Take Care
A Sasuhina Fanfiction
RATING: M for ATTEMPTED RAPE!

Disclaimer: Masashi Kishimoto

.

.


Hinata mengetuk pintu ruang kesehatan yang kurang tertutup rapat. Saat Hinata mengetuknya, pintunya langsung terbuka dengan sendirinya, meskipun Hinata tidak mengerahkan banyak tenaga untuk mengetuknya tadi.

Dari celah pintu, Hinata dapat melihat seorang guru yang memakai jas putih dan masker berwarna hitam sedang duduk sambil membaca sebuah buku yang sampulnya berwarna mencolok.

"Kakashi-sensei, anda mencariku?"
Ujar Hinata sambil melongokan kepalanya kedalam ruang kesehatan yang pintunya setengah terbuka.

"Ah, iya, coba kau kemari sebentar..."
Kakashi menutup buku yang tadi ia baca, lalu mengibaskan tangannya sebagai isyarat bahwa Hinata harus mendekatinya.

"Jadi begini, aku ingin kau menjaga ruang kesehatan ini sebentar." Ujar Kakashi singkat. Mendengar itu, Hinata langsung berseru kaget,

"A-Apa? Itu kan, tugas anda... Memangnya, dimana Shizune-sensei...?

Shizune adalah guru yang bertanggung jawab untuk menjaga ruang kesehatan, dan Kakashi adalah penggantinya. Jarang-jarang Shizune-sensei tidak ada pada tempatnya, batin Hinata.

"Dia tidak masuk hari ini, ada sedikit urusan." Ujar Kakashi, yang lalu menambahkan kata-katanya,

"Aku belum makan sedari pagi, jadi aku harus makan siang sekarang."

Setelah berkata demikian, Kakashi bangkit dari tempat duduknya, lalu menyerahkan jas putih kepada Hinata.

"Apa ini?"

"Ini bukti bahwa kau sedang bertugas di ruang kesehatan." Ujar Kakashi ringan, seakan menyuruh murid menjaga ruang kesehatan bukanlah suatu masalah.

"T-Tapi, aku belum bilang setuju!"

"Ini mudah, tidak akan ada murid yang datang kesini pada jam ke lima. Kalaupun ada, kau pasti bisa mengatasinya."

"Ta-Tapi, Sensei-!"

GREK

Kakashi segera keluar dan menutup rapat pintunya. Alhasil, Hinata tidak bisa menolak permintaan guru yang paling santai disekolah ini. Ia tidak punya pilihan lain, selain memakai jas putih yang diberikan Kakashi-sensei tadi.

'Padahal... Sekarang waktunya pelajaran sejarah...'

Hinata senang mendengarkan pelajaran sejarah yang dinilai paling membosankan oleh banyak orang, namun sepertinya kali ini ia harus melewati salah satu pelajaran kesukaannya.

Hinata duduk di kursi guru ruang kesehatan, sambil memainkan stetoskop milik Shizune-sensei yang tergeletak diatas satu-satunya meja besar di ruang kesehatan.

Ruang kesehatan terletak diantara perpustakaan dan ruang komputer. Pada jam ke lima, tidak ada kelas yang memakai ruang komputer sehingga suasana di ruang kesehatan sangat sepi.

Bosan dengan stetoskop itu, Hinata bangkit dari tempatnya duduk, dan lalu melihat-lihat rak kaca tempat ditaruhnya berbagai macam obat. Banyak obat yang belum pernah ia lihat disana, dan bahkan ada beberapa yang ia tidak tahu untuk menyembuhkan penyakit apa, sebab keterangannya tidak tertulis.

'Untung saja tidak ada yang datang... Jika ada yang datang lalu meminta obat yang tidak kuketahui, entah apa yang harus kulakukan...' Batin Hinata dalam hatinya.

Kalau urusan luka luar, seperti memar dan luka gores, Hinata bisa mengatasinya. Namun untuk yang lainnya, sepertinya diluar keahliannya.

Setelah melihat-lihat untuk beberapa lama, Hinata kembali ke tempat duduknya. Baru saja ia menjatuhkan badannya ke tempat duduk, tiba-tiba saja kenop pintu ruang kesehatan bergerak.

Ia kira itu adalah Kakashi-sensei. Setelah pintunya terbuka, ternyata yang masuk adalah...

"...Uchiha-kun?" Ujar Hinata kaget. Bukannya tadi Kakashi-sensei bilang, tidak akan ada murid yang datang? Ujarnya dalam hati.
Hinata sekelas dengan Sasuke, berarti seharusnya dia sedang belajar di kelas, kan?

"Ngapain kau?" Tanya Sasuke setelah melihat Hinata duduk sendirian di ruang kesehatan.

"A-Aku diminta untuk... Menggantikan Kakashi-sensei..." Hinata menjawab dengan suara pelan,

"Apa yang membawamu kesini, Uchiha-kun?"

"Aku bolos." Jawabnya santai,

"Sebaiknya kau jangan berisik, aku mau tidur."
Mendengar jawaban Sasuke itu, Hinata sempat terdiam karena heran.

"Kenapa... Kau bolos?"

"Karena pelajarannya membosankan." Sasuke menjawab dengan segera, "Cuma kau yang menyukai pelajaran yang membosankan itu."

Ya, memang sepertinya cuma Hinata yang tidak menganggap pelajaran sejarah itu membosankan. Tapi darimana Sasuke mengetahui bahwa Hinata suka pelajaran sejarah? Hinata ingin bertanya, namun sekarang ada hal yang lebih penting untuk dibahas.

"Tunggu, jika kau tidak sakit, seharusnya kau tidak datang kesini..."

"Bukan urusanmu, Hyuuga."
Sasuke menyahut dengan nada suaranya yang terkesan dingin, sambil berjalan menuju kasur yang paling pojok,

"Kalau mau berisik, lebih baik diluar saja."

Mendengar perkataan Sasuke, Hinata langsung terdiam. Sasuke memang terkenal dingin dan ketus. Sebenarnya dia lumayan populer karena memiliki wajah yang tampan, tapi sudah terhitung berapa gadis yang patah hati karena mendengar kata-katanya yang kejam.

"T-Tapi..." Hinata kembali membuka mulutnya,

"Bagaimana kalau tiba-tiba, ada tiga orang yang datang kesini... Dan mereka bertiga butuh berbaring?"

Di ruang kesehatan ini, hanya ada tiga kasur yang masing-masing dibatasi oleh gorden. Hinata berkata demikian agar Sasuke segera kembali ke kelas. Sebab, Hinata merasa canggung kalau harus berada di ruangan kecil dan sepi seperti ini dan hanya berdua dengan laki-laki.

Hinata memang pemalu dan gampang canggung terhadap laki-laki, makanya selama enam belas tahun hidupnya, dia belum pernah berpacaran sama sekali!

"Konyol," Sasuke menanggapi sambil duduk dipinggir tempat tidur, "Jam segini tidak akan ada yang datang ke ruangan ini."

"Ta-Tapi-" Hinata berusaha membantah omongan Sasuke,

"Aku diminta untuk hanya melayani murid yang sedang sakit... Lantas, apa yang harus aku lakukan padamu...?"

Mendengar kata-kata Hinata, bukannya merasa terganggu, di benak Sasuke justru terbesit sebuah ide yang menyenangkan baginya. Sasuke lalu bangkit dan melangkah ke arah dispenser air, yang terletak disamping meja guru. Dia berjalan melewati Hinata yang menatapnya dengan tatapan heran.

"Hei,"

Sasuke tiba-tiba saja memanggil Hinata.

"I-Iya?"

"Tiba-tiba saja kepalaku pusing," Ujar Sasuke sambil mengambil gelas plastik dari samping dispenser,

"Bisakah kau carikan obat untukku? Biar kuambil sendiri air minumnya."

"...Hah?" Hinata menggumam dengan ekspresi bingung. Tadi sepertinya ia terlihat baik-baik saja, lalu sekarang berkata bahwa ia pusing. Tapi kalau ia memang benar-benar pusing, maka Hinata tidak punya alasan untuk tidak mencarikannya obat.

"Tadi kau bilang akan melayani murid yang sakit." Ujar Sasuke sambil menyeringai, memusnahkan semua alasan Hinata untuk tidak mencarikannya obat.

"Ba-Baiklah... Tunggu sebentar, Uchiha-kun..."

Hinata berjalan menuju ke rak obat. Seingatnya tadi ia melihat obat sakit kepala. Sasuke lalu mengambil air dari dispenser selagi Hinata sibuk didepan rak kaca berisi obat-obatan.

Dan tanpa sepengetahuan Hinata,

Sasuke mengunci pintu ruangan itu. Suara yang ditimbulkannya tertutupi oleh suara gemuruh air dispenser, sehingga Hinata sama sekali tidak menyadarinya.

"A-Ah, ini dia!" Beberapa detik berselang, Hinata menemukan obat yang ia cari, dan langsung mengambilnya untuk diberikan kepada Sasuke.

"Uchiha-kun, ini obat-"

Saat Hinata membalikkan badannya, wajahnya langsung memerah saat melihat Sasuke dengan seragamnya yang berantakan; dasinya dilonggarkan dan dua kancing kemeja seragamnya terbuka, membuat Hinata dapat dengan mudahnya melihat dada Sasuke.

"Ke-Kenapa... Pakaianmu jadi berantakan seperti itu?" Tanya Hinata gugup.

"Entahlah, rasanya ruangan ini panas sekali." Sasuke menjawab dengan santai, sambil lalu berjalan mendekati Hinata, dan lalu memegang kerah jas putih yang sedang Hinata pakai,

"Jas putih ini membuat suasana jadi tambah panas, lepaskan saja."

"Ti-tidak, aku tidak merasa panas," Hinata berkata sambil menepis tangan Sasuke. Saat Sasuke berada didekatnya, entah kenapa rasanya ia menjadi sangat gugup.

"Benarkah? Kalau begitu, sepertinya aku demam." Ujar Sasuke, sambil lalu berjalan menuju ke kasur yang paling ujung,
"Bisakah kau ukur suhu badanku?"

"Mu-mungkin itu perasaanmu saja!"

"Kau harus melayani orang yang sakit, kan?" Sasuke berkata demikian sambil lalu menunjukkan seringainya. Sebenarnya apa yang ia rencanakan?

"Uh... Baiklah..."

Sasuke menaikkan bibirnya, ia menyunggingkan senyum kemenangan! Siapa sangka kata-kata yang tadinya Hinata gunakan untuk melawan Sasuke justru berbalik menyerang dirinya sendiri?

"Dan itu berarti kau harus melepas jas itu."

Hinata mau tidak mau harus menyanggupi permintaan Sasuke. Hinata melepas jas putih yang kebesaran itu, lalu melipatnya dengan rapi dan menaruhnya diatas meja. Obat yang tadi ia ambil pun, ia taruh disana.

Siapa sangka bahwa sebenarnya Sasuke adalah orang dengan karakter yang sulit, pikir Hinata. Hinata pun berjalan menuju ke meja guru, membuka lacinya untuk mencari termometer. Dan syukurlah, tanpa perlu mencari, Hinata dapat menemukan termometer yang ia butuhkan.

Setelah mengambil termometer itu, Hinata langsung melangkahkan kakinya ke tempat tidur yang paling dekat jendela, tempat Sasuke sedang berbaring sekarang.

"Ini, ukur suhumu," Hinata menyodorkan termometer itu pada Sasuke, namun Sasuke tidak mengambilnya, ia justru menyeringai.

"Sepertinya, aku tidak butuh termometer,"

Ujar Sasuke, disambut dengan ekspresi bingung Hinata. Namun, ekspresi bingung Hinata berganti menjadi ekspresi terkejut saat tiba-tiba... Sasuke menarik tangan Hinata, sehingga Hinata terjatuh tepat diatas tubuh Sasuke yang sedang terbaring.

Tidak sampai di situ saja, Sasuke tiba-tiba saja menempelkan bibirnya pada bibir Hinata... Lebih tepatnya, mencium Hinata!

.

.

To be continued


A/N: Maaf ceritanya dipotong, nanti jadi dua chapter (kayaknya). Tadinya mau oneshot, tapi kok jadi panjang banget T_T
Tapi ngeliat keterangan dibawah judul (Coba cek judul diatas!), pasti udah ketebak kan chapter 2 nanti isinya apaan...
Ngomong-ngomong, alasan lain kenapa ceritanya dipotong, supaya para pembaca bisa berimajinasi dulu tentang apa yang terjadi selanjutnya. :3
Maaf kalau ide pasaran, semoga tetep menarik!