan mengecup pipi Donghae hyung sekilah. Cih, yeojya lain lagi. Dasar, apa ia tidak bosan. Menyakiti perasaan banyak yeojya. Aku menggeram, aku tidak rela Sungmin berakhir seperti yeojya-yeojya itu. Aku tidak rela Sungmin dipermainkan. Tapi aku tidak berani, aku tidak bisa mengatakan perasaanku pada Sungmin. Aku terlalu pengecut.

"Heh, bocah! Mau sampai kapan kau diam disana, hah?" sentak seorang pria tua dari belakang. Aku melihat lampu jalanan. Hijau. Shit! Saking seriusnya melihat Donghae hyung aku jadi mengabaikan jalanan. Akhirnya aku kembali menjalankan motorku. Sialan kau, Hyung. Kau benar-benar harus disadarkan. Sudah terlalu banyak hati yang kau sakiti.

Aku sampai dirumah, tepat saat Appa barusaja datang. Appa sedang berebahkan dirinya disofa ruang tengah. Aku melangkah naik ke kamarku dan mandi. Baru setelah aku mandi dan berpakaian rumah biasa, aku turun untuk makan. Kurasa, Donghae hyung akan pulang malam dan melewatkan makan malam. Perkiraanku salah, tepat saat aku memasuki runag makan, Donghae hyung sudah duduk dengan tenang di kursinya. Kapan dia datang, kenapa aku tidak mendengar mobilnya.

"Kyu? Kenapa berdiri disana? Ayo makan." Panggil Umma. Aku melangkah masuk dan duduk di samping Donghae hyung. Wajah Donghae hyung terlihat biasa. Seperti tidak ada hal yang istimewa yang baru saja terjadi. Tentu saja tidak ada, baginya ditampar saat mencampakkan, atau saat menemukan gadis baru untuk dikencani itu merupakan hal yang biasa. Mungkin hal luar biasa baginya adalah jika ada seorang gadis yang mencampakkannya. Yah, kurasa seperti itu.

Kami makan dengan tenang. Selesai makan malam, tidak biasanya Donghae hyung membantu Umma membereskan meja makan. Biasanya ia akan langsung pergi ke kamarnya untuk berdandan dan pergi menjemput kekasihnya entah yang ke berapa.

"Kau tidak ada acara malam ini, Hyung?" tanyaku heran.

"Tidak, aku sedang malas keluar." Jawabnya. Tumben. Apakah ia mulai kehabisan stok gadis untuk dikencani?

"Ah, mumpung kau dirumah, bantulah adikmu belajar." Saran Umma. Mungkin jika kakakku bukan seorang playboy akut, mungkin aku akan mengikuti saran Umma. Tapi berhubung kakakku sendiri adalah seorang pemain cinta yang handal, kurasa aku akan menolak saran itu. Bisa saja yang Donghae hyung ajarkan padaku bukan rumus-rumus matematika, melainkan rumus-rumus mencampakan wanita dengan baik dan benar.

"Aniyo, Umma, kurasa tidak perlu. Aku bisa belajar sendiri." Tolakku halus.

"Kau meremahkanku? Sudah, ayo kubantu kau belajar." Donghae hyung menyeretku ke kamar. Well, baiklah, akan kulihat seperti apa isi otak seorang pemain cinta seperti Donghae hyung.

.

.

Perkiraanku salah, ternyata isi otak kakak laki-lakiku tidak seburuk yang kukira. Nyatanya ia bisa mengerjakan soal-soal yang menurut ku lumayan sulit. Hei, jika ia memiliki otak yang cemerlang, kenapa ia menyalahgunakan otaknya itu. Maksudku, apakah ada orang dengan otak sehat senang mempermainkan perasaan wanita? Yah, mungkin ada, contohnya kakaku sendiri. Dunia sudah mulai gila.

Aku sibuk mengerjakan tugas-tugasku. Sesekali tanganku membuka-buka buku cetak dengan kasar saat otakku buntu karena tidak menemukan solusi memecahkan soal dari guruku. Donghae hyung asyik mendengarkan lagu dari MP3 di atas kasurku.

"Hei, berbaik hatilah pada bukumu. Buka pelan-pelan, jangan sekasar itu. Tulisannya juga tidak akan lari, kok." Kata Donghae hyung. Kau yang seharusnya berbaik hati pada yeojya. Jangan menyakiti perasaan mereka terus.

"Hei, Kyu, apa Minnie sudah menceritakan padamu." Katanya lagi. Minnie? Dia memanggil sungmin dengan sebutan 'Minnie'? Setahuku hanya aku dan beberapa teman dekat Sungmin yang memanggilnya begitu. Kenapa ia ikut memanggil Sungmin dengan nama kecilnya? Sudah seberapa dekat mereka?

"Tentang kencan kalian hari minggu nanti?" kataku tanpa mengalihkan pandanganku dari buku tugasku.

"Hmm.. kau sudah tahu? Bagaimana menurutmu?"

"Apanya?"

"Aku dan Minnie. Cocok tidak?" seratus persen tidak.

"Tidak." Jawabku. Ranjangku berderit. Kurasa Donghae hyung bangkit dari ranjangku. Aku memutar kursiku sehingga aku menghadap padanya. Kukira ia akan marah karena jawabanku. Ternyata dia malah tersenyum meremehkan.

"Tidak cocok bagaimana? Aku tampan, Minnie manis. Cocok, kan? Jangan-jangan kau cemburu karena tidak ada gadis yang bisa kau ajak kencan di hari minggu, ya?"

"Aku tidak sepertimu, Hyung. Jauhi Sungmin. Jangan kau goda dia." kataku.

"Memangnya aku namja yang jahat apa?"

"Kau pikir? Sudah berapa yeojya yang kau campakkan, eoh? Sudah berapa yeojya yang kau buat menangis? Sudah berapa yeojya yang kau sakiti perasaannya? Tidak bosankah kau mendapat tamparan dari mereka? Tidak sakitkah pipimu ditampar oleh mereka?" aku sudah tidak tahan. Aku tidak ingin pemandangan yang kulihat tadi terjadi pada Sungmin.

"Lalu? Kau pikir aku jahat karena seperti itu? Tidak, Kyu, aku tidak jahat. Aku jujur pada mereka, jika aku sudah bosan dengan mereka, aku jujur dan melepaskan mereka. Toh ereka yang datang sendiri padaku, walau mereka tahu seperti apa diriku."

"Dan apakah kau harus memberi mereka kenangan indah dan kemudian kau campakkan mereka? Kalau kau memang tidak menyukai mereka, katakan. Tolak perasaan mereka. Walau menyakitkan, tapi itu lebih baik daripada memberi mereka harapan semua." Nada bicaraku mulai tinggi.

"Katakan, apa kau menyukai Sungmin? Apa kau tidak rela jika dia aku rebut? Kalau memang iya, kenapa kau tidak mengambilnya dariku. Mumpung aku belum memberinya 'kenangan indah'." Donghae hyung memandangku dengan tatapan menantang.

"Tidak semudah itu. Kau tidak akan mengerti." Kataku. Donghae hyung mendengus sambil tersenyum miring.

"Geopjaengiya." Katanya.

"Mwo?"

"Geopjaengiya. Masih tidak dengar. Aku mengatakan kau pengecut."

Orang ini. Aku maju dan mendorong Donghae hyung hingga terjerembab jatuh di kasurku. Aku duduk di perutnya, kerah bajunya ku tarik dan kupandang ia dengan pandangan marahku.

"Kau, asal kau tahu, Sungmin tulus menyukaimu. Dan aku tidak rela jika kau mempermainkannya. Ia terlalu baik untuk kau permainkan." Geramku.

"Kalau begitu selamatkan dia. kau menyukainya, tapi kau tidak bisa menyelamatkannya dari namja jahat sepertiku. Kau sama saja dengan menyerahkannya pada kematian." Donghae Hyung memegang kedua pergelangan tanganku dan dengan gerakan cepat ia membalik tubuhku. Kini keadaan berbalik, Donghae hyung berada di atasku.

"Anak kecil sebaiknya belajar yang rajin. Jangan ikut campur masalah orang dewasa." Ujarnya. Ia melepaskan cengkramanku dari kerahnya dan berjalan keluar dari kamarku.

"Sial!"

Kyuhyun Pov End

.

.

Donghae Pov

Bocah sialan. Suka sekali ikut campur masalah orang dewasa. Kyuhyun, aku tahu ia sudah lama tahu bagaimana kelakuanku. Tapi kubiarkan saja. Toh, itu tidak mengganggu satu sama lain. Tapi sekarang, aku tidak akan membiarkannya ikut campur lebih dalam. Memangnya kenapa kalau aku ingin memiliki Sungmin? Dia sendiri saja tidak berani menjadikan Sungmin miliknya.

Hari masih belum terlalu malam, aku mengambil kunci mobilku dan pergi keluar rumah. Aku malah berada satu tempat dengan bocah itu. mobilku melaju kencang menembus jalanan Seoul. Tujuanku hanya satu, apartemen seorang teman yeojya ku. Bukan, yang ini bukan termasuk korbanku. Aku tidak tega menjadikan gadis semanis dan sepolos dia sebagai korbanku. Ia hanya temanku saja.

Aku turun dari mobil setelah memarkirkan mobilku di basement gedung apartemennya. Dengan cekatan aku melangkah menuju lift dan memencet tombol lima belas. Aku sudah sering kemari. Jadi tidak sulit untukku menuju apartemennya. Lift berhenti, dan pintunya terbuka. Aku menyusuri lorong lantai lima belas dan berhenti di sebuah pintu bertulisakan 215. Kupencet bel rumah dan tak lama terdengar sebuah suara wanita dari dalam.

"Ini aku. Buka pintunya, Hyukkie." Kataku dari luar. Pintu terbuka, menampilkan sosok yeojya manis. Lee Hyukjae, atau Eunhyuk, itulah yeojya yang berdiri di depanku. Ia mengenakan t-shirt dan celana pendek, rambutnya ia gerai, terlihat manis.

"Ada apa malam-malam kemari? Tumben sekali." Katanya.

"Kuceritakan didalam. Ayo." Seperti dirumah sendiri, aku mengajak Eunhyuk masuk dan menutup pintu apartemen. Sampai diruang tengah, Eunhyuk menahanku. Aku menoleh padanya.

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Nanti kuceritakan. Ayo." Aku kembali menarik tangannya.

.

.

"Kurasa Kyuhyun benar, Hae. Sudah saatnya kau berhenti menjadi seperti ini." Ujar Eunhyuk sambil menyisir rambutku. Aku sedang tiduran dipangkuannya. Dan aku paling suka saat ia menyisir rambutku dengan posisi seperti ini. Ditambah kami berdua duduk di beranda apartemen Eunhyuk. Didekat Eunhyuk aku bisa menjadi diriku sendiri, mengungkapkan semua yang kurasakan tanpa perlu disaring. Semua mengalir begitu saja.

"Aku tidak bisa." Gumamku halus.

"Bisa, Hae pasti bisa. Aku yakin."

"Sulit, Hyukkie, aku pernah mencobanya, dan aku tidak terbiasa. Aku biasa bersama dengan wanita-wanita itu, dan tiba-tiba mereka menghilanng. Aku merasa seperti bukan diriku. Aku merasa… aneh." Ceritaku. Sudah kubilang, kan.

"Kau hanya belum terbiasa saja. Jadi bagaimana? Berminat berhenti?"

"Mollayo." Ujarku. Aku berbalik dan merangkul pinggang ramping Eunhyuk. Kucium kecil perut ratanya yang tertutupi t-shirt.

"Hae, geli." Eunhyuk terkikik pelan sambil menjauhkan bahuku. Aku kembali terlentang di pangkuannya. Aku tersenyum memandang wajah cemberut Eunhyuk.

"Jangan seperti itu, kau jadi jelek nanti." Godaku. Eunhyuk malah membuang muka. Aku bangkit dan memandangnya dengan tatapan bercanda. Bukannya memandangku, ia malah membalik badannya. Langsung saja kupeluk dari belakang. Kuletakkan daguku di pundaknya. Eunhyuk tetap diam, kueratkan pelukanku.

"Jangan marah, ne? aku hanya bercanda. Hyukkie cantik, kok." Rayuku. Aku tahu Eunhyuk tidak bisa berlama-lama marah padaku. Benar saja, Eunhyuk berbalik walau wajahnya masih cemberut. "Mianhae."

"Kau ini benar-benar." Dengusnya. Aku nyengir. "Berhentilah menjadi playboy. Aku serius."

"Entahlah, Sayang. Aku juga bingung." Aku sering memanggil Eunhyuk seperti itu. Dan Eunhyuk tidak keberatan.

"Kalau begitu jauhi, siapa namanya tadi?" Eunhyuk menerawang mencoba mengingat sesuatu.

"Sungmin?" sahutku.

"Nah, itu dia. Sungmin. Jauhi dia, bukankah Kyuhyun menyukainya? Seharusnya kau mendukung adikmu. Bukan malah bertengkar dengannya." Tutur Eunhyuk.

"Siapa cepat, dia dapat, Hyukkie."

"Huuh, kau ini benar-benar. Terserah padamu saja. Tapi aku serius, cobalah berhenti walau sesulit apapun itu. Atau paling tidak, jangan kau ganggu Sungmin."

"Akan kucoba. Tapi aku tidak janji." Eunhyuk memutar matanya. Aku mengacak gemas rambut Eunhyuk.

"Hari ini, aku menginap, ya?" kataku. Aku sudah biasa menginap di apartemen Eunhyuk. Tenang saja, aku tidak tidur sekamar dengan Eunhyuk. Aku tidur di kamar tamu, dan aku juga tidak akan menyelinap malam-malam hanya untuk tidur di kamar Eunhyuk. Begini-begini aku tidak mau berhubungan badan dengan yeojya yang tidak benar-benar kucintai.

Eunhyuk mengangguk setuju. Kami masuk ke dalam apartemen. Terkadang aku bingung, aku sudah lama menjalin hubungan pertemanan seperti ini dengan Eunhyuk. Terlihat tidak normal bukan? Bukankah ini lebih dari sekedar hubungan pertemanan, tapi hingga saat ini aku tidak merasakan perasaan aneh saat didekat Eunhyuk. Atau mungkin perasaan itu akan muncul, tapi belum sekarang. Yah, sedikit banyak, aku berharap Eunhyuk memiliki sebuah perasaan yang lebih dari sekedar teman padaku. Karena bagiku, selama aku menjalin hubungan dengan yeojya, hanya bersama Eunhyuk sajalah aku merasa nyaman. Walau kami hanya sebatas berteman.

Kita adalah apa yang kita perankan, jadi berhati-hatilah dalam memilih peran. Dan untukku, peran apa yang sedang kumainkan? Drama apa yang sedang kami mainkan?

Donghae Pov End

TBC


RAEMI CURCOL AREA

Eotthokae? bosenin ya?

hehehe... mianhae ^^

sebenernya Mi berencana menjadikan Siwon sebagai kakaknya Kyuhyun,

tapi kok nggak banget gitu kesannya kalo Siwon jadi playboy.

nggak image-nya

(Donghae:: jadi image gw playboy gitu?|Author:: ^^v)

wanna review now? :)