Brian, Cintaku Padamu ini Egois!
Fandom : Queers as Folks (US)
Pairing : Brian Kinney/Justin Taylor (BJ Forever!)
Genre : Romance, Humor
Summary :
Brian dan Justin sedang marahan, Brian memilih menghabiskan waktu di Woody's, Justin takut Brian kembali tricking
Language : Bahasa Indonesia | Indonesian
Brian, Cintaku Padamu ini Egois!
Sekembalinya dari New York, Justin menjadi orang yang sensitif, kehidupan kota besar New York yang keras membuat Justin berpikir ulang tentang prioritasnya selama ini, ia ingin mengabdikan hidupnya untuk seni, mencintai seorang pria dan memiliki sebuah keluarga, namun ia faham Brian, kekasihnya belum siap memberikan dia sebuah keluarga, paling tidak itu yang dipikirkan Justin saat ini. Ia harus pulang ke Pittburgh, pulang ke Brian.
Ia mencintai Brian melebihi rasa cintanya terhadap dirinya sendiri, bagi Justin, Brian adalah pria terindah yang pernah ada di dalam hidupnya, Brian selalu ada disetaip dia membutuhkan sosok pria bertanggungjawab, kuat dan romantis. Ya, Brian bisa romantis, tetapi hanya ditujunjukkan kepada Justin.
Kenapa?
Justin hadir dalam kehidupan Brian, ketika Brian menuju fase dimana ia menganggap dirinya sebagai hot and suscessful stud in Pittsburgh, Justin menghabiskan masa belianya di Loft, tempat Brian dan Justin memadu kasih, tumbuh bersama menjadi karakter yang saling melengkapi, melindungi dan menyayangi, selalu ada cinta bagi Brian dari Justin begitu pula sebaliknya, Brian jarang mengungkapkan melalui kata-kata, namun Justin tau, di sebalik gerak-gerik Brian yang macho, ulet dan tangguh, sessungguhnya Brian menyimpan cinta dan perasaan bagi Justin, Justin berhasil mencuri hatinya, and there is now way that Justin would give up this feeling, the feeling being loved by Brian, his love of his life.
Justin menghabiskan waktu menonton The Walking Dead dan Scandal di Loft, namun ia tetap khawatir karena kekasihnya tidak kunjung pulang.
Khawatir
Takut
Kalut
Gelisah
Semuanya bercampur menjadi satu, takut Brian memutuskan untuk tricking lagi dan membahayakan hubungan mereka.
Justin menunduk melihat lantai, apakah ia harus menyusl Brian di Babylon? Atau Woody's?
Seketika pintu lofet bergeser dengan keras. Brian muncul, lelaki yang sangat ia cintai.
Lega dan bahagia, kekasihnya pulang sendiri tanpa ditemani pria lain.
Brian muncul dengan wajah lesu, setengah mabuk dan langsung menuju tempat tidur, Justin mengikuti Brian dengan perlahan, langkah kaki Justin semakin cepat dan jantungnya berdegup kencang ketika satu persatu Brian melucuti pakainnya, ia memamerkan tubuhnya yang atletis, Brian kini tidak terlalu kurus saat mereka pertama kali bertemu, Justin meraba punggung Brian secara perlahan..Brian sekarang memiliki tubuh yang ideal, tubuh yang dikagumi baik pria maupun wanita.
Brian memejamkan matanya, membiarkan kekasihnya menyentuh tubuhnya
Justin mencium punggung Brian tepat tempat di area senstif saat mereka mengadu cinta
Kegelisahan seolah hilang dengan cepat, tidak ada aroma tubuh pria lain.
Justin memijat bahu Brian dengan lembut, tanpa kata-kata dan komando dari Justin, Brian duduk ditempat tidur dan Justin menyesuaikan possinya, ia duduk dipangkuan pria yang ia cintai dengan sepenuh hati.
"Brian, I love you"
"I know, twat!"
"I've been missing you, you know"
"I just left for two hours.."
"did you think about me"
"of course and always!"
"you love me!?"
"I do"
"Brian kamu harus tahu sesuatu!"
"Apa?"
"Cintaku padamu itu egois"
"Ok, aku 'ga bisa menolak"
"kamu tau kenapa?
"hmm?"
"karena hanya aku yang boleh berkuasa di hatimu, maaf aku harus egois"
"boleh, dan memang seperti itu kenyataanya"
Justin tersenyum lebar, senyumnya bisa menyinari seantero kota Pittsburgh yang beranjak menuju kegelapan di tengah malam..
Keduanya berciuman seolah ini adalah akhir dunia, tangan Brian yang kuat melakukan patroli dipunggung Justin yang mungil, tangan Justin yang lembut memijat leher dan bahu Brian yang kuat, ia tidak bisa melepaskan ciuman ini walaupun hanya sedetik, Justin ingin berbaring dan membiarkan Brian berkuasa seperti biasanya..
Brian faham..
Seolah ingin membius Justin dengan aroma maskulinnya Brian membalikan posisi mereka dalam keadaan terlentang, Brian diatas Justin dan Justin mengakomodasi gerak Brian dengan mengelus punggung Brian, tangan-tangan Justin yang yang lembut dengan cekatan memberikan pelukan, sentuhan dan kasih sayang pada Brian, tanpa sadar dan tanpa melepaskan ciuman, Justin dan Brian kini telanjang, ditemani suara lengkingan sirene mobil polisi diluar, jantung Brian bergemuruh dengan gelora ketika ia menembus lubang kecil milik Justin dengan tombaknya yang setengah basah dan licin, ya, mereka mengusir kondom dari agenda rutin bercinta.
Lubang kecil Justin ditusuk tanpa ampun, Justin meraung pasrah dan memberikan kendali sepenuhnya pada Brian, membiarkan kekasihnya berkuasa bak panglima perang ditengah pertempuran yang sengit, hanya kulit dan keringat yang memisahkan mereka, Justin menghisap kulit Brian dengan lembut, mengapresiasi setiap tetes keringat yang keluar dari tubuh kekasihnya dari hasil gerakan-gerakan yang bergelora, bola-bola Brian menyentuh pahan Justin dengan keras, ia memberikan setiap perhatian pada setiap sudut lubang mungil Justin yang disediakan hanya untuknya.
Setiap terjangan bernafaskan cinta, setiap tusukan menghela kasih..
Ia ingin membahagiakan tubuh kecil Justin dibawah badannya yang kini mulai berisi. Justin menyeringai keenakan, setiap tusukan yang diarahkan ke lubangnya merupakan bukti cinta dan passion diantara mereka, setiap sentuhan bibir Brian pada puting pinknya adalah simbol kebersamaan mereka.
Brian terus menggila, menghujam dan menggoyang tubuh mungil dan putih milik Justin tanpa rasa ampun, hanya rasa cinta dan sayang yang dia tunjukkan, Brian mengeluarkan cairan putih di lubang pink Justin, Justin pun mengerang dengan nikmat setelah ia melakukan mengeluarkan cairan yang sama dengan Brian, tepat dipusar Brian, mereka berdua tersenyum dengan kepuasan, seperti pada malam-malam sebelumnya, Justin mencium dahi Brian yang basah, Brian pun mengambil rokok dimeja, Justin bergegas menuju kamar mandi, mengambil lap basah, ia kembali ketempat tidru dengan pipi merah merona, dan gerak jalan seperti pinguin, pantatnya pucat kemerahan, sepertinya serangan Brian berhasil melumpuhkan pertahanan rapuh dan berbentuk bulat milik Justin.
Tangan Justin mengelap perut dan paha Brian yang mulai mengering dari keringat seusai pertempuran tadi, secara tiba-tiba tangan Brian meraih lap basah dari Justin.
"Jus, lay down on your belly, let mee see your ass"
"ugh, no Brian, I'm fine'
"I know, just let me see ok?"
"uh, sure" mana mungkin Justin bisa menolak permintaan kekasihnya
Justin menunjukkan pantat mungil namun besar dan menggairahkan bagi Brian, Brian memeriksa dengan seksama, pantat Justin pucat dengan rona kemerahan, lubang kecilnya bedenyut lembut mengiba perhatian tapi juga menuntut belas kasihan.
Brian mengecup dia sisi pantat putih bersih bagai bongkahan bola salju milik Justin, ia menjilatinya bagai es krim vanila, jari telunjuknya menghujam lembut lubang Justin, lubang Justin masih hangat dan lebut, tetap sempit dan menggairahkan after all these years.
"Ahhhh... sayang, stop, masih sakit"
"ok, maaf, aku Cuma ingin melihat, aku takut ada luka, tapi lubang kecil kamu terus-terusan minta diperhatikan"
Justin tertawa manis, ia merebut jari-jari panjang milik Brian, dan menghisapnya dengan lembut, ia dihadiahi erangan jantan dari Brian. Jari kiri Brian terus menerus menghajar lubang mungil milik Justin, tak puas disitu, lidah Brian dengan seksama mengusap dengan tegas dua sisi belahan pantat Justin. Justin pun meronta kenikmatan..
Keesokan Harinya
"Hey you reach Brian and Justin, leave your message or don't!" Keheningan pagi di loft seolah pecah setelah mesin penjawab pesan otomatis berbunyii
"Hey Brian, why the fuck you left so early last night, so there was a guy, Matt! U remember him? He wants to know why did you leave him alone in the middle of conversation? Christ, that was rude! What;s wrong with you? That guy is hot, and i know he wanted you! Call me soon !"
Dada Justin berdegup keras.. Siapa Matt?
Justin kehilangan selera untuk sarapan, Brian masih tidur pulas di tempat tidur.
Justin berdiri menatap jendela..
Pesan dari Michael membuat Justin berhenti merasa ingin kembali tidur
Brian had a conversation with a stranger? Is he trying to pick up a trick again?
TBC
Mohon tinggalkan komentar bila berkenan :)
