Prefect Diaries

Disclamer: Amano Akira

Story by: Aoi The Cielo & Dark Witch Vampire

Genre: Romance

Rated: T

WARNING! YAOI! OOC, AU, TYPO(S), DLL...

Page 1: You're Late Herbivore

.

.

.

Semburan keemasan terlihat menghiasi warna gelap di langit. Awan-awan yang menggantung lembut di atas sana terlihat ikut menyambut warna yang melambangkan kehangatan itu. Temperatur udara yang terbilang rendah bersama titik-titik embun merupakan saksi sisa keberadaan sang malam beberapa jam yang lalu. Pelan namun pasti, langit yang semula berwarna gelap kini mulai menunjukan kebiruannya yang memukau.

"Tsu-kun," panggilan dari rumah berlantai dua itu memecahkan keheningan pagi. Wanita cantik yang mengenakan celemek terlihat memanggil dari arah tangga—mencoba membangunkan anak semata wayangnya yang berada di lantai 2. "Tsu-kun, ini sudah pagi, Tsu-kun tidak mau kan terlambat lagi?" panggil Sawada Nana kembali saat tak kunjung menerima jawaban dari sang putra.

"Ohayou, Kaasan."

Nana berjenggit kaget. Refleks ia langsung berbalik dan menatap sosok pemuda berambut coklat yang berdiri di belakangnya. Iris coklat besar yang sangat mirip dengannya menatap bingung sosok yang ia panggil Kaasan. Kenapa Kaasannya kaget?

"O, Ohayou Tsu-kun," balas Nana. Ia menatap rambut basah putranya. Senyumannya mengembang. "Tsu-kun bisa bangun pagi?" tanyanya senang. Sawada Tsunayoshi tersenyum mendengarnya.

"Um! Tsuna berhasil bangun pagi!" ucapnya bangga. Tidak sia-sia ia tidur lebih awal. Jam 9 dan bukan jam 12 atau jam 11 seperti biasa. Dengan ini ia bisa memecahkan rekor terlambatnya. Ya, sejak 2 tahun lalu ia masuk SMP Namimori yang tercinta, untuk pertama kalinya di dalam sejarah hidupnya, Sawada Tsunayoshi tidak akan terlambat! Ya! TIDAK AKAN TERLAMBAT SAUDARA-SAUDARA! Diam-diam Tsuna mulai merasa nge-fly, kelewat senang mendapati fakta yang akan merubah nasibnya—dalam artian yang selalu terlambat—menjadi tidak terlambat.

"Ne, Kaasan sudah memasak sarapan? Membuat bento Tsuna?" tanya Tsuna saat melihat celemek yang dikenakan Nana.

"Sarapa sudah siap," jawab Nana kalem. "Tetapi bento Tsu-kun belum Kaasan buat, mumpung Tsu-kun bangun pagi, mau belajar buat bento sendiri?" tawarnya. Senyuman Tsuna semakin mengembang. Sejak dulu ia ingin sekali belajar hal ini—mengingat masakan Nana yang super 'wow' dan membuatnya ketagihan—namun selalu tidak sempat.

"Tentu Kaasan!" jawab Tsuna antusias. Ia berdendang dalam hati. Dadanya terasa berbunga-bunga bak di musim semi padahal ini hampir mendekati musim panas. Ah, biarlah. Yang penting pagi ini Tsuna sedang senang dan moodnya benar-benar bagus. Rencana besarnya untuk tidak terlambat sepertinya akan berjalan dengan baik dan mulus bak di jalan tol yang tidak ada macetnya. Eh, tapi jalan tol bisa macet ah. Lalu mirip apa? Alis Tsuna terpaut—mencoba mengkiaskan pagi ini dengan sesuatu yang antimainstream.

"Tsu-kun, kenapa diam saja di sana?" Tsuna mengerjab beberapa kali saat Kaasannya memanggil dari arah dapur. Dapat ia lihat kepala Nana terjulur keluar menatap Tsuna yang masih mematung di dekat tangga. "Tsu-kun tidak jadi mau belajar?"

"Eh? Ma, mau Kaasan!" teriaknya lalu langsung berlari memasuki dapur dengan terburu-buru.

.

.

.

Sosok pemuda reven yang menggantungkan gakurannya di bahu mendelik tidak suka menatap ponselnya. Iris metalnya memberika deathglare kepada ponsel yang tidak memiliki salah apapun itu. Pagi ini, di cuaca sebagus ini, seharusnya ia bisa mendapatkan kesenangannya seperti biasa. Namun apa-apaan ini? Baru saja sebuah pesan singkat masuk ke ponsel flipnya dan pesan itu berisi tentang Herbivore peliharaannya yang akan datang tidak terlambat ke sekolah. Pemuda yang bernama lengkap Hibari Kyoya itu menggeram jengkel. Ia nyaris meremukan ponselnya sendiri seandainya saja ia tidak membaca pesan itu sampai habis.

Herbivorenya membuat bento sendiri.

Seringai langsung merekah di bibir tipis itu. Sebuah ide mendadak masuk ke dalam otaknya. Keinginan mendominasi mulai menguasai jiwa dan raganya—membuatnya benar-benar menginginkannya. Apapun yang terjadi, bagiamana pun caranya, Hibari Kyoya harus mendapatkannya.

Ya, Ia harus mendapatkan bento itu.

.

.

.

Senandung-senandung menyenangkan terus dikeluarkan pemuda bertubuh mungil itu. Ia senang. Kelewat senang malah karena pagi ini berhasil bangun pagi dan bahkan membuat bento sendiri. Aaahhh~ indahnya dunia~ bukankah dengan seperti ini, ia tidak akan diganggu makhluk yang menamai dirinya Carnivore itu? Sang penjaga pintu gerbang yang entah bagiaman selalu menyuruh Tsuna melakukan hal-hal yang aneh bila ia terlambat.

Prefect yang mencangkup Senpainya itu aneh. Sugguh sangat aneh karena ketimbang memukulnya sama seperti para 'pelaku' terlambat yang lainnya, sosok bersurai reven dengan kedua tonfa di tangan itu lebih suka menyiksa Tsuna dengan cara yang lain.

Ingat saja saat pertama kali terlambat masuk ke acara penerimaan siswa baru dan bertemu sang senpai, Tsuna disuruh untuk duduk bersimpuh sambil menonton film edukasi yang benar-benar membuat matanya berat—ingin tidur—namun tentu saja, ia tidak boleh tidur. Menderita? Iyalah! Duduk bersimpuh selama 2 jam sambil menonton film membosankan, siapa yang tidak akan menderita? Terlebih saat hukuman selesai, Tsuna jadi susah berjalan gara-gara kakinya yang keram. Sejak itu Tsuna bersumpah ia tidak akan terlambat, namun sepertinya ia harus menelan sumpahnya bulat-bulat.

Bagaimana tidak? Selalu saja ada yang membuatnya tidur larut atau bangun terlambat. Dari game baru yang tau-tau ada di leptopnya, film keren, komik-komik terbaru, atau bahkan rasa kantuk yang berlebih setiap kali ia selesai minum susu coklatnya. Hell! Bahkan beberapa kali ia mendapati alarmnya rusak, mati, bahkan hilang! Jadi, selama 2 tahun masa SMP-nya selalu saja tidak pernah jauh-jauh dari kata terlambat oleh penyebab-penyebab garing sampai yang antimaenstream hingga tidak bisa dipikirkan dengan akal sehat(?).

"Ehehehe… memang sejak awal seharusnya aku seperti ini," gumam Tsuna senang. Ia teringat perjuangannya sebelum tidur. Mandi, tidak memakan atau meminum apapun, tidak membuka leptop atau rak komiknya dan hanya menyiapkan buku pelajarannya lalu langsung tidur—selesai. Ia juga memasang alarm di ponselnya yang disembunyikan di bawah bantal—agar ia langsung terbangun. Dan buktinya? Ah~ cara ini sungguh sangat ampuh! Tsuna mencatat dalam hati agar ia melakukan hal ini setiap hari mulai dari sekarang.

"Sawada-san!"

Langkah kaki pemuda manis itu terhenti. Iris coklatnya yang besar menatap sosok tinggi tegap yang mengenakan gakuran berdiri beberapa meter darinya. Senyuman Tsuna mengembang bertemu dengan sosok yang dikenalnya itu.

"Ohayou Kusakabe-san," sapa Tsuna seraya menghampiri pemuda yang menggigit ranting dan memiliki rambut roll yang cenderung jadul dan norak. Kusakabe Tetsuya adalah tangan kanan dari sang prefect—orang yang selalu menghukum Tsuna. Tapi harus ia akui bahwa Kusakabe jauh lebih ramah dan lembut dibalik penampilan dan wajahnya yang menyeramkan.

"Ohayou Sawada-san," sapa balik Kusakabe. Ia menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Senyumannya merekah. "Pagi ini tidak terlambat sepertinya," pujinya. Tsuna tersenyum mendengarnya. Lihat? Kusakabe saja menyadari dirinya yang jelas tidak akan terlambat. Senang? Tentu saja.

Tsuna menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ehehehe… I, iya… Aku sudah terlalu kapok terlambat terus. Hibari-san juga pasti sangat kesal denganku yang bebal ini," akunya canggung. Kusakabe tersenyum penuh arti mendengarnya. Sungguh, ia sangat ingin menyangkal apa yang pemuda mungil ini katakan. "Ah ya, kenapa Kusakabe-san berada di sini?" tanyanya bingung. Bukankah seharusnya pemuda ini di sekolah bersama sang prefect itu?

"Ada yang kucari," akunya. "Berubung Sawada-san ada di sini, Sawada-san mau membantuku mencarinya?"

"Mencari apa?"

"Kunci lokerku hilang," jawab Kusakabe. Ia menatap ke arah samping—tak berani menatap sepasang iris coklat besar itu. "Di dalam loker ada barang yang penting, aku harus segera menemukannya, bila tidak… Yah, Sawada-san bisa tebak bukan? Kyo-san pasti—"

"Akan kubantu!" sela Tsuna. Begitu mendengar nama 'Kyo-san' keluar dari mulut itu, Tsuna langsung bergidik. Kasihan juga kalau Kusakabe yang baik ini kena hukuman Hibari Kyoya. Bagiamana pun, Kusakabe sudah ia masukan ke dalam daftar senpai kesayangannya. Toh, bukankah jam masuk juga masih lama?

"Arigatou Sawada-san," ucap Kusakabe. Ia tersenyum miris ke arah pemuda bersurai coklat itu. Dan Gomenasai… batinnya—benar-benar kasihan dengan nasib Tsuna.

.

.

.

HHHIIIEEEEEEE…..!

Tsuna hanya bisa berteriak dalam hati sambil terus berlari melewati beberapa belokan di depannya. Keringat membasahi seragamnya, pakaiannya kotor karena beberapa kali terjatuh dan wajahnya memucat. Bagimana tidak pucat coba? Niat baiknya untuk membantuk Kusakabe berujung petaka!

Sungguh, Tsuna tidak menyangka bahwa mencari kunci loker bisa sampai selama itu. Dan yang membuat Tsuna gondok adalah saat tahu-tahu Hibari menelfon Kusakabe dan mengatakan kunci lokerya berada di tangannya! Demi apapun itu! Tidak tahu kah Hibari bahwa mereka sudah hampir satu jam mencari kunci sialan itu! Argh! Tsuna ingin sekali menjambak rambutnya dengan frustasi. Dan sekarang, ia terlambat! TERLAMBAT!

Iris coklat itu terbelalak. Dapat ia lihat pintu gerbang sudah di tutup dan berarti, ia benar-benar terlambat. Ya, terlambat untuk yang kesekian kalinya. Namun kali ini ada yang aneh—berbeda. Kenapa teman-teman seperjuangannya—yang sama-sama terlambat—berbaris memberikan tas mereka?

"Ada apa ini?" tanya Tsuna ke sosok yang berbaris di depannya. Tanpa di suruh atau pun menunggu perintah, ia ikut berbaris di belakang sekali. Iris coklatnya melihat tas-tas itu diperiksa dan sang prefect mencatat sesuatu dan dengan tenang menyuruh masuk murid-murid—tanpa memberi hukuman. Senyuman Tsuna mengembang. Ah, sepertinya ia tidak akan dapat hukuman.

"Ada pemeriksaan mendadak," jawab siswa yang berbaris di depan Tsuna. "Sepertinya memeriksa apakah kita membawa barang-barang yang tidak boleh dibawa ke sekolah. Sial sekali, aku membawa ponselku. Pasti akan kena sita. Syukur-syukur bila dikembalikan," gerutunya kesal.

Senyuman Tsuna semakin mengembang. Sudah tidak kena hukuman, ia juga tidak membawa barang-barang terlarang. Untunglah Tsuna tidak membawa ponselnya—karen lupa. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Sawada Tsunayoshi menyukai salah satu sifat dame-nya. Pelupa.

Mengantri sambil bersenandung riang di dalam hati, iris coklat itu menatap sosok tinggi berkulit putih yang terlihat mencatat di sebuah notes kecil yang dipegangnya. Wajah tampan itu terlihat serius dan memberikan beberapa perintah kepada anak buahnya.

Hibari Kyoya—sang prefect Namimori yang begitu dihormati juga ditakuti di Nami-chu. Jujur saja, pemuda itu sebenarnya sangat tampan. Dengan kecerdasan, kekuatan dan wajah yang menawan itu, banyak sekali lelaki yang akan gigit jari dan perempuan berteriak histeris. Well, Hibari Kyoya memanglah sangat sempurna—Tsuna tahu itu. Seandainya saja pemuda itu lebih ramah dan tidak beringasan, Tsuna yakin ia akan lebih populer dalam artian yang lebih positif.

"Apa yang kau lihat, Herbivore Sawada Tsunayoshi," Tsuna mengerjab beberapa kali saat suara barritone itu menyadarkan lamunannya. Refleks ia menatap sekelilingnya dan ternyata sudah tidak ada siapapun kecuali beberapa anak buah Hibari dan Hibari sendiri. Ah, sepertinya ia yang terakhir.

"Ohayou Hibari-san," sapa Tsuna canggung. Ia meletakan tasnya di atas meja yang sudah disediakan Hibari tepat di dekat pagar. Hibari tidak membalas sapaan itu. Ia lebih fokus untuk menggeledah isi tas Herbivore yang sangat ia hafal nama dan kelasnya ini.

Beberapa buku tulis, 4 buah buku pelajara, kotak pensil dan sekotak bento.

Tsuna tersenyum senang. Ia bersih. Tidak ada barang aneh-aneh yang ia bawa. Bahkan ketika Hibari memeriksa isi kotak pensilnya dan menggeledah tubuhnya, Hibari tidak menemukan apapun yang akan membuatnya menghukum pemuda manis ini.

"Sawada Tsunayoshi, dari kelas 2-B," Hibari membuka notes kecilnya dan pura-pura mencatat. "Datang ke atap saat jam makan siang untuk mengambil kotak bentomu," titahnya.

Kan benar, ia bersih? Senyuman Tsuna semakin mengembang mendengarnya. "Ehehehe… Arigatou Hiba—NANI!?" pekiknya kaget—benar-benar lambat loading.

Baka.

Itulah yang Hibari pikirkan saat pemuda mungil ini tidak mencerna ucapannya secara langsung. Yah… Wajar saja bila Tsuna di cap sebagai dame. Sudah tidak pintar di segala bidang pelajaran—semua nilainya pas-pasan—ia juga ceroboh dan ternyata juga lambat mencerna ucapan seseorang.

"Kenapa bentoku disita, Hibari-san?" protes Tsuna tidak terima. Hey! Tidak ada larangan membawa bento dan lagi ini bento pertamanya! Tsuna berteriak frustasi dalam hati. Kenapa sebuah bento harus disita!? Ini bento untuk dirinya sendiri dan tidak beracun!

"Warnanya mencolok," ucap Hibari cuek. Ia menutup notes hitamnya dan menatap Herbivore di depannya. Iris coklat itu menatap sosok di hadapannya dengan tidak percaya. Astaga! Hanya karena warna! HANYA KARENA WARNA! Tsuna mengacak-acak rambutnya frustasi. Wajahnya memerah—menahan kesal. "Kembali ke kelasmu Herbivore," perintah Hibari.

Tsuna menggeram jengkel. Dengan kesal ia mengambil tasnya yang berada di atas meja dan berjalan mencak-mencak menuju gedung sekolah. Konyol! Sungguh konyol bila mengingat usahanya pagi ini berjalan dengan sia-sia! Ini sama saja dengan ia terlambat atau tidak, ia tetap akan terkena hukuman! Dan Tsuna berdo'a di dalam hati semoga bel makan siang tidak pernah berbunyi—walau ia tahu itu sangatlah tidak mungkin.

Seringai di bibir Hibari mengembang. Iris metalnya menatap kotak bento berwarna kuning cerah dan hijau muda. Warna yang mencolok memang, tetapi bukan itu yang membuat Hibari menginginkannya. Isi dari kotak bento itulah yang Hibari inginkan dan apa yang ia inginkan kini telah terpenuhi.

"Khu… khu… khu…"

Hibari benar-benar tidak bisa menyembunyikan tawa iblisnya saat terbayang wajah memerah dan frustasi Herbivore mungil itu. Makhluk imut yang membuat Hibari benar-benar ingin selalu mengerjainya. Makhluk imut yang membuatnya tidak dapat memalingkan wajahnya sejak pertama kali bertemu.

"Tetsuya," Hibari melirik ke sampingnya—menatap tangan kanannya yang baru saja sampai dari misi bejadnya menghalangi Tsuna untuk datang tepat waktu.

"Ya, Kyo-san?"

"Kau punya usul untuk tahap selanjutnya?" tanya Hibari—sukses membuat sang tangan kanan memijit pelipisnya sendiri. Ia tahu, ia sangat tahu apa maksud dari Bossnya ini. Ide baru untuk mengerjai sosok yang tadi mencak-mencak. Ide untuk membuat Sawada Tsunayoshi merasa menderita.

Bila banyak yang melihat Hibari Kyoya adalah sosok prefect yang begitu dingin, anti sosial, sadis dan kuat, itu semua benar. Namun tidak akan pernah ada yang menyangka bahwa dibalik sifatnya yang seperti itu, tersembunyi sifat jahil yang dimiliki orang-orang pada umumnya. Dan yang bisa memanggil—bahkan membangkitkan kejahilan sang Carnivore hanya satu orang. Seseorang yang ia anggab Herbivore peliharaannya. Seseorang yang begitu dame dan manis. Seseorang yang bernama Sawada Tsunayoshi.

.

.

.

Page 1: End


a/n:

Hoolllaaaa~ ketemu lgi ma aoi~ ne, j, jangan ngamuk dulu! fict yg lain bakal aku lanjutin kok! tenang aj! QAQ;

okay, fic kali ini berisi tentang hibari yg iseng(jahil) yg kelewatan amat sangat cuma tuk narik perhatian ukenya #digampar

fic ini juga kolaborasi dari dark-kun, berkat dark-kun juga malah dpt ide gara" saling curhat tentang kejadian di skull. n dengan nistanya ak selalu bwt drama konyol dimana si b selalu terbully oleh si a dengan tidak elitnya.

yah... semoga minna suka ya ma ficnya~ sampai ketem lgi d fic selanjutnya~

oh ya, jangan lupa tuk ninggalin riview tuk penyemangat aoi ma Dark-kun ya~ domo~