That Night

Di sebuah atap gedung terlihat remaja laki-laki yang memakai pakaian serba putih dan topi sulap berwarna putih sekaligus dengan monocle disalah satu matanya. Ia, lelaki itu, tengah tersenyum ketika memandang ke arah bawah. Di bawah sana, suasana sangat ribut dikarenakan pencuri terkenal yang dikenal dengan nama KID telah berhasil mencuri Kristal Ibu.

"KID pasti masih ada diantara kerumunan penonton. Cari dia!" teriak—sekaligus perintah—Nakamori-keibu lantang pada anak buahnya.

KID, pencuri berpakaian serba putih yang dicari-cari oleh Nakamori-keibu itu, tengah tersenyum. Lebih tepatnya, senyum kemenangan. Tapi, senyumannya seketika luntur tatkala dia mendengar suara itu.

"Berhasil mengecoh Nakamori-keibu lagi, eh?" tanya suara itu.

Suara itu, suara yang sangat ingin dia dengar. Suara dari detektif favoritnya, Conan Edogawa. Sekaligus orang disukainya. Yah,, mungkin tidak wajar menyukai anak kecil. Laki-laki lgai. Tapi yah,, apa pedulinya? Yang ia tahu, menyukai seseorang itu tidak memandang apapun. Seperti itulah pemikiran KID.

Tak lama setelah mendengar suara itu, KID berbalik dan benar dugaannya. Detektif favorinya, Conan Edogawa, ada disana. KID tersenyum. Bukan senyum kemenangan seperti tadi, melainkan senyum yang mencerminkan kepuasan dan kesenangan.

"Berhasil menemukanku lagi, eh!" ucap KID dengan senyuman masih terpampang diwajahnya. "Tantei, kun?"

"Yah,, seperti yang kau lihat." jawab Conan.

KID tersenyum.

"Sekarang apa kau akan mengembalikan permata itu lagi," tanya Conan sambil menatap KID yang ada didepannya dengan wajah datar. "KID?"

KID tersenyum lagi, ah sepertinya bukan senyuman tapi seringaian. "Seperti malam-malam sebelumnya. Lagi pula, ini bukan permata yang kucari." jawabnya, lalu meletakkan Kristal Ibu di lantai.

Hening sejenak.

Hanya suara angin yang berhembus dan menerpa mereka saja yang mengisi kesunyian itu.

"Kalau boleh bertanya, sebenarnya apa tujuanmu mencuri kristal-kristal itu dan mengembalikannya lagi?" Suara Conan memecah keheningan.

KID menatap Conan dengan pandangan memangnya-kau-ingin-tahu?

Conan memutar bola matanya malas. "Tentu saja. Kau membuat semua orang penasaran."

"Hm? Lalu? Apa hubungannya denganku kalau semua orang penasaran?" tanya KID.

Urat kekesalan mulai terbentuk. Yah,, sepertinya Conan ingin mencincang tubuh laki-laki di depannya ini lalu dijadikannya makanan anjing.

Melihat wajah Conan yang sudah kesal, akhirnya KID menjawab, "Yang pertama, untuk mendapatkan permata yang kucari."

Mendengar jawaban dari KID itu, Conan menatap ke arah KID. Sepertinya rencanya untuk memncincang KID sudah terlupakan, "Lalu? Yang kedua?" tanyanya kemudian.

"Yang kedua," putus KID. "untuk memancingmu." lanjutnya dengan nada lirih.

"Hah?" Conan bingung dengan jawaban yang berikan padanya. Terutama jawaban yang kedua. Hei, apa maksudnya itu. Untuk memancingnya? Maksudnya? Cih, bahkan otak jeniusnya tak bisa memikirkan maksud dari jawaban yang KID lontarkan tadi.

"Apa maksudmu?" Karena merasa tidak paham, akhirnya Conan pun memutuskan untuk bertanya. "Untuk Memancingku?"

KID tersentak. Dia baru sadar akan apa yang sudah dia ucapkan. "Bu-bukan apa-apa! Lupakan saja jawaban yann kedua!"

"Benarkah bukan apa-apa?" tanya Conan dengan nada mengintrogasi.

"Benar, kok. Bukan apa-apa!" KID berbalik dan mengembangkan gantole putihnya,, bersia untuk terbang.

"Apa kau menyukaikau?" tanya Conan tiba-tiba. Ucapannya itu berhasil menghentikan gerakan KID yang sudah akan terjun dari atap gedung.

KID yang ditanya seperti itu, wajahnya sudah memerah semerah tomat. "Ka-kalu iya, memangnya kenapa?" Setelah mengucapkan itu, KID pergi dari tempat itu dengan wajah memerah kepiting rebus yang dilumuri saus tomat.

"Ha?"

Sedangkan Conan. Dia hanya cengo ditempatnya berdiri. Tak percaya dengan apa yang ia dengar.