From The Future

Disclaimer : Katekyo Hitman Reborn! © Akira Amano

Rate : T+++++++++++ (Kebanyakan +nya. Authornya lebay.) nyerempet M mungkin.

Genre : Romance/Tragedy(?)

Warning! Yaoi, OOC akut, typo, hint lemon, dll.

.

.

.

Tsuna berlari secepat yang ia bisa. Ia tak peduli dengan peraturan 'tak boleh berlari di koridor' meskipun ia tahu hal itu sama saja dengan bunuh diri.

Selama ia berlari, ia terus menerus berdoa agar tak bertemu dengan sang ketua komite kedisiplinan. Tapi sialnya, ia malah tak fokus dan akhirnya menabrak sesuatu—atau mungkin seseorang.

Sebenarnya apa yang mengejar Tsuna hingga lari tunggang-langgang seperti itu?

Jawaban dari pertanyaan di atas bukanlah sekelompok senior tukang bully apa lagi pembunuh bayaran yang akan membunuh Tsuna, melainkan seorang anak berumur 5 tahun yang kerap disapa Lambo. Mengapa ia harus takut pada anak kecil yang bahkan tinggal satu atap dengannya? Entahlah. Mungkin saja mereka sedang bermain petak umpet atau kejar-kejaran. Atau bisa jadi anak kecil itu memang ingin membunuhnya. Buktinya Lambo sudah menyiapkan senjata andalannya, Ten Years Bazooka. Tapi bukankah Ten Years Bazooka tak akan membunuh orang yang ditembaknya?

Lupakan saja. Yang terpenting sekarang adalah nasib Tsuna yang ternyata menabrak orang yang paling tak ingin ia temui, Hibari Kyoya.

Dan lagi posisi mereka sekarang sangat—hmm… mengundang salah paham. Lihat saja. Tsuna dengan indahnya jatuh menindih tubuh Hibari. Dan lebih parahnya lagi—

—bibir mereka bertautan.

Kami-sama! Betapa indah—ehem, sialnya Tsuna saat ini.

Tsuna membelalakkan matanya. Saking lebarnya, matanya serasa ingin melompat keluar. Wajahnya merah padam. Bahkan lebih merah dari kepiting rebus.

Bagaimana dengan Hibari? Jika dilihat-lihat, reaksinya tak jauh beda dengan Tsuna. Bedanya hanyalah reaksi Tsuna sangat berlebihan.

Jika Tsuna membelalakkan matanya hingga hampir copot, mata Hibari hanya sedikit lebih lebar dari seharusnya. Wajah Hibari juga tak semerah Tsuna. Hanya terlihat semburat merah tipis di kedua pipinya.

Sudah berapa lama mereka bertahan dalam posisi itu? Rasanya sudah cukup lama. Tetapi mengapa tak ada satupun dari mereka yang berpindah posisi? Bukankah seharusnya Hibari di atas?

Abaikan.

Maklumi saja otak Tsuna yang memang lambat dalam hal memproses. Tapi bukankah otak Hibari dapat bekerja lebih cepat? Nampaknya Hibari menikmatinya.

Sebenarnya tak apa jika mereka ingin melanjutkannya. Toh sudah lewat jam pulang. Semua murid pasti sudah pulang sejak tadi.

"Gyahahahaha!"

Yah, jika anak berambut kribo itu tidak datang, pasti mereka sudah melakukannya.

Sayang sekali, bukan? Anak berambut kribo itu mengacaukan segalanya. Atau mungkin ia malah memiliki rencana lain yang lebih baik dari ini? Hanya Tuhan yang tahu. Kita lihat saja nanti.

Tsuna langsung bangkit dari posisi sebelumnya. Ia baru saja akan berlari saat melihat Lambo yang berlari mendekatinya. Tapi ternyata Lambo terpeleset dan jatuh terjerembab. Wajahnya membentur lantai dengan indahnya. Bazooka yang sedari tadi ia pegangpun terlempar ke arah Tsuna dan menelan Tsuna bulat-bulat.

Lambo bangkit dari posisi jatuhnya lalu berlari meninggalkan Nami-chuu sambil menangis. Ia tak mau bertanggung jawab atas semua yang telah ia lakukan.

Gumpalan asap berwarna merah mudapun muncul di tempat Tsuna berdiri. Perlahan asap itu menghilang dan tampaklah seorang pemuda yang kita kenal sebagai Tsuna dari masa depan.

Wajah Hibari memerah. Bahkan ia dapat merasakan sesuatu mengalir keluar dari hidungnya. Iapun langsung menutup hidung dan mulutnya dengan kedua tangannya.

"Herbivora."

Tsuna menoleh ke arah Hibari. Ia memandang Hibari dengan tatapan bingung yang sukses membuat wajah Hibari semakin memerah. "Hmm?"

"Herbivora, pakai bajumu," Hibari membuang mukanya. Ia tak berani menatap Tsuna.

Tsuna mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih menatap Hibari bingung. Seingatnya Hibari tak pernah memanggilnya 'herbivora' lagi sejak 5 tahun yang lalu. Tapi mengapa sekarang—

"Cepat lakukan atau kamikorosu."

"HIIIEE?" Tsuna dengan cepat menutupi tubuhnya yang polos dengan tangannya setelah ia menyadari dirinya tak lagi berada di kamarnya. Seluruh wajahnya memerah bagai kepiting rebus. Seingatnya beberapa detik yang lalu ia berada di kamarnya sedang melakukan itu dengan orang yang sekarang berada di depannya. Dilihat dari tubuh Tsuna yang penuh dengan kissmark dan bitemark pun orang-orang juga sudah tahu bahwa ia baru saja melakukan itu. Dan kenapa harus terlempar ke masa 10 tahun yang lalu di saat ia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah melakukan itu? Sepertinya ia memang sedang sial.

Tsuna menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung. Ia tak tahu mau menjelaskan apa pada Hibari yang ada di hadapannya. Ia tak bisa berbicara dengan gamblang soal hubungan mereka di masa depan. Ia hanya bisa menunggu waktu sampai ia kembali ke masanya.

"T-tapi Kyo—ehm, Hibari-san, bukankah sebentar lagi aku akan kembali ke masaku? Jadi memakai baju juga tak ada gunanya, bukan?" Lagipula kau akan langsung merobek bajuku saat aku tiba di sana, tambah Tsuna dalam hati. Sepertinya mengajaknya berbicara sebentar bukanlah hal yang buruk. Hibari juga mendengarkan dengan baik, sepertinya. "Jam sekolah juga sudah selesai. Tak akan ada yang melihatku di sini selain dirimu. Kau tidak keberatan, 'kan?" Tsuna memasang puppy-eyes andalannya. Hibari yang melihat itu langsung merasakan panas mengalir di wajahnya.

"Terserah kau saja," Hibari langsung berbalik dan melangkah menjauhi Tsuna. Ia sudah tak kuat lagi menahan darah yang mengalir dari hidungnya.

"T-tunggu, Kyo—Hibari-san!" Tsuna langsung bangkit dan mengejar Hibari yang melangkah lebih dulu. Ia tak peduli dengan penampilannya yang polos tanpa sehelai benangpun. Dan untung saja tak ada orang lain selain mereka berdua di sini.

Tsuna langsung meraih tangan Hibari saat jarak mereka mendekat. Dan saat Hibari ingin menepis tangan yang sudah bertaut dengan tangannya, kepulan asap berwarna merah muda muncul di tempat Tsuna berdiri. Hal itu membuat Hibari menghentikan langkahnya.

Hibari menatap kepulan asap merah muda tebal itu hingga benar-benar menghilang dan menampakkan sosok yang ia kenal. Sosok Tsuna dari masa ini. Waktu 5 menitnya telah habis dan mereka kembali bertukar tempat.

"Hebivora?" alis Hibari sedikit mengernyit saat melihat keadaan Tsuna sekarang. Kancing kemeja putihnya sudah terbuka semua—bahkan ada beberapa yang lepas—menampakkan tubuhnya yang halus. Tunggu, sepertinya ada beberapa bercak kemerahan di sekitar lehernya.

"HIIIEE!" Tsuna langsung menarik kemeja putihnya lalu menutupi tubuhnya. Wajahnya merah seperti ingin meledak.

Hibari langsung memalingkan wajahnya. "Aku tunggu di ruanganku," ia melangkah menjauhi Tsuna yang masih sibuk mengancingi kemejanya.

.

.

.

Owari

.

.

.

A/N : Otanjoubi omedetto, suamiku tercinta! *ditonfa* semoga kau tambah kuat dan langgeng sama Tsuna. /plak/ /gakonsisten/ Itu hadiah spesial dari saya. Lumayan 'kan bisa ngeliat Tsuna kayak gitu.

Saya gak tau saya buat apa! Otak saya lagi mesum dan masih gak berani buat rate M. Jadinya gini, deh. Ada yang mau dibuatin bagian Tsuna pas di masa depan yang terjebak bersama Hibari? Kalo banyak yang minta lewat review, saya buat kalo saya mampu. Tapi kayaknya bakal saya publish pas Tsuna ultah. Tergantung juga sama yang nge-review. Kalo menurut saya banyak, saya publish dengan segera.

Berat bersih 950 kata. Padahal saya mau buat lebih dari 1000 kata. Susah juga ya ternyata. Apalagi orangnya pemales kayak saya. /janganditiru/