©Anggara Dobby's present new Fanfiction:

Tittle :Luhan or Baekhyun?

Genre : Romance/Tragedy/Fantasy/Lil'bit humor

Pairing :Hunhan-Chanbaek/—slight!Kaisoo

Disclaimer : all character is'nt mine. All fiction? Sure, is mine.

Warning : AU!/Yaoi/Slash/OOC/typos/diksi asal-asalan/Shou-ai/ Fantasi langit (—ketinggian)


Saya tidak pernah memaksa siapapun untuk membaca Fict ini, jadi kalau yang tidak suka, lebih baik tidak usah membaca—kalau nanti ujung-ujungnya cuma komentar yg menjatuhkan mood si penulis. Thanks:D


Chapter 1 : The Tragedy


Sehun mengarahkan lensa kamera DSLR Nikon-nya kearah pohon Sakura yang bunga merah muda-cantiknya tengah berguguran. Angin musim gugur menerbangan beberapa kelopak bunga sakura yang terlepas, membawanya menjauh kearah para mahasiswa yang tengah bersantai di taman belakang kampus. Sehun membidik dan sejurus kemudian mengambil gambar saat para mahasiswa disana menangkap kelopak bunga sakura beramai-ramai.

Ckrek!

Sehun mendengus geli melihat wajah bodoh teman-temannya yang mengikuti kelopak bunga sakura yang berterbangan itu layaknya bocah TK. Hasil gambarnya cukup bagus dan jernih. Sehun bahkan melihat dengan jelas Jongdae yang sedang menganga diantara kerumunan teman-temannya. Wajahnya konyol sekali.

Sehun kembali mengarahkan kamera yang terkalung di lehernya, kali ini masih diobjek yang sama—pohon sakura. Sehun sangat menyukai bunga-bunganya yang tengah berguguran. Terlihat sangat cantik, dan sangat sempurna untuk diambil gambarnya. Setidaknya Sehun berharap gambar-gambar bunga sakura ini bisa meluluhkan hati dosen menyebalkannya hingga Ia bisa mendapat nilai awesome dan outstanding.

Saat Sehun hendak mengambil gambar, tiba-tiba seorang pemuda manis menghalangi pemandangannya dan duduk dibawah pohon sakura tersebut.

Oh.

Dia tidak menghalangi.

Melainkan menyegarkan mata Sehun.

Sehun bisa melihat jelas pemuda dengan paras menawan itu yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya itu membuka sekotak makanan—oh apa dia mau sarapan? Sehun rasa-rasanya ingin berjalan menghampirinya dan duduk disebelahnya. Ikut sarapan dengannya pasti menyenangkan, selain karna Sehun juga belum sarapan—iya, sebut saja dia mau menumpang makan—Sehun juga bisa melancarkan aksi pendekatannya. Bisa dibilang, sekali merengkuh dayung, satu-dua pulau terlampaui.

Bukannya menghampiri pemuda manis itu, Sehun malah memfokuskan lensa kamera kearahnya. Kesempatan ini jarang sekali datangnya. Sehun bisa mengambil gambar si manis itu sebanyak-banyaknya, lalu dicetak, dan ditempeli didinding kamarnya. Apa dia terlihat seperti seorang maniak?

Ckrek!

—Oh dia terlihat indah sekali dengan bunga-bunga sakura yang berjatuhan di sekitarnya. Terlihat seperti bidadari yang baru saja turun ke bumi. Bersinar dan memukau. Sehun memang hiperbolis, maklumi saja. Lagipula dia bersikap hiperbola hanya dalam waktu tertentu saja. Contohnya, saat bertemu pemuda manis itu.

Ckrek!

—Sehun merasa aliran darahnya terhenti kala pemuda manis itu mengunyah sandwich-nya. Menggemaskan sekali. Lihatlah, pipinya yang menggembung itu serta bibir merahnya yang mengerucut. Astaga, Sehun rasanya ingin menggigitnya dengan kencang. Bagaimana ada seseorang yang terlihat manis sekali saat sedang makan?

Ckrek!

—Sehun tidak tahu, kapan terakhir kali ini memiliki obsesi sekuat ini terhadap orang lain. Yang jelas, perasaan ini sangat menyenangkan. Dadanya seperti ada kembang api yang meletup-letup diatas langit. Terlebih saat manik coklat bening-indah itu memandang kearahnya dengan binar cantiknya. Oh rasanya Sehun akan meled—tunggu!

Memandang kearahnya?

Mata Sehun membelalak, tetapi jemarinya tetap gesit membidik fokus kameranya.

Ckrek!

Ckrek!

oh shit! Sehun semakin tidak bisa berhenti mengambil gambar kala pemuda manis disana mengembangkan seulas senyum mempesonanya. Dia tersenyum kearahnya! Kau dengar itu?! Mimpi apa dia semalam, hingga mendapat senyuman dari orang yang disukainya. Sial, ini membuat Sehun benar-benar akan meledak seperti bom diudara.

Ckrek!

—Senyuman yang sangat indah. Benar-benar mempesona. Sehun tidak akan menghapus gambarnya sampai kapanpun. Ini adalah hasil jepretannya yang paling bagus sepanjang masa. Dia adalah objek terindahnya.

Ckrek!

Ckrek!

Ckr—

"—E-YO SEHUN!"

Dan detik itu pula kebahagiaan Sehun terenggut dengan adanya wajah bodoh lengkap dengan cengiran lebar—sama seperti telinga orang itu—memenuhi layar kameranya.

Sehun menggeram bahaya, "Park Chanyeol. Menyingkirlah!"

"Kenapa? Ayo foto aku, mumpung aku dalam keadaan baik." Bukannya menyingkir, Chanyeol —nama orang itu— menunjukan V-sign dan tersenyum lebar. Bersiap-siap untuk difoto. Pose yang selalu Ia gunakan saat selca dan memposting di akun Instagramnya.

"Tapi aku tidak. Tidak, sama sekali." Sehun berusaha keras agar tidak menabrakan kameranya pada dahi Chanyeol yang masih berdiri dihadapannya. Sial, dia bisa kehilangan objek terindahnya kalau begini. "Ayolah, Chanyeol hyung." Sehun mulai memelas. Kalau bukan karna pemuda manis itu, Sehun mana sudi memelas pada Chanyeol.

"Baik, baik." Chanyeol memutar bola-matanya, malas. Dan menyingkir dari hadapan Sehun.

Sehun menghembuskan nafasnya kasar saat melihat tidak ada siapa-siapa lagi dibawah pohon sakura. Dia melihat punggung pemuda manis itu sudah menjauh. Double sialan! Sehun belum puas memotretnya. Ini semua karna pemuda tinggi menjulang yang kini duduk disebelahnya. melayangkan tatapan dendamnya pada Chanyeol sebagai pelampiasan rasa kesalnya, tetapi pemuda bertelinga lebar itu malah menyeringai lebar. Ada apa lagi dengannya? Chanyeol memang tidak tahu kondisi dan situasi.

"Kau menyukai Luhan?"

Sehun terdiam seperti orang idiot. Pandangan tajamnya berubah menjadi pandangan bingung yang sangat kentara. mendengar nama orang yang berhasil membuatnya hiperbolis disebut, membuat Sehun paham akan apa yang ada dipikiran Chanyeol saat ini.

"Aku tidak menyangka seseorang sepertimu bisa juga takluk pada anak manis itu." Chanyeol tertawa ringan.

"Apa maksudmu 'seseorang sepertimu'?" tanya Sehun sakartis. "Begini-gini, aku masih mempunyai organ dalam yang utuh. Aku punya jantung, lengkap dengan hati. Aku bisa jatuh cinta!" ucap Sehun mendrama.

Chanyeol terbahak, membuat Sehun bertambah jengkel berkali-kali lipat. Bisakah dia meminta izin pada Mrs. Park untuk membunuh anaknya ini?

"Calm down, dude." Chanyeol berhenti tertawa melihat sahabatnya itu akan kehabisan kesabaran. "Aku turut bahagia kau akhirnya bisa membuka hati pada orang lain lagi."

Sehun mendudukan dirinya disebelah Chanyeol. Dia tersenyum dalam hati, betapa mudahnya dia menyukai Luhan dalam satu kedipan. Hatinya yang sudah tertutup bertahun-tahun, dibuka kembali oleh pemuda asal Beijing yang pertama kali Ia lihat diperpustakaan bulan lalu. Hanya dengan bertatapan selama tiga detik, Sehun langsung memproklamirkan jika dirinya sudah menyukai Luhan. betapa menggelikannya cinta pada pandangan pertama itu. sial, Sehun rasanya ingin mentertawakan dirinya sendiri. Lagipula siapa yang bisa menolak pesona Luhan? segala keindahan ada padanya. Sehun tidak bisa memungkiri jika dirinya juga sudah terjerat pesona mahasiswa baru itu.

"Kau sudah mengenalnya?" tanya Chanyeol, memecahkan lamunan menggelikan Sehun.

Sehun mengangguk. "Ya, dia Luhan. pendiam, pintar, berbakat, manis—dan kelihatannya juga polos. Asal Beijing, lancar berbahasa Korea. Dia menyukai sepak bola, bambi—rusa, dan berteman baik dengan Minseok, kekasih si unta Jongdae."

"Wow, kau tahu semuanya. Kau sudah sangat dekat dengannya? Mengapa aku tidak tahu?"

"Sialnya aku tahu semuanya dari Minseok." Sehun menghela nafasnya halus. Dia menyesali jadwalnya dan Luhan yang selalu berbeda, hingga tidak bisa bertemu dengannya setiap saat. Dan lagipula, Luhan tipe seseorang yang pemalu dan canggung. Sehun sempat tersenyum padanya sekali, tetapi Luhan hanya menundukan kepalanya.

"Kau… tidak akan menyerah 'kan?"

Sehun mendelik pada Chanyeol yang meragukannya. "Mana mungkin aku menyerah. aku akan berusaha mendapatkannya!"

Chanyeol mengangguk-angguk sok paham. "Baiklah, jika kau menyerah—serahkan saja Luhan padaku, Aku siap menerimanya sebagai simpananku."

"Brengsek. Akan kuadukan pada Baekhyun, aku akan menghubunginya sekarang."

"OH SIAL! AKU HANYA BERGURAU KEPARAT!"


Mereka berdua adalah mahasiswa di salah satu Universitas terfavorit di kota Seoul. Sama-sama berada dijurusan broadcasting, dan sama-sama tergabung dalam klub jurnalistik dikampus. Yang lebih muda satu tahun, bernama lengkap Oh Sehun. Berparas rupawan dengan surai hitam-kelamnya yang semakin memancarkan kesan dingin dan tegasnya. Setiap orang yang belum mengenalnya, akan berpikiran jika Sehun adalah sosok yang arogan dan sombong, dikarenakan kemiskinan ekspresinya. Tetapi dibalik itu semua, Sehun adalah pemuda yang dikenal ramah dikampus dan aktif dalam berbagai organisasi. Walaupun parasnya yang hampir mendekati kata sempurna, Sehun bukanlah pangeran kampus yang selalu diteriaki dan dielu-elukan saat berjalan dikoridor layaknya disebuah drama. Mahasiswi-mahasiswi disini memiliki rasa gengsi yang tinggi, hingga tidak sudi melakukan itu semua. Hanya menghancurkan harga diri mereka sebagai wanita cerdas, menurut mereka.

Yang satunya lagi bernama lengkap Park Chanyeol. Sosok yang sangat disegani dikampus, karena sikap easy going-nya dan pembawaannya yang menyenangkan. Senyuman lebar bak orang idiotnya adalah ciri khasnya, tetapi Chanyeol bukanlah seseorang bodoh—dia sangat berprestasi dalam segala bidang. Saat SMA dulu, Chanyeol memanglah anak yang nakal—dia pemimpin sebuah kelompok tawuran antar-pelajar, tetapi kini dirinya sudah berubah seratus persen. Berterimakasihlah pada Byun Baekhyun yang sudah merubah dirinya. Maka dari itu Sehun selalu memanggilnya dengan sebutan Park Brengsek jika mereka sedang bertengkar, karna Chanyeol dulunya memang seseorang yang brengsek. Yeah, kekuatan cinta memang bisa merubah seseorang—itulah yang selalu dikatakan Chanyeol saat mengingat dirinya dulu.

Sehun dan Chanyeol sudah berteman akrab saat SMA dulu, bahkan kedua ayah mereka menjalin kerja sama yang baik dalam bisnis mereka. Jadi, tidak mengherankan lagi melihat betapa dekatnya kedua lelaki bertubuh menjulang tersebut yang senantiasa selalu berdua kemana-mana.


Seorang pemuda bertubuh mungil terduduk di sebuah kursi panjang yang terdapat dihalaman kampus seraya memandangi para mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu-lalang didepannya. Tubuh mungilnya terbalut baju dan celana bergaris biru-putih, pakaian khas Rumah Sakit. Mata bulatnya tampak tidak memancarkan kesemangatan, lebih condong memancarkan kesedihan. Semua orang tampak mengabaikannya, tidak mempedulikan keberadaannya. Bahkan untuk melihat kearahnya saja tidak.

Kyungsoo—nama lelaki itu—menunduk, seraya menatapi kaki telanjangnya. "Mana mungkin mereka melihatku, aku 'kan bukan manusia lagi." Gumamnya setengah menggerutu.

Kyungsoo menoleh ke sebelahnya, dimana ada pemuda berkulit tan yang tengah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, seperti terlihat orang yang lelah dan berputus-asa. Itu hanya perkiraan Kyungsoo saja sih, karna yang didrama Ia lihat, orang yang sedang putus-asa pasti selalu mengusap wajahnya berkali-kali. Sekilas mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah dilanda sebuah masalah—jika saja Kyungsoo bisa terlihat oleh orang lain.

Kyungsoo mencondongkan wajahnya, berniat melihat wajah si pemuda berkulit tan itu. tetapi berakhir dirinya yang terkejut karna pemuda itu tiba-tiba membentak;

"Jangan ganggu aku!"

Kyungsoo mengerjab beberapa kali—tampak manis. Dia melihat pemuda itu beranjak dan berjalan cepat meninggalkannya. Pemuda itu… tidak berbicara padanya 'kan? Entah kenapa Kyungsoo merasa bentakan itu dituju untuknya, tetapi sangat mustahil kemungkinannya. Mana mungkin pemuda aneh itu bisa melihatnya.

Setelah kepergian pemuda berkulit tan itu, seseorang bertubuh pendek-lah yang kini duduk disebelahnya. Kyungsoo memperhatikan wajahnya, dia sepertinya bukan dari kampus ini. Kyungsoo hafal mahasiswa dan mahasiswi disini, karna kesehariannya memang selalu berada disini. Duduk dikursi halaman kampus, menunggu Kakaknya lewat dihadapannya. Seseorang disebelahnya memiliki wajah yang amat manis dan condong ke cantik—Kyungsoo sampai bingung, dia lelaki atau perempuan? Lihat saja jemari lentik nan cantiknya yang tengah mengetikan sesuatu dilayar ponselnya dengan lincah, juga lehernya yang mulus. Seperti tidak punya jakun. Mata sipitnya pun dihiasi oleh eyeliner, menambah kesan cantik pada dirinya.

"Dimana Park-sialan-Chanyeol itu?! Aku sudah menunggunya selama satu jam, tetapi dia belum muncul juga. Awas saja, jika sudah bertemu. Akan kutendang junior kebanggaannya itu."

Kyungsoo tertawa kecil. Oh, dia lucu sekali. Kyungsoo kira seseorang disebelahnya ini bermulut manis, tetapi ternyata jauh dari perkiraannya. Dia menggerutu seraya mengetikan sesuatu dilayar ponselnya dengan ganas, Kyungsoo terhibur sendiri dengan sikapnya itu. sepertinya orang disebelahnya ini, tipikal yang meledak-ledak dan pandai berbicara; cerewet. Walaupun Kyungsoo tidak mengenalnya, dia bisa pastikan karakternya memang seperti itu.

Tidak lama kemudian, dua orang mahasiswa bertubuh tinggi datang menghampiri lelaki bertubuh mungil ini. Kyungsoo mengenalinya sebagai Sehun dan Chanyeol, mahasiswa dari fakultas broadcasting. Kenapa Kyungsoo mengenalnya? Jawabannya mudah, karna mereka berdua sering duduk disebelahnya dan membicarakan banyak hal. Sekarang Kyungsoo tahu siapa lelaki mungil disebelahnya. dia pasti Byun Baekhyun, kekasih Park Chanyeol yang selalu disebut-sebut oleh si telinga besar itu. tidak mungkin kekasih Oh Sehun, karna setahu Kyungsoo, Sehun menyukai salah satu mahasiswa disini yang Kyungsoo belum ketahui.

"Kau kemana saja, bodoh?! aku sudah menunggumu selama satu jam. Kau dengar itu, Park Chanyeol? SATU JAM! Kau tidak tahu betapa canggungnya aku saat berhadapan dengan satpam disana, juga tatapan-tatapan mahasiswa lain yang memandangku seolah-olah aku ini alien. Memangnya aku ada tampang alien? Kau itu teg—"

Chanyeol segera menutup bibir tipis kekasihnya dengan dua jemari panjangnya, hingga Baekhyun terlihat seperti seekor bebek. Mata sipit Baekhyun mendelik kesal, membuat Chanyeol terkekeh gemas melihatnya.

"Jika bukan di umum, aku sudah mengunci bibirmu dengan bibirku."

Sehun memutar bola-matanya, jengah. Dia bosan sekali melihat pemandangan seperti ini. Pasangan didepannya memang kerap kali bertengkar, mempermasalahkan hal yang tak jelas—tetapi beberapa menit kemudian Baekhyun sudah dibuat tertawa oleh Chanyeol dan mereka kembali bermesra-mesraan.

"Aku marah denganmu." Baekhyun melipat kedua tangannya didepan dada, dan membuang wajahnya—tidak mau menghadap kearah Chanyeol. jika lelaki manis itu sudah merajuk, maka Chanyeol hanya punya satu solusi ampuh untuknya.

Chanyeol merangkul bahu kecil Baekhyun dan memandang wajah manis kekasihnya yang tengah merajuk. Baekhyun yang sedang merajuk adalah Baekhyun yang lebih menggemaskan dari biasanya. "Eskrim?"

"Mau!"

Nah, benar 'kan.

Chanyeol mengusak surai coklat-keemasan milik kekasihnya, "Ayo, kita beli." Yang diangguki semangat oleh Baekhyun. Dia melupakan rasa kesalnya begitu saja saat ditawarkan Eskrim. Siapa yang menolak saat Chanyeol sudah menawarinya Eskrim? Baekhyun akan sangat kenyang jika kekasihnya itu yang membelikannya.

"Well, bagaimana denganku?" interupsi Sehun yang eksistensinya mulai dilupakan oleh dua orang didepannya.

"Aku tidak yakin kau suka dengan yang manis-manis." Ujar Chanyeol dengan entengnya. "Kau tunggu sini saja, nanti aku akan kembali." Lalu mengedipkan sebelah matanya, membuat Sehun mendadak mual.

"Ya, ya, pergilah sana!"

"Bye, Sehunie!" Baekhyun melambai ceria pada Sehun disertai senyuman lebarnya yang terlampau manis itu. Sehun tidak tahan untuk tidak membalas lambaian Baekhyun. Chanyeol yang brengsek beruntung sekali bisa mendapat kekasih seperti Baekhyun, walau dia emosional dan berisik, sebenarnya Baekhyun itu sangat perhatian dan penyayang. Dia periang dan selalu berhasil membuat orang-orang disekitarnya ikut ceria sepertinya. Pantas saja, Chanyeol selalu membangga-banggakan dirinya yang bisa mendapatkan si mungil Byun Baekhyun.


Sehun menyandarkan punggungnya pada kepala kursi yang Ia duduki, tidak mengetahui kalau ada sesosok makhluk transparan yang juga duduk dikursi yang sama dengannya.

"Jika saja Luhan seperti Baekhyun, mungkin aku akan mudah mendekatinya."

"Eh? Kau menyukai Luhan?" tanya Kyungsoo, yang tentu saja tidak dapat didengar oleh Sehun. Kyungsoo juga mengenal Luhan, karna Kakaknya sering bercerita jika dia sangat mengagumi sosok Luhan yang pendiam dan manis.

"Berpikir apa aku ini? Seharusnya aku menyukai setiap yang ada pada diri Luhan." gumam Sehun, bermonolog ria.

"Ya, kau benar. Kau harus menyukai seseorang dengan apa-adanya." Kyungsoo membenarkan pernyataan Sehun dengan mengangguk-anggukan kepalanya, seperti seorang anak kecil yang baru saja memahami sesuatu. "Jika saja aku masih hidup, aku juga ingin tahu rasanya menyukai seseorang. Bagaimana rasanya ya?" Lirih Kyungsoo.

"Rasanya menyukai seseorang itu sangat menyenangkan, apalagi jika seseorang itu juga membalas perasaanmu."

Kyungsoo tertegun, melihat Sehun yang tersenyum simpul seraya mengatakan kalimat itu. dia seolah-olah sudah menjawab pertanyaan Kyungsoo. dan Kyungsoo senang bukan main. Seperti ada secercah harapan untuknya. Jujur saja, Kyungsoo ingin sekali ada seseorang yang bisa mendengar ataupun bisa melihatnya. dia sangat kesepian, dan Kyungsoo membutuhkan seorang teman.

"Sehun, kau bisa mendengar suaraku?" Kyungsoo mencondongkan tubuhnya kearah Sehun dengan excited. Berharap Sehun menoleh kearahnya dan membalas pandangannya lalu berkata 'Iya, aku bisa mendengarmu.' Tetapi yang terjadi adalah, Sehun tiba-tiba berdiri dengan wajah sumringahnya. Membuat Kyungsoo terheran-heran, apa yang membuat pemuda berparas tampan itu menjadi sumringah seperti itu?

"Luhan!"

Kyungsoo memberengutkan wajahnya, Sehun tidak bisa melihatnya ataupun mendengarnya. Bahunya kembali melemas, dia memandangi pemuda tinggi itu yang kini menghampiri sosok Luhan yang terkejut karna Sehun yang memanggilnya tiba-tiba.

Sehun tidak tahu mendapat keberanian darimana, hingga dengan spontan menyerukan nama Luhan saat namja manis itu berjalan dihadapannya. Sehun merasa aliran darahnya terhenti saat dirinya sudah berhadapan dengan Luhan yang masih terbengong-bengong. Oh, dia terlihat lebih manis dilihat dari jarak sedekat ini.

"Errr, ya?"

Akhirnya, Sehun bisa mendengar suaranya juga. Merdu sekali, seperti alunan melodi indah yang mengalun halus saat malam hari—oh shit, Sehun memang hiperbolis.

"Maaf, tadi sudah memotretmu sembarangan." Sehun mengelus tengkuknya dengan canggung. Sebenarnya dia tidak merasa menyesal sama sekali. Tapi, apa salahnya berbasa-basi dengan orang yang kita sukai, bukan?

Luhan tertawa kecil, membuat Sehun menahan hasratnya mati-matian agar tidak menculik lelaki manis itu. Tawanya terdengar seperti alunan simfoni yang menggetarkan hati, Sehun ingin mendengarnya setiap hari. "Tidak apa-apa, ermm—"

"Oh Sehun. namaku Sehun," dengan secepat kilat, Sehun menjulurkan tangannya kearah Luhan. "Kita belum berkenalan secara teknis. Aku tahu namamu, karna tidak sengaja mendengar temanmu memanggilmu kemarin. Well, bisakah sekarang kita berkenalan?"

Luhan membalas uluran tangan Sehun, dan tersenyum kecil. "Seperti yang kau dengar. Namaku, Luhan. senang berkenalan denganmu, Sehun." dan detik itu juga, Sehun merasa ada sengatan listrik yang menyengat tubuhnya. Dia berharap tidak kejang-kejang saat itu juga.

"Ya, aku juga. Sangat senang." Tanpa sadar, Sehun mengulas senyumnya yang jarang terhias diwajah datarnya. Membuat pipi Luhan tersapu rona kemerahan samar-samar.

"Errr, Sehun. tanganmu?"

Sehun segera melepas jabatan tangannya dengan perasaan malu. Luhan pun terlihat demikian. "Ba-baiklah, aku sebaiknya.. harus pergi." Ucap Luhan ragu-ragu.

"Y-yeah," Sehun hanya bisa menganggukan kepalanya patah-patah.

Saat Luhan sudah berbalik, dan melangkah sebanyak dua kali. Sehun —entah mendapat keberanian darimana— tiba-tiba berteriak kearah Luhan seraya mengangkat kamera ditangannya.

"Luhan, mau aku foto lagi?"

.

.

.

Pada saat itu pula senyuman menawan Sehun terlukis ketika Luhan mengangguk dengan wajahnya yang memerah.


Baekhyun berjalan dengan membawa satu cup eskrim stroberi miliknya. Bibir merahnya mengerucut lucu, dia menghiraukan Chanyeol yang memanggil-manggilnya dari jarak dua meter dibelakangnya. Mereka baru saja berbaikan, tetapi si telinga lebar itu kembali membuat dirinya jengkel. Chanyeol akhir-akhir ini selalu membanding-bandingkan dirinya dengan seseorang yang bernama Luhan—Baekhyun berhipotesa jika Luhan adalah selingkuhan kekasihnya, tetapi Chanyeol mengelaknya, dan mengatakan jika Luhan adalah seseorang yang tengah disukai Sehun.

Chanyeol selalu mengatakan 'Baekkie, kau itu harus mencontoh Luhan. dia itu tidak berisik, dan sangat penurut. Aku akan lebih mencintaimu jika kau kurangi kadar kecerewatanmu itu.' dan berakhir Baekhyun yang menjambaki rambut Chanyeol dengan anarkis seraya menuduh Chanyeol yang sudah tidak mencintainya dengan apa-adanya lagi. Padahal Chanyeol lebih berisik darinya, seharusnya dia sadar diri. dasar caplang!—rutuk Baekhyun, dalam hati.

"Siapa sih Luhan itu? memangnya semenarik apa dia?" gerutu Baekhyun. "Pasti tidak lebih seksi dariku." Imbuhnya tidak nyambung.

Baekhyun melirik kekanan-kekiri, melihat kendaraan yang berlalu lalang dengan sibuk. Dia hendak menyebrang, ingin menghampiri Sehun yang mungkin masih terduduk dibangku depan halaman kampus. Baekhyun lebih baik bersama Sehun, karna anak itu tidak semenyebalkan kekasihnya.

Baekhyun menyuapkan sesendok eskrim kedalam mulutnya, seraya menunggu jalan dihadapannya mulai sepi. Pemuda mungil itu memiringkan kepalanya, melihat sesosok diseberang jalan sana—yang tampaknya juga ingin menyebrang. Dari jarak beberapa meter ini, Baekhyun bisa melihat seseorang disana memiliki wajah yang amat cantik. Tapi dia… lelaki?

Dan yang lebih menarik perhatian Baekhyun adalah sosok pucat disampingnya yang terlihat seperti tembus-pandang. Sosok bertubuh pendek-bermata bulat-serta pucat- itu terlihat seperti sedang berbicara sesuatu pada pemuda cantik disampingnya, tetapi diabaikan olehnya. Mata sipit Baekhyun tiba-tiba membola, apa sosok itu adalah hantu? Kakinya yang tidak mempijak ditanah membuat Baekhyun tidak bisa bernafas dengan benar.

Astaga, astaga, dia benar-benar hantu?!

Keringat dingin mulai membasahi dahi Baekhyun. Oh sial, dia paling benci dengan yang namanya hantu—dan saat ini dia diberi penglihatan untuk melihat makhluk tidak jelas itu? Baekhyun rasanya ingin berlari menjauh, tidak jadi menyebrang jalan. Tetapi mengingat sosok hantu itu terus menempeli pemuda cantik disebelahnya, membuat Baekhyun merasa khawatir dengannya. Apa hantu itu ingin mencelakainya? Bagaimana jika perkiraannya benar?

"HEY!" Baekhyun berteriak, memanggil pemuda cantik itu yang kini berjalan—mulai menyebrang. Pemuda itu tidak mendengarnya, membuat Baekhyun berdecak sebal. insting pahlawannya muncul. Baekhyun harus menyelamatkannya!

Baekhyun menggigit bibir bawahnya, dan mulai ikut menyebrangi jalan. "YA! Ada hantu disebelahmu!" teriak Baekhyun, kali ini Ia mendapat dua perhatian sekaligus. Dari pemuda cantik itu, dan juga si hantu.

Tunggu!

Han-tu?

Mata Baekhyun membola, melihat hantu itu ikut memandangnya dengan mata bulatnya. Pemuda mungil itu merapalkan berbagai macam doa didalam hatinya agar dilindungi dari arwah itu. Ya Tuhan, dia butuh Chanyeol sekarang untuk memeluknya.

Pemuda cantik yang ternyata adalah Luhan itu berjalan semakin dekat kearahnya dengan raut bingungnya—mungkin dia mengira Baekhyun adalah anak aneh karna terus meneriakinya kalau ada hantu disebelahnya. jelas, karna Luhan tidak melihat siapapun disebelahnya.

Saat kedua pemuda berparas manis itu saling berhadapan dengan jarak dua langkah, Baekhyun semakin menahan nafasnya karna hantu itu terus memandangnya dengan pandangan—entah apa—yang pasti itu menakutkan untuk Baekhyun.

Baekhyun membuka bibirnya, hendak berbicara. Tetapi suara bunyi klakson mobil yang panjang dan nyaring membuat telinganya berdenging sakit. Detik kemudian, Baekhyun merasa tubuhnya terdorong oleh sesuatu yang sangat keras hingga terlempar beberapa meter dan terseret di permukaan jalan aspal yang panas.

Jeritan banyak wanita dipinggir jalan terasa memekakan telinga. Baekhyun hanya merasakan rasa perih dan panas disekujur tubuhnya, juga wajahnya yang mulai basah akibat aliran cairan yang kental berwarna merah segar yang berasal dari dahinya. Tubuhnya mati rasa, tidak bisa digerakan sama-sekali. Bibirnya pun hanya bisa mengatup, walau kenyataannya dia ingin sekali menjerit—menyuarakan kesakitan yang luarbiasa mendera tubuhnya.

Dia muncul dihadapannya. Sosok transparan bermata bulat itu berjongkok disebelahnya dengan tubuh bergetar—seperti menahan tangis. "Luhan-ssi! Luhan-ssi!" dan menepuk pipi-nya walau kenyataannya mustahil, karna tangan dingin itu menembus wajahnya.

Baekhyun membuka bibirnya, ingin mengatakan jika namanya bukanlah Luhan. sosok transparan itu menyerukan namanya, tetapi bukan ditujukan kepadanya. Namun, ditujukan untuk pemuda cantik disebelahnya yang juga sudah tergeletak mengenaskan sama seperti dirinya. Hantu itu melakukan hal yang sama seperti pada dirinya tadi, "Baekhyun-ssi! Baekhyun-ssi!"

Dan pada saat itu pula, Baekhyun merasa sesuatu dalam dirinya keluar dari bibirnya—seperti kepulan asap putih. Pemuda mungil itu merasa tubuhnya sangat ringan, dan melayang-layang, lalu berakhir masuk kedalam tubuh pemuda cantik disebelahnya.

Setelah itu semuanya terasa gelap. Dan yang terakhir Baekhyun dengar hanyalah suara berat Chanyeol yang memanggil-manggilnya sarat akan kepanikan dan kekhawatiran.


Chanyeol menepuk dahinya malas, melihat kekasih mungilnya berlari menjauhinya. Astaga, dia itu cepat sekali merajuk. Padahal Chanyeol hanya bergurau saja tadi.

"Hei hyung, mana Baekhyun?"

Chanyeol berjengit kaget, mendapati Sehun tiba-tiba sudah berada disampingnya dengan se-cup eskrim rasa pisang. "Sejak kapan kau sudah membeli itu?" tanya Chanyeol menunjuk-nunjuk cup ditangan Sehun. heran juga, sejak kapan Sehun yang harga dirinya setinggi langit itu menyukai Eskrim?

"Baru saja. Aku juga suka dengan yang manis-manis." Jawab Sehun dengan acuh, tetapi Chanyeol bisa melihat jika temannya itu sedang dalam mood yang baik. "Aku ada janji dengan Luhan sore ini, itu yang membuatku senang, jika kau mau tahu."

Chanyeol berdecak, "Pantas saja." Dia menangkap punggung Baekhyun yang menjauh, larinya cepat sekali. Seperti seekor kancil. Chanyeol terkekeh melihatnya, "Ayo susul Baekhyun, dia sedang merajuk padaku."

"Kau pintar sekali membuatnya kesal." cibir Sehun.

Kedua pemuda bertubuh tinggi-tegap itu berjalan seraya berbincang-bincang. Dan Chanyeol menyesali baru mengetahui ternyata Sehun itu menyukai berbagai macam rasa Eskrim—kecuali stroberi. Sahabat macam apa dia? Yang baru mengetahui kesukaan baru sahabatnya sendiri.

"AAAAAAAAAA!"

Chanyeol dan Sehun menghentikan langkah mereka sesaat, ketika mendengar suara jeritan seorang perempuan yang melengking. Sepertinya berasal dari pinggir jalan. Mereka saling berpandangan, mengirimkan sinyal kebingungan dan rasa penasaran masing-masing. Chanyeol mengendikan bahunya, tidak terlalu peduli. Dan mereka kembali melanjutkan jalan.

Setibanya dipinggir jalan, banyak orang yang sudah berkumpul ditengah jalan. Kerumunan itu sangat ramai, membentuk sebuah lingkaran. Terlihat beberapa mahasiswa menutup mulut mereka dengan telapak tangannya, dengan wajah sarat akan ketidak-percayaan. Dari sana, perasaan Sehun mulai tidak enak. Entahlah, dia merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi diantara kerumunan orang-orang disana.

"Ada kecelakaan!" seorang mahasiswa yang diketahui bernama Kim Jinhwan berseru pada temannya yang bertanya. "Tabrak lari," tambahnya, yang tidak disengaja terdengar oleh Sehun dan Chanyeol.

"Siapa yang tertabrak?" tanya Sehun pada pemuda bertubuh mungil itu.

Jinhwan menoleh kearah sunbae-nya, " A-aku tidak tahu. Yang jelas, disana ada dua orang yang tertabrak."

Sehun tidak bertanya lagi setelah itu. dia menengok kearah Chanyeol yang memandangi sebuah cup eskrim rasa stroberi yang tergeletak diantara ceceran darah yang tidak jauh dari sana. Sehun bisa melihat kerutan didahi Chanyeol, dan raut wajahnya yang sukar ditebak.

Sedetik kemudian Chanyeol berjalan tergesa-gesa kearah kerumunan, menerobos orang-orang tersebut tanpa mempedulikan seruan-seruan kesal orang-orang yang ditabraknya. Chanyeol tidak ingin firasatnya ini menjadi kenyataan. Tidak! Yang disana itu tidak mungkin Baekhyun. Kekasihnya itu pasti hanya menjatuhkan cup eskrim-nya secara tidak sengaja dijalan. Dan ceceran darah yang dijalan, bukanlah darahnya.

Chanyeol tidak mau mempercayai itu, tetapi dia harus memastikan sesuatu. Karna sesuatu didalam rongga dadanya berdetak tidak menentu, menghantarkan rasa-rasa tidak menyenangkan yang membuat Chanyeol gusar.

Saat manik matanya melihat pemuda bertubuh mungil yang tubuhnya sudah bersimbah darah, saat itu pula tubuh Chanyeol seperti terhantam sesuatu yang keras—membuat kesadaran menamparnya dengan telak. Dia mengabaikan beberapa orang yang menghalangi jalannya untuk mendekat kearah Baekhyun yang berusaha membuka bibirnya, meraup oksigen dengan nafas terputus-putus. Persetan! Chanyeol mendorong bahu dua orang yang menghalanginya dengan kasar. Yang disana itu adalah kekasihnya! Brengsek, Chanyeol tidak mau mempercayainya sama-sekali. Dia berharap bukanlah sosok manis Baekhyun yang tergeletak disana. tidak! Disana bukanlah Baekhyun yang tengah merintih merasakan sekujur tubuhnya yang sakit.

Chanyeol menggelengkan kepalanya tidak percaya saat dirinya sudah berlutut disamping tubuh Baekhyun.

"B-Baekkie.." Chanyeol tidak bisa menahan suaranya yang bergetar. Dia mengulurkan tangannya kearah pipi Baekhyun yang sudah dilumuri darah, dan Chanyeol merasa matanya memanas saat itu juga. "Baekhyunnie," Chanyeol tidak bisa mengekspresikan lebih banyak dirinya saat ini. Dia terlalu terkejut dan…kesal. Dia bersumpah akan membunuh siapapun yang menyebabkan kekasihnya seperti ini.

Gigi Chanyeol bergemeletuk mengerikan, disertai geramannya yang seperti binatang buas. "Apa kalian akan menonton saja seperti orang idiot? PANGGILKAN AMBULANS SIALAN!" dia berteriak seperti orang kesetanan, hal itu membuat beberapa orang yang tengah melihatnya segera meraih ponsel masing-masing.

Mendengar auman mengerikan Chanyeol, Sehun mempercepat langkahnya menerobos kerumunan itu. ada yang tidak beres disini, Chanyeol tidak pernah kedengaran semarah itu. pasti ada sesuatu yang membuatnya hingga menjadi singa kelaparan seperti itu.

"Hyung, ada ap—"

Sehun menggantungkan ucapannya ketika onyx kelamnya menangkap tubuh tinggi Chanyeol yang berlutut disamping tubuh Baekhyun yang sudah menutup matanya. Sehun terkejut bukan main. Jadi..korban tabrak lari itu ternyata Baekhyun? Pantas saja Chanyeol semurka itu. dia pasti sangat shock melihat tubuh kekasihnya sudah tergeletak dijalan dengan lumuran darah segar dimana-mana. Sehun memejamkan matanya, tidak kuasa melihat pemandangan didepannya. Lalu yang siapa korban tabrak lari yang satunya?

Sehun kembali membuka matanya, dan melihat kearah seseorang mahasiswa berpipi chubby yang tengah menangis disebelah tubuh tak berdaya yang tak jauh dari tubuh Baekhyun. Perasaan tidak enak menyergap Sehun kala menyadari mahasiswa yang tengah menangis itu adalah Minseok—teman baik Luhan. siapa kiranya orang yang ditangisi oleh Minseok dengan sebegitu kencangnya? Tidak mungkin Luhan 'kan? Karna setahu Sehun, jam ini adalah jam masuk Luhan. jadi tidak mungkin pemuda manis itu berkeliaran disekitar kampus, bahkan sampai tertabrak.

Ya, tidak mungkin.

"Luhan… bertahanlah, sebentar lagi ambulans akan sampai.."

Tidak!

Sehun pasti salah dengar.

Ini pasti efek kebisingan disekitarnya juga kejadian yang menimpa Chanyeol, hingga Sehun berhalusinasi.'

"Jongdae, Luhan—"

"Sstt, tenanglah, sayang. Luhan akan baik-baik saja, okay?"

Dan Sehun merasa dirinya baru saja terhempas dari atas jurang kedasar bebatuan yang padat, ketika melihat seseorang dipelukan Minseok yang sudah bermandikan darah. Dia memang tidak bisa mengenalinya dengan baik, tetapi Sehun begitu mengenali wajah seseorang itu yang baru beberapa menit yang lalu tertangkap lensa kameranya.

Dia Luhan.

Detik itu juga, Sehun merasakan apa yang dirasakan oleh Chanyeol.


"Apa yang telah aku lakukan?" Kyungsoo terduduk dipinggir jalan seraya meremas-remas tangannya gelisah. Kebiasaannya jika sedang panik. Jika saja Ia tidak mengikuti Luhan dan membisikan kalau Sehun sedang menyukainya; walau itu mustahil untuk didengar Luhan; Baekhyun tidak akan melihatnya, dan terjadi kecelakaan seperti ini. Agak kaget juga saat Baekhyun ternyata bisa melihatnya tadi, Kyungsoo hendak menanyakan hal itu pada pemuda bermata sipit itu tetapi diurungkan karna Baekhyun memandangnya dengan sangat ketakutan. Kyungsoo rasa, dia tidak semenyeramkan itu.

Tetapi yang membuat Kyungsoo bertambah gelisah adalah, saat Ia melihat jiwa Baekhyun dan jiwa Luhan melayang-layang—dia sempat mengira, dua pemuda manis itu sudah meninggal—tetapi yang ada, kedua jiwa itu masuk kedalam jasad tubuh yang berbeda. Jiwa Baekhyun masuk kedalam tubuh Luhan, dan begitupula merasa ini semua karna ulahnya, dia salah menyebutkan nama mereka saat sedang panik tadi. dia menukar nama keduanya, asal kalian tahu saja—Kyungsoo bukan penghafal nama yang baik.

Dan yang Kyungsoo takutkan adalah…

…Jiwa mereka yang tertukar.

Karna semenjak dirinya menjadi hantu, apapun yang diucapkannya dalam keadaan panik dan genting—akan menjadi sebuah kenyataan. Istilah kuno-nya mungkin, si pahit lidah. Kyungsoo tidak mau itu terjadi. Dia tidak mau hidup seseorang menjadi kacau karnanya. Sekarang, apa yang harus Ia lakukan?

Kyungsoo menggigit bibir bawahnya, "Bagaimana ini?"

Dan tanpa sepengetahuan hantu manis itu, ada pemuda berkulit tan yang sedari tadi memperhatikannya dengan seksama. Pemuda berkulit eksotis itu mendengus kecil, "Hantu bodoh!"


Tobecontinued—


Entah ini masuk kekategori fantasy, horror, atau supranatural—Idk, I'm just publish this one. Karna udah lumutan dilaptop, jadi apa salahnya kalo dipublish. Siapa tau ada yang suka ;3 last, jangan malu-malu buat berkomentar. Orang malu banyak tersesatnya :D