.
Wings of Youth's Freedom
.
Shingeki no Kyojin belongs to Hajime Isayama. I take no profit of this and all of the characters inside. All of the purpose of making this is just for having fun and entertaining.
multipairs inside, K+, Romance/Friendship
© kazuka, december 21st, 2013
.
.
"Namanya juga anak muda, anak SMA. Pergaulan yang seru (plus sedikit kebandelan), ditambah dengan bumbu romansa segar alias puppy love, adalah keseharian!"
.
Nama sekolahnya Wings of Freedom. Ya, 'Sayap Kebebasan'. Prinsip dari pemberian nama itu (katanya, ya, katanya—ini hanya sebuah legenda karena sekolah telah didirikan enam puluhan tahun yang lalu dan siswa-siswa yang sekarang tampaknya tak terlalu ambil pusing tentang asal-usul sekolah) adalah ingin memberikan kebebasan pada siapapun yang ingin menuntut ilmu di dalamnya, tak peduli pekerjaan orang tua, kemampuan akademik, maupun asal-muasal tempat tinggal.
Isinya memang beragam. Mereka bebas menunjukkan siapa diri mereka, menjadikan diri mereka istimewa dengan menyalakan sinar kharisma mereka sendiri. Mereka bisa bebas menunjukkan apakah mereka ingin 'mencolok' di bidang akademik, olahraga ataupun penampilan, namun tentu masih perlu memperhatikan norma-norma institut yang ditulis besar-besar di dekat gerbang utama.
Yah, kata pendirinya dahulu, manfaatkanlah masa mudamu untuk membebaskan diri dalam batasan-batasan yang wajar.
Kata itu berlaku untuk ... segerombolan anak kelas sebelas yang masih menghabiskan waktu di lapangan sepak bola itu. Semuanya satu kelas, berada di jalur jurusan yang berurusan dengan ilmu alam.
Mereka sedang bebas. Err—entah bisa disebut melanggar peraturan atau bagaimana ...
... Tiga menit lalu bel masuk penanda berakhirnya 'kebebasan' istirahat sudah dibunyikan Levi—guru matematika yang terkenal di kalangan siswa perempuan, tak jarang segolongan siswa lain menjadikannya bahan obrolan. Obrolan apa itu, semua tentu paham. Obrolan anak SMA, eh?
Levi tentu bisa melihat dengan jelas sekumpulan manusia yang dia anggap sedang tuli itu (kurang nyaring apa bel yang barusan dia bunyikan, heh? Bahkan dia telah menekan tombol belnya sekuat tenaga, berharap bunyinya bisa naik beberapa desibel). Namun dia masih menahan diri, dia menonton, sambil mulai menghitung mundur dari angka sepuluh dalam hati, membuat penentuan bahwa jika nanti anak-anak di lapangan itu tidak mau masuk ke kelas, dia akan datang ke tengah lapangan dan memberi mereka sedikit 'perhatian'.
...
Tujuh.
Enam.
Lima.
"Marco, sebelah sini!"
Empat.
"Jeaaaan, kalau tidak bisa mencetak gol nanti jatah bento-mu kuambil!"
Tiga.
"—Sialan kau Sasha!"
Dua.
"Reiner, jaga sebelah sana!"
Satu.
Selain tuli, Levi menganggap mereka semua sedang amnesia. Lupakah mereka bahwa pelajaran setelah ini adalah matematika?
(Oke, satu hal yang diketahui semua orang: kadang masa SMA itu lebih menyenangkan dan lebih dinikmati bagian persahabatannya ketimbang pelajaran-pelajarannya!)
Lelaki itu pun keluar dari ruang guru, berjalan tenang dengan tangan terlipat di dada sambil memikirkan hal apa yang kira-kira menyenangkan untuk diberikan pada mereka.
Menjewer Marco, mungkin? Dia anak terpolos diantara semuanya dan pastinya lebih baik untuk menyandera yang paling polos dahulu biar yang lain tak berkutik juga karena tak tega.
Uhm, Marco sahabat dekat Jean pula. Marco dihukum, otomatis Jean pasti menyerahkan diri pula karena dia adalah tipe setia kawan—meski seberandal apapun kelakuannya.
Rencana yang bagus, pikir Levi. Dia pun mencari Marco—aha, dia di sebelah sana, di dekat gawang. Mungkin menunggu umpan dari Jean.
"Wohow!" Jean menendang bola dengan penuh kekuatan dan semangat. Ekspektasinya sangat besar—dia yakin bola itu akan menembus pertahanan Bertholdt dan memenangkan timnya, serta membuat Sasha menyerahkan bento miliknya. (Dia dan sang pacar sering sekali menggunakan makanan sebagai senjata, tahu.)
DUAKKKH—
"Hah?" Jean kemudian mendengus setelah melihat bahwa bola yang dia tendang malah memantul di kepala kawannya, hingga batal memasuki gawang dan malah terlempar ke sudut.
Eh, 'kawan'?
"Heh, Eren, kenapa kau berdiri di situ, jadi gagal—"
Jarak yang lumayan jauh ternyata adalah faktor utama Jean salah mengenali orang.
"... LARI!" perintah Eren, berteriak sekuat yang dia bisa.
Tanpa ba-bi-bu lagi, enam orang laki-laki di lapangan, satu laki-laki di tepi dan lima orang perempuan yang menonton segera membubarkan diri dengan berlari.
... Levi bersumpah akan mengempeskan bola tadi dan memberikan tugas materi limit tambahan untuk dua belas orang barusan.
Hm, masa muda itu memang masa yang bebas, ya? Bebas untuk kadang-kadang berbuat (sedikit) bandel tanpa dicap kriminal karena orang hanya akan memaklumi sambil geleng-geleng kepala, seraya berkata, "Ah, biasa, anak remaja."
.
.
| t b c |
.
A/N: um, ini multichap pertamaku di fandom snk indonesia ya? apa aku lupa? oke aku emang pelupa, tapi hal ini nggak penting. aku cuma mau bilang, yay akhirnya aku menyibukkan diri dengan multichap selain di fandom naruto yay.
um, ini memang sistemnya multichapter, tapi multichap 'lepas' alias semacam antologi. satu chapter dengan yang lainnya memang satu setting, kadang ada hubungannya tapi kalau misalnya baca chapter satu terus lompat ke chapter tiga, nggak ada missing link karena fokus per chapter-nya itu beda-beda. dan aku nggak tau ini bakal sampe chapter berapa, pokoknya asal ada ide, ketik, update. kalo nggak yaaa ... tunggu idenya ada. wakakak. pairnya juga tergantung mood. pokoknya aku kepengen banget (walau ini ide pasaran, okay, i know) ngejadiin anak snk di setting anak sekolahan (salah satu fmv menginspirasiku bikin ini, yiha~) dan sekalian nostalgia masa-masa sma aku pas ngetiknya wohoho (ketauan deh authornya udah tua).
terima kasih sudah membaca o/
