The Diary
.
Cast : Oh Sehun, Xi Luhan, Byun Baekhyun, and more
.
Main Pairing : HunHan
.
Boys Love
.
Rate : T
.
Genres : Supernatural, Drama
.
.
Chapter 1
BUGH..
Satu pukulan keras menghantam wajah mulus pemuda manis yang tersudut di dinding salah satu koridor sepi sekolahnya. Memar di sudut bibirnya dengan cepat membiru. Dia meringis, merasakan darah segar mengalir dari bibirnya yang sobek.
"Jika hal seperti ini terulang lagi, aku tidak akan segan-segan untuk melukaimu lebih dari ini, Byun Baekhyun!" pemuda berkulit pucat itu mencengkram kuat kerah seragam siswa di depannya. Kemudian mendorongnya hingga membentur dinding sebelum meninggalkan sosok itu.
Perlahan Byun Baekhyun merosot, menekan sedikit luka memarnya yang terasa berdenyut kemudian meringis. Ia harus membual pada orang tuanya lagi hari ini.
...
Sudah lewat empat hari kabar pertunangannya dengan Oh Sehun berhembus di lingkungan sekolahnya, semenjak Baekhyun dituduh menempelkan foto makan malam bersama keluarga mereka di mading sekolah oleh Sehun. Baekhyun sungguh tidak mengerti kenapa foto itu bisa beredar di sekolah, tapi yang pasti, Sehun semakin membenci dirinya saat ini.
Baekhyun sudah mencoba menebarkan bualan mengenai foto itu kepada teman-temannya bahwa mereka hanya sedang makan malam biasa karena orang tua mereka berteman baik. Tidak sia-sia karena perlahan teman-temannya sudah mulai melupakan kejadian itu. Tapi Sehun? Dia tetap membenci Baekhyun seperti biasanya.
Baekhyun mengaduk minumannya dengan sedotan, memandang sekeliling dan berakhir dengan melihat Sehun di pojok kantin dengan Jongin. Cukup lama ia memandang Sehun yang bercanda dengan Jongin, sampai akhirnya Sehun menangkapnya. Dan memberikan tatapan tidak suka, membuat Baekhyun mengalihkan pandangannya sambil tersenyum pahit. Oh Sehun dan dia, dulunya tidak seperti ini.
Oh Sehun yang dulu..
Tidak membencinya.
.
.
Sehun yang duduk di kursi paling belakang menatap bosan pelajaran di jam terakhirnya dengan jari yang terus memutar-mutar pensil. Sesekali ia menguap lebar, bahkan Jongin sudah menumpahkan liur di buku sejarahnya. Dia lihat satu kursi di depannya kosong. Itu kursi Baekhyun. Sehun heran mengapa orang seperti Baekhyun bisa membolos pelajaran, tapi ia tak peduli.
Keadaan kelas begitu sunyi. Bukan berarti mereka dengan suka rela mendengarkan pelajaran dari Choi Seonsaengnim. Sebagian dari mereka tertidur pulas. Sebagian sibuk dengan dunianya masing-masing. Sehun pun sudah mulai diserang rasa kantuk yang parah.
"KYAAAA."
Sehun yang sudah hampir membaringkan kepalanya di atas meja tersentak mendengar jeritan siswi dari luar ruang kelasnya. Bukan. Itu dari luar bangunan sekolah. Beberapa murid di kelasnya langsung membuat keributan. Sebagian berlari ke dekat jendela yang mengarah ke lapangan outdoor, dan sisanya berlari keluar ruang kelas. Sehun benar-benar tidak tertarik sampai Jongin menariknya paksa keluar ruang kelas.
"Bisakah kita tidak terpengaruh, Kim Jongin? Mereka selalu melebih-lebihkan sesuatu."
"Apa kau tidak penasaran? Semua murid keluar kelas untuk melihatnya." Jongin terlihat bersemangat, dan Sehun hanya memutar bola matanya.
Sehun benar-benar berjalan sangat lambat untuk sampai lantai dasar, membuat Jongin geram dan akhirnya meninggalkannya sendirian. Seseorang menabrak bahunya dan Sehun mengumpat. Tapi orang yang menabraknya tadi membicarakan tentang bunuh diri. Sehun mengernyit. Apa itu? Apa ada murid yang bunuh diri? Dasar gila!
Sehun tertawa merendahkan, ia hendak kembali ke kelas, namun segerombol siswi berlari berlawanan arah dengannya dan membicarakan sesuatu tentang..
"Byun Baekhyun?" gumamnya. Shit!
.
.
Jongin menepuk bahunya sebelum pamit untuk pulang. Beberapa orang juga sudah meninggalkan pemakaman. Sehun lihat Byun ahjuma masih terisak di pelukan ibunya. Kemudian ibunya mengajak Byun ahjuma untuk pergi. Ibu Sehun melirik anaknya dan menepuk pundak Sehun, memberi kekuatan.
"Ibu tahu perasaanmu, Sehunnie."
Setelah beberapa saat semuanya terasa sepi. Tinggal Sehun seorang yang masih mematung di dekat nisan Baekhyun. Tak ada yang tahu mata di balik kacamata hitam itu berair menahan tangis sejak tadi. Sehun tidak percaya Baekhyun melakukannya. Sehun berdecih, mengepalkan tangan kanannya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Baekhyun...bodoh!"
...
Hanya Jongin yang paham kenapa Sehun tidak masuk sekolah di hari berikutnya. Kelasnya masih berkabung namun satu orang siswa pindahan memasuki kelasnya di hari itu. Dia terlihat ceria di awal sebelum Jeon Seonsaengnim menjelaskan perihal kematian Baekhyun tempo hari. Pemuda di depan kelas itu kemudian menunduk hormat dan berjalan menuju kursinya. Ada tiga kursi kosong di kelas barunya. Satu dengan meja dipenuhi bunga dan sebuah bingkai foto. Satu di belakang yang ia yakini milik seseorang yang tidak masuk hari ini. Dan satu lagi di dekat meja yang dipenuhi bunga. Luhan memilih kursi yang ketiga.
"Hai, Luhan-ssi. Aku Yixing." Seorang siswa berparas manis mengajak Xi Luhan –si anak baru berkenalan. Luhan mengangkat sudut bibirnya dan menjabat tangan Yixing.
"Aku juga dari Cina." Bisik Yixing, dan Luhan tersenyum tipis. Luhan melirik kursi kosong di sebelahnya.
"Sebaiknya aku tidak masuk kelas hari ini, 'kan, Yixing?" Luhan terlihat menyesal dari nada suaranya. Tapi Yixing menggeleng.
"Tidak apa-apa. Kau 'kan tidak tahu."
"Aku rasa aku memulainya dengan buruk." Kemudian Luhan menangkup wajahnya di atas meja.
.
.
Luhan hanya pamit ke toilet tapi sudah setengah jam ia hanya berputar-putar di koridor. Bisa dipastikan anak itu tersesat. Kakinya sudah pegal, dan papan bertuliskan 'Perpustakaan' di depan sebuah pintu menariknya untuk masuk. Mungkin dia bisa istirahat di dalam, atau bertanya perihal toilet terdekat dengan penjaga perpustakaan.
Ketika masuk, yang pertama kali didapat Luhan adalah serangan debu dan beberapa sarang laba-laba di sudut ruangan. Luhan tahu ini tidak baik jika ia semakin menyusuri tempat itu. Satu yang ia tahu, tempat ini adalah sebuah perpustakaan tua yang jarang dikunjungi murid mengingat semua rak bukunya berdebu.
Luhan beberapa kali bergumam kata permisi, namun meja penjaga perpustakaan yang kosong menyadarkannya jika ia hanya sendiri di ruangan ini.
Luhan benar-benar harus keluar sebelum terjadi sesuatu yang buruk. Pemuda berparas cantik itu setengah berlari menuju pintu dan mendapati bahunya menabrak pinggiran rak dan membuat beberapa bukunya terjatuh. Satu buah buku menarik perhatiannya. Berbeda dengan beberapa buku yang jatuh lainnya dengan judul mata pelajaran pada sampulnya, buku ini berukuran kecil dan berwarna putih dengan gambar hati pada sampulnya. Entah apa yang membuatnya membuka lembar pertama buku itu.
"Byun Baekhyun?" alis Luhan bertautan, "Apa ini semacam..buku harian?"
Brak!
Luhan menoleh ketika beberapa buku dari rak di dekatnya menjatuhkan beberapa buku. Luhan benar-benar harus keluar sekarang juga. Dan ketika pemuda itu membalikkan badannya, pertama yang ia lihat adalah sosok pemuda pucat yang menggunakan seragam persis sepertinya sedang duduk dan menunduk di salah satu kursi baca.
Luhan ingin berteriak, namun sesuatu membuat tenggorokannya tercekat. Ia hanya bisa menutupi pandangannya menggunakan buku, dan dengan gemetar berjalan menuju pintu. Suasana perpustakaan yang seketika berubah lembab dan dingin pada satu waktu meyakinkan Luhan jika sosok itu benar-benar bukan manusia.
...
Selasa
Aku benar-benar tidak menyangka jika kedekatan kami disalah artikan oleh kedua orang tua kami. Hari ini, mereka sepakat untuk membuat perjodohan aku dengan Sehun.
.
.
Kepala Luhan terasa berdenyut. Ia ingin sekali membolos hari ini, tapi itu bukan kesan yang baik untuk anak baru sepertinya. Hari keduanya sekolah tidak jauh berbeda dengan kemarin. Bedanya hari ini murid yang tidak masuk kemarin mengisi bangku kosong di belakang.
"Oi, Hun! Kau masuk?" siswa berkulit agak gelap yang pertama kali menyapanya. Namun anak itu bergeming dan langsung duduk.
Beberapa murid menatap dan membicarakannya, tapi Luhan tak tahu tentang apa. Ketika bel baru saja berbunyi, satu orang siswa mungil masuk dan meletakan setangkai bunga di atas meja siswa yang mati beberapa hari yang lalu.
"Itu Kyungsoo, temannya Baekhyun. Kasihan sekali dia. Dia benar-benar terpukul, sama seperti Sehun." Bisik Yixing ketika menyadari pandangan Luhan yang tak lepas dari pemuda mungil yang kini meneteskan air mata.
"Baekhyun?"
"Ya, siswa yang meninggal itu namanya Baekhyun."
Seketika tubuh Luhan menegang. Kepalanya kembali terasa pening. Bukankah?
Gerakan tiba-tiba Luhan yang mengobrak-abrik isi tasnya mengundang perhatian Yixing.
"Kau sedang apa?"
Tidak ada.
"Ah, tidak. Kukira aku meninggalkan sesuatu." Baekhyun. Bukankan dia pemilik buku yang kutemukan kemarin?
Luhan meremas jemarinya yang tiba-tiba mendingin. Setelah Kyungsoo keluar dan Yixing menjelaskan kalau Kyungsoo bukan bagian dari kelasnya, Lee Seonsaengnim datang dan memulai pelajaran. Luhan diam beberapa saat, tapi otaknya memutar memori kejadian kemarin. Dan tadi pagi. Saat ia membaca lembar kedua buku harian Baekhyun.
"Se Hun? Yixing apa tadi kau berbicara tentang orang bernama Sehun?" bisik Luhan yang tiba-tiba antusias.
.
.
Ketika Yixing mengajaknyan makan bersama di kantin, Luhan memilih berdiam diri di kelas. Tapi Luhan tidak menyangka jika ia akan sendirian. Luhan menatap horror kursi Baekhyun yang tepat berada di sampingnya. Auranya aneh. Luhan pikir itu wajar, karena pemilik kursi itu baru saja meninggal.
Kali ini Luhan memberanikan diri untuk mendekati kursi Baekhyun. Menatap foto di dalam bingkai itu, meresapi bagaimana wajah Baekhyun. Dan dengan cepat wajahnya melekat di ingatannya. Sedikit berbeda dengan hantu atau apa pun itu yang ditemuinya kemarin di perpustakaan. Wajah di foto itu jauh lebih manis. Luhan pikir Baekhyun adalah orang baik. Luhan sangat menyayangkan kematian Baekhyun yang menurutnya sia-sia. Yixing bilang, Baekhyun mati bunuh diri.
"Menurut rumor yang beredar, Oh Sehun adalah tunangan Baekhyun." -Yixing
Luhan duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi Baekhyun. Menatap foto Baekhyun seolah hendak mengajaknya berbicara.
"Baekhyun bilang, mereka dijodohkan." Luhan menopang dagunya di atas meja Baekhyun.
"Kau bilang kau dijodohkan, bukan?" kali ini Luhan benar-benar terlihat seperti berbicara dengan seseorang yang duduk di kursi Baekhyun.
"Baek-"
BRAKK
Seketika angin berhembus kencang dari arah jendela, menyibak tirai putih itu, kemudian berputar di dalam kelas. Beberapa benda berat melayang-layang dan kertas-kertas berterbangan, membuat Luhan merasa mual. Namun yang membuat Luhan tersentak dari duduknya adalah..
Kehadiran Baekhyun yang duduk tepat di depannya.
"AAAAAAAAA..."
.
.
TBC
.
.
Give me your best responses :) This is my first FF with this genre..
RnR Juseyo~
kamsahamnida :))
