Bebas

Megane Uzumaki

NARUTO MASASHI KISHIMOTO

RATE : M (Language)

WARNING : FEMALE NARUTO,BAHASA KASAR, BASED ON TRUE STORY (NOT ALL), NO LEMON, GAJENESS, DE EL EL.

PAIR : SasuFemNaru & GaaFemNaru

NOTE : Anggap Itachi itu bukan kakak dari Sasuke (demi kepentingan cerita) dan Naruko itu adik dari Naruto yang masih berusia sepuluh tahun.

Kau mengurungku, tali yang kau ikatkan di leherku semakin kencang hingga membuatku sulit bernafas, kaki dan tanganku juga telah kau pasung dengan janji kosongmu, hatiku sudah lama kau curi dan tidak pernah kau kembalikan lagi. Ne, kalau kau tidak pernah mencintaiku bisa kau bebaskan aku sekarang, kalau kau memang tidak tertarik dengan perasaanku bisa kau lepaskan aku. Asal kau tahu, aku juga berhak bahagia.

This fict inspired by Young Pal /용 팔 이(Korean Drama)

Don't like Don't Read

No flame please

.

.

.

.

.

Happy reading !

Chapter 1 : Dunia Tempatku Tinggal

Naruto POV.

Apa tujuan hidupmu. Kesuksesan, kekayaan, atau mungkin kekuasaan. Yang mana yang akan menjadi tujuan hidupmu, salah satu dari yang kusebutkan atau mungkin semua yang aku sebutkan. Menyedihkan, sama seperti aku sepuluh tahun yang lalu. Dulu, aku berpikir dengan uang aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku cintai, dengan uang aku bisa memiliki apa yang aku inginkan. Uang, benda yang memiliki nilai dan benda yang bisa membuat seseorang rela meregang nyawa untuk mendapatkannya. Bahkan ada yang sangat memuja uang, seakan mereka benar-benar tidak bisa hidup jika mereka tidak memiliki uang. Seperti seekor tikus yang menggerogoti keju, tidak puas hanya keju yang ada di sarangnya, dia akan mencari keju lain dari sarang yang berada di dekatnya, tidak peduli dia teman atau lawan. Selama aku masih terjerat di dunia yang kugeluti sekarang, tikus-tikus licik itu akan selalu mencekokiku dengan segala cara agar aku memihak pada mereka, berlagak layaknya anjing jinak yang setia tapi menjadi ular yang berbisa saat aku mengalihkan pandanganku. Aku tidak lagi menginginkan benda bernama uang, tidak lagi. Semakin aku menyelam di dunia hitam ini, semakin aku membenci lembaran uang yang menumpuk di saku celana para tikus-tikus penjilat itu. Tidak ada orang baik disini, termasuk aku. Aku bukanlah seorang perempuan baik-baik, dulu mungkin aku masih bisa menyandang gelar perempuan baik-baik. Tapi sayang, karena keputusanku untuk terjun ke genangan lumpur ini aku harus merelakan gelar itu meninggalkanku. Sekarang aku tinggal sendiri, di genangan lumpur yang terus menyadarkan tempat dimana aku berada sekarang. Tidak ada yang bisa kulakukan, bahkan aku tidak bisa melakukan apapun saat mereka berbuat sesuka hati mereka padaku. Untuk sekedar kalian tahu, aku sudah lolos dari upaya pembunuhan lebih dari sepuluh kali. Para tikus itu benar-benar ingin melenyapkanku. Dan entah bagaimana caranya, aku selalu bisa lolos dari kematian yang seakan tanpa henti menyambangiku. Tentu, di dunia dimana aku berada sekarang kau harus mampu memilah jarum dalam jerami, pastikan untuk tidak memegang ujungnya atau kau akan terluka nanti. Teman dan lawan bisa berubah seiring bagaimana kau bersikap nantinya atau diposisi mana kau berada sekarang, untuk orang kepercayaan bisa seperti satu banding seribu, bahkan walaupun kau mempercayai mereka kau tidak akan bisa menjamin dia akan menjaga kepercayaanmu atau tidak. Kesetiaan itu adalah kata paling konyol yang pernah aku dengar, kalian tidak akan menemukan makna kata itu di duniaku sekarang. Sa, biarkan aku memperkenalkan dunia gelapku pada kalian. Inilah duniaku, dunia yang penuh dengan taktik kotor untuk merebutkan kekuasaan, panggil saja dunia ini sebagai dunia bisnis. Ya di kubangan lumpur bernama bisnislah aku hidup sekarang.

"Namikaze-sama, apa yang membuat anda datang ke kantor sepagi ini ?"

Ah, aku lupa. Namaku Namikaze Naruto, putri pertama keluarga Namikaze, sekaligus presiden Namikaze group. Atau lebih tepatnya, aku adalah incaran pada pembunuh bayaran saat ini, sebenarnya kedua hal itu equivalen asal kalian tahu. Ya, dengan posisiku sekarang tidak jarang tikus-tikus tidak tahu diri itu mengirimkan algojonya untuk menggulingkanku. Tapi sepertinya Tuhan masih berbaik hati padaku, aku masih diizinkan hidup sampai sekarang, bisa dibilang ini seperti sebuah keajaiban.

"Apa sekarang aku sudah dilarang untuk datang ke kantorku sendiri ?"

Ucapanku berhasil membuat salah satu tikus itu terdiam, wajahnya memerah menahan marah, sedangkan aku hanya tersenyum remeh atas apa yang kuucapkan. Maaf saja, aku bukan lagi Naruto yang dulu, aku tidak akan lemah seperti dulu. Aku tidak akan membiarkan tikus-tikus sialan itu mengambil alih perusahaan yang aku bangun dari nol hingga menjadi perusahaan besar seperti sekarang. Tidak akan pernah.

"Gomenasai."

Aku langsung pergi meninggalkannya, tidak peduli dengan permintaan maafnya yang aku rasa tidak berasal dari dalam hatinya. Liar, sesuatu yang buruk untuk kehidupan normal, tapi disini hal itu adalah wajar. Kau diperbolehkan berbohong untuk mengamankan posisimu. Siapa yang kuat dia akan berkuasa, siapa yang lemah dia akan tersingkirkan. Seperti hukum rimba bukan.

"Iruka, apa saja jadwalku untuk hari ini?"

Tanyaku pada sekretaris pribadiku, salah satu orang yang aku percayai. Jujur saja, aku tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya aku jika Iruka berkhianat padaku. Hanya dia yang aku percayai sekarang.

"Pukul 09.30 anda harus bertemu dengan salah satu presdir cabang perusahaan Namikaze group. Lalu pukul 12.00 anda harus menghadiri rapat parlemen, setelah itu anda harus mengurus dokumen penting perusahaan yang sudah saya siapkan."

Aku mengangguk tanda mengerti, sepertinya hari ini aku akan lembur. Melelahkan.

"Lalu aku free sampai pukul 09.30 ?"

Tanyaku pada Iruka yang masih setia mengikutiku dari belakang, hingga akhirnya aku sampai di ruang kerjaku. Tanpa membuang waktu aku langsung merebahkan diri di kasur yang memang tersedia di ruanganku. Sangat nyaman. Semua bebanku seakan terangkat sekarang.

"Namikaze-sama, anda masih harus memeriksa laporan keuangan perusahaan."

Aku melirik Iruka dari balik bantal yang menutupi wajahku. Aish, dia terlalu kaku. Apa salahnya aku mengambil sedikit waktu untuk bersantai. Dengan kesal aku bangun dari kasur tercintaku, kutatap Iruka dengan pandangan kesal. Dia benar-benar bisa menghancurkan mood baikku yang jarang aku dapatkan sejak aku terjun ke dunia ini.

"Berapa kali aku bilang, saat tidak ada orang jangan memanggiku seperti itu. Cukup Naruto, dan satu lagi. Aku masih berpikir, kenapa kau pandai sekali menghancurkan mood baikku ? dasar lumba-lumba !"

Kulihat Iruka tersenyum mendengar ucapanku, mau tidak mau aku ikut tersenyum karenanya. Selama ini Iruka yang selalu menjadi tameng untukku berlindung di dunia hitam ini, saat aku harus melindungi anggota keluargaku dia juga dengan punggung lebarnya melindungiku dari para penjilat tidak tahu diri itu. Dia seperti aniki untukku.

"Aku akan mentraktirmu ramen kalau pekerjaanmu pagi ini selesai sebelum jam 09.30, bagaimana ?"

Aku berpura-pura berpikir, dia memang sangat pandai mengatur moodku. Aku harap dia akan tetap ada disampingku sampai nanti. Aku tidak akan menjadi siapa-siapa jika dia tidak ada.

"Wakatta. Sa, Hajimaeru yo !"

Jangan panggil aku Naruto kalau aku tidak bisa mendapatkan ramen gratis dari Iruka. Haha coba tebak, aku sudah menyelesaikan laporan yang tadi sempat menggunung di meja kerjaku hanya dalam waktu dua jam, sekarang masih pukul 08.00 dan itu berarti aku bisa menikmati ramen gratis dari Iruka, hah senangnya. Ramen I'm coming.

"Kau tidak akan melupakan janjimu kan ? lumba-lumba ?"

Kulihat dia memutar bola matanya dengan malas, walaupun aku tahu dia sedang menggodaku sekarang. Benar-benar dia itu. Awas saja kalau dia mengingkari janjinya.

"Maaf Naruto-san tapi sepertinya aku sedang sibuk sekarang jadi –"

"Janji tetap janji Iruka-san, tidak ada alasan."

Dia tertawa, dengan tanpa beban dia mengacak pucuk rambutku. Membuatku ikut tertawa bersama dengannya. Boleh aku revisi ucapanku sebelumnya, memang di dunia bisnis mencari orang baik itu seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami, tapi sekali kau menemukannya kau akan mendapatkan jarum yang terbuat dari emas, tergantung bagaimana kau menggunakannya, kau bisa menjualnya dan mendapatkan uang, atau kau akan tetap menjaganya yang menjadikannya tameng untuk dirimu sendiri. Kalau aku, aku akan lebih memilih pilihan ke dua. Aku tidak akan rela menukar jarum emas berhargaku dengan lembaran benda bernama uang.

"Kau mau kemana ?"

Pertanyaan itu spontan keluar dari mulutku saat aku lihat dia berjalan keluar dari ruanganku. Dia lalu berbalik lalu menaikan alisnya.

"Bukannya kita akan keluar untuk membeli ramen ?"

Aku langsung tersenyum puas, tanpa pikir panjang aku langsung berlari menghampirinya dan mengapit tanganku di lengan kokohnya. Dia juga tampaknya tidak terlalu mempermasalahkan perlakuanku padanya, bahkan dia sekarang mengacak pucuk rambutku.

Drt drt

Kurogoh smartphoneku saat aku merasa dia bergetar di kantong jas yang kukenakan. Di layar smartphoneku tertulis 'Gaara calling'. Aku langsung melepaskan tanganku dari lengan Iruka lalu menggeser layar smartphoneku untuk menjawab panggilan dari Gaara.

"Moshi-moshi Naruto desu !"

Ucapku dengan nada jahil, aish kalau dipikir-pikir aku memang sangat jahil hari ini, tapi biarlah aku hanya bersikap seperti ini di hadapan mereka yang aku percayai saja. Diluar aku akan memasang topeng dingin tak tersentuh agar mereka menghargai posisiku. Seperti seseorang pengidap bipolar, yah begitulah caraku bertahan di dunia gelap ini.

"Dinner ? uhm matte ne."

Aku menutup layar smartphone milikku lalu berbisik pada Iruka. Setelah mendapatkan jawabannya aku kembali menempelkan layar smarphoneku ke telingaku.

"Uhm, I'm free."

Aku mengangguk.

"Tonight, in Namikaze café at 19.00."

Aku lalu memasukkan kembali smartphoneku kedalam saku jas. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang untukku. Kuapit lagi lengan Iruka dengan tanganku, entahlah aku merasakan firasat yang buruk sekarang.

"Naruto."

Aku mendongak saat mendengar Iruka memanggilku, dia melirik kearah tanganku yang mengait lengannya. Tapi aku berpura-pura tidak mengerti dan tetap menyeretnya keluar dari kantor yang menyesakkan ini, hah aku butuh oksigen. Ini terlalu menyesakkan dan juga menyakitkan, aku harus segera keluar dari sini.

Banyak pasang mata yang memantau kegiatanku bersama dengan Iruka, banyak juga yang berbisik entah apa itu saat melihat aku yang menggandeng Iruka dengan santainya. Tapi aku tidak peduli, mereka tidak tahu apa-apa, jadi untuk apa aku bersusah payah menjelaskan pada orang yang bahkan tidak mengerti kondisiku sekarang. Membuang-buang energy saja.

"Namikaze-sama banyak yang melihat."

Ucap Iruka ditelingaku, aku hanya menghela nafas berat dan mengeratkan apitan tanganku di lengannya, sungguh aku tidak tahan lagi sekarang. Akan kujelaskan situasi sekarang saat kami berada di dalam lift, akan menjadi sebuah masalah jika aku mengatakannya sekarang, bisa-bisa Iruka bertingkah berlebihan yang akhirnya akan menimbulkan skandal.

Sesampainya di lift aku langsung bersandar di dinding lift, nafasku tidak beraturan, keringat dingin membanjiri seluruh tubuhku, dadaku terasa nyeri dan tertekan. Jadi aku memberikan isyarat agar Iruka melarang orang memasuki lift selain aku dan dia.

"Naruto kau tidak apa-apa ?"

Aku menatapnya dengan pandangan sayu, sial kenapa aku bisa selemah ini.

"O-obatku."

Ucapku dengan nada terbata. Iruka langsung merogoh jas hitam miliknya dan memberikanku beberapa aspirin untukku. Dengan cepat aku meminum aspirin tersebut lalu menyandarkan lagi tubuhku di dinding lift.

"S-Sejak kapan ?"

Tanya Iruka dengan wajah khawatir yang sangat ketara. Aku hanya bisa tersenyum lemah.

"Sejak aku menggandengmu keluar dari ruanganku."

Dia terkejut, tentu saja. Dia pasti berpikiran kenapa aku tidak memberitahunya sejak awal. Dia memang suka berlebihan dalam segala hal yang menyangkut kesehatanku. Dasar lumba-lumba.

"Kalau aku memberitahumu lebih awal, kau pasti langsung panic dan kondisi kesehatanku akan menyebar seperti skandal."

Ucapku mencoba menebak isi kepalanya, lagi-lagi dia terkejut. Seakan semua tebakanku benar adanya, dasar dia itu sangat mudah tertebak, apa yang dia pikirkan bisa tercetak jelas dari raut wajahnya. Kadang aku berpikir, apa mungkin Iruka memang seperti itu, apa memang dia tidak pernah bisa untuk berbohong, entahlah.

"Ne, Iruka."

Dia bergumam untuk menyahut panggilanku.

"Jangan tinggalkan aku, kumohon tetaplah ada disampingku."

Dia tersenyum lalu mengacak pucuk kepalaku lagi, aish dia memperlakukanku seperti anak kecil. Tapi tidak apa sih, aku suka diperlakukan seperti itu, seperti aku masih anak kecil yang polos dan tidak tahu apa-apa, walaupun kenyataannya aku adalah ratu di dunia gelap yang aku ciptakan.

"Tanpa kau mintapun aku akan tetap berada disampingmu Namikaze-sama ~"

Ucapnya sing a song saat menyebut nama belakangku, dasar dia benar-benar tidak sopan dengan pimpinannya, tapi tidak apa karena memang seperti itulah yang aku minta darinya, aku tidak ingin membangun dinding pembatas diantara aku dan Iruka. Aku langsung memeluknya erat, walaupun aku sudah bisa menebak jawabannya tapi tetap saja rasanya lega mendengar jawaban dari Iruka, seakan aku tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang mengerikan yang akan menimpaku nantinya, karena aku yakin bahwa Iruka akan melindungiku. Ya, aku adalah ratu sedangkan dia adalah salah satu pion yang melindungiku di permainan catur yang tidak memiliki aturan ini, aku harus bertahan sampai check macth.

Tbc

Author note :

Author ucapin terimakasih banyak pada semua yang udah mampir ke cerita author gaje bin aneh bin ajaib ini #abaikan. Lebih makasih lagi kalau ada yang mau ngasih masukan tentang cerita ini, supaya Author bisa jadikan panduan untuk chap selanjutnya.

Preview next chapter : Mengikuti Takdir

"Sasuke kita mendapatkan kasus baru."

"Kasus apa ?"

"Percobaan pembunuhan."

"Lalu apa menariknya ? wajahmu seperti anak sd yang mendapat mainan baru."

"Kau tahu hal yang menariknya ?"

"Penelitian kita tidak boleh meninggalkan bau, jika ada satu saja bau yang tertinggal maka nyawa kita akan menjadi taruhannya."