MOMMY MAID
.
Disclaimer : Belong to God and theirselves :D This story is mine. Not for commercial.
Author : Lee Rae Ra / Iqlima
Genre : General, Romance
Rate : T
Length : Sequel
.
Summary : Jung Yunho duda tampan dengan anak berusia 5 tahun bernama Changmin. Choi Jaejoong adalah Maid baru mereka. Bagaimanakah hari-hari Jaejoong selama menjadi Maid bagi Yunho dan Changmin?
.
MOMMY MAID
.
Suara musik terdengar hingar bingar memenuhi sebuah klub malam yang terletak di kawasan pusat Seoul. Gangnam Style, itulah nama klub paling terkenal di Seoul. Selain tempatnya yang strategis, beragam nilai plus pun memenuhi Gangnam Style Club. Tempatnya yang luas, pelayanan yang memuaskan, dan masih banyak hal lainnya yang membuat Gangnam Style menjadi klub malam paling digemari di Seoul.
Di suatu sudut klub, tepatnya di bagian bar, terlihat seorang namja cantik sedang melayani beberapa pesanan minuman keras.
"Jae, red wine satu." Pesan Donghae, salah seorang pemuda kaya yang sering menghabiskan waktunya di Gangnam Style Club.
Jaejoong tersenyum. "Siap, Hae!"
Dengan cekatan Jaejoong menyiapkan pesanan Donghae. Jaejoong selalu senang jika ada orang seperti Donghae. Jika diberi pelayanan yang cepat, mereka tak segan-segan memberi tip besar. Bahkan dulu Donghae pernah memberinya tip sebesar seratus ribu won, hampir mencapai gajinya sebulan! Karena seringnya Donghae datang ke klub, maka mereka pun menjadi sahabat akrab, apalagi umur mereka hampir sama.
"Thanks, Jae." Kata Donghae.
"Mana gadis-gadismu? Biasanya kau selalu dikerumuni gadis-gadismu." Tanya Jaejoong keheranan melihat Donghae yang sendirian.
Donghae tertawa. "Kuusir mereka. Aku sedang ingin sendirian saja. Lagi pula, mereka hanya menghabiskan uangku saja."
Jaejoong mengernyitkan keningnya. "Menghabiskan uangmu? Bukannya mereka mendekatimu karena wajahmu yang tampan bak dewa itu?"
"Jaee.. Kau jangan naif, kau sendiri hidup di dunia malam. Hanya hal seperti ini saja kau tidak tahu?"
"Tapi kan hanya sebagai bartender." Jawab Jaejoong agak tersinggung.
"Tetap saja, klub malam ini kan dunia malam. Memang beberapa gadis itu ada yang tertarik denganku, tapi selebihnya mereka hanya tertarik dengan uangku. Aku sudah malas menghabiskan uang untuk gadis-gadis seperti itu."
Jaejoong hendak membalas perkataan Donghae, tapi dia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Ah, Bos. Aku pergi dulu ya, Hae. Bos memanggilku." Pamit Jaejoong.
"Ne, ne. Pergi sana." Balas Donghae sambil menenggak red wine nya.
Jaejoong keluar dari bar dan menghampiri Bos PSY.
"Ada apa, Bos PSY?"
"Ikut ke ruanganku sekarang." Perintah Bos PSY.
Jaejoong mengangguk dan mengikuti Bos PSY ke ruangannya. Di ruangan Bos PSY, dilihatnya beberapa lelaki paruh baya. Perasaan Jaejoong mulai tidak enak.
"Cantik.. Cantik sekali.." kata salah seorang lelaki paruh baya.
"Duduk, Jae." Perintah Bos PSY.
Takut-takut, Jaejoong duduk di sofa, berusaha sejauh mungkin dari para lelaki paruh baya itu. Perasaannya semakin tak enak. Apalagi para lelaki paruh baya itu memandanginya sambil tersenyum mesum.
"Langsung saja, apa kau mau menemani mereka? Mereka akan membayar mahal." Kata Bos PSY.
Perkataan Bos PSY membuat Jaejoong kaget. "A – apa?"
"Ya, mereka ini gay. Mereka mau membayar mahal untukmu asal kau mau menemani mereka tidur."
Wajah Jaejoong memanas. Apa yang ditakutkannya pun terjadi. Dia berdiri dari sofa. "Mungkin saya hanya bartender di sini, tapi saya tidak serendah itu! Saya masih punya harga diri!" seru Jaejoong.
Bos PSY hanya mengangkat bahunya tak peduli. "Kalau kau tak mau, kau tahu sendiri akibatnya."
"Lebih baik dipecat daripada tidur dengan mereka!" kata Jaejoong ketus.
Menahan air mata yang mengambang di pelupuk matanya, Jaejoong bergegas pergi dari ruangan Bos PSY dan berlari menuju bar. Untung saja bar tidak terlalu ramai. Jaejoong bergegas mengambil tas yang diletakannya di bawah meja bar.
"Jae, Jae ada apa?" tanya Donghae melihat Jaejoong yang hampir menangis.
Sambil menggigit bibirnya, Jaejoong menggelengkan kepalanya.
"Jae, kau bisa cerita padaku." Pinta Donghae.
"Bos menyuruhku tidur bersama beberapa lelaki paruh baya dan aku tidak mau. Akibatnya, aku dipecat.." kata Jaejoong.
Donghae mendecih. "Tua bangka itu, sejak dulu kelakuannya tak pernah berubah. Sudah jangan sedih. Kuantar kau pulang."
Jaejoong mengangguk. Dengan langkah pelan dia keluar dari bar dan mengikuti Donghae ke tempat parkir.
Melihat Jaejoong yang bersedih, Donghae merangkulnya. "Sudah! Jangan sedih! Lebih baik kau dipecat daripada harus melayani laki-laki hidung belang!"
Masih sesenggukan, Jaejoong mengusap air matanya. "Tapi tetap saja. Aku suka sekali bekerja di sini."
"Tapi kalau kau terus bekerja di sini, lama-lama kau bukan bartender lagi, melainkan lelaki penghibur! Sudah, cari pekerjaan lain! Nanti aku bantu." Kata Donghae sambil membuka pintu mobilnya.
Jaejoong mendesah. "Ah.. Ya sudahlah. Mungkin nasibku saja yang buruk."
: MOMMY MAID :
Mendekati tengah hari, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan Balloon Kindergaten. Seorang lelaki yang memakai setelah jas serta kacamata hitam turun dari mobil itu.
Seperti biasa, kerumunan Ibu-Ibu serta para babysitter yang ada di TK itu langsung ribut berbisik-bisik, sedangkan lelaki itu hanya tersenyum saja karena dia sudah biasa menghadapi hal ini.
Dia duduk di salah satu kursi taman dan mengeluarkan ponselnya. Namanya Jung Yunho. Single Parent. Usia 27 tahun. Tampan. Baik hati. Eksekutif muda di salah satu perusahaan ternama. Primadona para Ibu-Ibu dan babysitter di Balloon Kindergarten.
Terdengar suara bel berdering. Tak lama kemudian, terdengar suara riuh. Yunho memasukkan ponsel ke dalam saku celananya dan berdiri, memperhatikan kerumunan anak-anak kecil yang berlari menuju penjemput mereka masing-masing.
"Daddy ~~ !" terdengar suara yang sangat dikenal Yunho.
Seorang anak kecil berlari menghampirinya. Yunho berjongkok dan merentangkan kedua tangannya. Anak kecil itu masuk ke dalam pelukannya.
"Hari ini Changmin mau makan apa?" tanya Yunho.
"Pizza! Minnie mau makan pizza!"
Yunho tersenyum dan berdiri. "Kalau begitu, ayo kita makan pizza." Katanya sambil menggamit tangan Changmin.
Bergandengan tangan, pasangan ayah dan anak itu berjalan riang menuju mobil, tak mempedulikan bisik-bisik para Ibu-Ibu dan babysitter.
"Kyaaa ~ Manis sekali.." pekik seorang Ibu.
"Ayah yang sayang anaknyaa.." pekik Ibu yang lain.
"Andai aku bisa menjadi istrinya.." gumam seorang babysitter.
Setelah memasang seatbelt pada Changmin, Yunho menjalankan mobilnya menuju restoran pizza favorit Changmin. Seperti biasa, sepanjang perjalanan pasti Changmin menyanyi.
"Ayo turun." Kata Yunho sembari melepas seatbelt Changmin.
Mereka berdua turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Setelah memesan, seperti biasa Yunho menanyakan sekolah Changmin hari ini.
"Tadi di sekolah.. Seongsaenim memberi tugas menceritakan tentang Umma.." celoteh Changmin.
Yunho tersentak. "Lalu bagaimana?" tanyanya hati-hati.
"Semua teman Minnie maju dan menceritakan tentang Umma mereka. Ada yang asli perempuan.. Tapi katanya ada juga laki-laki.. Laki-laki cantik itu lho Daddy.. Ternyata mereka bisa menjadi Umma ya.." celoteh Changmin panjang lebar. "Tapi saat seongsaenim memanggil Minnie, Minnie diam saja di depan kelas karena Minnie tidak punya Umma.."
Perasaan bersalah Yunho terhadap Changmin makin menjadi-jadi. Changmin tak punya Ibu karena salahnya. Padahal, di usia sekecil ini, Changmin sangat membutuhkan sosok seorang Ibu.
Sebetulnya, Changmin masih punya Ibu. Dulu, Yunho berpacaran dengan Go Ara, artis pendatang baru. Terjadi suatu kecelakaan dan akhirnya mereka menikah diam-diam. Ara menghilang dari dunia entertainment sampai Changmin lahir.
Ketika Changmin lahir, Yunho melarang Ara kembali ke pekerjaannya sebagai artis karena dia harus mengurus Changmin, Ara menolak. Ara ingin membangun karirnya menjadi artis papan atas. Karena perbedaan pendapat itulah, mereka memutuskan untuk bercerai. Ara tidak mau mengurus Changmin karena dia tidak menginginkan Changmin, maka dari itu hak asuh Changmin langsung jatuh ke tangan Yunho.
Lamunan Yunho terputus karena suara riang Changmin, menandakan pesanan mereka sudah datang.
"Ayo makan, Daddy! Pizza, Minnie datang!" seru Changmin riang, lalu segera menyantap makanannya.
Yunho sudah tak berselera makan. Memandangi Changmin membuat rasa bersalahnya makin bertambah besar.
: MOMMY MAID :
Bukan pemandangan aneh bila tiap pukul satu siang, Yunho muncul di kantor membawa Changmin. Memang begitulah rutinitas harian Yunho. Mengantar Changmin ke sekolah, lalu bekerja. Saat Changmin pulang sekolah, Yunho menjemputnya dan mereka makan siang bersama. Lalu Yunho akan membawa Changmin ke kantor sampai mereka pulang pukul lima sore.
"Yoochun hyung ~~" seru Changmin riang begitu melihat Yoochun.
Seperti biasa, Changmin akan langsung berlari ke pelukan Yoochun bila melihatnya. Sejak lahir, Changmin sudah sangat dekat dengan Yoochun yang merupakan sahabat Yunho.
"Anak manis.." kata Yoochun begitu Changmin ada di gendongannya.
"Minnie ingin main bersama Yoochun hyung.." kata Changmin.
Yoochun mengangguk sambil tersenyum. "Ayo, main apa?"
"Kau bawa Changmin, ya. Aku mau bekerja lagi." Kata Yunho.
Yoochun mengangguk dan kemudian dia membawa Changmin pergi ke ruangannya. Inilah salah satu rutinitas lain. Tiap Changmin ada di kantor, pasti dia akan ikut dengan Yoochun, tak pernah sekalipun Changmin ikut dengan Yunho.
: MOMMY MAID :
Pintu ruang kerja Yunho terbuka. Tanpa mengangkat wajahnya dari dokumen yang sedang dibacanya, Yunho sudah tahu siapa itu.
"Ada apa?"
Yoochun menghempaskan tubuhnya di atas sofa. "Changmin sudah tidur."
"Baguslah kalau begitu."
"Kau tidak kasihan pada Changmin?"
Perkataan Yoochun membuat Yunho berhenti membaca. Dia meletakkan dokumen itu ke atas meja.
"Maksudmu apa?"
"Kasihan dia, Yun. Setiap hari kau beri dia makanan cepat saji, itu tidak baik bagi kesehatannya. Tiap hari kau bawa dia ke sini, apa menurutmu dia tidak bosan? Dia akan lebih suka di rumah, bermain dan menonton televisi juga mengerjakan PR."
"Tapi mau bagaimana lagi? Di rumah tidak ada yang bisa mengurus Changmin."
"Rumahmu saja tak terurus! Begini saja, lebih baik kau mencari maid. Cari maid yang bisa membersihkan apartemenmu, bisa memasak, dan bisa mengurus Changmin." Usul Yoochun.
Yunho mempertimbangkan usul Yoochun. "Boleh juga. Tapi bagaimana cara untuk mendapat maid?"
"Kau pernah dengar iklan baris di koran, tidak?"
Yunho nyengir. "Kalau begitu kau saja yang urus ya!"
: MOMMY MAID :
Suasana di rumah keluarga Choi pagi itu tampak seperti biasanya. Sang Ibu dan anak sulungnya yang sedang sibuk memasak di dapur, sang Ayah yang sedang membaca koran pagi, serta sang anak bungsu yang sedang menyiram bunga di halaman depan.
Hanya satu yang berbeda, wajah sang anak sulung yang masih menyiratkan kesedihan karena dipecat dari pekerjaannya.
"Sudah, jangan sedih lagi. Masih banyak pekerjaan lain. Lagi pula, dari dulu Umma tidak suka kalau kau bekerja di klub malam seperti itu." Kata Heechul, Ibu dari Jaejoong.
Jaejoong mendesah. "Tapi dimana lagi aku akan bekerja dengan bayaran sebesar yang kudapat di sana?"
"Memangnya gajimu sebulan berapa sih? Hanya seratus lima puluh ribu won saja!" gerutu Heechul sambil mengangkat mangkok sayur menuju ruang makan.
Jaejoong mengangkat dua piring berisi lauk dan mengikuti langkah Heechul ke ruang makan.
"Tapi tipnya besar sekali, Umma..Tiap bulan rata-rata aku dapat dua ratus ribu won. Coba jumlahkan, tiga ratus lima puluh ribu won perbulan.. Dimana lagi aku akan dapat uang sebanyak itu?" desah Jaejoong.
Siwon menyerahkan koran yang dibacanya pada Jaejoong. Jaejoong menerima koran itu tak mengerti. Sementara itu, adik Jaejoong, Junsu baru saja masuk ke dalam rumah.
"Kenapa Appa memberiku koran?"
"Belum pernah dengar iklan baris ya?"
Jaejoong nyengir. "Ah, iya! Pasti ada lowongan pekerjaan!"
Junsu mencibir kakaknya pelan. "Pabo."
Jaejoong mendelik pada Junsu. "Diam saja kau bebek!"
Jaejoong membuka-buka koran dengan semangat, mencari halaman iklan baris. Setelah menemukan halaman iklan baris, jari tangan Jaejoong bergerak menelusuri kolom-kolom kecil yang ada di situ.
Dua jam kemudian...
"TIDAK ADA YANG COCOK!" seru Jaejoong keras.
Jaejoong telah menghabiskan dua jam penuh untuk mencari pekerjaan di koran, tetapi tidak ada yang cocok. Junsu yang sedari tadi menemani Jaejoong pun langsung merebut koran itu.
"Kalau kau yang mencari, memang tak akan ketemu!"
Dengan cepat Junsu menelusuri kolom lowongan pekerjaan.
"Ah! Ini! Ini!" seru Junsu senang.
"Mana? Mana?" tanya Jaejoong.
Junsu menujuk sebuah kolom. Begitu membacanya, dia langsung merengut.
"Kau gila? Mana bisa aku jadi seperti itu?"
"Cobalah hyung.. Cobalah.." pinta Junsu.
Jaejoong mengerucutkan bibirnya. "Shireo! Memang kau pikir aku ini wanita apa?!"
"Kan tidak ada syarat harus wanita!" seru Junsu.
"Tapi coba kau baca lagi syaratnya! Baca, baca! Dibutuhkan Maid. Usia tak lebih dari 30 tahun. Bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Terutama bisa akrab dan mengurus anak-anak. Syarat seperti ini hanya untuk wanita!" protes Jaejoong.
"Tapi kan tidak ada tulisannya harus wanita! Lagi pula, kita ini kan M-Preg! Kita ditakdirkan menjadi Umma! Umma!" seru Junsu berapi-api.
Jaejoong menghela nafas panjang. "Ya sudah, coba dulu."
: MOMMY MAID :
Dengan hati-hati Yunho menidurkan Changmin di ranjangnya. Setelah menyelimutinya, mengucapkan selamat malam, dan menyalakan AC dalam suhu yang tidak terlalu rendah, Yunho mematikan lampu kamar Changmin dan bergegas keluar.
Sudah jam sepuluh malam. Biasanya Yunho tak pernah pulang semalam ini karena sebisa mungkin dia menghindari lembur. Tapi kali ini dia tak bisa menghindari lembur dan terpaksa Changmin harus menemaninya sampai semalam itu.
"Kasihan, dia pasti kelelahan." Kata Yunho sambil membuka kulkas.
Yoochun yang ikut pulang bersama Yunho tak menjawab, melainkan bangkit dari duduknya dan pergi dari dapur. Yunho yang penasaran pun mengikuti Yoochun. Tapi Yoochun tak melakukan apa-apa, hanya memperhatikan isi apartemen Yunho.
"Apartemenmu parah. Tak pernah kau bersihkan?" tanya Yoochun sambil mengusap bagian atas televisi Yunho yang dipenuhi dengan debu.
Yunho menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Yah.. Kalau sempat ya aku bersihkan.."
Yoochun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Untung saja aku sudah memasang iklanmu di koran hari ini."
"Apakah sudah ada yang menelepon untuk mendaftar?"
"Puluhan. Lebih dari tiga puluh."
Yunho membelalakkan matanya. "Puluhan?"
Yoochun mengangguk. "Aku tidak tahu apa yang membuat mereka tertarik. Tapi banyak sekali telepon yang masuk."
"Memangnya bunyi iklan yang kau pasang bagaimana?" tanya Yunho penasaran.
Yoochun membuka tas kerjanya yang masing dibawanya dan mengeluarkan sebuah koran. "Baca sendiri."
Yunho membuka pada halaman iklan baris dan menelusuri iklannya sendiri. Matanya terbelalak ketika membaca iklannya.
"Dibutuhkan Maid. Usia tak lebih dari 30 tahun. Bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Terutama bisa akrab dan mengurus anak-anak. Majikan baik dan duda tampan. Eksekutif di perusahaan ternama. Anak usia lima tahun yang imut dan lucu serta suka makan. Pekerjaan di apartemen dan gaji menarik." Baca Yunho.
Yoochun hanya nyengir.
"Kau gila ya?! Kalau kau pasang iklan seperti ini, jelas banyak yang mendaftar!" seru Yunho sambil melemparkan koran itu pada Yoochun.
Yoochun tergelak. "Aku juga tidak tahu efeknya akan seperti itu! Jadi tadi aku menelepon perusahaan koran itu dan membatalkan iklan itu untuk enam hari ke depan, karena aku memesannya untuk seminggu. Semua yang menelepon untuk mendaftar tadi sudah kukirimi pesan. Besok kan Sabtu, mereka akan menjalani seleksi." Jelas Yoochun.
"Jadi pembantu rumah tangga saja butuh seleksi?" tanya Yunho heran.
"Yang mendaftar puluhan, yang diterima satu. Tentu saja kita harus mengadakan seleksi! Jangan lupa besok pagi seleksi di rumahku. Kau dan Changmin harus datang."
"Aish, tentu saja aku akan datang. Yang butuh Maid kan aku!"
"Juga Changmin." Tukas Yoochun pendek.
: MOMMY MAID :
Sebuah taksi putih berhenti di depan sebuah rumah besar. Junsu dan Jaejoong turun dari taksi tersebut.
"Tidak salah? Di iklannya disebutkan apartemen." Tanya Jaejoong.
Junsu menggelengkan kepalanya sambil melihat kerta "Ini tempat seleksinya. Ya sudah, ayo masuk."
Seorang satpam membukakan gerbang. Jaejoong terbelalak begitu melihat banyaknya wanita yang ada di halaman rumah tersebut.
"Mereka semua mau ikut seleksi?" tanya Jaejoong pada satpam.
Satpam itu tersenyum. "Ne. Kata doryeonim, banyak sekali yang ikut seleksi."
Jaejoong menelan ludahnya melihat para wanita itu. "Sialan, kenapa kebanyakan dari mereka cantik dan masih muda?"
"Tentu saja. Di iklannya disebutkan bahwa mereka mencari yang di bawah 30 tahun." Tukas Junsu.
Tiba-tiba, pintu utama rumah besar itu terbuka dan keluarlah dua orang lelaki serta satu orang anak kecil. Para wanita itu langsung memekik karena melihat dua orang lelaki yang sangat tampan, ditambah dengan anak kecil yang berjongkok sambil memeluk kaki salah seorang di antara dua lelaki itu.
"Selamat datang untuk seleksi Maid hari ini. Nama saya Park Yoochun dan yang membutuhkan Maid adalah lelaki di sebelah saya ini, Jung Yunho dan anaknya Jung Changmin." Kata Yoochun.
Yunho tersenyum kepada para peserta seleksi, membuat para wanita itu meleleh. Sedangkan Jaejoong hanya mencibir.
Junsu menyikut Jaejoong. "Hyung.. Dia tampan.." bisik Junsu.
"Yang mana? Yang Park atau Jung?"
"Dua-duanya."
Jaejoong kembali mencibir. "Dasar."
"Seleksi hari ini meliputi beberapa hal. Tidak akan ada wawancara, hanya tes keterampilan rumah tangga. Yaitu menjahit, memasak, dan lain-lain." Jelas Yoochun. "Semua peserta diharap masuk ke dalam rumah. Bagi yang bukan peserta, boleh menonton." Lanjutnya.
Jaejoong menoleh pada Junsu. "Doakan aku."
Junsu mengepalkan tangannya. "Hwaiting!" katanya memberi semangat.
Jaejoong bergabung bersama kerumunan wanita yang akan mengikuti seleksi, sedangkan Junsu bergabung bersama beberapa orang yang tidak mengikuti seleksi.
: MOMMY MAID :
Dengan serius Junsu memperhatikan Jaejoong yang sedang sibuk menjahit. Dalam hati dia merasa geli dengan seleksi ini. Menjadi Maid saja harus melewati seleksi. Tapi dia juga tidak menyalahkan adanya seleksi ini, karena yang mendaftar ada tiga puluh dua orang.
"Annyeong.."
Junsu menoleh begitu mendengar sebuah suara. Dia tersenyum ketika tahu yang menyapanya adalah anak dari Jung Yunho, Jung Changmin.
Junsu berjongkok agar bisa sejajar dengan Changmin. "Annyeong." Kata Junsu ceria.
"Apakah noona tidak mengikuti tes itu?" tanya Changmin sambil menunjuk para peserta seleksi.
Junsu tersenyum dan menggeleng. "Aniya.. Aku hanya menemani kakakku saja. Oh ya, aku ini namja bukan yeoja."
"Tapi noona cantik.."
"Tapi aku bukan yeoja."
"Kalau begitu, apakah noona ini adalah namja cantik yang bisa menjadi Umma? Teman-teman Minnie banyak yang Umma nya namja tapi cantik.." celoteh Changmin.
Junsu tersenyum. "Ne, aku seperti itu.."
"Tapi Minnie panggil noona boleh ya?" tanya Changmin.
Junsu mengangguk. "Tentu saja.. Junsu noona.."
Dari jauh, Yunho dan Yoochun memperhatikan Junsu dan Changmin.
"Dia tidak ikut seleksi?" tanya Yunho.
Yoochun menggeleng. "Tidak. Tadi saat kutanya, dia hanya menemani kakaknya."
"Oh, yang mana kakaknya?" tanya Yunho lagi.
Yoochun menunjuk ke arah Jaejoong yang sedang sibuk memasak. Yunho mengamati Jaejoong baik-baik.
"Cantik sekali ya."
"Kau tahu? Dia itu namja.."
Yunho melongo. "Hah? Serius kau? Secantik itu namja?"
Yoochun mengangguk. "M-Preg. Adiknya juga M-Preg."
Sementara Yunho masih tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya, Yoochun sudah meninggalkan Yunho dan berjalan menuju Junsu dan Changmin yang masih sibuk berbicara satu sama lain.
"Yoochun hyung ~!" seru Changmin begitu melihat Yoochun.
Yoochun langsung mennggendong Changmin, membuat Junsu kembali berdiri. Junsu tersenyum pada Yoochun yang tadi sudah mengajaknya bicara.
"Kau akrab sekali dengan Changmin." Kata Yoochun.
Junsu tersenyum. "Ah, ne.. Itu karena aku dan kakakku sudah biasa berhadapan dengan anak-anak. Kami berdua menyukai anak-anak."
"Apakah kalian mempunyai adik? Atau kakakmu itu sudah punya anak?"
Junsu menggeleng. "Bukan begitu.. Hanya saja, saat aku dan kakakku masih remaja, kami sering bekerja sebagai babysitter untuk mendapatkan tambahan uang saku."
Yoochun mengangguk mengerti. "Kalau begitu kalian sudah berpengalaman. Tapi kenapa kau tidak mendaftar?"
"Aku sudah punya pekerjaan sebagai penyanyi kafe. Jae hyung sebenarnya juga sudah bekerja, tapi dia berhenti karena alasan tertentu. Untuk itulah aku menyarankannya untuk mendaftar di iklanmu." Jelas Junsu.
Yoochun baru saja akan membuka mulut untuk membalas perkataan Junsu tetapi Yunho sudah muncul di sampingnya.
"Sudah banyak yang selesai. Ayo." Kata Yunho.
Yoochun mengangguk dan menatap Junsu. "Kami permisi dulu."
Baru saja Yoochun akan membalikkan badannya, dia sudah ditahan oleh Changmin yang merengek di gendongannya.
"Ada apa, Minnie?" tanya Yoochun.
"Minnie mau ikut Junsu noona saja.." rengeknya.
Yoochun mengerutkan keningnya. "Junsu noona?"
"Ah, dia memang memanggilku begitu. Tak apa kok, aku suka." Sela Junsu cepat-cepat.
Yoochun mengangguk dan menurunkan Changmin yang langsung cepat-cepat mendekati Junsu.
"Titip Changmin ya.."
: MOMMY MAID :
Jaejoong mengusap titik-titik keringat yang ada di wajahnya sambil tetap serius mengaduk-aduk masakannya. Tes terakhir dalam seleksi ini adalah memasak. Nantinya, Yunho dan Changmin akan mencicipi masakan masing-masing peserta.
Memasak adalah salah satu keahlian Jaejoong, maka dari itu dia sangat bersemangat. Tak hanya membuat satu jenis makanan, Jaejoong bahkan membuat tiga jenis makanan.
Sementara itu Changmin hanya diam memandangi para peserta yang sedang sibuk memasak. Melihat banyak orang yang memasak untuknya, Changmin benar-benar tak sabar lagi untuk mencicipi semua masakan itu. Tangannya mulai mengelus-elus perutnya yang kelaparan.
Akhirnya waktu yang diberikan pun habis. Semua peserta bergegas membawa masakannya ke sebuah meja panjang. Karena Jaejoong membuat tiga masakan, dia memilih tempat paling ujung.
Yunho dan Changmin mulai mencicipi tiap makanan. Dengan serius Yunho mencicipi tiap makanan, tapi tidak dengan Changmin. Ketika dia baru mencoba beberapa makanan, matanya tertarik pada sosok cantik di ujung meja.
Perlahan, Changmin meninggalkan Yunho dan menghampiri Jaejoong. Yunho heran melihat Changmin, tapi dia membiarkannya.
"Annyeong.."
Jaejoong kaget melihat Changmin yang tiba-tiba ada di depannya. Dia menoleh ke kiri dan dilihatnya Yunho masih jauh.
"Boleh Minnie mencicipi masakan noona?" tanya Changmin.
Demi apapun, Jaejoong tak tahan untuk mencubiti pipi Changmin. Jaejoong merasa Changmin benar-benar sangat lucu dan imut.
"Tentu saja." Kata Jaejoong senang.
Karena meja itu rendah, Changmin dapat dengan mudah meraih masakan Jaejoong. Changmin mengambil sebuah Kimbab dan memakannya.
"Noona.. Mashitda.. Jeongmal mashitda.." kata Changmin, matanya berbinar-binar.
Changmin mulai bergerak menuju makanan selanjutnya, yaitu Bokkeumbab. Mulanya Changmin agak ragu, karena dia tidak menyukai sayuran. Tapi aroma Bokkeumbab itu sangat menggodanya, sehingga dia nekat mencicipinya.
"Jeongmal mashitdaaaa!" seru Changmin keras, membuat semua orang menoleh ke arah mereka.
Yunho yang penasaran pun mendekati Changmin. "Ada apa, Minnie?"
"Daddy harus coba masakan noona ini! Enak sekali Daddy! Di tangan noona ini, sayuran yang Minnie tidak suka jadi terasa enak! Sebentar, Minnie mau coba yang ini dulu!" celoteh Changmin.
Changmin mulai mencicipi Jajangmyeon. Dan seperti selanjutnya, dia langsung memekik.
"Mashitdaa!"
Yunho pun ikut mencicipi tiga makanan buatan Jaejoong. Dia pun mengakui bahwa masakan Jaejoong enak sekali, lebih enak dari beberapa makanan yang sudah dicicipinya. Dalam hati Yunho merasa heran, mengapa masakan seorang namja lebih enak dari masakan para yeoja.
Lalu tiba-tiba saja Changmin langsung memeluk kaki Yunho. "Daddy.. Noona ini saja ya yang jadi Mommy Minnie.. Minnie mau noona ini.."
.
.
.
To Be Continued..
.
.
.
Hai !
Hot Comeback from me ! Udah gak tahan hiatus, tangannya gatel pengen nulis terus -_-
Gimana gimana ? Aku buat yang seleksi itu berdasarkan variety show jaman dulu yang Ari Wibowo Mencari Pembantu yang bakal digaji 10 juta itu -_-
So, Keep it or Delete it ?
