FRIEND ?

MARKHYUCK / MARKCHAN

Lee Haechan X Mark Lee

Orang tua mereka bersahabat, mereka merupakan tetangga, tumbuh bersama, pergi kesekolah yang sama, hampir selama 17 tahun mereka bersama.Tapi mereka sama sekali bukan teman?

Selamat Membaca

--

"Bahkan seekor siput pun akan terlihat lebih cepat ketika bersanding denganmu saat ini" Ejeknya

"Berapa mangkuk yang kau makan ketika sarapan tadi"

Jika saja dirinya tidak dalam status sebagai penumpang maka bisa di pastikan orang yang secara tidak langsung menyinggung berat badannya itu sudah terjatuh mencium trotoar jalan yang sedang mereka lewati.

"Jangan banyak bicara dan gayuh sepedahmu lebih kencang"

Kurang ajar sekali bocah itu, sudah menumpang, banyak bicara bahkan sekarang dia berani memerintah dirinya yang jelas - jelas lebih tua darinya. Harusnya bocah itu berterima kasih pada dirinya, jika bukan karena ibu dari bocah ini mungkin dia dari tadi akan meninggalkannya dan berangkat kesekolah sendiri.

Mark menggayuh sepedahnya dengan kecepatan penuh. Dia tidak terlalu memperdulikan bagaimana keadaan orang yang menumpang dibelakangnya, jika bocah itu terjatuh pun dia tidak akan keberatan setidaknya itu akan mengurangi beban sepeda kesayangannya sehingga dirinya akan lebih cepat sampai disekolahan.

Entah itu jalan yang datar, menanjak atau menurun dirinya terus menggayuh cepat sepedahnya yang ada dipikirannya saat ini adalah cara agar mereka tidak terlambat sampai disekolah mereka.

Seperti saat ini dia sudah dari jauh melihat beberapa polisi tidur yang akan menyambut perjalanan mereka, senyum licik itu kini terpangpang di wajahnya. Dia sedikit berdiri dengan kakinya yang semakin cepat menggayuh pedal sepedahnya dan terjadi lah beberapa guncangan karena ban sepedahnya yang bergesekan dengan beberapa polisi tidur yang mereka lewati.

"Kau ingin membunuhku" suara teriakan itu terdengar di indra pendengarannya. Kini Mark telah kembali duduk seperti sebelumnya.

Tidakkah bocah itu sadar suara cemprengnya itu bisa saja membuat orang yang mendengarnya kesakitan, seperti keadaan telinganya sekarang yang terasa berdengung akibat teriakan bocah itu.

"Kau pasti sengaja melakukan itu" tuduh Haechan. Ingin sekali dia memukul kepala hitam Mark yang saat itu tertawa bahagia karena telah membuatnya hampir jatuh terjungkal, dia sangat yakin seniornya itu sengaja melakukannya.

"Jika kau mengalungkan tanganmu dileherku, aku bisa mati sebelum kita sampai disekolah" Mark berusaha melepaskan tangan yang sedari tadi melilit kencang lehernya, sepertinya Mark tidak bisa meremehkan bocah itu selain berat ternyata lilitan tangannya cukup mematikan juga.

"Diamlah dan kau bisa berpegangan pada pundakku"

Mark tidak pernah merasa semalu ini ketika membonceng seseorang, bagaimana tidak malu jika di sepanjang jalan Haechan terus berteriak tak jelas dan dengan beraninya dia menjambak rambut Mark beberapa kali.

Sikap Haechan membuat mereka menjadi pusat perhatian bagi siapa saja yang berpapasan dengan mereka, dia juga bisa merasakan beberapa pejalan kaki yang menatap dengan pandangan yang tidak Mark ketahui memandang kearah mereka.

Dia bersumpah ini akan menjadi pertama dan terakhir bagi Mark membiarkan Haechan menumpang di sepedahnya meskipun ibu dari anak itu yang memintanya, dia akan menolaknya secara halus.

Para siswa yang berada di gerbang sekolah kini memandang tontonan drama pagi hari mereka, pemandangan seperti ini sudah biasa mereka lihat.

"Apa mereka tidak lelah setiap hari bertengkar" ucap Jaehyun

Mereka masih terdiam memperhatikan kedua sosok itu. Mark dengan keadaan rambut yang cukup berantakan dan Haechan sejak tadi menempat kan kedua tangannya di pinggang, mereka sudah mulai saling berteriak dengan tangan mereka yang saling menunjuk satu sama lain.

"Melihat kondisi seperti ini cukup sulit mempercayai fakta bahwa orang tua mereka teman dekat" seru Jhonny heran, ngidam apa ibu mereka ketika sedang mengandung hingga menghasilkan anak - anak yang seperti mereka.

Mark masih memegang kedua telingatnya saat dirinya turun dari sepedah, kini dia menatap tajam bocah yang ada di depannya tentu saja bocah itu juga membalas tatapannya dengan tatapan yang tak kalah tajam.

"Gendang telingaku terasa akan pecah mendengar teriakanmu sepanjang jalan"

"Salahmu sendiri yang dengan gilanya menjalankan sepedahmu, kau benar - benar berniat membunuhku"

Lihatlah Haechan yang memang lebih pendek dari seniornya itu terus menyingkirkan telunjuk tangan Mark yang sedari tadi berada di keningnya.

"Bukankah kau juga yang menyuruhku mempercepatnya dan sekarang kau malah balik menyalahkanku"

"Cepat sih cepat, tapi tetap saja karena dirimu aku hampir saja terjungkal jatuh dan tolong jangan lupakan bahwa tadi kau hampir menambrak penjual sayur yang melintas"

Haechan tidak pernah mengenal kata kalah apalagi jika ini berurusan dengan senior yang menyebalkan seperti Mark Lee, dia punya beribu alasan supaya bisa memojokkan pria ini.

Lupakan bahwa orang tua mereka berteman baik, lupakan bahwa mereka sejak kecil tumbuh bersama karena semua itu tidak lantas membuat mereka menjadi teman yang baik bahkan malah sebaliknya setiap hari mereka akan selalu bertengkar. Masalah besar sampai hal kecil bisa menjadi alasan mereka untuk beradu mulut setiap hari nya.

"Dan aku berkata jujur, awalnya aku tidak percaya bahwa ada mahluk yang lebih lambat dari pada seekor siput. Tapi saat melihatmu tadi aku mendapatkan fakta yang nyata"

Demi tuhan, ini pertama kali dia mendengar orang membanding kannya dengan seekor siput.

"Harusnya kau sadar diri, kau itu berat makanya saat itu sepeda ku menjadi lambat"

"Apa kau bilang," ucap Haechan marah, dia paling tidak suka jika seseorang menyinggung berat badannya entah itu orang tuannya atau sahabat dekatnya yang jelas dia tidak pernah memaapkan orang yang mengatainya berat. Apalagi sekarang kalimat itu keluar dari orang yang paling dibencinya.

"kau itu berat" tunjuk Mark tetap dihadapan juniornya itu.

Kedua tangan kecil Haechan telah terkepal kuat, seniornya itu benar - benar cari mati di pagi hari yang cerah seperti ini. Tangan nya langsung mengarah pada perut Mark memberikan pukulan yang cukup keras untuk seniornya itu. Senyum di wajah Haechan langsung terbentuk ketika melihat wajah Mark yang terlihat kesakitan dengan salah satu tangan yang memegang perutnya.

"Kurang ajar kau .." belum sempat dia mengucapkan kalimatnya, Mark sudah kembali berteriak kesakitan. Kali ini tungkai kakinya yang menjadi sasaran Haechan, anak itu gemar sekali melakukan kekerasan terhadap dirinya. Haechan menendang keras tulang kering kakinya dan itu sangat menyakitkan, sampai - sampai dia bertulut memegang kaki kirinya.

"Aku pergi duluan" pamit Haechan mengabaikan teriakan kesakitan Mark, dia tersenyum licik sebelum mengayunkan ranselnya kebelakang dan otomatis mengenai wajah seniornya yang sedang berjongkok.

"YAAAS LEE HAECHAN" teriak Mark, awalnya Mark terkejut mendengar Haechan yang berpamitan padanya sampai - sampai dia mengangkat kepalanya hanya untuk melihat punggung anak itu. Tapi sepertinya dia melakukan kesalahan karena tak lama dari itu ransel biru milik Haechan menghantam wajahnya.

Kali ini Haechan sudah bertindak sangat keterlaluan. Sebenarnya apa yang dibawa dalam ransel anak itu, apa mungkin dia membawa batu didalamnya karena sungguh pukulan ranselnya itu membuat wajahnya sedikit sakit. Mark memandang tajam para hyung yang malah menertawakan keadaannya, lihatlah Doyoung hyung sampai megeluarkan air mata karena menertawakannya, Jaehyun dan Jhonny juga sama saja.

*

*

*

*

"Jangan bercanda hyung" keluhan itu terdengar dari Mark saat mendengar perkataan Jhonny hyung.

Kini mereka sedang duduk berkumpul di bangku penonton lapangan sekolah mereka, memang hari ini tidak ada latihan basket seperti biasa. Mereka hanya ingin berkumpul dan menghabiskan waktu bersama menonton para pemain bola yang kebetulan sore itu sedang melakukan latihan.

"Bisa saja kedua orang tua kalian memikirkan hal itu"

Oh tidak lagi, sepertinya para hyungnya terlalu banyak menonton drama korea murahan. Bagaimana bisa mereka bilang jika orang tuanya akan menjodohkan dirinya dengan Haechan hanya karena mereka berteman baik, dan ini sudah bukan zaman joseon lagi. Sekarang korea sudah dipimpin seorang president bukan lagi raja, jadi masalah perjodohan - perjodohan sudah tidak mungkin ada di zaman ini.

"Hyung aku masih menyukai seorang perempuan" protes Mark sedikit kesal "dan kalian tahu persis siapa gadis yang aku sukai"

Teman - temannya hanya tertawa melihat sikap malu - malu dongsaeng mereka ketika menyangkut gadis yang sedang dia sukai. Mereka sudah tahu sejak lama Mark menyukai ketua Cheerleader kebanggaan sekolah mereka, dan gadis itu juga yang menjadi alasan kenapa sekarang mereka berada disana.

Bukan hanya tim sepak bola saja yang sedang berada dilapangan tapi tim Cheerleader juga sedang berlatih gerakan mereka di tepi lapangan, mereka bisa melihat dengan jelas gadis yang Mark sukai karena memang mereka duduk di bangku yang dekat dengan lapangan itu. Dan tentu saja itu juga keputusan Mark karena dia ingin melihat lebih dekat gadis yang disukainya.

Haechan dan anggota lain terduduk di tengah lapangan, sudah sekitar 1 jam lebih mereka berlatih disini. Haechan masih mengatur napasnya lelah bahkan sekarang dirinya haus sekali.

Sial, kenapa juga dia menyimpan tas latihannya di tepi lapangan.

Dengan terpaksa Haechan melangkahkan kakinya ke tepi lapangan, dahinya sedikit berkerut ketika melihat Mark dan teman - teman seniornya duduk di bangku penonton.

Apa yang dilakukan anak basket di lapangan terbuka ini?

Haechan selalu mengira anak basket itu sekumpulan anak manja yang anti dengan sinar matahari hanya karena tempat latihan mereka yang berada di dalam ruangan, tidak seperti anak sepak bola seperti dirinya yang harus berhadapan langsung dengan alam. Panasnya matahari, dinginnya air hujan sudah menjadi makanan sehari - hari mereka.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Haechan menatap Mark dan teman - temannya.

Kemunculan anak itu membuat suasana hatinya berubah seketika, kenapa juga dia tidak ingat bahwa Haechan merupakan salah satu anggota sepak bola sekolah mereka.

"Memangnya aku tidak boleh berada disini" balas Mark yang terdengar cukup sinis

"Jangan berbicara kasar seperti itu,asal kau tahu Yeri tidak suka dengan pria kasar"

Mark membolakan matanya kaget mendengar ucapan Haechan, dari mana dia tahu bahwa dia ada disini untuk melihat Yeri. Apa dirinya sangat mudah untuk dibaca oleh anak itu?, dia harus terus bersikap tenang jika sekarang Mark terpancing oleh omongan Haechan maka dia yang akan berada diposisi yang berbahaya. Salah - salah anak itu akan memberitahu Yeri tentang perasaannya.

"Hyung apa kau masih lama?" Haechan membalikan badannya dan mendapati anggota termuda tim nya Chenle yang kini berdiri dibelakang nya. Haechan tidak menjawab pertanyaan itu, tapi dia lebih memilih menatap Chenle seakan bertanya ada apa? pada anak itu.

"Temani aku mengambil tasku yang berada di ruang ganti" Haechan tersenyum mendengar rengekan Chenle padanya.

Sejak 1 bulan yang lalu Chenle resmi bergabung dengan tim mereka entah kenapa anak china itu jadi terus menempel padanya tapi tentu saja Haechan tidak terlalu mempersalahkan Chenle bahkan dia sudah menganggap Chenle sebagai adiknya sendiri, dia menyayanginya sama seperti dia menyayangi adik kandung nya Jisung. Haechan juga berniat memperkenalkan Chenle pada adiknya, dia memiliki pirasat bahwa mereka akan cocok.

"Kau lolos kali ini Mark" seru Haechan sebelum berjalan bersama Chenle meninggalkan para senior yang menatapnya.

Mark cukup lega dengan kepergian Haechan, dia masih menatap kedua sosok yang sudah mulai terlihat mengecil di matanya tapi dia bisa melihat tangan Haechan yang mengacak rambut anak yang dia kenal bernama Chenle itu. Dia juga bisa mendengar suara tawa Chenle meskipun mereka sudah terlihat jauh.

Hari sudah semakin gelap tapi Haechan masih sibuk membereskan barang - barang nya yang ada di ruang ganti, dia menjadi orang terakhir yang pulang karena pelatihnya menyuruh Haechan membantu nya membereskan beberapa alat yang dipakai mereka untuk berlatih tadi.

Sekolahnya sudah sangat sepi, Haechan berjalan santai dengan tas yang menggantung di punggungnya. Hari ini dengan terpaksa dia harus berjalan kaki menuju halte bus yang berada cukup dekat dengan sekolahnya, Haechan berjalan pelan dan sesekali bernyanyi pelan berharap dengan begitu dia bisa membunuh rasa bosannya.

"Lihatlah tanpa bantuannya pun gadis itu sudah duduk di tempat yang dia duduki tadi pagi" Haechan masih memperhatikan sepedah yang cukup dikenalnya, sepeda milik Mark yang baru saja melintas melewatinya dengan gadis yang duduk dibelakannya.

Dirinya masih ingat beberapa hari lalu setelah Haechan selesai latihan Yeri mendatanginya. Meminta bantuan pada dirinya agar lebih dekat dengan Mark, dan tentu saja pertama kali mendengar permintaan itu dia tertawa tak henti - hentinya.

Sungguh semua orang tahu dirinya dan Mark tidak dalam status teman baik sehingga membuat gadis itu meminta bantuannya, sebenarnya apa yang dipikirkan gadis itu? apa gadis itu tidak tahu tiap harinya dia dan Mark selalu bertengkar dan saling menjatuhkan.

Dan hari itu juga dia menolak permintaan Yeri, dia tidak ingin terlibat dengan kisah cinta antara mereka.

Mark memasuki rumahnya dengan senyum yang menghiasi wajahnya, dia baru saja mengantarkan gadis yang selama ini dia sukai ke rumahnya. Setelah kepergian Haechan tadi Yeri tiba - tiba datang menghampirinya dan meminta nya untuk mengantarkan gadis itu pulang dan tentu saja dia tidak akan menyia - nyiakan kesempatan yang sudah ada di depan matanya itu, dia langsung saja menyetujui permintaan Yeri.

"Kau pulang terlambat sayang" Mark hanya tersenyum menanggapi ucapan ibunya yang kini sedang sibuk menyiapkan makanan untuk makan malam.

"Cepat mandi dan ajak kakakmu turun untuk makan malam" perintah ibunya

Sekitar 30 menit akhirnya Mark dan hyungnya turun untuk makan malam bersama orang tua mereka.

"Wah ibu memasak banyak hari ini" Mark langsung mendudukan diri di kursi yang berhadapan dengan ibunya sedangkan Taeyong hyung duduk disebelahnya.

Ibunya merupakan sosok yang paling dicintainya. Ibunya sosok hangat yang selalu merengkuh nya ketika Mark berada dalam kondisi yang kurang baik, dirinya bahkan tidak perlu berbicara tentang masalahnya karena ibunya akan selalu menjadi orang pertama yang datang padanya.

Ayahnya akan selalu menjadi mentor dalam perjalanan hidupnya, bagaimana beliau selalu bisa membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan nya membuat Mark merasa kagum pada sosok ayahnya.

Taeyong hyung selalu menjadi penyemangatnya, banyak orang yang berkata bahwa hyungnya itu terlihat sangat dingin tapi kenyataannya dia sosok hangat seperti ibunya. Dia juga sosok hyung yang bisa Mark andalkan.

Mark selalu bersyukur terlahir dari keluarga ini karena seberapa sibuknya kedua orang tua Mark pada pekerjaan mereka, kedua orang tuanya selalu ada ketika mereka makan malam, mereka selalu berkumpul ketika hari minggu, mereka selalu ada ketika anak mereka membutuhkan sosok orang tua.

Mungkin Mark termasuk anak yang beruntung karena dirinya tidak pernah mengalami kekurangan dalam materi maupun kasih sayang karena orang tuanya telah memberikan mereka keduanya.

Makan malam keluarga Lee berlanjut dengan pembicaraan hangat, kali ini Mark hanya mendengarkan percakapan antara ayahnya dan hyungnya.

Mark melihat ibunya yang baru saja datang dengan telepon rumah yang masih digenggam nya, kenapa dengan ibunya? Dia bisa merasakan tatapan tajam ibunya yang mengarah padanya. Apa dia melakukan kesalahan yang membuat ibunya marah?

"Haechanie belum pulang sampai sekarang" Mark bisa merasakan kemarahan dalam setiap ucapan yang ibunya katakan "bukankah kau tadi berangkat bersamanya"

"Ibu pikir kau terlambat pulang karena kau menunggu Haechan latihan"

"Omma Haechan sudah besar, mungkin dia sedang berada di rumah temannya" bela Mark

"Ibunya sudah menghubungi semua teman dekat Haechan dan mereka bilang dia tidak bersama mereka, dia juga sudah menghubungi nomor Haechan tapi dia tidak menjawab panggilan dari ibunya" Mark tahu tatapan itu menegaskan bahwa ibunya sekarang meminta penjelasan padanya.

"Jadi benar kau meninggalkan Haechan sendiri" pria tegas yang sedari tadi menyimak ucapan istrinya kini ikut mengeluarkan suara.

"Bukan seperti itu ayah, aku mengantarkan temanku pulang dulu tadi. Aku pikir Haechan sudah pulang duluan jadi aku langsung pulang kerumah"

"Kau harus mencari Haechan sampai ketemu, kau bisa memakai motor hyungmu" perintah ibunya

Jika dia tadi mendeskripsikan ibunya sosok yang hangat, dia sepertinya melupakan fakta bahwa meskipun dia anak kandungnya. Ibunya akan selalu memilih Haechan dari pada dirinya, seperti sekarang ini. Dia dihakimi oleh orang tuanya sendiri karena anak itu dan itu juga terjadi pada ibunya Haechan, saat mereka bertengkar maka ibu Haechan akan selalu membelanya dan menyalahkan Haechan yang notabene anaknya sendiri. Dia sempat berpikir bahwa mungkin mereka anak yang tertukar.

Mark segera mengambil jaket dan kunci motor yang ada di kamar hyungnya, dia harus segera menemukan anak itu sebelum ibunya membatalkan motor pesanannya yang akan datang minggu depan. Ibunya akan berubah menjadi kejam ketika ini berurusan dengan Haechan.

Mark memacu kendaraannya membelah jalanan seoul yang terasa dingin ketika malam menjelang, jalanan cukup terlihat sepi sehingga dia menjalankan sport motor hitam hyungnya itu dengan kecepatan di atas rata - rata. Mark kini telah sampai di sekolah mereka yang sudah terlihat gelap dan gerbang sekolahnya pun sudah terkunci jadi mana mungkin Haechan masih ada di sekitar sekolah.

Pilihan selajutnya adalah halte yang letaknya tidak jauh dari kawasan sekolah mereka. kali ini Mark menjalankan kendaraanya dengan perlahan dari balik helm hitam yang dipakainya, mata hitamnya terus bergerak kekiri dan kanan berharap dia bisa menemukan sosok yang dari tadi dicarinya. Tetap dihalte itu dia memberhentikan motor sport nya saat matanya melihat sosok Haechan yang tengah terduduk, Mark berjalan mendekati anak itu.

Mark menatap Haechan yang tengah tertidur lelap dengan kepala yang menyandar pada salah satu tiang halte yang ada disana, bagimana dia begitu terlihat tenang tertidur ditempat umum seperti ini.

"Dasar bodoh" Mark sedikit menyentil kening anak itu yang masih tidur seakan tidak terganggu dengan apa yang dirinya lakukan.

Orang tua mereka mencemaskan keadaanya nya bahkan dia harus mendapatkan pandangan kemarahan ibunya, tapi anak ini malah enak - enakan tidur disini.

"Hei bangun" Mark menendang cukup keras kaki milik Haechan, berharap usahanya kali ini akan membuat anak itu bangun dan benar saja usahanya berhasil.

Hal pertama yang Haechan lihat saat membuka matanya adalah sosok pria dengan jaket hitam dan helm hitam berdiri di depannya, matanya bergerak liar memandang sekitar takutnya dia telah menjadi korban penculikan pria yang ada di depannya itu tapi dia masih berada di halte bus dekat sekolahnya, tasnya masih utuh dan tidak ada memar pada tubuhnya.

"Cepat bangun, kita akan pulang"

Tunggu sepertinya dia kenal dengan suara pria itu, kenapa suaranya mirip dengan Mark. Dia belum sepenuhnya sadar, sepertinya latihan kali ini sangat menguras tenaganya sehingga membuatnya sampai ketiduran di halte bus.

"Kau terlalu lamban seperti kura - kura" Mark segera menarik tangan Haechan, setelah dia berhasil menggenggamnya dia baru menyadari anak itu memiliki tangan yang kecil.

"Hei aku tidak mengenalmu, lepaskan tangannku" Haechan terus memberontak berusaha melepaskan tangannya dari pria itu. "Mungkin kau salah orang jadi bisakah kau lepaskan aku"

Mark menarik tubuh Haechan dengan cukup kencang berusaha menghentikan pergerakan anak itu, Mark segera membuka helmnya dan menatap Haechan yang masih berdiri mematung di depannya.

"Kau terlalu banyak bicara dan lamban seperti seekor kura - kura" Mark memakaikan helm yang tadi dia pakai kekepala Haechan.

"Hei" protes Haechan saat Mark memukul helm yang dipakainya.

"Cepat naik" perintah Mark, untuk kali ini Haechan tidak terlalu banyak bicara dan segera menaiki motor sport hitam itu.

Sepertinya tidur di halte tidak bisa memulihkan kondisi badannya yang sangat lelah.

Mark segera menjalankan motornya dengan kecepatan yang sedang, dia tidak mau mengambil resiko dengan Haechan yang duduk di belakangnya.

"Mark" panggilan pelan itu bisa Mark dengar karena dirinya sedang berhenti di lampu merah.

"Aku lelah, tidak bisakah kau cepat"

Suara Haechan terdengar berbeda kali ini, tidak ada teriakan, tidak ada nada ejekan, tidak ada suara perintah. Kali ini suaranya terdengar pelan dan lirih, apa anak itu sakit?

Sesampainya dirumah Mark, mereka disambut oleh ibunya yang sudah berdiri di depan pintu disusul oleh ayah dan hyungnya.

"Kalian sudah sampai" sambut ibunya

"Bibi" Haechan langsung memeluk ibu dari Mark, dirinya tersenyum ketika merasakan usapan lembut dikepalanya.

Pelukan seorang ibu benar - benar seperti magic yang tak terbantahkan, bahkan sekarang tubuhnya menjadi terasa lebih ringan dan lebih baik hanya karena merasakan pelukan hangat seorang ibu.

Mark hanya mendengus sebal melihat Haechan yang terlihat sangat manja pada ibunya.

"Cepat masuk, bibi akan menyiapkan sup hangat untuk mu"

"Sebaiknya aku langsung pulang bi, aku ingin langsung istirahat"

Haechan merasa sangat bersalah menolak undangan ibu Mark, tapi kondisi tubuhnya sekarang sungguh hanya membutuhkan ranjang hangat miliknya dan tidur sesegera mungkin.

"Orang tuamu pergi melakukan perjalanan ke pulau Jeju selama seminggu, jadi mereka menitipkanmu pada kami"

Mendengar penjelasan itu, Haechan langsung melihat rumanya yang ada disebelah. Terlihat sepi dan gelap hanya ada cahaya lampu yang menyala di halaman rumahnya. Selalu seperti ini, dirinya yang selalu ditinggalkan tapi mereka selalu membawa adiknya.

"Kau tidur di bawah dan aku tidur di kasur" itu sudah keputusan final dari sang pemilik kamar yang mereka tempati.

"Aku disini sebagai tamu, jadi kali ini kau yang harus mengalah dan tidur di bawah" Haechan segera menaiki ranjang yang ukurannya cukup besar dan menarik selimut tebal hingga menutupi tubuhnya.

Sreett, Mark segera menarik selimutnya kasar dan hal itu membuat Haechan segera terduduk dan menatapnya tajam.

"Ini kamarku, dan aku tidak peduli bahwa kau itu tamu atau apalah yang jelas sekarang turun dari ranjangku" ucap Mark serius, dia sudah cukup lelah pertengkaran ini berlangsung sejak mereka memasuki kamar miliknya.

"Bagaimana jika kita tidur bersama, lagipula ranjangmu cukup besar" pinta Haechan

Jika saja Haechan mengusulkan nya sejak awal mungkin dia akan setuju tapi tidak ketika anak itu terlanjur membuatnya jengkel dan membuang waktu tidur berharganya.

"Tidak. Jika kau tidur disampingku mungkin aku akan mengalami mimpi buruk"

"Sialan kau" Haechan dengan terpaksa turun dari ranjang Mark.

Mimpi buruk? Memangnya Haechan itu dewa mimpi apa bisa membuat orang yang tidur di sebelahnya mimpi buruk, Mark tidak terlalu ambil pusing dengan kalimat umpatan yang Haechan layangkan untuknya.

"Mark"

"Hmh"

"Aku tidak bisa tidur"

"Aku tak peduli"

"Kau kejam sekali"

"Mark"

"Mark"

"Hei rambut ramen"

"Mark Lee"

"Markeuu"

"Aish tidak bisakah kau tutup mulutmu itu" teriak Mark kesal, dirinya tidak bisa tidur dengan suara Haechan yang sungguh mengganggunya.

"Diam, segera pejamkan matamu dan tidur sebelum aku menendangmu keluar dari kamarku" Haechan hanya menatap sebal Mark yang kembali membaringkan tubuhnya dengan selimut yang menutupi seluruh badannya.

"Kau akan mati jika memakai selimutmu seperti itu" umpat Haechan

Baru sehari saja dia sekamar dengan Haechan sudah membuat nya jengkel seperti ini, apalagi dia harus sekamar dengan anak ini selama seminggu? Bisa - bisa dia akan memiliki penyakit darah tinggi diusianya yang masih muda.

*

TBC

#1 : Friend? 4 Oktober 2017

Kembali lagi dengan ff Markhyuck.

Selamat menikmati dan semoga kalian suka

Jangan lupa tinggalkan saran dan komennya

Salam Markhyuck shipper