Karin menjatuhkan diri ke kasur. Hari ini hari Sabtu dan ia baru saja pulang dari ekskul Rohis. Apalagi ini habis UAS. Jadi dia lelah sekali.
"Lelah sekali," ucap Karin. Tanpa sadar dia pun tertidur.
***
Hari Minggu yang cerah. Karin memutuskan untuk dirumah saja. Padahal rencananya dia ingin mengunjungi rumah temannya yang bernama Himeka Syauqani. Untuk membahas pelajaran sekaligus bermain untuk melepas penat.
Yang Karin lakukan sepanjang hari itu hanyalah, sholat, tidur, main handphone, dan makan. Hanya itu.
***
Senin yang cerah. Seperti hari kemarin. Tetapi firasat Karin buruk sekali.
Dia melangkah menuju kelasnya. Kirio melihatnya dengan pandangan aneh. Sementara Jin hanya pura-pura tak melihat. Anak itu memang mendiami Karin selama seminggu ini. Yah… walaupun tak menghindar. Tapi tetap saja Karin merasa risih.
Karin diam saja. Menaruh tas. Lalu duduk manis. Tidak, tidak. Karin bukan tipe anak yang pendiam. Buktinya, dia segera meloncat bangun dan berjalan riang menuju Suzuka.
"Hai, Suzuka!" sapa Karin kelewat ceria.
"Hai, Karin! Kamu sudah tahu, hari ini akan dibagikan hasil UAS loh! Aduh, aku deg-degan," balas Suzuka.
"Kamu pikir aku nggak? Kamu kan pinter. Santai aja sih," ucap Karin santai. Kaki lentiknya kembali mengelilingi kelas.
***
"Oh TIDAK!" jerit Karin histeris.
'What the hell? Matematikanya? 35?' batinnya lemas.
Sebodoh-bodohnya Karin, Karin tak akan mendapat nilai sejelek itu. Dan ini? OH NO! Karin menggeleng frustasi. Tapi dia masih sedikit terhibur karena pararelnya tidak buruk. 48 dari 180 siswa? Lumayanlah. Dan peringkat 14 berjalan lunglai ke kelas. Kalau nilai Matematikanya tidak seburuk itu, mungkin dia akan mendapat peringkat pararel lebih tinggi tentunya.
"Siswi bernama Karin Amarylis Tasha dari kelas 7-5 harap menghadap!"
"Karin, kamu dipanggil lewat speaker tuh," ucap Suzuka mengingatkan.
Karin hanya mengangguk. Dia berjalan lunglai. Di tengah perjalanan, dia bertemu Kazune. Idris Muhammad Kazune. Cowok yang diam-diam Karin perhatikan selama ini. Namun dia masih menyangkal kalau itu rasa suka. Dia hanya menganggapnya rasa simpati.
Kazune melihatnya dalam. Karin tak pernah tahu apa yang ada didalam benak pria itu. Tetapi yang jelas, setiap Karin ada disuatu tempat, pasti dia ada disana. Di belakang, samping, bahkan depan!
Tanpa memedulikannya, Karin pun masuk ruang Kepala Sekolah.
***
"Kamu harus diajari," ucap Bu Kazuka, tegas.
"Tapi bu, saya tidak les dan diajari siapa bu?" tanya Karin bingung.
"Tidak, tidak, kamu akan diajari oleh peraih nilai tertinggi Matematika pada UAS ini,"
"Si-siapa?" tanya Karin. Nyaris tak bersuara.
Lalu masuklah seorang pria yang satu jam lalu berpapasan dengan Karin. Karin membulatkan bolamatanya. Tak percaya bahwa laki-laki itu,
Idris Muhammad Kazune.
—To Be Continued—
OMG! Mungkin masih membosankan karena ini prolog. Tapi ini akan berjalan seru loh! By the way, ini kisah nyata loh! XD
RnR please? XD
