Sejak dulu, aku selalu mengidolakan mama. Menurutku, mama adalah orang yang hebat. Mama bisa melakukan semuanya. Membuat makanan, membersihkan rumah, membetulkan genteng, dan membacakanku sebuah dongeng. Selama mama melakukan semua itu, aku tidak pernah melihat mama mengeluh.

Seperti sekarang. Mama sedang memasak makan siang. Di rumah ini hanya ada aku dan mama. Papa sedang bekerja, sedangkan kakak masih di sekolah. Jadi biasanya aku makan siang hanya berdua dengan mama. Setelah itu, mama akan membacakanku sebuah dongeng sebelum tidur siang.

Sebenarnya, aku sangat ingin membantu mama. Tapi mama bilang nanti aku terluka. Padahal itu tak apa. Suatu saat aku akan menjadi seperti papa. Menjadi laki-laki yang kuat dan hebat. Dan bisa melindungi mama.

Aku melihat mama sedang sibuk. Mengambil garam, memasukkan gula, dan memotong sayur. Rambut pirang mama diikat seperti ekor kelinci. Hihihi lucu. Celemeknya warna merah muda! Dan, oh, mama sangat serius.

"Sasuke-kun, apa yang kau tertawakan?" suara lembut mama membuat tawaku terhenti. Aku menggeleng.

"Tidak ada, ma."

Mama tampak berjalan menuju ke arah meja yang aku duduki dengan membawa makanan. Kemudian menatanya dengan teliti.

"Benarkah?"

Kali ini aku mengangguk. Aku berteriak dengan keras saat mama menggendongku dan membawaku ke kursi. Mama hanya tersenyum dan kembali pada pekerjaannya menata makanan.

Aku mengerucutkan bibirku. Dan mama dengan sigap memelukku. Lagi-lagi aku berteriak keras.

"Astaga, Sasuke-kun. Kenapa berteriak seperti itu?" tanya mama sambil melepaskan pelukannya.

"Habisnya mama menyebalkan. Aw! Jangan cubit pipiku, ma!"

Mama tersenyum lebar. Aku tertegun untuk sesaat. Sebelum membalas senyumannya. Inilah yang paling aku sukai dari mama. Senyumannya. Sangat berbeda dengan papa dan kakak yang jarang tersenyum. Cepat-cepat aku memeluk mama membuatnya terkejut.

"Aku sayang mama!"

Mama tertawa kecil.

"Mama juga sayang Sasuke-kun."