Warning: AU, typo.


Third Star © Hattie Dalton and Vaughan Sivell


Hai Jim.

Tak terasa satu tahun bergulir tanpa kehadiran tawa, senyum, dan candamu. Aku tahu ini sangat konyol, menulis surat untuk seseorang yang jelas-jelas tidak mungkin kembali. Tapi aku ingin kau tahu bahwa kami tidak pernah sedetikpun melupakanmu. Kenangan tentangmu terlalu banyak untuk dilupakan.

Kami merindukanmu kawan, maka itulah hari ini kami mengunjungi lagi Barafundle Bay. Ya, tempat dimana terakhir kali kami tertawa bersamamu. Keretamu masih mengapung diantara karang-karang tajam, jika kau ingin tahu. Hanya saja tas-tas itu hilang. Mungkin si pria bodoh penggila Star Wars itulah yang mengambilnya. Oh ingatkah kau kepada si penjual tiket kapal ferry? Ketika kami kemari, ia menanyakanmu. Itu benar-benar membuat Miles hampir terkena serangan jantung. Oh ya kini Miles telah menikahi kakak perempuanmu, kawan. Kau seharusnya lihat betapa cocok dan bahagianya mereka. Bill pekan lalu akhirnya mendapatkan pekerjaan yang benar-benar ia inginkan. Itu membuatnya bahagia dan tidak uring-uringan lagi. Dan aku, eh, aku masih menganggur. Kau boleh menertawakanku, sobat. Yah kami baik-baik saja, setidaknya, kau tidak perlu khawatir.

Dear Jim

Aku teringat akan apa yang kau katakan tempo lalu bahwa kami tidak mengerti apa yang kau rasakan. Itu tidak benar, Jim. Kami memang tidak secara langsung merasakan apa yang kau derita. Tapi kami dapat merasa kesakitan yang semakin hari semakin menusuk jika mengingat dirimu. Entah apapun yang kau minta, yang kau katakan, dan yang kau maki, kami sesungguhnya selalu berpegangan pada suatu harapan dan keajaiban kecil agar dapat melihatmu kembali dengan senyum merekah dan tawa yang memecah langit malam bertabur bintang.

Dari kami untuk mu, sahabatku.

Davy, Bill, Miles.


Davy berdiri di tepi pantai, memegang sebuah botol kaca bekas berisi sedikit cairan morfin milik James yang di dalamnya terdapat sepucuk surat yang di gulung rapi. Matanya berkaca-kaca. Disebelah kanannya, Miles memegang erat bahu Davy sambil sesekali menghapus air matanya yang tak dapat terbendung. Sedangkan Bill menangis dalam diam. Tak peduli dengan air matanya yang sudah membasahi pipinya sejak mereka datang.

Cahaya matahari mulai nampak malu dari balik celah-celah awan yang mengepul. Ombak kini telah menghantam pinggang mereka dengan ganas, menandakan air pasang mulai datang.

"Jim. Tak banyak yang bisa aku sampaikan. Tapi, kami semua ingin kau tahu bahwa kami sangat-sangat merindukanmu. Kuharap kau bisa bahagia di alam sana." Ucap Davy sambil menghanyutkan botol kaca itu ditengah ganasnya ombak pantai Barafundle.


A/N: terlalu menghayati filmnya. Jadi begitu kedapetan ide, saya langsung nulis ini.

Takut keburu males~ :')