Jika kalian berjalan di sekitar pinggiran kota yang terlihat lumayan sepi. Di situlah kalian akan menemukan sebuah toko roti yang selalu mengeluarkan aroma memikat beberapa adonan yang terbuat dari campuran tepung dan gula. Lalu tepat di sebelah toko roti itu, kalian akan melihat sebuah lorong gelap yang lumayan menakutkan jika kalian melewatinya waktu malam hari.

Namun jika kalian sedikit lebih berani dan mau melewati lorong tersebut, di bagian paling ujung lorong tadi, tampaklah sebuah rumah mungil yang bercat-kan warna krem pucat, berpagarkan tanaman mawar yang merambat, serta dilengkapi juga beberapa ayunan tua yang mulai lapuk dimakan usia.

Oh, tapi jika kalian berkenan melirik ke arah kanan, tepatnya di bawah pohon sakura yang terlihat gersang akibat musim dingin yang masih melanda Negara ini. Kalian juga akan menemukan sebuah plang yang berukuran lumayan besar. Dengan tulisan "Fool House" di bagian permukaannya.

Dan di sinilah Kris Wu sekarang berada.


.

.

.

Fool House

.

Presented by autumnpanda

.

Tidak ada keuntungan apapun yang bisa saya ambil dari menulis fanfiction ini. Semua karakter yang muncul di sini murni milik Tuhan Yang Maha Esa. Saya hanya berani meminjam nama mereka saja :')))

.

Rated: T

.

Genres: Family, Humor, Romance

.

Casts: Kris Wu (Wu Yi Fan) + Zi Tao (Huang Zi Tao), EXO members, some OC's, and others

.

Warnings: Cerita ini mengandung banyak sekali kekurangan-kekurangan yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu. Boys Lovesudah pasti. OOCmungkin. Dan lain-lain.

.

Selamat membaca ;)))

.

.

.


Kris tak pernah menyangka kehidupannya yang dulunya bisa dikatakan sangat mewah itu berubah drastis semenjak kemunculan nenek sihir yang terjebak di sosok cantik Kim Taeyeon—yang secara kebetulan wanita itu adalah manajer pribadi Kris selama ia menjadi artis—tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pintu apartemen mewah milik Kris, lengkap dengan beberapa buah koper yang disinyalir adalah milik si pria itu sendiri.

"Noona, ada apa?"

Kris yang tak mengerti akan tingkah sang manajer, hanya bisa melongo saat wanita cantik itu menyerahkan sebuah amplop putih tipis ke arahnya, dan memasang raut wajah yang sukar sekali untuk dibaca.

"Maaf ya Wu Fan—"

Jeda sebentar, Taeyeon yang tadi memanggil nama asli Kris mulai menarik nafas pelan melalui hidungnya. Dan kembali memandang pria berusia hampir tiga puluh tiga tahun itu menggunakan manik mata hitamnya.

"—noona, mau mengundurkan diri sebagai manajermu."

Blarr

Kris sontak tersentak kaget. Tubuhnya serasa disambar petir ketika Taeyeon mengatakan kata-kata yang mampu membuatnya seolah-olah blank. Mendadak—seperti yang biasa Kris baca di komik-komik kala ia masih muda—di belakang tubuh Kris mulai timbul garis-garis berwarna hitam. Lengkap dengan retakan-retakan yang seolah-olah memecahkan background pria berambut pirang tembaga itu.

"Tapi—aku, salah apa?"

Kim Taeyeon tersenyum sedih. Ia yang biasanya sangat cerewet sekali jika menyangkut masalah Kris itu lalu mengulurkan sebelah tangannya. Dan menyentuh pundak Kris yang menjulang tinggi di hadapannya.

"Kau tidak salah apa-apa Wu Fan. Tapi, ada hal kecil yang membuat noona tidak bisa menjadi manajermu lagi."

Kedua mata Kris mulai berkaca-kaca. Tidak siap akan kelanjutan kalimat Taeyeon yang sebentar lagi akan didengarnya.

"Noona, mau menikah. Jadi—"

'TIDAAAAAK!'

Hati Kris kemudian menjerit seriosa. Ia benar-benar tak sanggup jika harus hidup terpisah dengan wanita cantik itu. Dengan kekuatan penuh yang setara dengan kekuatan kaum Godzilla, Kris segera berlutut, dan memeluk erat kaki mungil Taeyeon yang dibalut skinny jeans berwarna cokelat tanah.

"JANGAN NOONA! JANGAN TINGGALKAN AKUUU! KALAU KAU PERGI, NANTI AKU MAKAN APAAA? AKU DI SINI SEBATANG KARA NOONA! AKU HANYA PUNYA DIRIMU DI DUNIA YANG FANA INI!"

Kali ini Kris benar-benar menjerit kencang. Dan sukses membuat Taeyeon kalang kabut menghadapi tingkah autis pria yang sudah di asuhnya sejak ia baru memulai debut sebagai artis itu. Wanita itu kemudian memegangi Kris, dan menatap sang anak asuh—atau calon mantan anak asuh—dengan mata yang juga berkaca-kaca.

"Sekali lagi maafkan noona, Wu Fan. Noona tak bisa selamanya terus berada di sisimu."

Kris menyedot ingusnya sebentar. Ia juga mulai mengusap lelehan bening yang mengalir pelan di bawah hidungnya menggunakan sebelah punggung tangannya. Dan kembali menatap si calon mantan manajer dengan tatapan sendu.

"Noona—membuangku ya?"

.

.

.

.

.

Dan di sinilah Kris Wu sekarang berada.

Ia memandang nanar bangunan yang berukuran lumayan mungil itu dan tersenyum miris saat mengetahui jika nasibnya akan berakhir di tempat yang separuh dinding bangunannya bahkan sudah berlumut.

Kris mau tidak mau harus keluar dari apartemen lamanya karena apartemen mewah itu milik sang mantan manajer. Dan rencananya, setelah menikah, Taeyeon berencana akan tinggal di apartemen itu bersama sang suami. Kris yang bukan lagi bagian dari hidup wanita cantik itu, kini harus rela dirinya 'dibuang'.

Wajar saja sih. Karirnya kan memang sudah mulai meredup saat usianya sudah mulai menua. Para agensi di industri entertain tentunya lebih memilih pemuda-pemudi yang masih berwajah fresh, tidak bangkotan dan bulukan seperti dia.

Tok

Tok

Pria itu sedikit menggerutu kecil saat ia menyadari bahwa rumah itu bahkan tak memiliki bel pintu. Ia pikir, apa susahnya sih membeli bel pintu dan memanggil tukang untuk memasangnya?

Cklek

Suara pintu terbuka sontak terdengar saat daun pintu yang berada di depan Kris terayun pelan ke arah dalam, dan menunjukkan tiga kepala mungil yang menjulur keluar sedang memandang Kris dengan tatapan menyelidik.

"Siapa?"

"Om ini penculik anak-anak ya?"

"Gawat!"

"Gawat apanya?"

"Sepertinya dia pedofil yang dipanggil Yuang Zhin-jiejie untuk menghukum-mu Minseok-hyung!"

"Kampret! Jaga bicaramu Zhang Yixing!"

"..."

"..."

"E—eto, boleh aku masuk?"

"TIDAK!"

Kris tersentak kecil saat dua bocah yang tadi berdebat di depannya itu membentaknya dan mendelikkan mata mereka tajam. Ia hanya bisa menghela nafas lelah dan membiarkan dirinya mendengar pertengkaran dua bocah bermata sipit di hadapannya itu.

"Hei, bukan salahku kan jika aku berkata seperti itu? Kau sih, sering mengganggu jiejie saat dia sedang ber-eksperimen!"

"Diam kau sipit! Kau sendiri yang menyuruhku untuk mengganggu jiejie kan?"

"Siapa suruh kau mematuhi kata-kataku muka bakpau?"

"Arrghhh! Kutendang pantatmu baru tau rasa! Dasar kuda tanduk!"

Dan Kris hanya bisa diam saat dua bocah yang tadi sedang bertengkar sudah terlebih dulu berlari memasuki rumah—sembari berkejar-kejaran layaknya Tom and Jerry—dan hanya menyisakan seorang bocah lain yang memandangnya dengan tatapan tak percaya.

"Err, halo?"

Bocah bermata bulat di depannya itu terlihat sedikit terkejut saat Kris mulai mengulurkan sebelah tangannya. Dan mengajak bocah tadi berkenalan.

"Aku Kris Wu."

"Aku sudah tahu." jawab bocah tadi dan tersenyum kecil. "Kau artis yang dulu membintangi drama favorit Panda-hyung. Wu Yi Fan—atau yang sering dikenal dengan nama Kris Wu."

Kris menggaruk bagian belakang kepalanya kikuk. Sedikit malu juga saat ia mengetahui bahwa dirinya lumayan terkenal—setidaknya saat ia masih eksis.

"Um, apa aku boleh masuk? Di luar—dingin."

"Tentu saja."

Bocah itu kemudian membuka pintu sedikit lebih lebar, dan mempersilahkan si pria pirang itu untuk memasuki kawasan rumah tersebut.

Kris sedikit takjub saat melihat bagian dalam rumah yang terlihat berbanding terbalik dengan kondisi luar rumah yang sangat memprihatinkan. Rumah itu memang tidak kelihatan besar. Tapi karena dalamnya terlihat sangat rapi dan bersih, membuat rumah tersebut begitu nyaman untuk dihuni.

"Namaku Do Kyungsoo, kau bisa memanggilku Kyungsoo atau Dio—beberapa saudaraku memanggilku dengan nama itu—tapi itu terserah padamu sih mau memanggilku dengan nama apa. Oh ya, mereka bilang, aku ini termasuk anak yang 'normal' jika dibandingkan dengan saudara-saudaraku yang lain."

Kris mengerutkan keningnya sekilas, dan memandang bocah yang sedang berjalan di depannya itu dengan tatapan bingung. Sedikit tak mengerti kenapa bocah itu menyebut dirinya normal.

"PAPA MEMANG HARUS BEGINI! SERING BIKIN SAKIT HATI!"

"PAPA NGGAK PULANG, BEIBEH!"

"PAPA NGGAK BAWA UANG, BEIBEH!"

"HAGUHAGUHAGU PUWA!"

Ah, sepertinya sekarang Kris tahu kenapa bocah bernama Do Kyungsoo itu berani menyebut dirinya normal—walaupun dia terlihat sangat cerewet sih.

Setelah mereka memasuki ruangan rumah yang lebih dalam, Kris mendapati seorang bocah lain berambut coklat ikal sedang memegang sepasang sumpit, dan memukul-mukul'kannya ke arah meja—menganggapnya seolah sedang memainkan drum. Dan dua bocah bersuara cempreng yang masing-masing di antara mereka tengah membawa sebuah sapu—seperti sedang bermain gitar—dan sebuah sendok yang digunakan sebagai mic.

Sedang di sebelah mereka, ada sosok balita yang sedang sibuk dengan kerincingan-nya dan berteriak-teriak menggunakan bahasa yang tidak Kris pahami apa maksudnya.

"Nah, kau lihat kan?" tanya Kyungsoo dan menatap Kris yang bengong di tempat.

"Err, yeah.."

"Yang sedang memainkan drum itu namanya Park Chanyeol. Yang sedang membawa sapu, itu Kim Jongdae. Yang sedang menyanyi dan menggunakan sendok sebagai mic, namanya Byun Baekhyun. Dan yang masih kecil itu, namanya Oh Sehun."

Kris meringis kecil, dan kembali memandangi empat bocah yang tadi ditunjukkan si Kyungjoo? Eunsoo? Myunsoo? Err, whatever..

"A-yo uncle!"

"Halo—om."

"Annyeong, ahjusshi.."

"Didakuwa!"

Sialan. Demi apa ke empat bocah tadi berani menyapanya seperti itu—untuk bocah yang terakhir sepertinya Kris belum paham dengan apa yang dibicarakannya—? Dia dipanggil Om lho sodara-sodara! Om! Uncle! Ahjusshi! Didakuwa—seriously, Kris juga tak yakin jika arti kalimat ini sama seperti "Om"—!

Apakah dia memang terlihat seperti artis yang sudah bulukan?

"Wah, sepertinya kau cepat akrab ya dengan kami?"

Kris menoleh, dan mendelikkan kedua matanya ke arah bocah bermata bola di sampingnya itu.

'Akrab kepalamu?'

"Hm, tapi sepertinya kau harus hati-hati dengan Chanyeol-hyung. Dia jadi sering depresi—setelah ditolak beberapa iklan pasta gigi—dan suka menyeringai lebar seperti itu. Baekhyun-hyung dan Jongdae-hyung juga sama saja. Mereka suka sekali menyanyi tanpa henti karena frustasi tidak lolos audisi untuk menjadi artis. Dan Sehun-ah. Dia sering berbuat anarkis saat dot susu miliknya sering hilang karena disembunyikan monster kasur—"

Bletak

"—adudududuh! Ya! Siapa yang melemparkan centong ini ke kepala indah—ku?"

Baik Kris dan bocah bermata bola itu sontak menolehkan kepala mereka. Dan menatap kaget seorang bocah berkulit pucat yang sedang berkacak pinggang, sembari melotot ke arah mereka berdua.

"Joonmyun-hyung.."

"Berhenti mengedarkan gosip tidak bermutu seperti itu, Do Kyungsoo!"

"N-ne hyung, mianhae.."

Bocah pendek berkulit pucat yang tadi dipanggil Joonmyun itu segera memalingkan pandangannya, dan menatap Kris dengan tatapannya yang tajam.

"Oi, kau! Kakek mesum! Eomma dan noona sudah menunggu di meja makan. Dan untuk kalian semua, para cecunguk-cecunguk kecil! Segera berkumpul untuk makan malam, tiga puluh detik dari sekarang—atau kalian akan rasakan hukumannya!"

"H—hah?"

"DUA PULUH SATU!"

"Hei, kau memanggilku apa bocah?"

"SEPULUH!"

Bunyi gradak-gruduk kontan bergaung keras di telinga Kris. Pria blonde itu sedikit kaget saat bocah-bocah yang tadi sedang sibuk berkejaran layaknya kucing dan anjing, bernyanyi dengan brutal, dan berguling di atas karpet—si balita bernama Sehun itu—langsung berlari dengan cepat ke arah ruang makan.

"Nah, nah. Sudah berkumpul semuanya?"

Kris yang baru tiba di ruang makan itu langsung dikagetkan atas kehadiran sesosok wanita berapron biru dengan gambar pisang di depannya, tengah membawa semangkuk penuh sup daging yang masih mengepulkan uap panas.

"Oh, kau sudah datang? Kris Wu?"

"Err, hello.."

Wanita yang rambutnya dikepang satu itu lalu tersenyum kecil. Dan meletakkan sup yang dibawanya tadi ke atas meja.

"Taeyeon-eonni sudah menghubungiku kemarin. Dia bilang kau ingin mengisi waktu cutimu dengan menjadi salah satu pengasuh di sini. Benar begitu kan? Kris Wu?"

Blarr

Lagi-lagi sebuah petir langsung menyambar tubuh Kris seketika itu juga.

Apa katanya tadi? Taeyeon-noona'nya itu berkata bahwa ia sedang cuti dan ingin mengisi waktunya dengan menjadi pengasuh? PENGASUH?

DEMI BIKINI LEE SOOMAN YANG PERNAH DICURINYA BULAN LALU, KRIS WU KITA INI JADI PENGASUH?

DUNIA FANA MACAM APA YANG KAU TINGGALI SEKARANG INI KRIS WU?

'Kampret, sepertinya Taeyeon-noona memang berniat sekali untuk membuangku..'

"M-maaf, tapi.. Sepertinya kau salah mengartikan kata-kata Taeyeon-noona. Aku kemari, karena aku sedang mencari tempat tinggal baru. Jadi—"

"Oh, tidak, tidak.."

Kris menolehkan kepalanya sekali lagi, dan menatap seorang wanita lain yang kelihatannya berusia jauh lebih tua, tengah membawa mangkuk lain. Dan langsung mengambil tempat untuk duduk. Wanita yang keseluruhan rambutnya telah diikat menjadi satu itu, kemudian menautkan jemari-jemarinya, dan menatap Kris intens.

"Taeyeon dan aku sudah membicarakannya nak. Kalau kau ingin tinggal di sini, maka kau harus. Mau. Menjadi. Pengasuh." wanita itu menjeda kata-katanya sebentar, sebelum melanjutkannya sembari memasang wajah 'aku—sebenarnya—tidak—begitu—peduli—dengan—urusanm u—tapi—turuti—saja—semua—kata-kataku—ini—begitu—le bih—baik'.

"Itu persyaratannya yang telah kami sepakati berdua."

Krtakk

Hati Kris langsung pecah, menjadi beberapa bagian.

'Tapi kan objek pembicaraan kalian berdua itu AKU!'

Gulp

Kris menelan ludahnya paksa. Dan balas memandang wanita tadi takut-takut.

"Nah, nah. Kau tentunya tidak ingin tinggal di sini secara cuma-cuma kan, Kris? Semua hal di dunia ini tidak ada yang gratis anak muda.." celetuk si wanita berkepang, dan tersenyum hingga kedua matanya membentuk seperti bulan sabit.

Kelihatannya saja wanita ini tampak lebih ramah. Tapi sebenarnya, Kris tahu dengan jelas, jika wanita berkepang itu tak ubahnya seperti sosok iblis.

"A—aku mengerti." Kris menganggukkan kepalanya pasrah, membuat kedua wanita tadi menyeringai kecil.

"Bagus, kalau kau akhirnya bisa menggunakan otak kosongmu itu. Sekarang, kau bisa ikut makan malam bersama kami."

Twitch

'A-apa? Otak kosong?'

"Tentu."

"Ahjusshi! Sini duduk di sampingku! Kebetulan Luhan-hyung belum pulang dari les! Ppali!"

Kris memandang si bocah bermata bola yang tadi memanggilnya, dan menghela nafas sejenak. Menyetujui ajakan bocah tadi, Kris-pun segera duduk di samping bocah bermata besar itu.

"Wanita-wanita tadi, adalah eomma dan noona kami di sini. Yang rambutnya diikat itu, Huang Mei Li-eomma. Dia ibunya Panda-hyung. Dan saran dariku, kau harus tahan dengan mulut pedasnya." desis bocah itu pelan, seolah tak ingin ada siapapun yang mendengar percakapannya dengan Kris.

"Yeah, aku paham kenapa kau memberiku saran seperti itu."

"Lalu wanita yang rambutnya dikepang itu, namanya Yuang Zhin-noona, dan dialah pemilik rumah ini. Dibandingkan mengkhawatirkan eomma, sebenarnya wanita yang satu itu jauh lebih berbahaya. Kau jangan pernah macam-macam dengannya, atau kau akan dijadikan bahan eksperimen rahasia miliknya. Kudengar Joonmyun-hyung sudah pernah menjadi korban."

"Korban?"

Kris bertanya dengan suara lirih, dan memandang Joonmyun, bocah berkulit pucat yang tadi menyuruh anak-anak lain untuk makan malam, sedang mengunyah makanannya dengan ekspresi yang mengerikan.

"Well, jika kulihat wajahnya yang seperti itu. Aku juga paham. Mungkin dia sedang menutupi rasa traumanya." lanjut Kris, dan memasang wajah layaknya seorang detektif yang sedang menganalisa sebuah kasus.

Kris jadi bertanya-tanya, sebenarnya eksperimen macam apa yang sudah dilakukan wanita itu hingga membuat anak kecil seperti Joonmyun yang aslinya memiliki rupa bak malaikat menjadi makhluk yang sifatnya sejenis dengan kaum Viking?

Bletak

"Hiiiyaaaa! Kepala indahkuuuuu! Siapa yang melemparkan sendok sup-nya ke kepalaku?"

Si bocah bermata besar itu kemudian menjerit kesal, dan mengangkat sebuah sendok yang tadi bersarang indah di kepalanya. Kris ikut menolehkan kepalanya, dan mendapati si wanita berkepang tengah mengangkat sebelah tangannya.

"Aku yang melemparnya."

"Noona! Kenapa kau kejam sekali?"

"Karena kau terlalu cerewet Do Kyungsoo!"

"Ta—tapi.."

"Berhenti berbicara, dan habiskan makananmu mata ikan!"

Bocah yang memiliki mata bulat itu hanya bisa menggerutu kecil, dan melanjutkan makan malamnya yang tertunda. Kris memandang bocah di sampingnya itu dengan tatapan iba, dan kemudian menikmati makan malamnya dalam diam.

'Semoga aku bisa bertahan hidup di antara makhluk-makhluk ini, Ya Tuhaaan!'

.

::

:: xOx ::

::

.

Kris terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamar barunya yang berada di lantai atas. Pria itu mendapatkan kamar yang tepat di bawah atap rumah—yeah, kamar Kris ternyata bekas loteng yang di sulap menjadi ruang tidur—bernama Fool House tersebut. Kamar baru milik Kris itu belum ada lampunya. Kata Yuang Zhin—pemilik rumah ini—suatu saat nanti dia akan membelikan bola lampu dan menyuruh seorang pemuda bernama peach—Taozi, atau siapalah yang jelas Kris tidak ingat namanya, untuk memasangkannya di sana.

Kris kemudian melangkahkan kakinya ke arah setumpukan kardus yang berada di sudut ruangan. Dan memandangi benda berbentuk kubus tersebut dengan pandangan malas.

"Aku bereskan besok sajalah.." gumamnya pelan, dan menghela nafas lelah.

Pria pirang itu lalu berjalan ke arah tempat tidurnya, dan membaringkan tubuhnya dengan nyaman di sana. Ia melipat kedua tangannya di bawah kepala. Sedang kedua matanya memandangi langit malam yang terlihat jelas karena atap kamarnya terbuat dari kaca.

Kruuuk

Kris mengernyitkan dahinya sejenak, dan mulai menggerayangi perutnya yang baru saja menimbulkan suara berisik.

"Sial, aku lapar lagi.."

Kris menggerutu kecil, dan kembali beranjak bangkit dari posisi tidurnya. Pria itu kemudian membuka lantai kayu yang berfungsi sebagai pintu, membuat beberapa anak tangga mulai menjulur ke bawah.

Tap

Tap

Tap

Ia lalu menuruni anak-anak tangga itu dengan cepat. Dan berjalan sedikit tergesa ke arah dapur yang terletak tepat di sebelah kiri tangga kamarnya. Pria itu menarik nafas lega saat ia tak melihat penghuni lain rumah ini sedang berkeliaran di sekitar sana.

Cklek

Kris membuka satu persatu lemari-lemari dan laci yang ada di dalam dapur tersebut. Namun sayang ia tak menemukan satu-pun jenis makanan di sana.

Baru ketika ia membuka lemari es, ia menemukan beberapa buah pisang dan juga apel yang tergeletak damai di dalam sana, seolah memanggil-manggil namanya minta segera dimakan. Kris pun menyeringai kecil, dan memasang senyuman jahat saat kedua tangannya telah memegang dua buah tersebut.

"Kekekeke, lumayan. Daripada tidak sama sekali."

Pria pirang itu kemudian menguliti pisang yang di bawanya, dan segera menggigit daging buah tersebut dengan ganas.

Tap

Tap

Dan di saat Kris tengah sibuk dengan pisang yang lain, ia tak menyadari jika ada seseorang yang sedang berjalan pelan di belakangnya..

Tap

Tap

..lengkap dengan tangan yang menggenggam sebuah wajan Teflon.

Dan setelah itu..

"BIADAB! DASAR PENCURI TAK TAHU DIRI! RASAKAN PUKULAN MAUT ALA HUANG ZI TAO! HEYYYAAAA!"

Buakh

Brukh

Jduak

Ppak Ppak Ppak

..muncul-lah suara-suara yang serupa dengan tulisan ber-bold di atas.

"AAARRRRGGHHHH! HEY! APA YANG KAU—ADUH! AWW, HENTIKAN! HENTIKAAAN!"

Oh, dan tolong jangan lupakan teriakan Kris yang sedang mengaduh kesakitan sembari menutupi wajahnya menggunakan kedua lengannya.

Pemuda yang sedang sibuk menghantam-hantamkan wajan teflon yang dibawanya ke arah tubuh Kris itu sontak menghentikan kegiatannya sejenak, dan memandang pria jangkung berambut pirang di depannya dengan tatapan takut-takut.

Kris yang menyadari jika pemuda itu telah menghentikan aksinya, segera menurunkan kedua tangannya. Dan mendelikkan kedua matanya tajam ke arah pemuda itu.

Awalnya Kris hendak menautkan kedua alis tebalnya marah. Tapi beberapa saat kemudian, ia urung melakukannya karena mendapati wajah manis pemuda tadi tengah memerah, dan menatapnya kaget.

"K—kau?"

"APA?"

Kris membentak pemuda tadi, dan mulai melangkahkan kakinya mendekati pemuda berambut hitam tersebut. Membuat si pemuda langsung memejamkan kedua matanya takut, dan melangkahkan kakinya mundur ke belakang.

"K-Kris Wu—ah, bukan Wu Yi Fan-sshi.. T-tolong maafkan saya!" pinta pemuda tadi, sembari meremas wajannya erat-erat.

"Berani-beraninya kau memukuli seorang artis tampan sepertiku! Kau pikir dirimu siapa hah? Dasar bocah!"

Ctak

Kris menyentil pelan dahi pemuda tersebut, dan kembali memandang si pemuda galak. Ia sedikit mengulum senyum kecil saat pemuda tadi jatuh ke atas tanah dan berlutut di depannya, sembari menangkupkan kedua tangannya ke hadapan Kris.

"A—ampun om, jangan perkosa saya om! Saya ini masih perawan om! Adik-adik saya banyak om!"

Twitch

Twitch

Dahi Kris berkedut kesal, hingga menimbulkan beberapa perempatan kecil mulai bertengger di belakang kepalanyanya. Ia sungguh tak menyangka dalam sehari ini ia dipanggil dengan sebutan "Om" oleh beberapa bocah yang berbeda.

"Kampret! Bandit mana yang mengajarimu berkata dengan bahasa seperti itu hah?" geram Kris kesal dan dengan semena-mena langsung mengangkat kerah mantel yang masih digunakan pemuda bersurai segelap malam itu.

"Sa-saya menontonnya di televisi om! Itu kan kata-kata Jessica Jung di drama yang kalian bintangi bersama.." ucapnya sambil memasang tatapan memelas.

Kris mengerutkan dahinya sejenak, sembari mengingat-ingat apakah ia pernah membintangi drama dengan dialog seperti itu atau tidak? Ia bahkan tidak pernah tahu kalau ia pernah beradu akting dengan Jessica Jung. Artis yang terkenal dengan citra buruk karena sering membuat kontroversi dengan beberapa artis lain.

"Hm, aku tidak ingat dengan dialog yang seperti itu.." gumam Kris pelan, membuat pemuda yang kerah mantelnya masih ia cengkeram mendengus geli.

"Wajar saja sih, itu kan sudah sepuluh tahun yang lalu.." bisik pemuda itu tak kalah pelan. Takut jika kata-katanya barusan akan di dengar oleh Kris.

Kris kemudian melepaskan cengkeraman tangannya pada kerah pemuda tadi, dan memandang si pemuda yang tampaknya baru berusia sekitar enam belas atau tujuh belas tahun itu dengan tatapan menyelidik.

Ia memandang pemuda berambut hitam itu dalam diam, dan memperhatikan penampilan si pemuda yang sungguh awut-awutan. Rambut pemuda itu tampak basah, sepertinya baru terkena hujan atau salju. Lalu pemuda itu memiliki kantung mata yang sangat tebal di bawah matanya, sehingga wajahnya sedikit—banyak menyerupai muka panda, sepertinya pemuda itu sudah tidak tidur selama beberapa hari. Dan kalau Kris tidak salah lihat, pias manis si pemuda itu tampak sedikit pucat.

"Siapa nama—"

Kris kemudian hendak bertanya tentang identitas si pemuda itu.

Brugh

"—mu?"

Namun sayang, sebelum si pemuda menjawab, tubuhnya sudah ambruk terlebih dahulu ke depan. Menabrak dada bidang Kris yang mau tak mau mendekap tubuh pemuda tersebut.

"He—hei! Bangun bocah! Kenapa kau pingsan di sini?"

"...grooookkk!"

"Sial! Dia malah tidur!"

.

::

:: xOx ::

::

.

"Jadi—ini ya wajah seorang artis saat sedang tidur?"

"Wajahnya mirip tukang sedot wc kalau dia membuka mulutnya selebar itu."

"Puahahaha! Kau benar Zhang Yixing!"

"Nah kan? Aku ada benarnya juga kan, Chanyeol-ah?"

"Mirip tukang sedot wc ya? Bagus sepertinya aku bisa menjadikannya sebagai bahan gosip baru."

"Jangan macam-macam Do Kyungsoo!"

"Tehehehe, maaf Joonmyun-hyung."

"Hei, bagaimana cara kita membangunkan mereka berdua? Kau ada ide Jongdae-ya?"

"Um, sepertinya tidak Baekhyun-hyung."

"Bubuwa kuwa iyaaa?"

"Aish, Sehun-ah! Jangan berbicara dengan bahasa seperti itu! Yixing, coba terjemahkan."

"Hm, menurut kata-kata Sehun barusan, dia baru saja memberi saran bagaimana kalau dia mengencingi Panda-hyung dan om-om ini saja agar terbangun. Begitulah maksud yang tersirat dari kata-kata Sehun barusan, Joonmyun-hyung."

"Aguga dudujija uwa!"

"Nah, dia baru saja membenarkan kata-kataku tadi."

"Ya sudah Sehun-ah, kau kencingi saja mereka."

"Eiiy, tak semudah itu Jongin-ah!"

Cklek

Sontak bocah-bocah yang tadi sedang mengelilingi dua laki-laki yang saling tidur berpelukan itu menolehkan kepala mereka kaget, saat mendapati seorang bocah lain berambut madu sedang melongokkan kepalanya dari bawah lantai kayu yang menjadi pintu.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Cepat turun dan sarapan! Yuang Zhin-jiejie tampaknya sedang dalam mood yang buruk pagi ini."

Bocah-bocah tadi tampak bergidik takut, dan mulai beranjak dari posisi mereka masing-masing.

"I—iya, kami akan segera turun Luhan-hyung. Terima kasih sudah memberitahu kami." ucap Joonmyun terbata, dan segera menyuruh saudara-saudara lainnya untuk cepat turun ke lantai bawah.

"Sayang sekali Sehun-ah. Kau belum bisa menggunakan senjata pamungkasmu ini." gumam seorang pemuda berkulit tan yang sedang menggendong Sehun, sembari menepuk-nepuk popok yang digunakan balita berusia tiga tahun tersebut.

"Duduwa iyaaa!" sedang balita bernama Sehun itu mengerucutkan bibirnya imut. Dan mulai menjambak rambut ikal milik pemuda yang sedang menggendongnya.

Kelihatan sekali jika ia tengah kesal.

Drap

Drap

Drap

Drap

Dan beberapa saat ketika bocah-bocah tadi menuruni kamar sekaligus loteng tersebut. Dua lelaki yang menjadi bahan tontonan tadi pun, membuka kedua mata mereka, dan saling memandang manik mata seseorang di hadapannya.

Hitam bertemu cokelat gelap.

"Engh—morning.."

Cokelat gelap mendekatkan wajahnya, dan mengecup bibir si hitam sayang.

Cup

"Pagi, tidurmu nyenyak semalam?"

Hitam mengucek matanya sejenak, dan menganggukkan kepalanya pelan.

"Ung, semalam pekerjaanku benar-benar kacau. Aku juga bertemu pencuri di dapur rumahku. Tapi ternyata itu cuma artis bau tanah yang baru saja pindah ke rumah."

Cokelat gelap mengerutkan dahinya bingung. Dan mulai melebarkan kedua matanya. Kaget.

"Pencuri? Artis bau tanah?"

Si hitam ikut tersentak kaget, dan menolehkan wajahnya cepat.

"Iya, pencuri. Semalam kan—HUWAAAA! KENAPA KAU BISA TIDUR BERSAMAKU? KAU SUDAH MENGOTORI TUBUHKU YANG SUCI INI YA?" jerit si hitam keras, dan menunjuk-nunjuk pria pemilik mata cokelat gelap di hadapannya tak sopan.

"Kau memanggilku apa bocah panda? Artis bau tanah?" tanya si pemilik mata cokelat, dan menoyor kepala si pemuda beriris hitam.

"DAN KENAPA KAU MENCIUM BIBIRKU SEGALA?"

"JAWAB PERTANYAANKU DULU BOCAH!"

"KAU MESUM!"

"APAAA—SETELAH KAU MENGATAIKU BAU TANAH KAU JUGA MEMANGGILKU MESUM? KURANG AJAR!"

"OM-OM PEDOFIL! TUKANG MENODAI BOCAH POLOS! MATI SAJA KAU SANAAAA!"

"APA KATAMUUU? COBA ULANGI LAGI ATAU AKU AKAN—"

"Hoi kalian—mau sarapan atau tidak?"

"TUNGGU SEBENTAR!"

Wanita berkepang satu yang baru saja menginterupsi pertengkaran keduanya pun kicep di tempat. Dan sebelah tangannya mulai mengambil salah satu sandal yang di pakainya.

BLETAK

BLETAK

Nice shooooot!

Ketika sebelah sandal tadi dilempar, bung! Tampaknya ujung sandal yang satu mengenai kepala si pria pirang, dan ujung yang lain sukses menghantam kepala si pemuda bersurai hitam. Ini dia yang namanya sekali lempar dua kepala kena!

"ADAWW!"

"UWOOORGHHH! JIEJIE, KENAPA KENAPA KEPALAKU JUGA?"

"Cepat. Turun. Atau. Kalian. Berdua. Kugantung. Di. Atap. Rumah. Hm?"

Kini kedua lelaki itu yang kicep. Membatu di tempat masing-masing. Mereka hanya bisa menundukkan kepala mereka ngeri saat wanita tadi menatap mereka tajam.

"B—baik, kami akan segera turun."

Si pemuda bersurai hitam itu menjawab lirih, dan mulai beranjak turun dari atas ranjang si pria berambut pirang. Dan meninggalkan sosok blonde itu yang tengah merapalkan doa di dalam hatinya.

'TUHAN! SEBENARNYA DUNIA FANA MACAM APA YANG SUDAH KAU CIPTAKAN UNTUK HIDUPKU YANG MALANG INI, TUHAAAAN?'

Dan jeritan pilu sang artis tua itu lah, yang mengakhiri prolog kisah hidupnya di rumah bernama Fool House ini.

.

::

:: To Be Continued ::

::

.

[Cuap-cuap]

Ada yang bisa kasih tau, ini cerita abal kenapa bisa ke-aplod di sini? Kalo ada tolong tulis jawabannya di kotak ripiu ini ya teman? \( ^-^)

*tunjuk-tunjuk bawah*

*dan setelah itu author ini dibom Molotov*

Sosok Sehun yang masih balita itu, keinspirasi dari adik ane masih belom teteh buat ngomong. Omongannya ya persis kaya gitu tuh. Padahal umurnya hampir 3 tahun (-_-)a /ya terus?/ Kadang gemes sendiri pas liat cara dia ngomong. Pengen gua jitak aja kepalanya dia. /ya terus? ya terus?/

Hm, yaudahlah. Sekian aja dari gua.

See ya ( ^o^)/