Yellow Chrysantenum
Menyeruput teh merah di tengah guyuran salju. Begitu menenangkan. Buku setebal lima centi tentang table manner yang sedang kubaca kulupakan sejenak. Menatap butiran salju. Mencoba menghitungnya membuatku senang.
"Nona SeeU, ada yang ingin menemui Nona,"Kata seorang maid di rumahku setelah mengetuk pintu.
"Hm, siapa?" Tanyaku.
Aku harus berhati hati. Sebagai anak duta besar Korea di Jepang, banyak yang mengincarku. Kira kira itulah yang diperintahkan Appa.
"Laki laki, dia memakai seragam sekolah nona." Jelas maid ini.
Laki-laki. Siapa?
Aku menuruni tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua rumahku. Sandal kamarku yang beradu dengan kerasnya tangga kayu membuat bunyi yang cukup gaduh. Bersyukur guru mannerku belum datang. Kalau sudah, aku pasti ditegurnya.
"Lho, Oliver senpai/?" Kataku. Menatap tak percaya senior yang.. kusukai sejak sebulan ini.
"Yo! SeeU!" Sapanya.
"Ada apa kiranya senpai datang kemari?" Tanyaku hati hati.
"Ini, Leon sensei memintaku mengantarkan buku dan pakaian olahragamu yang teringgal di locker. Hari ini'kan seluruh locker siswa harus kosong!" Terangnya dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.
"Terima kasih. Maafkan kecerobohanku!" Aku menunduk.
"Tidak usah sungkan! Ini tugasku sebagai penjabat Osis, dan lagi.. aku cukup senang ditugaskan ke sini!" Dia tertawa kecil.
Deg! Jika saat ini aku adalah penyihir. Pasti aku akan menyihir jarum jam agar berhenti.
Oliver senpai. Sedikit, saja. Bolehkah aku berharap?
Rok sekolahku di tiup angin yang melambai. Menyapaku di pagi hari yang penuh dengan kedamaian.
Uap yang muncul dari mulut yang hidung dinginnya udara musim dingin. Syal oranye jeruk yang melingkari sekitar leherku ternyata longgar. Dan terbang terbawa angin kencang yang tiba tiba datang.
"Ah?! Syalku," Seruku tertahan. Mencoba mengejar namun sia sia.
Tiba tiba seseorang sudah muncul di sampingku dan dengan kakinya yang panjang ia melompat meraih syalku dengan mudahnya.
"Te-terima kasih!" Kataku buru-buru menunduk. Wajahku memerah. Bisakah ia melihatnya?
"Sama-sama. Ternyata SeeU itu ceroboh, ya?! Haha," Dia tertawa.
Dia menyerahkan syalku. Jari kami bertemu. Aku jadi takut. Bisakah ia mendengar suara jantungku dari jariku?
Aku menapaki lorong koridor dengan tenang. Pukul 6: 30. Sekolah masih cukup sepi.
"SEEUU… Kau harus move on secepatnya sebelum kau patah hati!" Seru Rin.
"Ke-kenapa?"
"Oliver, Oliver senpai akan menembak IA, sehari setelah kita outbond!" Aku menganga dengan sukses.
"Serius?"
"Sumpah! Kudengar dari sahabat Oliver langsung! Len senpai tak pernah bohong! Katanya dia sengaja menunggu tanggal baik 12-12-12!" Rin mencengkram bahuku.
"Be-begitu, ya. Haha, sudahlah. Sejak awal aku memang hanya berniat suka, kok! Tenang, aku tak akan patah hati, kok! Kau sendiri berjuang terus dengan Rei, ya!" Kataku.
Aku menggigit bibir bawahku begitu memunggungi Rin. Sakit. Begitu sakit.
Aku memeluk lututku. Menatap langit yang luas dipagi hari. Penuh dengan awan hitam yang mengeluarkan air. Ya, pagi ini hujan deras.
Appa menyarankan agar aku tak sekolah saja. Toh, aku tak ikut classmeet. Akupun mengangguk patuh padanya.
Langit yang menangis seakan mewakili hatiku yang perih. Sakit memang. Ketika jejaring sosialmu dipenuhi dengan kalimat.
'Longlast, ya! 12-12-12 Oliver dan IA!'
Atau.
'Pajak, ya! Oliver x IA! 12-12-12'
Sekali lagi aku menadah ke atas. Langit masih menangis. Terimakasih telah mewakilkanku.
'Nama Bunga dan Arti Sesuai Warnanya'. Begitulah yang tertulis di sampul buku hijau milikku.
Krisan kuning: Cinta yang bertepuk sebelah tangan
Yah, mungkin harum teh krisan dan buket bunga kuning cantik itu cocok untukku saat ini.
Author's Note Curhatan Mina :
Huwweeeee.. nangis, deh. Ini fic apa curcolan, ya? Hauk! Pokoknya author lagi galau tanggal ini silakan review kalau mau menghujam author dengan kritik. Yang membangun tentunya. :D
