Ryan : (Mengangkat tangan kanan, membentuk angka 4, menyipitkan mata), yosh, Ohayou/Konnichiwa/Konbanwa, minna, Ryan wa koko dezu. Selamat datang di Fanfic saya yang pertama, The Hunter of Gensokyo, yang sebenarnya mau diberi nama Touhou Hunter, tapi tidak jadi karena ingin ku-publish dalam bahasa inggris menggunakan judul tersebut. Nah, sekarang, Cirno, ucapkan kata-katanya.

Cirno : Kata apa, author?

Ryan : Kata itu. Kata-kata "belongs to blablabla"

Cirno : Belongs to blablabla?

Ryan : (Facepalm), Ya Allah Ya Robbi, ini, baca saja. Kau bisa, kan?

Cirno : Ooo, ini. This is a crossover fanfic about Touhou Project and Monster Hunter. Touhou Project dimiliki oleh ZUN, sementara Monster Hunter dimiliki oleh pihak Capcom, ryanushunternine hanya meminjam kedua game ini saja untuk membuat fanfic pertama ini.

Ryan : Baiklah. Di bagian ini, mari kit abaca bersama-sama.

Ryan x Cirno : Please read it. Hope you enjoy it.


Di pagi yang gelap karena dilanda badai, seorang peri es misterius, berambut biru sebening es dengan pita hijau dan dress biru dengan kemeja putih di dalamnya, sedang berlintas di gunung Youkai, membawa perisai es di tangan kanan dan belati es di pinggang belakangnya. Peri itu berjalan dengan ekspresi seperti anak burung tersesat tanpa tujuan, dan khawatir akan ada monster datang menerkamnya. Beristirahat karena telah berjalan dalam waktu lama, ia duduk di sebuah batu yang bulat, dan memakan sebuah es krim yang merupakan persediaan terakhirnya. Peri itu bermuka sedikit muram, karena terpaksa berkelana tanpa teman. Sesaat setelah menggigit gigitan terakhir, suara menggelegar seperti harimau mengaum di atasnya.

Seekor Tigrex, Wyvern bermuka T-Rex dengan bentuk tubuh dan loreng seperti harimau duduk di atas puncak gunung memerhatikan peri itu. Dengan ekspresi sedikit panik, peri itu menarik belati di pinggangnya dan membentuk posisi bertahan. Tigrex itu melompat dari sana, mencengkram peri dengan cakarnya, yang juga berfungsi sebagai sayap, dan mendorong peri itu, membuatnya menghantam sebuah batu dan membuat sayapnya yang terbuat dari es pecah lalu berguling tanpa henti, mengirimnya ke jurang tanpa dasar di dekatnya. Semuanya berubah menjadi hitam.


Peri itu membuka mata, dan terkejut mendapati dirinya tidak berada lagi di gunung Youkai, dan duduk di atas tempat tidur lipat sederhana dari kapuk murahan. Ia melihat di sekelilingnya, bukan lagi badai mengerikan yang membatasi penglihatannya yang ia lihat, tetapi sebuah ruangan sebesar 6 tatami, dengan lemari sederhana dan kotak besar tua di sebelahnya, dan kertas bertuliskan kanji dengan arti "ketenangan" dan "berburu" tertempel di dinding, berjauhan satu sama lain. Sebuah pintu geser di ruang itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita membawa bubur dan air di atas nampan.

"Wah, sudah bangun, ya?", tanyanya. Wanita itu berambut perak, dengan pita hitam di kepalanya, memakai rok hijau dengan kemeja putih, dan mahluk semacam roh berterbangan di sampingnya, membuat peri itu mengetahui bahwa ia setengah hantu.

"Sepertinya begitu. Oya, ini di mana?", tanya si peri.

"Ini desa Pokke, salah satu dari 3 desa Hunter. Aku menemukanmu pingsan kemarin saat sedang mencari telur karnivora di sekitar gunung Youkai." Jawab si wanita.

"Apa?", kata si peri terkejut, membuat pundaknya terasa sakit, seperti di timpa batu, dan ia mengernyit karena itu.

"Kumohon jangan bergerak terlalu banyak dulu. Lukamu masih belum terlalu sembuh. Ini, makan dulu", kata wanita itu sambil menyerahkan nampan dengan bubur dan air di atasnya, kemudian peri itu memakannya, bagaikan ia belum makan 3 hari. Setelah selesai makan, peri itu mulai berbicara.

"Maaf, kita belum berkenalan diri, namamu?", tanya peri.

"Konpaku Youmu", jawabnya," kamu?"

"Namaku Cirno, Hunter pengembara yang akan menjadi yang terkuat di Gensokyo", katanya, yang terdiam beberapa detik, lalu berteriak," GYAAA!"

"Ada apa?"

"Mana SnS( Sword and Shield / Pedang dan Perisai )-ku?"

"Kuharap kau tak menangisinya. Ini" , kata Youmu, sambil memberikan SnS-nya, yang entah berasal dari mana, sudah dalam keadaan hancur, seperti kumpulan es pecah.

"SnS-ku…", kata Cirno dengan air mata yang menggelinang, "padahal Letty sudah susah payah payah membuatkannya untukku."

Letty? Rasanya pernah dengar nama itu. "Oya, bagaimana setelah saya mengobati sedikit lagi lukamu, kita pergi ke bengkel? Ada pandai besi di kota ini."

"Benarkah? Yeiii!", teriak Cirno dengan bahagianya, membuat ia merasakan kembali rasa sakit karena lukanya.

"Sudah kubilang, jangan banyak gerak", kata Youmu sedikit kesal, lalu menyuruh Cirno membuka bajunya, kemudian meberikan sedikit salep di punggungnya. Ia melihat sayap Cirno yang sudah hancur karena insiden di gunung Youkai. Setelah selesai, Cirno kembali memakai kemejanya, lalu memakai dress birunya. Lalu mereka keluar dari rumah itu, membawa SnS Cirno.

Setelah keluar, Cirno melihat desa Pokke dengan kesibukannya. Meski sudah pertengahan musim panas, desa itu masih tertutupi begitu banyak salju, terpengaruhi oleh iklim dingin sektor gunung salju di gunung Youkai. Para warga berjalan ke sana kemari, ada yang mengobrol membicarakan hal yang tak dimengerti, menggiring Popo, semacam lembu berbulu lebat dan bergading, anak-anak bermain dengan Felyne, kucing dengan tubuh dan perilaku seperti manusia, dan sebagainya. Youmu dan Cirno melewati keramaina desa itu, menuju ke utara kota.

"Baiklah, kita sudah sampai", kata Youmu di depan sebuah bangunan. Bangunan itu terlihat seperti rumah sederhana, dengan atap yang sangat tinggi seperti rumah gadang, dengan gambar berwarna biru yang melambangkan monster di dinding. Bangunan itu memiliki counter dengan tungku di dalam ruangan dan banyak peralatan dan bahan yang berserakan, seakan banyak yang harus diselesaikan. "Sumimasen, ada orang?"

Tiba-tiba muncul seorang oni dari balik counter. Oni bertanduk dua itu memakai baju pink dengan rok ungu, di pundaknya terdapat pelindung bahu dari tanduk Diablos, Wyvern bertanduk dua yang ganas di padang pasir, memakai sarung tangan dari kulit Diablos, sebagian roknya ditutupi kulit Diablos, dan palu dari ekor Diablos menggelantung di pinggang belakangnya. Dengan wajah memelas dan mabuk, ia memberikan Cirno semangkuk kecil sake, yang entah kenapa malah ia terima. Lalu kepalan Youmu yang memakai sarung tangan besi menjitak kepala oni itu. "Nona Suika, sudah berapa kali kubilang, jangan menyuguh sake kepada pelanggan di jam kerja!"

"Maaf, maaf", kata Suika yang mengusap kepalanya karena kesakitan. "Jadi, apa yang membawamu ke sini?"

"Anak baru ini, Cirno, memiliki SnS, tapi sayangnya SnS-nya rusak karena seekor monster, jadi bisakah kau memperbaikinya?", kata Youmu kepada Suika, yang kemudian menyuruh Cirno untuk meletakkan kepingan SnS-nya di atas meja counter. Kemudian Suika mengambil sebuah kaca pembesar, melihat detil kepingan dengan kaca tersebut. Beberapa lama kemudian, dengan wajah sedikit muram, ia menggeleng kepalanya.

"Kerusakan SnS milikmu ini terlalu besar, sesudah itu SnS ini terbuat dari kristal es (Ice Crystal) yang sulit diolah ulang menjadi pedang lagi jika sudah hancur seperti ini. Maaf aku tidak bisa memperbaikinya".

Mendengar perkataan Suika, Cirno mengeluarkan air matanya, perlahan-lahan nangis. "Huwaaa, bagaimana ini! Aku tidak bisa menjadi Hunter tanpa senjata, huwaaaa!"

"Tapi," kata Suika sambil menunjuk Cirno, " bukan berarti kau tak bisa memiliki senjata. Aku memiliki katana besi (Iron Katana) tua di kotakku, akan kuberi kau secara gratis", kata Suika yang membuat Cirno yang menangis menjadi senang lagi, lalu melompat senang dan menjadi kesakitan karena lukanya terbuka kembali, dan tentu saja membuat Youmu marah.

"Oya, apa ini pertama kalinya kau menjadi Hunter?", tanya Suika.

"Ya, tentu saja. Kenapa kau tanya hal seperti itu?"

"Karena penampilanmu seperti peri tak berdaya. Jika kau ingin menjadi Hunter, kau harus memiliki armor yang bagus. Kuberi servis armor gratis untukmu, khusus kali ini. Oya, kali ini, plis jangan melompat kegirangan lagi."

"Maaf", kata Cirno sambil menjulurkan lidahnya dan menggaruk kepala.

"Jadi, tunggu apa lagi, ayo kita masuk."

"Em, masuk?"

"Ya, masuk, kau pikir mau dihajar, hah? Aku tidak bisa membuat armor yang sempurna tanpa mengetahui pasti ukuran tubuh sang pemakai."

"Baiklah kalau begitu", kata Cirno, kemudian memasuki bengkel Suika. Beda dengan kounter, ruangan bagian dalam begitu rapi, seakan selalu dibersihkan setiap harinya. Suika memerintahkan Cirno untuk berdiri di tengah ruangan, sementara sang oni mengukur tubuhnya. Setelah selesai mengukur tubuhnya, Suika mengacak isi kotak besar yang berisi bermacam-macam kulit monster, dari yang bersisik sampai yang sekeras cangkang (karena itu emang cangkang). Setelah selesai menggali isi kotak, ia mengambil sebuah kulit berwarna putih kebiruan dari kotak tersebut.

"Baiklah, waktunya membuatkanmu sebuah armor."


Di luar bengkel, Youmu sedang duduk sambil memainkan Myon, setengah hantunya. Satu jam sudah berlalu sejak Cirno dan Suika memasuki bengkel. Tak lama kemudian, Cirno keluar. Penampilannya sudah berubah. Di pundak kirinya, terdapat sebuah pelindung pundak berwarna hitam, roknya terbuat dari kulit Giadrome, mahluk semacam Raptor yang tinggal di iklim dingin, ia memakai sepatu hitam dengan garis kuning, ia juga memakai sarung tangan dari kulit Giadrome, dan di punggungnya menggelantung katana besi pemberian Suika.

"Ah, sudah selesai kau rupanya. Ayo kita pergi", kata Youmu.

"Ke mana?", tanya Cirno.

"Menghadap ke Chief. Ia sudah menunggumu."

Tanpa banyak tanya, Cirno langsung mengikuti Youmu, menuju ke arah utara desa. Lalu mereka berhenti di sebuah gunung kecil yang terbuat dari Machalite Ore. Youmu pun mulai berbicara.

"Nona Yuyuko, ia sudah tiba", kata Youmu. Tiba-tiba sekumpulan kelopak sakura mengumpul di depan mereka, lalu membentuk topan kecil. Semakin lama putarannya semakin cepat. Di tengah topan kecil itu, muncul seorang wanita berambut pink berbaju dan bertopi biru. Setelah kumpulan kelopak sakura tersebut menghilang, wanita itu perlahan mendekati Cirno.

"Salam, peri es. Namaku Saigyouji Yuyuko, putri dari Hagukyurou dan Chief desa Pokke. Namamu?"

"Cirno."

"Cirno, dimana dulu kau tinggal?"

"Dulunya di Misty Lake, tapi setelah peristiwa munculnya para monster, aku pindah ke desa Fairy. Tapi beberapa lama tinggal di sana, seekor Tigrex menghancurkan desa tersebut, memisahkanku dengan teman-temanku yang lain. Sekarang aku tak punya tempat tinggal lagi."

"Sangat menyedihkan", kemudian Yuyuko membuka kipas birunya, "kalau begitu, bagaimana jika kau tinggal di sini sebagai Hunter desa ini?"

"Benarkah aku boleh menjadi Hunter di sini?"

"Benar. Kami kekurangan tangan di sini, dan kau tidak memiliki tempat yang bisa kau sebut rumah", lalu Yuyuko menutup kipasnya, "jika kau menerima tawaranku, datanglah ke tempat ini besok pagi-pagi sekali untuk menerima misimu yang pertama."

"Benarkah? Baiklah kalau begitu", kemudian Cirno menempelkan jempolnya ke dadanya, "aku, Cirno, Hunter terkuat di Gensokyo akan menerima tawaran anda untuk menjadi Hunter desa Pokke, dan aku akan menerima misi yang anda berikan kepadaku dan menyelesaikannya."

"Baguslah kalau begitu", kata Yuyuko sambil menunjuk Cirno dengan kipasnya, "sekarang, silahkan beristirahat untuk besok. Kau akan membutuhkannya di misi pertamamu."

TBC (To Be Continued)


Ryan : Oke, the end of part 1. Semoga anda menyukainya. Maaf jika ada bagian yang ga jelas. Ribiu o kudasai, onegai.