Disclaimer : Masashi Kishimoto (Naruto) and Hiro Mashima (Fairy Tail)

Pairing : Someone x Someone

Genre : Friendship, Adventure, Hurt

Rated : T (for Chapter 1)

Warning : OOC, Semi-Canon, Typhoo

Summary : Naruto yang merasa bersalah karena membuat keluarganya mederita karena kondisi tubuhnya memutuskan untuk pergi dari desanya. Selain itu Naruto juga memiliki tubuh yang lemah dan tidak memiliki aliran chakra di tubuhnya. Lalu bagaimanakah kehidupan Naruto selanjutnya setelah ia pergi dari desa? Kenapa juga Naruto tidak memiliki aliran chakra dan memiliki tubuh yang lemah?

.

.

.

The Power of Golden Darkness

Chapter 1

By : Tsukiakari Zero-Five

.

.

.

Namikaze Naruto adalah anak sulung dari Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina yang kini sudah berubah nama menjadi Namikaze Kushina. Sejak Naruto lahir, ia hanya memiliki sedikit aliran chakra. Namun seiring bertambahnya umur, chakra dalam tubuh Naruto perlahan menghilang. Selain itu Naruto juga memiliki tubuh yang sangat lemah dan mudah terkena penyakit seperti demam dan semacamnya.

Dari bayi Naruto selalu dijaga dan dirawat dengan hati-hati oleh orang tuanya, sampai-sampai sang ayah yang juga seorang Hokage memerintahkan beberapa ANBU untuk menjaga anaknya itu.

Naruto memiliki teman yang sudah ia anggap sebagai sahabat sekaligus saudaranya, yaitu Uchiha Itachi.

Pertemun mereka berawal saat Itachi dan ayahnya-Uchiha Fugaku- menemui Namikaze Minato-ayah Naruto- di kediamannya saat berumur 5 tahun, dimana saat itu juga Kushina tengah mengandung. Fugaku mengajak Itachi karna saat itu di rumahnya Mikoto-istrinya- tidak ada dirumah, dan dengan terpaksa ia membawanya serta dalam pertemuannya dengan Minato. Seingat dirinya, Minato memiliki anak yang seumuran dengan anaknya. Ia berharap anaknya dan anak Minato dapat berteman baik seperti dirinya dan Minato.

Saat itu Fugaku menyuruh Itachi untuk menunggunya di luar ruangan, karna ia dan Minato akan membicarakan sesuatu yang penting-menurutnya-. Saat di luar, lebih tepatnya di daerah taman kediaman Namikaze. Itachi melihat ada seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya sedang duduk termenung sendirian. Anak laki-laki itu memiliki perawakan seperti Minato-rambutnya berwarna pirang-, namun terdapat perbedaan pada warna kulitnya. Warna kulit anak itu putih pucat, selain itu rambut belakangnya terlihat sedikit panjang.

Itachi lalu menebak dalam hati, bahwa anak itu adalah anak dari Minato dan nama anaknya itu adalah Namikaze Naurto. Ia mendekat lalu mengajaknya berbicara, dan sikap yang ditunjukan anak itu pun baik terhadapnya. Dia tersenyum hangat kepada Itachi. Setelah berbincang-bincang lama, entah kenapa ia merasa cocok berbicara dengan Naruto. Begitu pula sebaliknya.

Beberapa saat kemudian, Kushina datang lalu melihat Naruto berbicara dengan Itachi dan anak itu senang. Kushina berpikir, mungkin Itachi akan menjadi teman baik Naruto untuk kedepannya. Lalu ia menyuruh Itachi sering-sering datang untuk menemani Naruto yang notaben jarang sekali keluar rumah. Minato pun setuju dengan apa yang dikatakan Kushina, Fugaku? Ia tidak keberatan sama sekali. Itachi merasa senang dan menerima perintah itu, kapan lagi dia punya teman yang satu pemikiran dan cocok dengannya? Lalu Naruto? Tentu dia senang karna akhirnya memiliki teman juga.

Semakin lama mereka berdua semakin akrab, hingga entah kenapa Itachi penasaran kenapa Naruto jarang keluar rumah. Ia pun bertanya pada Naruto. Bersyukur Naruto mau menjawabnya. Lalu akhirnya ia menceritakannya. Menceritakan bahwa ia tidak bisa keluar rumah sering-sering karna ia memiliki tubuh yang lemah dan mudah sakit. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak memiliki aliran chakra seperti Itachi. Karna keadaan tubuhnya itulah membuat orang tuanya cemas dengan keadaannya, sekalinya ia keluar juga ia hanya pergi ke perpustakaan untuk membaca dan itu juga harus dijaga dan diantar oleh beberapa ANBU. Selain itu karna alasan ia tidak mempunyai aliran chakra juga membuat orang tuanya takut jika ada orang yang berniat melukai Naruto dengan keadaan tubuh seperti itu. Bukan hanya itu, orang tuanya pun tidak mengijinkannya bermain dengan yang lainnya karna beberapa alasan yang Naruto tidak ketahui dan tidak ingin ia ketahu. Itachi yang mengerti lalu berjanji bahwa ia akan menjadi teman sekaligus sahabat Naruto, dan jika ia sudah kuat ia akan menjadi penjaga pribadi Naruto. Terkesan Sho-ai bukan? Namun ini bukanlah sho-ai. Disini Itachi benar-benar sudah merasakan feel dan figur seorang saudara di dalam jiwa Naruto yang perlu di lindungi. Itachi juga saat itu merasakan sesuatu yang mengerikan jika ia tidak membantu dan melindungi Naruto di masa depan.

Beberapa bulan kemudian, akhirnya Kushina melahirkan. Ia dianugrahi anak kembar dengan jenis kelamin yang berbeda. Setelah Kushina melahirkan, perhatian orang tuanya berkurang pada dirinya. Hal ini dikarenakan kedua anaknya-Kushina- yang baru lahir itu memiliki aliran cakra yang sangat kuat dan tubuh mereka sehat. Berbanding terbalik dengan Naruto. Ya, meskipun begitu salah satunya harus menjadi wadah bagi seekor Bijuu-Kyuubi- karna saat melahirkan ada seorang pria bertopeng yang mencoba mengambil kyuubi dari tubuh Kushina.

Tepat setelah Kushina melahirkan, pria bertopeng itu mencoba menghancurkan desa Konoha sekaligus mengambil Kyuubi dari Kushina. Singkat cerita Kyuubi berhasil dikeluarkan dari tubuh Kushina. Minato mau tidak mau harus melindungi desa dan keluarnya. Maka dari itu ia meninggalkan Kushina dan anak-anaknya yang baru lahir bersama Naruto. Meskipun saat itu Naruto merasa sangat ketakutan karena keadaan yang sedang terjadi, dan tubuhnya entah kenapa terasa lemas.

Saat itu Minato yang terlalu fokus melawan Kyuubi, tidak menyadari pria bertopeng itu mendekati keluarganya. Merasa ada yang tidak beres dengan perasaannya, ia mencoba pergi ketempat berlindung keluarganya sekarang dan memerintahkan shinobi lainnya untuk melindungi desa. Saat ia sampai ketempat dimana keluarganya bersembunyi, benar saja. Kini pria bertopeng itu tengah mengangkat dan mencekik Naruto ke atas, karna jika kita melihat kejadian sebelumnya Naruto mencoba untuk melindungi sang ibu dan adik-adiknya yang tidak berdaya. Naruto yang saat itu memang ketakutan dan tubuhnya lemas, dengan sekuat tenaga menghalangi dan melindungi ibu dan adik-adiknya. Pria bertopeng itu merasa terkejut melihat bocah dihadapannya berbuat seperti itu dan ia tertarik untuk menyiksa Naruto kedepannya. Saat dicekik, Naruto menitikan air mata kesakitan, Minato marah melihatnya. Lalu Minato menghajar pria bertopeng itu dan langsung menyelamatkan Naruto. Mereka berdua pun akhirnya bertarung.

Skip pertarungan antara pria bertopeng dengan Minato. Tak lama setelah pertarungan itu, pria bertopeng tiba-tiba telah menghilang entah kemana meninggalkan Kyuubi yang masih mengamuk. Para shinobi sudah kewalahan melawan Kyuubi. Minato lalu berpikir dengan cepat, satu-satunya cara menyelamatkan desannya adalah menyegel rubah berekor sembilan itu. Namun ia kembali berpikir, harus ke tubuh siapa ia menyegel Kyuubi? Ia tidak mungkin menyegel Kyuubi ke tubuh istrinya lagi. Terlalu beresiko dengan tubuhnya yang sangat lemas dan tak berdaya. Kemudian ia melihat Naruto, dan ia berniat menyegelnya di tubuh anak sulungnya itu. Berharap juga dengan adanya Kyuubi di dalam tubuh Naruto, membuat Naruto memiliki chakra. Namun saat akan dilakukan penyegelan, entah kenapa Kyuubi tidak mau masuk ke tubuh Naruto. Minato kewalahan dengan kejadian itu, dan akhirnya Minato mau tidak mau menyegelnya di tubuh anak laki-laki yang baru terlahir ke bumi itu. Proses penyegelan pun berhasil.

Singkat cerita, kasih sayang orang tua Naruto berkurang kepadanya. Namun Naruto tetap berpikir positif, bahwa adik-adiknya yang masih bayi memang memerlukan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya saat ini. Ia pun menyayangi adik-adiknya dengan tulus. Tahun demi tahun Naruto lalui, namun entah kenapa ada suatu rasa yang mengganjal hatinya saat itu. Saat adik-adiknya berumur 5 tahun dan dirinya 10 tahun, adik-adiknya tidak dilarang untuk bermain dengan teman-temannya. Malahan sekaranga adik-adiknya itu mempunyai teman-teman. Naruto iri, dia sangat iri. Benar-benar berbanding terbalik dengan dirinya, yang hanya memiliki teman-sahabat- 1 orang yang tak lain adalah Itachi. Semua itu membuatnya benar-benar merasa sakit, terlebih lagi kadang-kadang ia tidak diperhatikan oleh orang tuanya seperti dulu.

Selain itu semenjak adik-adiknya sudah bisa berjalan, ibunya selalu menyuruhnya menemani mereka. Meskipun pada akhirnya ia hanya mengawasi kedua adiknya dari bangku taman, berhubung Naruto tidak boleh kecapekan karna kondisi tubuhnya itu. Kedua adiknya pun terkadang mengeluh karna sang kakak tidak bisa diajak bermain seperti petak umpet, kejar-kejaran dan semacamnya. Terkadang juga kedua adiknya merasa malu karna dicemooh oleh teman-temannya bahwa kakak mereka itu lemah dan penyakitan. Menma-adik laki-laki Naruto- terkadang berkelahi dengan anak-anak yang mencemooh kakanya itu karena tidak menerima sang kakak dicemooh seperti itu. Alhasil? Menma dimarahi sang ibu, dan setelah itu memandang Naruto bingung. Sedih dan marah bercampur menjadi satu. Semenjak kejadian itu, Naruto benar-benar dilarang untuk keluar rumah. Lebih di kekang dari sebelumnya. Pergi ke perpustakaan pun sekarang tidak diijinkan, jadi jika ia menginginkan buku maka ibunya atau ayahnya atau mungkin ANBU yang menjaganya akan membelikannya atau membawakannya. Terkadang juga Itachi lah yang membawakannya.

Seperti pangeran bukan? Yang tidak usah banyak bergerak, tinggal meminta dan semuanya keinginannya akan terwujud. Terlebih lagi ia adalah anak dari Yondaime Hokage. Itulah pemikiran banyak orang, namun tidak untuk Naruto yang notaben adalah orang yang merasakan penderitaan itu. Jika boleh jujur, Naruto tidak senang. Malahan dia sedih dan merasa menderita dengan apa yang terjadi pada dirinya. Itachi adalah satu-satunya teman Naruto yang sudah ia anggap sebagai sahabat dan saudaranya sendiri yang tidak pernah melihatnya dengan tatapan mengasihani, mengagungkan atau apapun itu. Malahan sebaliknya, ia selalu menyemangati Naruto untuk menjalani hidup ini.

Naruto kini sudah berumur 12 tahun, dan kedua adiknya berumur 7 tahun. Kedua adiknya juga sekarang sudah masuk akademik ninja yang Naruto idam-idamkan seja dulu. Dari kecil sampai sekarang Naruto tidak pernah dimasukan ke akademik, tentu alasannya masih sama. Karna kondisi tubuhnya, selain itu karna ia tidak mempunyai aliran chakra. Awalnya orang tuanya ingin mengirimkan jounin untuk mengajar Naruto, namun Naruto menolak dan lebih memilih belajar sendiri. Minato dan Kushina pun pasrah. Naruto belajar membaca dan menghitung dari Kushina, karna bagaimana pun waktu Kushina lebih kosong dibandingkan Minato. Jadi ia ada waktu untuk mengajarinya. Naruto sudah bisa membaca dan berhitung saat ia berumur 3 tahun. Cepat memang, namun jika mereka ingat dengan kenyataannya sebenarnya. Itu membuah Minato dan Kushina kembali kecewa. Anak pintar, namun tidak mempunyai masa depan yang cerah sebagai seorang shinobi. Rasa sedih, kecewa dan malu bercampur menjadi satu. Namun semua rasa itu mereka tepis untuk saat itu, saat mereka belum memiliki Menma dan Naruko.

.

.

.

Itachi kini sudah menjadi kapten ANBU, dan sesuai janjinya dulu. Ia kini menjadi ANBU pribadi Naruto. Meskipun begitu, itachi masih memiliki tanggung jawab untuk menjalan perintah atau misi lainnya selain itu.

ANBU pribadi Naruto sebelumnya adalah Kakashi dan Anko. Berhubung saat itu Kakashi memang yang terkuat di angkatannya, dan Anko yang merupakan murid Orochimaru-sanin konoha-. Kini yang menjaga Naruto masih Anko, dan Kakashi. Oh iya, tidak lupa ditambah Itachi.

Saat Naruto berumur 10 tahun, ia menyadari ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ada perasaan aneh yang meliputi dirinya. Karena ia tidak tahu apa itu, ia menepis perasaan aneh itu. Tiba-tiba ada ide gila melintas di otaknya. Ide itu adalah ia ingin mencoba kabur dari rumah pada malam itu, dan kebetulan juga saat itu ANBU yang mengawasinya sedang tidak ada.

Acara kaburnta berhasil dan kini ia berada di hutan terlarang. Jujur saja, ia tidak sadar jika ia berjalan sudah sejauh itu. Karna seingatnya, setelah ia berada di halaman kediamannya, ia berjalan ke arah yang terdapat kabut berwarna hitam. Ia merasa ada sesuatu yang mengajaknya masuk pada kabut itu. Rasa takut melandanya saat ini. Ini adalah pertama kalinya ia pergi sejauh ini sendirian tanpa pengawal-ANBU-.

Gelap, dimana-mana yang ia lihat adalah kegelapan. Namun entah kenapa setelah ia mulai mencoba melihat dalam kegelapan itu, semua hal dapat terlihat jelas dimatanya. Meskipun tidak benar-benar jelas. Naruto berpikir, apakah dia memiliki mata yang setajam elang? Apa ada yang salah dengan matanya? Kemudian tanpa sengaja ia melihat seekor serigala melihatnya. Ia terkejut dan terjatuh kebelakang. Serigala itu mendekat kepadanya dengan tatapan lapar. Namun saat serigala itu mendekat, Naruto merenggangkan kedua tangannya kedepan berharap bahwa serigala itu mau berhenti mendekatnya.

Mengejutkan! Tiba-tiba serigala itu terbakar oleh api yang keluar dari tangan Naruto. Api itu berwarna merah keemasan. Naruto menarik tangannya kembali dan api itu pun menghilang dari tangannya. Ia terkejut, benar-benar terkejut saat ia melihat Serigala itu terbakar dan mengerang kesakitan. Ada rasa kasihan pada hati Naruto, namun ia tidak tahu harus berbuat apa. Beberapa menit kemudian serigala itu menjadi abu dan tidak menyisakan apapun. Naruto terheran-heran dengan keadaannya sekarang. Ia bingung harus senang atau bagaimana. Namun ia harus mengakui juga, saat ini tubuhnya sedikit terasa agak baikan dari sebelumnya. Ada apa gerangan?

Naruto tidak terlalu memikirkannya dan berencana untuk melupakan dan menutup rapat kejadian yang telah terjadi itu. Kemudian ia berpikir bagaimana caranya dia kembali. Dia datang karna masuk ke kepulan kabut hitam. Berpikir dan berpikir. Kenapa ia bisa berada disini selain alasan tadi? Aha! Dia ingat! Saat itu ia berpikir ingin ke hutan ini dan tiba-tiba ada kabut hitam di depannya. Ia coba untuk mengingat tempat yang ingin ia datangin saat ini yang tak lain adalah kamarnya. Dengan susah payah iya berkonsentrasi, dan hasilnya... berhasil! Kabut itu muncul, dan ia berjalan ke arahnya. Lalu bagaimana sekarang? Ia berada di kamarnya. Hebat! Apa itu tadi? Keajaiban kah? Ataukah itu sihir? Suatu kekuatan yang katanya hanyalah sebuah trik belaka? Sejak saat itu, ia mulai tertarik dengan berbagai hal mengenai sihir, ia meminta Itachi atau ANBU yang menjaganya untuk mencarikannya semua buku yang menjelaskan mengenai sihir. Awalnya mereka kira itu hanya lelucon belaka, namun melihat kesungguhan Naruto membuat mereka terpaksa membawakannya.

Saat berumur 12 tahun, Naruto memutuskan untuk pergi dari desa untuk selama-lamanya. Alasannya karna secara tidak sengaja ia mendengar percakapan ayah dan ibunya mengenai dirinya yang lama kelamaan memalukan nama keluarganya, selain itu entah karna apa tubuh Naruto semakin hari semakin lemah. Terkadang ia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, dan itu membuat Kushina kewalahan dan kelelahan karna bukan hanya harus mengurus Naruto namun kedua anak lainnya juga harus diurusnya. Benar-benar anak yang menyusahkan menurut mereka berdua.

Naruto secara tidak langsung merasa dadanya sakit karna percakapan orang tuanya itu, dan perlahan ia merasa pusing yang benar-benar kuat. Ia berjalan gontai menuju kamarnya dengan bersusah payah yang berada dilantai 2, dan kembali merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Ia pandang langit malam di luar, ia teringat dengan kejadian 2 tahun yang lalu. Ingin ia ulang kembali, namun hari demi hari membuat tubuhnya semakin lemah dan lemah.

Menma membenci sang kakak, karna lama kelamaan ia merasa jengah dengan cemoohan temannya yang mengatakan bahwa Naruto itu penyakitan. Ia sayang, sangat sayang kepada kakanya yang baik pada dirinya dan mau membantunya mempelajari semua ilmu yang ada di akademik. Ia pun tidak mengerti kenapa sang kakak menguasai semuanya tanpa ia praktekin. Namun karna psikologis Menma yang masih anak-anak dan mudah terhasut itu, ia menjadi gampang tersinggung dan melupakan segala hal yang diberikan Naruto. Alasan Naruto pergi pun karna pada saat itu Menma mengatakan bahwa ia malu mempunyai kakak seperti Naruto dan berharap sang kakak tidak lahir atau menghilang dari hadapannya karna Naruto membuat dirinya terlihat buruk dan juga memalukan nama keluarga Namikaze.

Naruko yang merupakan adik Naruto yang sayangnya melebih Menma pun merasakan hal demikian juga. Namun alasan yang ia berikan berbeda. Yang tak lain adalah kasihan kepada ayah dan ibunya. Terutama sang ibu yang setiap saat di buat repot olehnya. Jika sang kakak tidak ada, ia, Menma dan orang tuanya akan merasakan kebahagiaan tanpa rasa sakit dan penyesalan.

Perlahan-lahan rasa sayang Menma dan Naruko menghilang dan berubah menjadi benci.

Itachi menyadari sesuatu sejak kedua adik Naruto lahir, senyum Naruto berkurang dan dari tahun ke tahun senyum Naruto selalu terasa aneh. Terkesan terpaksa. Apalagi senyum yang ia berika pada keluarganya. Pernah ia tidak sengaja melihat Naruto melamun dengan tatapan kosong, seperti mayat.

Sesaat sebelum Naruto pergi, ia berbicara kepada ke tiga ANBU yang menjaganya di kamarnya yang tak lain adalah Anko, Kakashi dan Itachi. Ia berterimakasih kepada ketiga orang yang tengah berdiri di depannya karna telah menjaganya selama ini. Mereka bertiga merasa heran, namun akhirnya mereka tersenyum maklum. Setelah itu Naruto mengucapkan kalimat yang mengatakan bahwa apapun yang terjadi tetaplah percaya pada diri mereka sendiri, jangan pernah mengambil keputusan sepihak, berpikirlah sebelum bertindak dan lindungi orang-orang yang berharga bagi mereka. Kalimat itu cukup membuat ketiga ANBU yang didepan Naruto tersentak. Namun Naruto tersenyum dan meminta mereka pergi meninggalkannya sendirian di kamar. Anko bingung dengan tingkah Naruto yang menurutnya tidak biasanya, begitu pula yang dirasakan Kakashi dan Itachi. Mereka tau Naruto terkadang bersikap aneh dan banyak diam, namun saat ini sikapnya benar-benar berbeda. Mereka merasakan, bahwa Naruto seperti akan pergi untuk selamanya. Rasa itu mereka tepis sebisa mereka, pikiran negatif jika dipikirkan terus akan benar-benar terjadi. Maka dengan itu mereka mencoba untuk melupakannya dan kembali berpikir positif.

Tak lama setelah itu, Itachi di panggil Naruto lalu ia berkata bahwa ia sangat senang bisa bertemu dengan Itachi dan menjadi sahabatnya. Itachi adalah sahabat terbaiknya, sampai kapan pun. Itachi membalasnya dengan senyuman, dan ia membalas bahwa ia pun merasakan apa yang Naruto rasakan. Akhirnya Itachi pergi karna harus segera pulang ke rumahnya.

Malam itu Naruto menulis surat yang ditujukan kepada orang tuanya, lalu ia berkonsentrasi untuk memunculkan kabut hitam seperti yang dilakukannya 2 tahun yang lalu. Tujuannya hanya satu, pergi keluar desa secepat mungkin. Ia kemudian membayangkan sebuah tempat yang pernah ia baca di sebuah buku, dan tak lama kemudian muncul lah kabut itu. Tiba-tiba Naruto terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya lagi. Lagi? Saat Naruto menulis surat, ia juga terbatuk mengeluarkan darah dan tentunya menciprati kertas yang ia tulis. Namun ia tidak menyadari bahwa darah itu menciprati kertasnya, yang ia tahu ia hanya menciprati meja belajarnya. Naruto merasa kepalanya kembali pusing dan tubuhnya merasakan benar-benar sakit. Ia berjalan sempoyongan ke dalam kabut itu dan perlahan kabut itu pun menghilang.

Keesokan harinya Kushina merasa cemas karena Naruto yang biasanya pagi-pagi sudah berada di ruang makan, hingga siang belum turun dari kamarnya. Minato menyuruhnya untuk tidak memanggil Naruto, karna setahunya kemarin Naruto terlihat kecapekan, jadi sebaiknya jangan dulu dibangunkan. Kedua anaknya pun setuju, dan mau tidak mau ia menurut. Namun saat ini, ia benar-benar cemas. Meskipun perhatian yang diberikannya berkurang, namun ia tetap ingat jadwal sehari-hari Naruto. Hari sudah siang, dan tidak ada tanda-tanda bahwa anaknya-Naruto- akan turun. Ia beranikan diri untuk pergi ke kamar Naruto dan membangunkannya. Namun apa yang di dapatkannya? Kamarnya kosong tak berpenghuni. Kushina kaget bukan main. Ia mencari-cari Naruto, namun nihil. Naruto tidak ada dimana lama kemudian ia berlari pergi menuju kantor hokage dan langsung masuk ke dalam tanpa permisi. Minato kaget melihat tingkah Kushina saat ini. Seingatnya terakhir kali Kushina seperti ini saat Naruto menghilang dan saat itu juga ia sedang demam. Ia ditemukan di sebuah gang sempit yang tidak jauh dari perpustakaan Konoha. Disana ia ditemukan tengah pingsan dan ada beberapa luka lembab. Kemungkinan besar ia dikeroyok dan dipukuli oleh seseorang atau suatu kawanan.

Mendengar pernyataan dari Kushina, Minato pun melakukan Hiraishin bersama dengan Kushina ke rumahnya dan berlari ke kamar anaknya. Minato kemudian memanggil ANBU yang mengawalnya untuk mencari Naruto, begitu pula dengan para ANBU yang menjaga Naruto. Berbeda dengan yang lainnya, ketiga ANBU itu terlihat sangat shock mendengar perintah hokagenya itu. Minato yang menyadari itu melirik ke arah mereka bertiga dan bertanya kenapa mereka terlihat sangat shock. Akhirnya mereka pun t, menceritakan saat dimana Naruto bersikap aneh. Anko yang menceritakannya. Itachi yang sedang melihat-lihat kamar Naruto menyadari ada sesuatu yang aneh dengan kamar Naruto. Ada sesuatu yang ia tebak adalah kain yang terselip di bawah tempat tidur Naruto dan ia pun secara tidak sengaja melihat secarik kertas di meja belajar sahabatnya itu. Itachi membuka suaranya dan mengatakan apa saja yang dilihatnya saat ini kepada Minato dan Kushina. Kushina mengambil kertas yang berada di meja belajar Naruto dan Minato mengambil kain yang berada di bawah tempat tidur Naruto.

Shock adalah ekspresi yang pertama kali ditunjukan mereka yang kini sedang berada di kamar Naruto. Mereka terkejut saat melihat kain itu adalah seprei tempat tidur Naruto beserta sarung bantalnya. Disana terlihat banyak noda darah dan jangan lupa saat Kushina mengambil kertas itu pun terlihat darah yang menodai kertas dan mejanya. Air mata mengalir dari sudut mata Kushina, ia menahan tangisan yang tiba-tiba menerjangnya. Minato terlihat sangat marah dan khawatir lalu memandang ketiga ANBU yang menjaga Naruto, berharap menemukan jawaban dari apa yang sedang terjadi. Namun nihil, mereka bertiga pun menggelengkan kepala. Wajah mereka menyiratkan kesedihan dan keterkejutan yang mendalam. Mereka bertiga memang menjaga Naruto, namun tidak 24 jam. Masih ada yang harus mereka urusi, misi yang diberikan Hokage, dan tentu saja mereka perlu istirahat bukan?

Kushina lalu mendekatkan diri pada Minato, dan membaca kertas yang ia pegang bersama-sama.

Air mata mengalir... deras dan tak lama kemudian Kushina berteriak histeris lalu pingsan. Anko yang melihatnya hanya bisa menahan tubuh Kushina agar tidak terjatuh. Kakashi dan Itachi saling menatap, bingung dengan apa yang sedang terjadi. Namun kebingungan mereka sekarang berganti dengan rasa terkejut yang bukan main saat melihat sang Hokage menangis. Ya, Hokage kita, Minato menangis. Menangis tertahan. Ia kesal, sedih, marah dan khawatir dengan keadaan Naruto. Saat itu juga Minato memerintahkan semua ANBU termasuk Itachi, Anko dan Kakashi untuk mencari Naruto.

.

.

.

Dilain tempat, masih pagi hari. Naruto kini berada di suatu tempat mirip hutan, lebih tepatnya kini ia berada di samping danau. Beberapa saat kemudian ada seorang anak laki-laki seumuran dengannya berambut pirang spike sedang memancing ikan dan tanpa ia sadar ia melihat Naruto. Ia membawa anak laki-laki yang ditemukannya ketempat seorang perempuan lanjut usia yang ahli dalam ilmu medis yang ia ketahui sangatlah hebat dan meminta bantuannya, karna saat itu keadaan Naruto benar-benar terlihat parah. Mulutnya mengeluarkan darah segar, dan terkadang ia terbatuk yang akhirnya mengeluarkan darah dari mulutnya. Perempuan lanjut usia itu sebenernya sedikit membenci manusia, namun karna keadaan ini menurutnya sangatlah darurat, akhirnya ia memperbolehkan anak laki-laki itu masuk beserta anak yang ditolongnya. Mau bagaimana pun juga anak itu adalah cucu teman satu timnya dulu, dan anak yang dibawanya itu juga sedang dalam keadaan kritis. Tak lama kemudian perempuan itu terkejut dengan hasil diagnosanya, dan meminta cucu temannya itu untuk memanggil kakeknya. Anak itu pun menurut dan berlari keluar dari rumahnya.

Selanjutnya perempuan itu melakukan pertolongan pertama yang setidaknya mengurangi rasa sakit yang melanda anak laki-laki pirang didepannya. Meskipun dalam hatinya ada keinginan untuk melakukan lebih, namun ia tidak berani mengambil keputusan sepihak. Ia takut pilihannya salah jika ia mengampil keputusan itu sendirian.

.

.

.

Sore hari pun datang, belum ada laporan bahwa Naruto telah ditemukan. Kushina semakin terpuruk dan memilih untuk mengurung diri di kamarnya. Menma dan Naruko pulang, dan merasa bingung dengan keadaan rumahnya. Ibunya tidak ada, dan sang ayah terlihat sangat sedih. Menma bertanya kepada Minato, apa yang sebenarnya terjadi. Minato hanya mengatakan, bahwa Naruto pergi dari rumah dan sekarang para ANBU sedang mencarinya. Rasa benci Menma kembali datang, kenapa kakanya selalu membuat masalah dan membuat orang tuanya khawatir setiap saat? Dia sakit, penyakitan. Orang sakit diam saja dirumah, jangan kemana-mana. Itulah pikiran Menma.

Naruko yang merasakan hal yang sama, menanyakan keberadaan ibunya. Minato menjawab, Kushina ada di kamarnya. Lalu ia berajak pergi entah kemana, namun sesaat sebelum Minato pergi Naruko bertanya kemana ayahnya akan pergi. Sang ayah hanya menjawab singkat, bahwa dia akan pergi ke kantor Hokage.

Menma benar-benar dilanda kecemburuan, lalu tanpa sengaja ia mengatakan kata-kata yang menurut Minato benar-benar menyakitkan. "Selalu, selalu dan selalu saja membuat Kaasan dan Tousan cemas. Apa dia tidak bisa sekali saja tidak membuat Kaasan dan Tousan khawatir? Kakak macam apa dia!? Sudah penyakitan, buat malu nama keluarga lagi!"

'PLAK' Dalam hitungan detik, tamparan mendarat di pipi kiri Menma. Ia meringis kesakitan, dan memandang Tousannya penuh arti. Namun ia hanya mendapatkan jawaban yang membuatnya bertambah kesal, "Jangan berbicara seperti itu. Dia tetaplah kakak mu. Tousan akan marah jika kau mengatakannya lagi, kau mengerti Menma?"

Setelah mengatakan itu, Minato pun langsung pergi tanpa meminta maaf pada anaknya. Naruko merasakan kebencian menghampirinya juga saat melihat kakak kembarnya diperlakukan seperti itu oleh sang ayah, semua ini karna kakak pertamanya. Naruto. Karna dia keadaan keluarganya sekarang terlihat sangat suram. Ia pun lalu membantu Menma ke kamarnya yang sama-sama berada di lantai 2. Naruko dan Menma kini menyimpan rasa dendam dan cemburu terhadap sang kakak sulung. Mereka berjanji, suatu saat nanti mereka akan melenyapkan Naruto dan menghapus sejarah keberadaannya di keluarga mereka.

.

.

.

Setelah ditunggu-tunggu sosok yang diharapkan pun datang. "Lama sekali kau, Makarov!" bentak perempuan lanjut usia yang kini tengah duduk sambil membuka-buka buku yang ia pegang. Orang yang dimaksudkan pun hanya bisa cengengesan dan sang cucu pun hanya bisa menghela nafas, lalu ia bertanya mengenai keadaan anak yang ia tolong tadi. Perempuan lanjut usia itu menghela nafas, dan berkata bahwa anak itu sudah membaik, namun belum sadar.

Makarov lalu bertanya, "Jadi, Porlyusica apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kau menyuruh ku datang? Tidak biasanya"

Porlyusica-nama perempuan lanjut usia itu- menjawab, "Kau lihat anak yang terbaring disana itu? Ia ditolong oleh Laxus, dan kau tahu? Ia keracunan oleh sihirnya sendiri dan itulah alasannya dia terbaring lemah ditempat tidur" jelasnya. Laxus-nama anak yang menolong Naruto- terkejut. Perihalnya ia baru mengetahui ada orang yang terkena racun karna sihirnya sendiri. Setahu dirinya, orang yang mengalami hal itu termasuk langka. Yang terkejut tidak hanya Laxus, namun Makarov pun merasakannya.

"Yang benar saja!? Kenapa bisa?" tanya Makarov tidak percaya.

Porlyusica menghela nafas, dalam. Lalu ia menjawab, "Dari diagnosa ku ia memiliki sihir yang sangat kuat dan mengendap di dalam tubuhnya hingga tubuhnya menjadi lemah karna menopang kekuatan itu. Sebenarnya jika ia dilatih sejak kecil mengendalikan kekuatannya, ada kemungkinan tubuhnya tidak akan terlalu dipengaruhi oleh kekuatannya. Namun sepertinya ia tidak melatihnya dan membuat tubuhnya semakin lama semakin lemah karna menompang kekuatan besarnya itu. Selain itu sepertinya ia mempunyai kekuatan kegelapan, yang jika kekuatan dengan elemen itu terlalu menumpuk ditubuhnya akan mempengaruhi kerja tubuh dan juga menimbulkan racun ditubuhnya..."

"...apalagi jika ditambah emosionalnya tidak stabil dan selalu tertekan, kekuatan kegelapan itu akan berubah menjadi racun yang bisa menghancurkan tubuhnya. Jika tubuh itu tidak tahan, maka sang pemilik tubuh bisa mati atau mungkin tubuhnya hancur karna efek kekuatannya itu. Entah kenapa aku berpikir bahwa anak ini sudah mengalami berbagai macam penderitaan hingga keadaan tubuhnya sekarang seperti ini, namun aku juga takjub dengan daya tahan tubuhnya yang menurutku sangatlah kuat," lanjut Porlyusica yang tadi sempat terputus oborolannya.

Makarov dan Laxus yang mendengarnya hanya bisa menatap tidak percaya pada anak laki-laki yang ada didepannya. Baru kali ini mereka menemukan kasus seperti itu. Laxus mengeratkan kepalan tangannya, ada perasaan sedih dan kasihan menghampiri hatinya. "Jiji, Bachan apakah kita bisa menolongnya dan menyembuhkannya?" tanya Laxus dengan nada gemetaran. Terlihat jelas, ia menahan rasa sedihnya. Makarov yang melihatnya terpana lagi, baru kali ini cucunya seperti sekarang ini.

"Ya, mau tidak mau kita harus menyegel kekuatannya hingga batas tertentu dan kita harus melatihnya agar ia bisa mengendalikan kekuatannya. Racun ditubuhnya akan menghilang perlahan-lahan jika ia bisa mengendalikan kekuatan didalam tubuhnya," jelas Porlyusica membuat Laxus terlihat lega.

Makarov mengangguk tanda mengerti, "Kalau begitu, kita tunggu dulu sampai dia sadarkan diri. Tidak baik jika kita melakukannya tanpa persetujuan orangnya." Kalimat Makarov mendapat persetujuan dari Laxus dan Porlyusica.

'Semoga kau cepat sadar...' batin Laxus menenang kan diri.

Beberapa jam kemudian, terlihat ada pergerakan pada tubuh seorang anak laki-laki berumur 12 tahun-an di atas ranjang itu. Porlyusica, Makarov dan Laxus tersentak dan senang melihat anak itu bergerak. Tak lama kemudian anak itu terbangun dan memandang sekelilingnya. Porlyusica, Makarov dan Laxus tersenyum senang melihat anak itu bangun.

"Ini dimana? Kalian siapa?" pertanyaan anak itu membuat Porlyusica, Makarov dan Laxus tersadar dari lamunan mereka. Laxus mendekat ke arah anak itu, lalu memperkenalkan dirinya "Hai, aku Laxus Dreyar. Lalu yang itu kakek ku, Makarov Jiji dan di sampingnya adalah temannya kakek ku, Porlyusica Bachan. Kamu sekarang sedang berada di rumahnya Porlyusica Bachan." Jawab Laxus senang, "Lalu nama kamu siapa?" lanjut Laxus.

Anak itu menatap orang-orang yang tadi dikenalkan oleh Laxus, merasa tidak masalah menjawab pertanyaan itu. Ia pun menjawabnya singkat, "Naruto"

"Hai nak Naruto, apa kamu sudah merasa baikan? Berterimakasih lah pada cucu ku ini karna telah menyelamatkan mu dan juga perempuan disamping ku ini yang telah merawatmu," ujar Makarov sambil tersenyum hangat.

Naruto memandangnya, lalu menundukan kepalanya "Arigatou gonzaimasu sudah menyelamatkan ku, Porlyusica-san, Laxus-san dan Makarov-san," ucapnya sembari tersenyum ramah, ketiga orang itu pun menjawab dengan anggukan dan senyuman.

"Makarov, beritahu dia mengenai rencana kita," Porlyusica berbisik ke telingan Makarov

"Ah... Iya, aku lupa. Nah, Naruto apakah kau nyaman dengan tubuh mu sekarang? Sebenarnya ada yang harus ku bicarakan dengan mu berkaitan dengan keselamatanmu..." Naruto diam dan memperhatikan apa yang dikatakan oleh Makarov, "...kami akan menyegel kekuatan mu itu untuk sementara waktu sampai kau bisa mengendalikannya, jadi-..."

"Tunggu! Kekuatan? Aku tidak mempunyai aliran chakra, mana mungkin aku mempunyai kekuatan?" potong Naruto tiba-tiba, ia merasa terkejut mengetahui kalau ia memiliki kekuatan.

"Chakra? Bukan-bukan. Kekuatan mu itu bukan chakra, namun sihir" jawab Makarov tenang dan Naruto? Dia diam karna terkejut.

"Aku tidak terlalu paham prinsip kerja chakra, karna pada dasarnya kami juga tidak memilikinya. Namun kami memiliki kekuatan yang bernama sihir. Menurut diagnosa Porlyusica, kau memiliki sihir sejak kau terlahir ke dunia ini, dan alasan kenapa tubuh mu lemah pun karna kau memiliki kekuatan sihir yang sangat kuat dan tubuh mu tidak kuat menahannya hingga membuat tubuh mu lemah dan lemas..."

"...namun sekarang kekuatan mu berubah menjadi racun karna tidak terkendali. Salah satu cara agar kau tetap hidup dan menghilangkan racunnya hanya dengan mengendalikan kekuatan mu itu. Untuk langkah pertama, kami akan menyegel kekuatan mu dan melatih mu hingga dapat mengendalikan kekuatan mu itu. Apakah kau bersedia?" Setiap kalimat yang turun dari mulut Makarov membuat Naruto terdiam tidak percaya-lagi-.

Jadi selama ini dia memiliki kekuatan, namun bukanlah chakra melainkan sihir? Naruto masih ingin hidup, ya... dia masih ingin hidup dan menikmati hidupnya. Maka dengan itu ia menyetujuinya. Setelah itu Laxus mendekati Naruto, lalu tersenyum hangat dan menyodorkan tangannya, berniat bersalaman.

"Bagaimana kalau kita sekarang berteman?" tawar Laxus dan Naruto pun menyetujuinya. Makarov senang dengan perubahan sifat Laxus yang menurutnya kadang penyendiri dan tidak mudah bergaul dengan anak lain seumurannya. Ada sebuah ide yang terlintas di otaknya, "Naruto, apakah kamu mau menjadi cucu angkat ku? Dari yang ku lihat, sepertinya kamu kini hidup sendiri. Selain itu, sepertinya Laxus menyukai sosok mu. Mungkin kamu bisa jadi sosok kakak bagi dirinya," ucap Makarov senang dan ia pun mendapatkan tatapan yang sulit di artikan dari Laxus. Senang namun malu. Tapi perlu Laxus akui, entah kenapa ia melihat figur sosok seorang kakak dari diri Naruto, meskipun menurutnya umur dia dan Naruto itu sama.

Naruto menundukan kepalanya, ia menangis lalu menatap Makarov dengan senyuman menghiasi wajahnya. Tanda bahwa ia mau menjadi cucu angkatnya. Laxus bersorak gembira, sedangkan Makarov dan Porlyusica tersenyum senang melihat Laxus bahagia dan jawaban dari Naruto.

"Kalau begitu nama mu sekarang menjadi, Naruto Dreyar. Bagaimana? Apakah kau senang?" Naruto memandang Makarov, lalu ia menjawab, "Iya. Aku senang, Jii-chan. Umm... Apakah aku boleh memanggil mu seperti itu?"

"Tentu saja. Sekarang kau cucu ku!" Makarov berteriak senang mendapatkan cucu baru yang menurutnya sangat tampan jika dibandingkan dengan dirinya saat muda, anaknya dan cucu kandungnya. Oh... anak ini bagaikan titipan yang diberikan tuhan untuknya. "Arigatou, Jii-chan, Baa-chan, Laxus"

.

.

.

Sudah 3 hari keberadaan Naruto belum juga menemukan titik terang. Kushina semakin terpuruk. Ia jadi sering mengurung diri di kamar dan susah makan. Minato pun jarang pulang, ia selalu menghabiskan waktunya di kantornya. Sekalinya dia pulang hanya untuk melihat keadaan anak-anaknya dan Kushina. Tidak lupa ia mengunjungi kamar Naruto setiap pulang. Menma dan Naruko benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaan keluarganya sekarang. Hanya karna kakaknya, Naruto. Keluarganya menjadi seperti ini. Benci, mereka benci kepada kakaknya. Sangat, sangat benci.

Kini Menma dan Naruko sedang dalam perjalanan menuju akademik dan mereka bertemu dengan Sasuke dan kakanya-Itachi. Itachi menyapa Menma dan Naruko, dan mereka berdua membalas seadanya. Mood mereka saat ini sedang buruk, jadi wajar saja mereka bersikap seperti itu. Itachi merasa ada yang tidak beres, memandang mereka berdua. "Ada apa? Kenapa kalian murung?" tanya Itachi kepada Menma dan Naruko, Sasuke memandang kedua temannya itu dengan tatapan penasaran.

"Apa Itachi Nii-chan sudah menemukannya?" tanya balik Menma. Itachi heran, ''dia'? Siapa? Apakah Naruto yang mereka maksud?' batin Itachi, "Apakah Naruto yang kalian maksudkan? Belum. Kami belum menemukannya," jawabnya lirih.

Menma mengepalkan tanganya, ia merasa kesal lalu tanpa sengaja ia mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan, apalagi di depan Itashi yang notaben adalah sahabatnya Naruto.

"Sebenarnya 'dia' kemana sih? Si penyakitan itu selalu saja bikin masalah. Aku benci kakak ku! Kakak yang tidak bisa diharapkan!"

'Jleb'

Itachi menunduk diam, Sasuke yang melihatnya hanya bisa harap-harap cemas, "Ruko juga benci sama kakak. Karna kakak, Kaasan tidak mau keluar dari kamar dan jarang makan," tambah Naruko sambil mengembungkan pipinya. Seharusnya itu adalah pemandangan yang lucu dan imut, namun Itachi tidak mempedulikannya. Ucapn Naruko cukup membuatnya kini benar-benar merasa kesal dan sedih. Apa yang mereka tahu? Mereka hanya bisa menjelek-jelakkan sang kakak tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya. Itachi bersumpah, jika mereka tahu dengan kenyataan sebenarnya, mereka akan menangis dan mengemis-ngemis kepadanya untuk mencari kakaknya. Ingin ia marah dan memukul kedua bocah di hadapannya, namun ia tahan emosinya sebisa mungkin. Demi Naruto.

Lalu bagaimana dengan Sasuke? Dia diam, dan merasa ketakutan melihat sang kakak terdiam menundukkan kepala. "Nii-chan?" panggil Sasuke kepada Itachi dengan takut-takut. Bagaimana pun Sasuke jarang melihat kakaknya marah atau terlihat kesal. Itachi tersadarkan oleh panggilan Sasuke. Ia menatap Sasuke, "Kamu pergi ke akademik bareng mereka aja. Nii-chan mau pergi dulu," ucap Itachi dibuat selembut mungkin. Kemudian ia menatap Menma dan Naruko tajam, dan dingin.

Ia berjalan melewati Menma dan Naruko yang cengong dengan sikap Itachi yang ditunjukan kepada mereka berdua. Baru kali ini mereka ditatap seperti itu oleh Itachi yang menurut mereka lebih pantas menjadi kakak mereka dibandingkan Naruto, si kakak lemah dan penyakitan itu.

Sebelum Itachi pergi meninggalkan 3 orang anak itu, itachi berkata "Menma, Naruko... Aku tidak yakin jika kalian mengetahui kebenaran yang sebenarnya, kalian akan tetap mengatakan semua itu dan bersikap seperti itu. Lihat saja, kalian akan menderita dengan ucapan yang baru saja kalian katakan." Sasuke menatap horor sang kakak, lalu pandangannya berganti pada kembar Namikaze. Wajah mereka berdua kaku, dan ketakutan.

Selama di akademik, kembar Namikaze ini terlihat lebih murung dari biasanya dan entah mengapa perkataan Itachi selalu menghantui otak mereka. Kebenaran yang sebenarnya? Apa maksudnya? Akhirnya setelah bermacam-macam spekulasi ngaco yang mereka dapatkan, mereka memutuskan untuk bertanya kepada ayah dan ibunya atau mencari tahunya sendiri.

Singkat cerita kini mereka sudah berada di kediaman Namikaze. Seperti biasa, sang ayah tidak ada di rumah dan sang ibu masih setia berada di kamar kesayanganya. Merasa khawatir dengan keadaan sang ibu, Naruko masuk ke kamar ibunya. Namun ibunya kini sedang tertidur lelap. Naruko tersenyum, akhirnya ibunya bisa tertidur lelap dengan wajah tenang. Melihat ibunya tidak menggunakan selimut dengan benar, membuat Naruko membetulkan selimutnya. Namun tiba-tiba dia dikejutkan oleh sesuatu. Sebuah kain seprei yang ia ingat adalah warna seprei tempat tidur kakaknya-Naruto- penuh dengan noda darah. Naruko mengambilnya dengan tatapan horor. Hanya satu pertanyaan yang ia tangkap, 'Milik siapa darah ini?'

Tak lama kemudian, ia pun menemukan secarik kertas yang berada tak jauh dari tempat ditemukannya seprei itu. Merasa ada yang tidak beres, Naruko berlari ke arah kamar Menma sambil membawa 2 benda yang mengusik hatinya.

"Nii-chan! Nii-chan! Kumohon, buka pintunya!" teriak Naruko dari depan kamar Menma. Menma yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas dan berjalan malas membuka pintu kamarnya, "Ada apa? Gak pake treak-terak juga kali, Ruko-chan!"

Tak mengindahkan ucapan Menma, Naruko langsung masuk ke kamar Menma, "Apaan sih?" tanya Menma sewot.

"Ini!" Ucap Naruko sambil memberika 2 benda yang ia temukan di kamar ibunya. Menma menatap jijik pada salah satu benda yang dibawa Naruko, apalagi kalau bukan sprei yang penuh dengan noda darah?

"Ini apa?" tanya Menma dengan tatapa jijik saat memegang kedua benda itu.

"Aku menemuknnya di kamar Kaasan," jawab Naruko dengan tatapan yang sulit diartikan. Menma kemudian membuka kertas itu, dan ia membaca kertas itu yang ternyata adalah surat bersama-sama dengan Naruko.

Beberapa saat kemudian terdengar isakan tangis dari mulut Naruko, "Apa-apaan ini? Apa maksudnya ini!?" tanya Menma entah kepada siapa dengan nada bergetar dan menahan tangis. Sedangkan Naruko kini tengah memeluk sprei yang penuh dengan noda darah itu, dan tidak henti-hentinya ia bergumam kata-kata yang sama, "Niisan, gomen... gomenasai!"

Menma yang melihat Naruko menangis tiba-tiba terduduk lemas, dan entah kenapa akhirnya tangisan meledak dari mulutnya.

Kushina terbangun dari tidurnya karena mendengar erangan tangisan dari kedua anaknya. Cemas karna takut terjadi apa-apa, ia pun berlari menuju kamar anaknya. Tanpa Kushina sadari juga, Minato kini berada di hadapannya dan bersama-sama pergi ke kamar anaknya. Mereka berdua terkejut melihat benda yang dipegang oleh kedua anaknya.

Peninggalan Naruto.

Akhirnya mereka menemukannya. Minato berjalan memeluk Naruko, sedangkan Kushina berjalan memeluk Menma. Lalu keduanya saling memeluk satu sama lain. Menma dan Naruko terus menerus mengucapkan kata-kata itu, kata-kata meminta maaf. Minato dan Kushina berusaha sebisa mereka untuk menenangkan kedua anaknya. Sejak saat itu Menma dan Naruko bertekad untuk mencari Naruto dan meminta maaf padanya, dan mereka pun berdoa semoga sang kakak masih hidup.

Kelompok ANBU yang mencari Naruto diberhentikan. Digantikan dengan perintah kepada seluruh shinobi konoha untuk mencari keberadaan Naruto selama mereka menjalankan misi, jika jejaknya tercium segera laporkan hal itu pada dirinya. Ingat dengan perkataan Naruto yang ditujukan pada ketiga ANBU yang menjaga Naruto, Minato memutuskan akan melindungi Konoha sebisa mungkin dan juga keluarganya. Ia tidak boleh sedih dengan kepergian Naruto. Ia harus mengambil hikmah dari kepergian anaknnya itu. Ia sekarang hanya berharap semoga anaknya masih hidup dan dapat ditemukan.

.

.

.

Gomenasai Kaasan, Tousan, Menma, Naruko.

Aku memang anak yang tidak berguna dan selalu merepotkan kalian.

Tousan, Kaasan...

Gomen karna sudah membuat kalian cemas dan merepotkan kalian sejak aku terlahir ke dunia ini.

Menma, Naruko...

Gomen karna aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian dan membuat kalian malu karna kondisi ku ini.

Tapi tenang saja, aku akan pergi dari sini. Untuk selama-lamanya. Aku harap kalian bisa merelakan kepergian ku. Tidak banyak yang bisa aku sampaikan, hanya saja... Aku menyayangi kalian, sangat menyayangi kalian. Tidak peduli dengan ucapan orang diluar sana, kalian adalah keluargaku yang berarti bagi diriku. Aku mohon, kalian hiduplah dengan senyuman menghiasi wajah kalian. Berjalanlah tanpa beban. Acuhkan ucapan kejam orang lain mengenai keluarga kita. Mereka hanyalah orang luar, mereka tidak tahu apa-apa tentang kita. Yang mereka tahu seharusnya adalah... bertapa hangatnya keluarga ini.

Hanya ini yang bisa aku sampaikan.

Sayonara minna,

Naruto

.

.

.

Kenyataan memang terkadang terasa pahit dan menyakitkan, namun itulah yang namanya kehidupan.

.

.

.

Hallo! Perkenalkan, saya author baru di fandom crossover (Naruto X Fairy Tail). \(0)/

Disini saya cuma menceritakan secara singkat masa lalu Naruto. Sengaja saya bongkar pas awal-awal, dari alasan Naruto meninggalkan desanya, penyakitnya dan hal lainnya. Soalnya saya ada rencana untuk kedepannya akan lebih fokus ke masalah Naruto setelah diangkat jadi cucunya Makarov.

Rencanannya juga Naruto bakalan aku buat God-like, namun secara bertahap dan juga ada resiko yang didapatkan Naruto jika menggunakan kekuatannya berlebihan. Naruto disini memang jenius, lebih jenius dari Minato dan clan Uchiha. Masalah daya tahan tubuh Naruto dan elemen sihirnya, dari cerita diatas juga udah ketahuan. Hehehe

Gomen kalau Laxus-nya agak-agak OOC. Tapi Laxus pas kecil emang gitu kan? Imut-imut menggemaskan sikapnya. Beda pas gedenya, udah badan kekar, nyeremin pula. Namun tenang, bagi kalian yang menyukai sikap unyu-unyunya Laxus, di fict ini saya akan membuat perubahan pada diri Laxus. Tapi gak akan terlalu OOC. Hoho

Yang penasaran dengan kekuatan Naruto lebih jauh, setiap chapter nanti akan saya bongkar sedikit demi sedikit. Dari hal kecil sampai hal besar. Misteri lainnya pun lama-lama akan saya ungkap.

Oh iya, insyallah fict ini bakalan tembus lebih dari 10 chapter dan 5k karakter. Do'a kan saja semoga saya selalu dalam mood yang baik ya. ^^V

Saya mungkin tidak akan sering-sering update. Jadi yang mengharapkan update kilat, saya tidak bisa melakukannya. Gomenasai. Hehehe…

Tapi saya mohon tetap dukung saya ya! Biar mood saya untuk menulis cerita bisa menggelebu-gelebu. Hehe

Sekian. Arigatou. Jaa nee~… \(^0^)/

.

.

.

Mind to Review?

Flame & Kritik saya terima dengan senang hati. ^^