Yo! Deswa Hyoton kembali lagi... tapi tetap masih belum bisa melanjutkan cerita lainnya. Fic ini saya tulis di handphone, seperti update 'Naruto The White Tiger' sebelumnya. Mungkin hanya fic ini yang akan saya update terus untuk sementara waktu, karena lainnya... data masih di komputer.
Saya bukan pemilik Naruto atau One Piece!
Heart Of Sword – Kebangkitan Naga!
"Haki" is a power that lies dormant in all the world's creatures... "Presence", "fighting spirit" and "intimidation"... It is not different from the things that humans can naturally sense such as these... 'The act of not doubting'. That is strength!
~Silvers Rayleigh explaining Haki to Luffy at the start of his training~
Miyamoto Naruto, seorang bocah berambut pirang, bermata biru, kulit tan, menatap kosong apa yang terjadi di hadapannya. Saat dia melihat seorang pria tua yang selama ini mengasuh, melatih bahkan menemani hari-harinya tertunduk lesu. Darah segar mengalir dari perut, tepat pada robekan perut akibat tanto yang masih tergenggam erat di tangan pria tua tersebut.
"BRENGSEK KALIAN SEMUA!" Teriakan keras keluar dari mulut mungil sang bocah. Namun di luar kesadarannya, tubuh kecil itu mengeluarkan energi yang belum pernah dilihat di belahan Negeri Elemental. Dalam sekejap banyak tubuh manusia berjatuhan, kehilangan kesadaran.
Naruto sendiri mulai netitikan air mata, melihat ayahnya tersungkur lesu tidak bernyawa. Kenangan masa bahagia saat hidup bersama sesekali terklibat di ingatannya.
~oOo~
Nampak seorang pria paruh baya menyandarkan tubuhnya pada salah satu pohon yang tumbuh lebat di kawasan hutan Negara Vegetables [Negara Hijau/Sayuran]. Tubuhnya nampak rileks, napasnya terdengar teratur, mata terpejam, dan lengan yang menyilang di belakang kepalanya.
"Hei, Ayah! Bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?" Terdengar suara lirih keluar dari mulut seorang bocah yang duduk berhadapan dengan pria tadi.
"Hem?" Sang ayah membuka kelopak matanya, dan menampakkan iris kuning gelapnya pada sang bocah. "Memangnya apa yang ingin kau tanyakan, bocah?"
TWICH
Muncul urat tebal di pelipis sang bo... pria kecil tadi. "Bocah? Siapa yang kau panggil bocah? Dengar baik-baik ya, Pria Tua! Hidup Miyamoto Naruto sudah memasuki tahun ke-5, dan aku tidak sudi lagi dipanggil bocah olehmu." Pria kecil tadi lantas cemberut.
"HAHAHA... kau tidak ingin dipanggil bocah? Lantas apa?" Seorang ayah yang berambut hitam panjang di kuncir itu tidak bisa menahan tawanya lagi. "HAHAHA..." Tawa lepas kembali keluar dari mulunya.
TWICH
Urat-urat tebal banyak bermuncul di pelipis sang bo... pria kecil tadi.
"...Anak ingusan?" Tanya sang ayah yang masih terus berusaha mengurangi tawanya.
TWICH
Urat-urat tebal tersebar sampai ke pipi anak ing... sang pria kecil.
"... atau Naru-cha..."
BUG
Miyamoto Naruto langsung memukul telak wajah ayahnya. "Pria Tua Brengsek!" Dia sama sekali tidak ingin mendengar perkataan yang ingin diucapkan sang ayah. "Dasar Lelaki Bau Tanah!" Cela Naruto pada ayahnya yang kini nampak tersungkur dan tidak bergerak di bawah rindangnya pepohonan.
~oOo~
Naruto mengeratkan genggaman tangannya pada katana di tangan kanannya, serta wakizashi di tangan kiri. Mata birunya terlihat kosong, mati, dingin, bak kematian itu sendiri adalah dirinya.
SPLASH
Tanpa terlihat, pria yang sedari tadi mengekang pergerakan bocah itu terjatuh dengan darah bercucuran deras keluar dari lehernya. Terlihat bekas sayatan benda tajam melukai leher pria kekar berambut hiram itu.
"Garda!" Beberapa teman pria tadi berteriak bersamaan melihatnya terjatuh bersimba darah.
"Bocah brengsek, apa yang telah kau lakukan?" Tukas salah satu gerombolan pria yang mengelilingi bocah tadi.
~oOo~
"Ayah, kenapa kita sama sekali tidak memiliki kemiripan?" Tanya Naruto penuh keluguan pada ayahnya, saat melihat sang ayah kembali bangkit dari tanah setelah menerima Pukulan Pengadilannya.
"Hem... kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal seperti itu, Naruto?" Sang ayah kini nampak serius di bandingkan sebelumnya, begitu mendengar pertanyaan yang di lontarkan anak berambut pirang itu.
"Em... aku hanya penasaran?" Balas Naruto sedikit ragu. "Aku tau kalau kau benar-benar menganggapku sebagai putramu, tapi aku sama sekali tidak melihat adanya kemiripan di antara kita. Aku sempat berfikir kalau aku lebih mirip dengan ibu, tapi andai kau benar-benar ayahku... maka setidaknya kita memiliki satu atau dua kemiripan secara fisik." Jelas bocah yang berumur 5 tahun itu... ah, lebih sehari sepertinya.
Sang ayah memandang anak yang telah diasuhnya semenjak masih bayi dengan pandangan sedih, namun dalam sekejap tergantikan oleh kebanggaan. "Aku rasa ini sudah saatnya kau mengetahui kisah sebenarnya. Saat itu, 5 tahun yang lalu... aku tengah berada dalam rimbunnya hutan di wilayah Negara Api-"
WUSH
Dedaunan mulai berjatuhan bersamaan dengan tiupan semilirnya angin. Naruto nampak begitu serius mendengarkan penjelasan dari sang ayah mengenai dirinya.
"-Naruto, aku tidak tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuamu sebelum menemukanmu... aku tidak tahu kalau mereka masih hidup atau sudah mati, aku juga tidak tahu kalau mereka mencintaimu atau membencimu..."
Hening.
Keduanya terdiam dalam hening...
Naruto terlihat memiliki konflik dengan dirinya sendiri... sedangkan sang ayah terus memperhatikan reaksi murid sekaligus anak angkatnya.
"Kau tahu Naruto, meskipun kau tidak mengetahui apapun tentang orang tuamu... tapi aku yakin kau sudah tahu... bahwa aku menyayangimu. Kau adalah muridku, dan juga anakku. Itulah sebabnya sedari kecil aku mengizinkanmu memakai nama margaku. Namun sejujurnya, aku bersyukur kau terpisah dari orang tuamu Naruto..."
GREP
Tanpa sadar, bocah kecil yang sedari tadi mendengarkan ocehan sang ayah mengeratkan kepalan tangannya.
"...Karena jika tidak, kita mungkin tidak akan dipertemukan. Aku mungkin akan tetap menjadi seorang ronin pembantai, kelantungan bermandikan darah... mungkin juga sake. Aku mungkin juga tetap tidak mengerti arti hidup, atau rasa bangga saat seorang bocah memanggilku ayah..." Lanjut sang ayah sambil memandang birunya langit Negeri Elemental.
Naruto melemaskan kepalan tangannya, mata birunya terlihat membulat... namun dalam sekejap semuanya sirna, urat-urat tebal muncul kembali di pelipisnya, dan alisnya mulai berkedut.
BUG
Naruto kembali mendaratkan pukulannya telak pada wajah ayahnya. "SIAPA YANG KAU PANGGIL BOCAH, PRIA TUA BRENGSEK?" Teriak penuh amarah bocah pirang itu pada sang ayah. "Memang kau sudah menggunakan kata-kata manis untuk menenangkanku. Tapi aku akan tetap menghajarmu jika berani memanggilku lagi bocah." Sejenak Naruto memandang tajam ayahnya yang masih tersungkur di tanah. Kemudian dia beranjak pergi... sambil mengulas senyum tipis yang tidak terlihat oleh mata sang ayah.
~oOo~
"Kalian menginginkan kepala Miyamoto, kan?" Tukas pelan bocah pirang tadi. "Kalau begitu, kenapa tidak sekalian dua-duanya?" Bocah itu mengarahkan belahan tajam katana serta wakizashi-nya searah dengan langkah yang ditujunya. "Kalian telah mendapatkan Miyamoto Seiji, kenapa tidak sekalian Miyamoto Naruto? Ambil dua-duanya, atau tidak sama sekali!"
SLASH
SPLASH
Miyamoto Naruto, si bocah bermata biru penuh kedinginan itu bergerak dengan cepat. Sekejap beberapa orang terjatuh tanpa perlawaanan berarti, ada yang tersayat pada perut, dada, leher, punggung, paha, bahkan kepala.
"Bounty Hunter sampah! Hanya dengan kekuatan ini kalian ingin menangkap Miyamoto Seiji? Bah... butuh 100 tahun lagi untuk bisa menandinginya. Kalau bukan karena cara laknat yang kalian gunakan tadi, aku yakin tidak ada dari kalian yang mampu melukainya." Tukas Naruto sambil mengulas seringai beringas.
"De-demon!" Kata itu mulai keluar dari mulut para Bounty Hunter yang sempat mencoba menangkap ayah angkat Naruto, Miyamoto Seiji. Bahkan beberapa dari mereka mulai mengambil langah mundur setelah melihat perlawanan Naruto.
"Sengo, cepat panggil Kapten!" Perintah seorang pria paruh baya berkumis tebal, kepada salah satu kru kapalnya. "Aku akan menahan bocah itu untuk sementara waktu." Tambah pria itu sambil menunjuk kearah berdirinya Naruto.
SPLASH
"AHHH..." Namun dalam sekejap lengan pria tadi terpotong, bersih.
BRUK
Pria yang di panggil dengan nama Sengo tadi terjatuh, lututnya terasa lemas, kakinya mulai bergetar melihat semua yang terjadi. "Ba-baik." Kata itu keluar dari mulutnya sambil merangkak menjauh dari tempat pertarungnya, dan menuju kearah bersandarnya kapal krunya.
"AHHH..." Teriakan-teriakan penuh kesakitan mulai keluar dari mulut para Bounty Hunter saat Naruto memulai serangannya kembali.
"Hehehe... kalian telah mengambil nyawa ayahku. Akan kupastikan bahwa nyawa kalian telah aku ambil sebelum meninggalkan pulau ini. Baik itu menyakitkan atau tidak..." Sekilas mata Naruto berubah menjadi merah, namun kembali normal saat ucapannya berakhir. Akan tetapi tanpa disadari Naruto, di belakang tubuhnya nampak bayangan seekor naga [Western] berkulit emas yang mengembangkan sayap lebarnya, dengan pandangan mata merah yang siap memangsa siapapun di hadapannya.
"I-itu..." Hampir semua anggota Bounty Hunter yang terdampar di Negeri Elemental itu memundurkan langkah kakinya. Mereka bisa merasakan dan melihat kematiaan dari pandangan mata seekor naga yang berdiri tegak di belakang bocah asuhan buruannya.
"Sekarang..." Naruto mengulas seringaian ganas, dengan aura keemasan bercampur hitam mengelilingi tubuhnya. "...Mari kita mulai pestanya!"
'Shukuchi'
Tangan kiri Naruto yang memegang wakizashi siap merobek perut salah satu Bounty Hunter, tetapi terhenti saat dia mendengar suara berisik dari atasnya.
SRET
SRET
Sekilas Naruto membulatkan matanya, namun segera kembali saat sadar bahaya mulai mendekat. Dia bisa melihat energi petir berwarna kuning dalam ukuran besar menuju kearahnya.
Kaminari, merupakan seorang pria paruh baya bertubuh gendut. Pria ini memiliki rambut hitam bergelombang... ah... atau mungkin lebih tepatnya kriting? Entahlah... tapi yang jelas, sebelum berlayar mengarungi lautan biru... dia merupakan pemimpin salah satu pulau bagian barat Skypia [Pulau Langit]. Dua tahun yang lalu, seorang remaja bernama Enel menghanculkan pulaunya. Membunuh semua penduduk, bahkan menghancurkan seluruh bangunan yang berdiri di pulaunya. Kaminari sama sekali tidak terima dengan apa yang terjadi, namun tidak bisa berbuat apa-apa karena Enel memiliki Devil Fruit yang lebih unggul. Kaminari memakan Biri-biri no Mi, devil fruit dengan kekuatan pengendalian petir berwarna kuning, tipe paramacia. Sedangkan Enel memakan Goro-goro no Mi, devil fruit yang juga mengendalikan petir, tetapi berwarna biru dan bertipe logia.
Terjadi pertarung besar antara kedua pemakan devil fruit berelemen petir itu, dan Kaminari harus menerima kekalahan. Pasalnya semua serangan yang dilepaskannya sama sekali tidak melukai remaja bernama Enel itu. Namun dia harus merasakan semua serangan Enel terkecuali jika bersangkutan dengan serangan petir. Pada akirnya, dia terlempar ke lautan biru seorang diri setelah sadar bahwa kemenagan tidak mungkin diraihnya.
Kaminari berencana kembali ke Skypia dan menghajar Enel setelah menemukan cara bagaimana melukai pemuda pirang yang sombong itu. Rencananya membuahkan hasil saat dia berhasil menjarah kapal milik salah satu bajak laut, begitu dia terjun dari Skypia.
Seiring berjalannya waktu, Kaminari memutuskan untuk mengumpulkan orang-orang yang menurutnya kuat untuk menjadi bawahannya. Sedangkan masalah keuangan dia memutuskan untuk membentuk kelompok Bounty Hunter, Tunder God. Semenjak saat itu, kehidupannya semakin membaik. Tetapi dia tetap tidak bisa melupakan kekalahannya di tangan Enel, sehingga satu setengah tahun setelah kekalahannya... dia memutuskan untuk mengurus Enel dan menjalankan rencana balas dendamnya.
Namun kesialan lagi-lagi menemuinya, kapalnya tersesat dalam gelapnya kabut Florian Triangle. Entah berapa lama Kaminari dan kelompoknya berlayar dalam gelapnya kabut. Sebulan? Atau mungkin dua bulan? Dia sama sekali tidak mengingatnya. Mereka harus menghindari beberapa Monster Laut, bahkan juga harus menghindari banyaknya sambaran petir andai saja Kaminari sendiri tidak menangani masalah itu. Belum lagi ditambah dengan berlayar tanpa tahu arah, jarum Log Pose sama sekali tidak bekerja karena terpengaruhi oleh banyaknya aktifitas petir dan kabut yang selalu muncul tidak ada henti-hentinya.
Akan tetapi saat semua kabut itu berakhir, sebagian besar kapalnya nampak hancur. Tidak lama setelah itu Kaminari beserta krunya berhasil menemukan pulau... lagi-lagi kesialan menimpanya. Ternyata pulau yang disinggahinya merupakan pulau kediaman para hewan berukuran raksasa [monster], dan menurut catatan yang mereka temukan... pulau itu bernama Forgotten Island. Mereka terpaksa harus meninggal pulau itu secepatnya, karena sekalipun Kaminari bisa mengatasinya... dia akan tetap kerepotan. Pulau itu dihuni puluhan bahkan ratusan monster [Hewan Kuchiyose] yang mampu bertarung.
Sampai mereka terbawa ke pulau yang berpenghuni, tempat para nelayan. Kaminari dan krunya tinggal di sekitar Kota Mildew [Mildew/Jamur. Episode 229, pulau tanpa nama yang dikunjungi Naruto. Dia menerima jamur dari seseorang, jadi saya berinama jamur] selama beberapa minggu untuk perbaikan kapal.
Esok hari, dia berancana mengajak krunya untuk berlayar dan berusaha kembali ke jalur sebelumnya serta menemukan jalan menuju Skypia. Tetapi rencananya tertunda saat tanpa sengaja Kaminari bertemu seorang dengan kepala berharga tinggi berada di pulau sama dengannya.
Miyamoto Seiji, salah satu samurai dari Negera Wano yang ikut campur tangan menghancurkan beberapa kapal milik Angkatan Laut maupun Pemerintah Dunia saat mereka berencana memaksa kembali negeri para samurai itu untuk tunduk dan bergabung menjadi anggota Pemerintahan Dunia beberapa dekade silam. Samurai bermarga Miyamoto itu memiliki harga kepala sebesar 385.000.000 berri.
Kaminari berencana mendapatkan kepala itu bagaimanapun caranya, karena setidaknya uang itu bisa memberikan ganti rugi setelah mejalani perjalanan panjang dan penuh siksaan sebelumnya.
"KAMI-SAMA!"
BLAM
Suara teriakan serta dobrakan pintu menyadarkan Kaminari dari lamunan perjalanannya.
"Ada apa Sengo? Apa kau sudah meringkus samurai bernama Miyamoto itu?" Tukas Kaminari dengan santai, sambil memandangi pemandangan indah pulau melalui celah jendela kapal yang berbentuk lingkaran.
"Te-tentang itu Kami-sama. Kami belum bisa menyentuh tubuh Miyamoto Seiji..."
"Apa katamu?" Bentak Kaminari dengan nada mulai meninggi karena menahan amarah.
"...Seseorang melindungi tubuhnya. Anggota yang lain sedang bertarung melawannya, dan kami kewalahan. Wakil kapten memintaku untuk meminta bantuan anda, Kami-sama." Jelas Sengo.
TRANK
Gelas Wiskey yang berada di genggaman Kaminari hancur berkeping, tubuhnya sesekali mengeluarkan percikan petir kuning. "Jadi kau ingin mengatakan kalau kalian semua tidak mampu mengatasi seorang samurai?"
"Sebenarnya ada dua orang Kami-sama. Miyamoto Seiji dan seorang bo..."
BLAR
"GUH..." Sengo tidak mampu menyelesaikan ucapannya, karena petir berwana kuning langsung mengenai tubuhya.
"Tch... cecunguk tidak berguna." Tukas Kaminari sambil beranjak keluar dari ruang kerja pribadinya.
Kaminari segera menuju tempat pertarungan anggota krunya, dia bisa merasakan banyak anggotanya tidak sadarkan diri. Berkat bantu Mantra [Kenbunshoku Haki], Kaminari mampu merasakan keberadaan seseorang dari kejahuan.
Dia mengarahkan tangan kanannya kelangit, tubuhnya kembali terselimuti oleh petir kuning. Lantas petir itu meluncur ke langit...
'El Thor'
'Shukuchi'
BOMMM
Muncul ledakan besar akibat mendaratnya petir di tempat berdiri Naruto sebelumnya. Namun Naruto masih mampu menghindarinya berkat teknik yang diajarkan oleh ayahnya, Miyamoto Seiji. Tetapi lain halnya dengan para Bounty Hunter, banyak dari mereka menerima kejutan petir bervoltase tinggi itu. Sehingga sebagian dari mereka nampak tidak sadarkan diri, dengan tubuh diselimuti luka bakar.
Terlihat retakan cukup luas di tanah, bahkan sebagian nampak gosong oleh panas yang dihasilkan petir tadi.
"Apa yang terjadi? Kenapa bisa ada petir seperti itu di sekitar sini? Apalagi di siang bolong yang cerah seperti saat ini." Batin Naruto begitu melihat hasil yang di akibatkan petir tadi.
"Kalian memangilku kesini dengan alasan tidak bisa mendapatkan kepala seorang Samurai Sampah. Tapi apa yang aku dapati, kalian semua tumbang di tangan seorang bocah berumur 10 tahunan?" Tukas seorang pria paruh baya, dengan rambut hitam kriting, dan tubuh gendut penuh lemak.
"Ma-maafkan kami, Kami-sama." Ucap para Bounty Hunter bersamaan.
"Kami-sama? Bocah? Samurai Sampah?" Gumam pelan Naruto. "Hehehe... mari kita lihat siapa yang sebenarnya sampah, Babi!" Seringaian buas terulas di wajah Miyamoto muda itu.
BLASH
Chakra Naruto keluar mengelilingi tubuhnya untuk sesaat.
"BOCAH BREKSEK!" Teriak pria gendut paruh baya yang dipanggil Kami-sama oleh bawahannya. Wajahnya terlihat merah padam karena menahan malu akibat ejekan Naruto.
SRET
SRET
Tubuh Kaminari [Kami-sama] kini terlapisi petir berwana kuning [Layaknya Jurus Armor Petir milik Raikage].
Seringaian Naruto bertambah bringas, dia menyampingkan kedua senjata yang di genggamnya. Baik katanana maupun wakizashi-nya kini terlapisi oleh energi/aura berwarna putih kebiruan, Chakra Elemen Angin.
"MATI KAU, BABI!/BOCAH BRENGSEK!" Teriak kedua petarung bersamaan, kemudian serangan keduanya bertemu.
BLASH
~ Berakhir ~
Shukuchi (Reduced Earth) Gerakan milik Seta Sojiro, di Samurai X. Teknik ini memungkinkan Sojiro untuk bergerak dengan kecepatan God-like, pergerakan ini hanya meninggalkan sedikit retakan pada pijakan yang digunakan sebagai awal gerakan.
Silahkan tinggalkan review!
Salam... Deswa
