My Life to Sex

Summary : Naruto seorang remaja SMA yang sangat terobsesi dengan 'sex'. Memiliki impian untuk menjadikan seluruh wanita cantik dan seksi menjadi budaknya, siapapun itu. Debutnya pun bermulai di akademi Kuou, tekadnya akan memperawani semua gadis yang bersekolah di akademi tersebut.


Adult alert: Cerita ini mengandung unsur dewasa. Scene diketik dengan detil, mohon yang belum cukup umur tidak membaca konten berikut.

Note: Ooc, Harem, and Rated M


Semilir angin berhembus di pagi yang cerah ini. Angin musim semi yang terasa hangat dan lembut membuat kita nyaman dan bersemangat memulai hari yang baru.

Aku Namikaze Naruto, murid tahun pertama di akademi Kuou. Dulunya sekolah ini merupakan akademi khusus perempuan, namun karena alasan yang tidak kuketahui sekolah ini memutuskan untuk menerima murid laki-laki. Tentu saja remaja tampang culun dan berotak mesum sepertiku ini tertarik bersekolah di sini.

Alasannya, menikmati masa mudaku sekaligus mencari jati diriku!


(1) Guruku Yang Menggoda


7 April 2xxx...

Seorang siswa pirang berkacamata menatap tajam ke depan, tepat kearah seorang wanita pirang berjas ketat yang berdiri di alun-alun. Ia menatap lekat wajah seputih susu itu, sebelum bergeser beberapa inchi kebawah terkunci pada belahan dada yang menyembul dari jas ketat tersebut. Tanpa sadar ia tersenyum dan menjilat bibirnya selagi memperbaiki letak kacamata yang melorot karena pemandangan indah tersebut.

Naruto lalu menggeser pandangannya, menatap sekeliling yang dipenuhi murid baru seangkatan dengan dirinya. Rata-rata semuanya perempuan, ditambah mereka juga diberkahi dengan tubuh molek dan wajah yang cantik, membuat inner Naruto menjerit gembira seketika. Tidak hanya dipenuhi murid-murid cantik, sekolah ini juga banyak guru-guru muda yang membuat Naruto birahi seketika, contohnya saja kepala sekolah yang kini berpidato di depan, cara wanita tersebut berpakaian entah kenapa seakan mengundang birahi terpendam miliknya.

Selama sepuluh menit wanita yang menjabat sebagai kepala sekolah itu berbicara di depan, menyampaikan pidato penyambutan untuk murid-murid baru. Ia menerangkan apa saja visi-misi dari akademi ini, sekaligus beberapa aturan penting yang tidak boleh dilanggar, dan aturan lainnya yang boleh dilanggar.

"Dengan ini saya selaku kepala sekolah, mengharapkan... Ahn!" Naruto menatap heran pada sang kepala sekolah yang bertingkah aneh, mungkin murid lain tidak menyadarinya, namun ia sadar bahwa kepala sekolah baru saja mendesah tertahan. Tingkah kepala sekolah tersebut semakin aneh di saat ia merapatkan pahanya, ditambah tubuhnya yang bergetar.

"Anda tidak apa-apa, Senju-san?" Seorang pria tigapuluhan mendekat dari arah belakang, memegang bahu sang kepala sekolah dan bertanya. Kepala sekolah yang ditanya hanya menggeleng pelan sebelum meremas pelipisnya, "Saya hanya pusing, pak direktur. Tidak perlu mencemaskan saya!"

Pria yang dipanggil 'pak direktur' tersebut tersenyum sesaat sebelum menoleh pada seorang guru pirang. Guru yang ditatap mengangguk pelan, kemudian pria tersebut berlalu bersama kepala sekolah meninggalkan alun-alun.

"Baiklah! Karena kondisi kepala sekolah yang sedang buruk, terpaksa acara ini dihentikan. Silahkan lihat buletin sekolah untuk mendapatkan informasi pembagian kelas kalian! Kalian boleh bubar!"

Dengan intruksi guru pirang tersebut, semua murid pun membubarkan diri. Naruto menatap lekat pada kepala sekolah dan pria itu sebelum berlalu meninggalkan aula.

Naruto menopang dagu dengan kedua tangannya. Sambil senyum-senyum sendiri, ia menatap lekat pada sesosok keindahan yang berdiri di depan kelas, berbagai fantasy liar berputar di kepalanya.

Uzumaki Kushina, seorang guru cantik bertubuh seksi yang mengajar mata pelajaran biologi, rambut panjang indah tergerai menyentuh pinggang, dengan raut wajah ceria yang mempesona, ia adalah tipe wanita yang ingin Naruto kencani. Menurut perkenalan singkat dari Kushina, Naruto mengetahui beberapa hal, salah satunya Kushina masih lajang diusianya yang telah menginjak duapuluh tujuh tahun ini, hal itu benar-benar membuat inner Naruto kembali berteriak girang saat mengetahui fakta bahwa Kushina masih perawan, membuat ia terobsesi pada Kushina.

"Malam ini aku akan datangi Kushina-sensei, khuku!" Naruto terkikik geli saat itu juga.


Ting... Tong...

Ting... Tong...

Naruto menghela napas kasar sebelum memeluk kembali buku-buku paketnya. Sesaat suara langkah kaki terdengar sebelum pintu di depannya terbuka, memperlihatkan kepala bersurai merah yang mengintip di balik pintu. Di larut malam ini tentu akan terasa aneh jika seseorang bertamu, jadi Naruto menganggap hal itu wajar hingga Kushina bersikap waspada pada dirinya.

"Naruto-kun?" Kushina menyunggingkan senyum tipis saat melihat seorang pemuda pirang berkacamata tengah berdiri sambil memeluk beberapa buku di sana, Kushina lalu membuka daun pintu dan berdiri di depan muridnya tersebut. "Ada apa malam-malam kemari?"

Tadi sebelum jam pelajaran selesai Naruto memang menanyakan alamat dimana ia tinggal, jadi ia tidak heran pemuda itu mengetahui kamar apartemen miliknya.

Sedangkan Naruto saat ini melongo tak berkedip, di saat melihat penampilan Kushina dengan rambut dikucir memperlihatkan leher putih tak bernoda itu, turun kearah bawah di tubuh Kushina melekat sebuah celemek kuning yang menutupi hingga paha, dan dapat Naruto tebak saat ini Kushina tidak mengenakan bawahan hingga memperlihatkan paha kenyal nan putih tersebut.

Glek, tiba-tiba kerongkongan Naruto mengering seketika.

"Naruto-kun? Hello!"

"Eh?" Wajah Naruto memerah malu, di saat ia terpergok melamun dan berfantasy liar oleh Kushina. "A-ano, maaf mengganggu waktu anda sensei, tapi saya tengah kesulitan saat ini. Ada beberapa hal yang tidak saya pahami tentang pelajaran tadi, bisakah sensei memberi saya pelajaran tambahan?" Kushina terdiam sesaat, sebenarnya dirinya senang jika seorang laki-laki bertamu ke apartemennya malam-malam begini, namun ia tidak menyangka laki-laki culun seperti Naruto yang akan datang. "Tentu saja, Naruto-kun. Tapi apa kau mau menunggu sebentar? Saat ini sensei sedang memasak, lagipula tidak lama kok."

"Baiklah, tidak masalah sensei!"

Setelah melangkah masuk, Naruto pun mengikuti Kushina di belakang, dan benar dugaannya bahwa Kushina hanya mengenakan dalaman, tentu saja Naruto dapat melihat lekukan pantat Kushina dari belakang.

"Duduklah Naruto-kun! Sensei akan membuatkan minum dulu," Kushina melenggang kearah dapur setelah melihat Naruto mendudukan pantatnya. Naruto tersenyum tipis melihat kepergian Kushina, sebelum meletakkan tumpukan bukunya ke atas meja ruang tamu, sekaligus melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di atas buku miliknya.

Tidak lama setelah itu, aroma teh pun menyeruak memenuhi ruang tamu, di sana Kushina menunduk di depannya lalu meletakan nampan ke atas meja. "Silahkan dinikmati tehnya, Naruto-kun!" Ucap Kushina sambil meletakan cangkir berisi teh tersebut.

"Terimakasih, sensei!" Bisik lirih Naruto sebelum mengambil cangkir teh tersebut, lalu meniupnya pelan dan meminumnya. "Tehnya sungguh nikmat."

Kushina hanya terkesima saat menatap Naruto, pemuda pirang itu sungguh tampan dan menawan jika tidak sedang mengenakan kacamata. Tanpa Naruto sadari Kushina pun menyunggingkan senyum hangat pada Naruto. "Kalau begitu sensei ke dapur dulu, Naruto-kun. Takutnya masakan sensei keburu gosong."

Naruto hanya diam dan mengangguk pelan, entah kenapa ada yang berbeda dengan muridnya tersebut.

Duapuluh menit kemudian Kushina kembali dari dapur, mendapati Naruto yang sedang menulis di buku pelajarannya sambil sesekali melihat ke arah buku paket, tidak lupa pula kacamata kembali membingkai di wajahnya.

"Naruto-kun," Kushina mencoba memanggil Naruto yang sedang asik dengan bukunya, membuat Naruto langsung menengadah dan mendapati Kushina yang tersenyum hangat manis ke arahnya. "E-to. Apa Naruto-kun sudah makan malam?"

"Eh? Hehe. Sudah sensei, lagian tidak usah repot-repot!"

"Jangan berbohong! Sensei tidak suka pada orang pembohong, lho."

"Hehe..." Naruto hanya tertawa canggung saat melihat senyum manis dari Kushina, sambil menggaruk kepala bagian belakangnya, Naruto pun menggeleng, "...belum, sensei!"

"Kebetulan sensei masak banyak malam ini, mari makan bersama." Tanpa menunggu jawaban Naruto, Kushina langsung menggengam tangan Naruto dan menariknya ke arah dapur, membawanya ke meja makan yang menghidangkan berbagai macam masakan.

"Anggap saja rumah sendiri!" Ujar Kushina saat melihat tingkah Naruto yang canggung.

Malam itulah awal dari kedekatan Naruto dan Kushina.


11 April 2xxx...

Naruto saat ini tengah berjalan pelan di lorong, matanya tertuju pada sebuah novel yang terkembang di tangannya, sesekali jarinya menyalip halaman novel itu dan kembali membacanya sambil berjalan. Hari ini tepat pukul lima sore, jam pelajaran telah lama berlalu, namun ia masih berada di sekolah karena satu hal, yaitu ingin menamatkan novel ringannya yang bertemakan dewasa.

Sesekali ia mengangguk di saat ia mengerti dan mendapatkan inspirasi tentang beberapa pose untuk ia coba hari ini. Ya, ia berencana untuk menyerang guru biologinya malam ini.

Langkahnya terhenti tepat di tempat loker bersusun, berjalan ke arah loker miliknya lalu memasukan novel ringannya sebelum mengunci loker tersebut kembali.

"Selamat sore!" Di saat ia akan melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut, suara perempuan terdengar dari arah belakangnya, membalikan tubuh lalu terlihatlah seorang gadis cantik bertubuh 'woah' tengah tersenyum kepadanya.

"Ah, kau pasti murid kelas satu, 'kan?" Gadis itu berjalan mendekat ke arahnya, tepat berhenti di depan Naruto gadis itu langsung mendekatkan wajahnya, membuat Naruto reflek mundur beberapa langkah dengan gugup.

"Siapa?" Naruto bertanya dengan nada rendah.

"Ara, jadi masih ada pria yang tidak mengenalku. Baiklah, perkenalkan namaku Rias Gremory, ketua klub ilmu penelitian gaib." Ucap Rias dengan penuh percaya diri.

"Kalau begitu perkenalkan namaku, Naruto." Naruto pun juga mengenalkan dirinya, membungkuk rendah pada Rias. "...hanya Naruto!" Naruto kembali berucap di saat mengetahui raut heran milik Rias.

"Ah, kalau begitu, bisakah kamu bergabung dengan klubku. Ini ada formulir dan sedikit profil dari klubku, ku harap kamu mau bergabung ya, Na-ru-to kun!" Rias menyerahkan beberapa kertas pada Naruto, ia hanya bisa tersenyum manis sebelum berlalu meninggalkan Naruto yang sedang keheranan.

Naruto berbalik menatap arah kepergian dari gadis tersebut, terlihat di sana Rias melenggang menjauhinya, melihat punggung gadis tersebut tiba-tiba sebuah seringai mengembang di wajah Naruto, ia pun melepaskan kacamatanya membiarkan saphire indah itu menatap tajam ke arah Rias. "Ho Gremory, 'kah? Tak kusangka aku akan bertemu dengan dia secepat ini."

Tatapan saphire nan dingin itu kemudian jatuh pada secarik kertas di tangannya, membaca beberapa lembar sebelum senyum tipis kembali terukir di wajahnya, "Sepertinya aku bisa bermain-main dengan klub penelitian ilmu gaib ini."


Malam harinya Naruto kembali pergi ke apartemen Kushina. Berbeda dari sebelumnya dimana ia selalu bertamu dengan pakaian akademi, namun sekarang style miliknya sedikit lebih keren dari biasanya. Celana jeans hitam dengan kaos panjang lengan berwarna putih ke abu-abuan, dengan kacamata yang membingkai di wajah tampannya.

Naruto menghela napas kasar, sebelum menekan bel apartemen Kushina.

Ting... Tong...

"Iya, tunggu sebentar!"

Tidak lama setelah suara itu terdengar, pintu apartemen Kushina pun terbuka. Terlihat Kushina di sana, Naruto menatap lekat Kushina dan sesaat kemudian wajah Naruto memerah karena terpesona dengan penampilan Kushina. Dengan blouse longgar berwarna kuning dan celana pendek sebagai bawahan, ditambah blouse yang Kushina kenakan berbahan tipis membuat lekukan tubuhnya tampak jelas di mata Naruto.

"Ah, silahkan masuk Naruto-kun!"

Beberapa hari belakangan ini Naruto sering main ke rumahnya, walau pemuda itu hanya berniat belajar bersama dirinya, namun bagi Kushina ia adalah tamu spesial, sebab Kushina sendiri tidak pernah memiliki tamu apalagi seorang pria, dan hal ini membuat rasa kesepian Kushina lenyap oleh keberadaan Naruto.

Kushina langsung berlalu ke arah dapur, begitu pula Naruto tanpa di suruh pun ia duduk di lantai dan meletakan ranselnya di meja kecil yang tersedia di sana. Tidak lama setelah itu, Kushina pun datang dengan dua cangkir teh hangat di atas nampannya.

"Sensei selalu repot-repot ketika aku datang kemari." Naruto tersenyum canggung ke arah Kushina yang telah duduk di seberang meja, menghadap pada Naruto dan meletakan dua cangkir teh tersebut.

"Ah, jangan terlalu dipikirkan! Lagian tamu itu ibaratkan raja, bukan?"

Naruto hanya tersenyum saat mendapati jawaban seperti itu dari Kushina, kemudian mengangguk untuk membenarkan ucapan wanita tersebut. "

"Kalau begitu, mari kita mulai belajarnya!"

"Ya, mohon bantuannya sensei!"

.

*skip*

.

Tiga puluh menit berlalu, Kushina pun memutuskan untuk memberikan beberapa buah soal untuk Naruto kerjakan, dan tentu saja Naruto mengerjakannya tanpa ada satupun masalah. Di saat Kushina fokus memeriksa semua jawaban Naruto, tiba-tiba sebuah tangan kekar mengenggam tangan kirinya, ia pun menoleh pada Naruto dengan penuh keheranan.

"Se...sensei. Sebenarnya ada sesuatu yang harus sensei ketahui tentang diriku." Naruto berucap dengan gugup, genggamannya pada tangan Kushina semakin mengerat lalu dengan keberanian dan penuh keyakinan Naruto pun menatap lekat mata ungu milik Kushina.

"Apa salah jika seorang murid memiliki hubungan khusus dengan gurunya?" Melihat Kushina yang masih belum merespon, Naruto pun kembali menunduk entah kenapa ia takut Kushina akan menjauh darinya setelah kejadian ini, namun jika hal itu terjadi terpaksa dirinya menggunakan cara dari ciri khas seorang Naruto yang dingin. "Aku menyukaimu, sensei!"

Cicit Naruto pelan dengan nada bergetar. Kushina yang mendengar hal tersebut membulatkan matanya, karena tidak mendapat respon dari Kushina, Naruto pun mendongak menatap mata indah wanita tersebut.

"A...apa maksud..." Kushina tiba-tiba bungkam di saat bibir Naruto menyatu dengan bibirnya, bibir dengan rasa teh hijau itu hanya mengecup singkat sebelum Naruto memperdalam ciumannya.

Naruto memberanikan diri untuk meraih surai merah Kushina yang menggantung di sisi wajahnya, sebelum menyelipkan rambut tersebut ke telinga dan membawa Kushina berbaring di lantai. Bibirnya bergerak dengan lembut untuk mengecup beberapa kali bibir peach milik Kushina, tidak lupa ia juga berusaha merangsang Kushina dengan mengelus pipi mulus wanita tersebut.

Perlahan Kushina mulai terbuai, merilekskan tubuhnya untuk menormalkan detak jantungnya yang semakin berdegub kencang. Deru napasnya semakin memburu, membuat ia sesekali merintih lembut saat bibirnya semakin sensitif dengan perlakuan lembut dari Naruto.

Tidak bertahan lama, Naruto pun melepaskan ciumannya. Menarik beberapa senti wajahnya agar memiliki jarak dengan wajah Kushina yang telah penuh rona merah, dan entah kenapa Naruto tersenyum saat melihat ekspresi tersebut. Kembali satu tangannya mengelus surai Kushina, berusaha menenangkan wanita itu yang mungkin saja masih shock.

"Sensei, aku mengingkanmu!"

Naruto diam menunggu jawaban Kushina, sesaat kemudian deru napas Kushina pun kembali tenang, lalu menatap lekat pada saphire yang bersembunyi di balik kacamata tersebut. Kushina meraih kacamata itu, melepasnya hingga membiarkan saphire dingin Naruto bertatapan langsung dengan matanya, lalu Kushina menyingkirkan kacamata tersebut.

"Sen..." Kali ini Naruto yang dibuat bungkam oleh Kushina, wanita itu meraih dagu Naruto dan menarik lehernya agar kembali memangkas jarak diantara dua wajah tersebut, hingga bibir mereka kembali menyatu. Ciuman lembut itu menjadi lebih liar di saat Naruto mulai melawan dan mencoba mendominasi, dengan gigitan lembut Naruto pun mendapat akses untuk mengeksplorasi mulut Kushina.

Kushina meracau dalam gairah Naruto, matanya memejam di saat lidah remaja itu dengan lihainya melilit lidahnya, menukar saliva mereka hingga Kushina benar-benar mabuk akan perlakukan Naruto.

"Mmhmp... Puah!" Kushina berhasil melepas lilitan lidah Naruto di saat ia meremas kuat dada bidang remaja tersebut, jika hal itu tidak ia lakukan ia pasti akan mati kehabisan napas. "Hah... hah... lembutlah sedikit, baka!" Dengan napas tersenggal Kushina menuntut remaja pirang itu dengan penuh tekanan.

Naruto hanya tersenyum sebagai respon, "Awas jika sensei sampai meminta kasar padaku nantinya." Ucap Naruto tenang, sebelum menarik blouse Kushina pelan hingga meninggalkan bra berwarna pink yang menutupi bagian atas Kushina. Naruto kemudian bangkit dan menarik celana pendek itu, menyisakan Kushina yang hanya mengenakan set pakaian dalam.

Tangan kekar itu lalu menggeser bra milik Kushina ke atas, membiarkan payudaranya terksepos dengan pentil berwana pink merekah. Payudara sintal itu kemudian diremas pelan oleh Naruto, beberapa kali hingga sebelah putingnya semakin mencuat dan memanjang.

"Ahn... ahn... nik...math!" Kushina menahan suaranya yang secara otomatis meluncur di saat sebelah payudaranya diremas dan ditekan Naruto. "Ahn! Enakh!" Jeritannya semakin menjadi di saat Naruto menyambar payudara yang satunya dan menggigit pelan ujungnya.

Slurp... Slurp...

"Ahn... Ahn..." Naruto menghisap payudara kanan Kushina sedangkan untuk yang kiri Naruto remas dengan pelan, sesekali ia juga menekan dan menggigit puting payudara Kushina.

"Kyahn... kumohon remas lebih kuath, Naruto-kun!" Kushina menekan kepala Naruto seakan mengingkan lumatan yang lebih ganas. Namun bukannya menerkam lebih pada payudara Kushina, Naruto memilih untuk menghentikan aksinya dan mengambil jarak dari payudara Kushina.

"Naruto-kun?" Naruto hanya menyunggingkan senyum tipis saat Kushina menatapnya penuh heran, sebelum kembali meraup bibir Kushina dengan ganas. "Emhmp... Puah!"

Sesaat kedua bibir itu terpisah, Naruto kembali mencium bibir Kushina, lebih lembut dari sebelumnya namun lidah Naruto bergerak liar di dalam mulut Kushina. Di saat terus melakukan eksplorasi pada mulut Kushina, tangan kekar Naruto juga bergerak turun menggelitiki perut Kushina hingga ke pangkal paha, membuat wanita bersurai merah itu menggeliat di bawah himpitan tubuh Naruto.

"Puah... Ahn... Ahn... Ahn!" Ciuman Naruto berpindah ke leher jenjang Kushina, menjilati setiap inchi dan bahkan meninggalkan beberapa tanda di sana. Kushina hanya dapat terus mendesah penuh kenikmatan, namun yang paling membuat Kushina berteriak keras adalah di saat Naruto menusukkan jari telunjuk, tepat pada selengkanganya.

"Ahn!" Naruto menggeser jarinya, mengelus selangkangan Kushina yang masih terbungkus celana dalam, hingga berhasil menemukan adanya sebuah tonjolan di daerah sensetif tersebut. "Ahn!" Sambil terus menjilati leher Kushina, Naruto juga menekan klitoris itu hingga celana dalam Kushina mulai dibanjiri oleh cairan lengket dari vaginanya.

Naruto menyukai desahan Kushina saat ini, jemarinya pun bergerak lebih kasar mengusap klitoris Kushina dan bahkan sesekali mencubitnya. Tidak hanya itu, di saat bersamaan jari tengah Naruto juga ikut bergesek di lipatan vagina tersebut.

Kushina meracau sambil menggeleng-gelengkan kepala menahan sensasi tersebut, meski pertama kalinya ia merasakan hal ini, perlakuan Naruto padanya membuat ia tak lagi kuasa menahan lonjakan dan sengatan dari rangsangan tersebut. "Ahn... Ahn... se...sepetinya aku tidak kuat lagi, Naruto-kun!"

Kushina melebarkan pahanya, ketika ada sesuatu yang akan keluar dengan hebat dari liang kenikmatan miliknya, namun di saat itu akan terjadi Naruto menghentikan permainan jarinya membuat lonjakan dari rangsangan tersebut kehilangan momentum. "A...apa yang kau lakukan, baka!"

Kushina menatap kesal pada Naruto yang memasang senyum tipis di wajah tampannya, pemuda itu hanya menggelengkan kepala saat melihat ekspresi menuntut Kushina. "Sensei tenang saja, aku akan memberikan yang lebih nikmat dari sebelumnya."

Jilatan Naruto langsung berpindah tepat pada selengkangan Kushina, menjilati sisa cairan kental yang menempel di celana dalam itu lalu menyeruputnya seketika.

"Ahn... Ahn... tung...gu Naruto -kun! Itu kotor! Ahn!" Namun Naruto tidak mengidahkan teriakan Kushina, ia terus menjilat dan mencoba mendorong lidahnya menembus lubang tersebut. Merasa kurang puas, Naruto pun meraih dan menarik celana dalam Kushina hingga terlepas, lalu mengangkat kaki Kushina dan sedikit menekuknya, memperlihatkan dengan jelas lipatan kencang dari vagina Kushina.

Lidah Naruto dengan pelan menjilati setiap inchi vagina merah merakah tersebut. Menggelitiki klitorisnya, lalu menusukkan lidahnya dan menyeruput cairan yang terus menetes dari vagina Kushina. Wanita itu semakin meracau, bahkan tak ayal ia menggelinjang hingga membuat panggulnya terangkat memberontak.

"Ahn... ahn... jangan Naruto-kun! Nanti aku bisa gila!" Perlahan sekujur tubuh Kushina menegang, sensasi ini lebih daripada yang ia rasakan dari sebelumnya. Gerakan lidah Naruto semakin instens di saat cairan kental itu semakin membanjiri vagina Kushina, dan pada puncaknya beberapa semburan kecil melesat mengotori wajah Naruto.

Pinggang Kushina melengkung di saat orgasme pertama melandanya, melelehkan cairan kental hingga membasahi paha dan mengalir ke lantai. Naruto menghentikan jilatannya, membiarkan Kushina menikmati sensasi orgasme tersebut, buktinya tubuh wanita itu masih mengejang di bawah sana.

"Hah... hah... itu luar biasa Naruto-kun!"

Kushina menatap dalam saphire milik Naruto dengan tatapan sayu, senyuman lembut terukir di bibir peachnya. Perlahan Kushina bangkit, dan bergerak ke arah Naruto, tenaganya yang masih lemas membuat Kushina jatuh dalam dekapan Naruto yang berlutut di depannya. Ia mendongak, menatap kembali saphire dingin Naruto lalu menjilati dagu Naruto berniat membersihkan cairan dari orgasme miliknya.

Jilatan Kushina perlahan bergeser menelusuri pipi, dan berakhir di sudut bibir Naruto. "Kau curang Naruto-kun, saat ini aku hampir telanjang tapi kau masih saja berpakaian lengkap. Sungguh tak adil!"

"Buka sendiri kalau bisa!" Naruto meraih dagu Kushina, melihat hal itu Kushina menjulurkan lidahnya menyambut kedatangan lidah Naruto. Kushina melingkarkan tangannya di pinggang Naruto, tangan lentik itu dengan cepat menarik pakaian Naruto ke atas, membuka paksa baju kaos Naruto.

"Cup... Puah!" Di saat kaos Naruto terlepas ciuman mereka pun ikut terlepas. Naruto tersenyum singkat, "Heh, coba-coba main kasar nih." Naruto meremas bra yang masih menggantung di atas payudara Kushina, dengan kasar ia langsung menariknya hingga putus.

"Aw!" Kushina menjerit, tidak mau kalah Kushina pun menerjang Naruto, memeluk erat tubuh kekar itu dan mendorongnya hingga Naruto terlentang di lantai. Naruto hanya terkikik pelan di saat Kushina menggigit kecil dada bidangnya, bahkan Kushina ikut memelintir puting Naruto.

Naruto kemudian memaksa duduk, meraih lutut Kushina dan memposisikan Kushina duduk tepat di selangkangannya. "Kita pindah ke ranjang yuk, sensei! Di sana lebih empuk daripada di lantai."

"Gendong! Itu kamarku," Kushina ikut manja di saat Naruto bertingkah lembut. Dengan cepat Kushina mengalungkan tangannya di leher Naruto, ia pun mendekatkan wajahnya pada wajah Naruto, hanya berjarak satu centi diantara keduanya. Saphire beku bertatapan dengan violet lembut, hanya tatapan singkat sebelum mereka kembali menyatukan bibir.

Naruto berdiri, menyangga tubuh Kushina dengan tangan berada di bawah lutut, ia mengangkat tubuh Kushina bagai kertas. Naruto berusaha mempertahankan ciuman panasnya di saat ia melangkah menuju kamar Kushina. "Puah!"

Ciuman mereka terlepas di saat Naruto menurunkan Kushina ke ranjangnya, wanita itu melebarkan pahanya, memperlihatkan vaginanya yang berkedut dan terus membanjirkan cairan kental. "Cepat! Di sini terasa semakin panas, kau tahu!"

Naruto hanya mengangguk kemudian melucuti celananya, menyisakan celana dalam yang mencetak celas penis Naruto. Menurut Kushina ukuran yang bersembunyi di balik celana dalam itu, berdiameter enam centi dengan panjang tiga kali lipat, bahkan ujung penis Naruto mencuat keluar, melebihi ukuran celana dalamnya. Kushina hanya dapat menelan ludah seketika, tidak dapat membayangkan sensasi benda sebesar itu menerobos masuk ke dalam vaginanya.

Naruto kemudian menyusul Kushina naik ke ranjang, merangkul wanita bersurai merah itu dan membawa tubuhnya talentang, lalu menindihnya. Kecupan singkat ia berikan pada payudara Kushina sebelum kembali menyambar bibir peach tersebut, Kushina membalas lumatan lidah Naruto dengan intens, selagi berusaha menggesekan vaginanya pada penis Naruto.

"Emmhhp..." Kushina mendesah nikmat saat tangan kekar Naruto meremas payudaranya, tubuhnya semakin terasa panas di saat Naruto semakin kasar menciuminya. Bertahan sepuluh menit sebelum Naruto melepaskan ciumannya, ia pun kemudian melepaskan celana dalamnya, membiarkan penis panjang itu menggeliat meneteskan setetes cairan.

"Bolehkan, sensei?" Naruto memposisikan penisnya tepat di liang vagina Kushina. Tangan kekarnya melingkar di sela lutut Kushina agar wanita itu dapat lebih melebarkan pahanya. Kushina langsung menurut, ia pun merilekskan tubuhnya sebelum mengangguk pelan.

Naruto kemudian mengeluskan batang penisnya di vagina Kushina, melumurinya agar menjadi licin dan lebih mudah saat menusuk masuk. Kushina menggigit bibirnya di saat kepala penis Naruto telah memasuki vaginanya, liang kenikmatannya perlahan melebar, rasa perih pun mulai menjalar di selengkangannya.

"Ahn! Naruto-kun!" Tubuh Kushina menegang, sekali hentakan penis Naruto pun menyentuh bagian terdalamnya. Darah segar mulai merembes di sela-sela penyatuan itu, bahkan tetesan darahnya mulai bercampur dengan cairan vagina Kushina.

Naruto terdiam sesaat, sensasi lembut yang menjepit penisnya hampir membuat ia kehilangan kekuatan, biar bagaimanapun ini merupakan pengalaman pertamanya. Melihat raut kesakitan tercetak di wajah Kushina, ia pun merendahkan tubuhnya dan mengecup lembut bibir Kushina, terus memberikan rangsangan lembut untuk memancing penyesuaian bagi tubuh Kushina.

"Emhn... mmpp..." Naruto juga meremas kedua payudara Kushina, memelintir dan menekan puting payudara itu. Perlahan tubuh Kushina mulai rileks kembali bahkan ia juga aktif memberikan perlawanan di momen ciuman mereka, merasa telah waktunya, pinggul Naruto pun mulai bergeraak perlahan.

"Ahn! Ahn!" Kushina memeluk erat tubuh Naruto, meremas bahu lebar itu untuk menyalurkan kenikmatan yang ia rasakan. Violet cerah itu pun mulai memejam sambil mendesah pelan menikmati permaianan Naruto.

Naruto terdiam saat melihat ekspresi Kushina, ia kemudian tersenyum kecil lalu ikut memejamkan matanya, fokus untuk mendorong penis keluar masuk di liang senggema tersebut.

"Ahn! Ahn! Aku...senang! Akhirnya ada seseorang yang menerimaku apa adanya! Ahn!" Kushina mendongak sambil menjulurkan lidahnya, merasakan gerakan Naruto semakin cepat hingga menyentuh bagian terdalamnya beberapa kali. "Kimocchi!"

Merasakan adanya getaran halus yang mengelilingi penisnya, Naruto sesaat menghentikan gerakkannya, kemudian memegang pergelangan kaki Kushina lalu mengangkatnya setinggi bahu, dan kembali menghentakan penisnya kasar.

"Ahn... ahn... terlalu kuath!" Kushina menggelinjang seketika, kepalanya bergerak liar bahkan ia juga meremas sprei hingga berkerut. "Kau membuatku gila, Naruto-kun!"

"Naruto-kun!" Pinggangnya melengkung, menghentak kuat ke atas hingga membuat payudaranya bergerak. Sedetik kemudian cairan kental merembes membasahi sprei kasur, Kushina kembali lemas setelah momentum orgasmenya.

Naruto berhenti sejenak, melepaskan pergelangan kaki Kushina dan memposisikan tubuh wanita itu memiring. Belum sempat Kushina mengambil napas tenang, sebelah kakinya langsung diangkat Naruto, kembali penis Naruto bergerak cepat di dalam liang senggemanya, bahkan lebih cepat daripada sebelumnya.

"Ahn! Tunggu Naruto-kun! Tubuhku masih sensitif... ahn!"

Plak... Plok...

Plak... Plok...

Tidak hanya desahan kuat Kushina yang meluncur untuk menyemangati Naruto, suara paha dan bercakan air di sela-sela persetubuhan mereka pun ikut andil memenuhi kamar.

"Ahn... itu bergetar! Penismu bergetar di dalamku Naruto-kun... ahn!" Kushina semakin histeris, perlahan dapat ia rasakan penis Naruto semakin membesar di dalam tubuhnya. Tepat di saat ritme Naruto semakin kasar, tubuhnya kembali menegang dan perasaan orgasme melanda dirinya.

"Lagi! Itu keluar lagi!"

Plok... Bless!

Naruto menggigit bibirnya, menahan teriakan yang entah kenapa meluncur begitu saja dari bibirnya, sedetik kemudian ia menarik penisnya dari dalam vagina Kushina lalu gumpalan sperma lepas membasahi tubuh Kushina hingga ke wajah. "Akh!"

Croot! Croot! Croot!

Naruto membungkuk rendah. Kushina hanya tersenyum singkat menyambut bibir Naruto, ciuman lembut itu hanya bertahan beberapa menit sebelum ia menjatuhkan tubuhnya di sebelah Kushina. "Bagaimana, sensei? Mau lanjut?"

Naruto berbisik rendah sambil mengusap tetesan sperma miliknya yang menempel di wajah Kushina, lalu menyodorkannya ke bibir Kushina, wanita itu langsung menjilat dan mengulumi jari Naruto dengan ekspresi nakal.

Kushina bisa merasakan penis Naruto masih tegang di bawah sana, namun biar bagaimanapun ia sudah kelelahan, tidak sanggup menahan gempuran dari penis besar tersebut. "Tubuhku sudah lelah Naruto-kun."

Naruto terdiam beberapa saat lalu bangkit dan menarik selimut, menutupi tubuhnya dan tubuh Kushina. "Baiklah kalau begitu, ayo kita tidur!"

"Yakin?" Kushina kemudian memeluk tubuh Naruto, pria itu hanya mengangguk menanggapinya. "Memang sih tubuhku sudah lemas, tapi kalau hanya memberikan kocokan lembut aku masih bisa, kok!" Sambung Kushina lalu menggapai penis Naruto dan mengelusnya.

Naruto terkikik pelan sebagai responnya. "Itu tidak akan tenang jika hanya menggunakan tangan," Naruto mendekatkan wajahnya lalu berbisik, "Tapi bisa tenang jika menggunakan ini!" Bisik Naruto dan menusukkan jarinya ke liang vagina Kushina.

"Uhn!" Kushina terkejut saat jari Naruto menusuk vaginanya, sedangkan Naruto hanya terkikik geli saat melihat ekspresi kesal darinya. "Kalau begitu lupakan!" Bisik Kushina, ia kemudian menenggelamkan wajahnya di dada bidang Naruto. Pria itu hanya mendengus kecil sebelum ikut merengkuh tubuh Kushina, aroma memabukan menusuk hidungnya, hingga akhirnya mereka terlelap kelelahan.


Note's : Entahlah, setelah membaca cerita ini kembali, saya hanya dapat mengatakan kalau ini produk gagal, memutuskan untuk mengulang dari awal walau itu melelahkan.


01 Juni 2019 (17:00)