"Eommaaaa!" teriak seorang anak kecil berusia sekitar 2,5 tahun sambil berlari menghampiri ibunya yang berada di dapur.

"Kenapa, sayang?" tanya sang ibu yang akhirnya mengangkat anak kecil itu ke gendongannya.

"Appa…" kata anak itu dengan wajah memelas dan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Appa?" tanya Kyungsoo, sang ibu, seraya berjalan menuju ruang tengah di mana si ayah berada dengan helaan nafas panjangnya.

Di ruang tengah sedang duduk seorang laki-laki berusia awal 30 tahunan. Nama pria ini Kim Jongin, ayah dari Kim Taeoh, anak yang menangis sedari tadi. Sang ayah hanya asik memperhatikan televisi yang menyiarkan pertandingan balap motor dan tidak menyadari kehadiran istri beserta anaknya.

Kyungsoo, yang menginginkan penjelasan dari suaminya, segera mengambil remote TV dan mematikan siaran balap motor itu.

"Yeobo, kenapa dimatikan?" tanya Jongin dengan wajah kecewa.

"Jongin-ah, jelaskan padaku kenapa Taeoh bisa berlari ke dapur sambil menangis begini? Hm?" tanyanya tidak sabaran.

"Ah itu, tadi… tapi jangan marah padaku ya?" jawab Jongin sambil tersenyum paksa karena takut melihat wajah istrinya yang sudah merah padam.

"Yeobo, tadi… Taeoh sedang menonton Pororo, kemudian, aku ingat kalau hari Sabtu ini jam 9 pagi ada balap motor di TV. Lalu… aku…"

"Merebut remote TV dan mengganti channel-nya? Begitu?"

"Mianhae, noona…" kata Jongin memelas agar istrinya tidak murka kepadanya.

Sambil mengehela nafas, "Taeoh-ah, ayo keluar jalan-jalan sama eomma. Taeoh mau?" tanya Kyungsoo kepada anak semata wayangnya.

Dengan anggukan lemah dan wajah yang cemberut, Taeoh mengiyakan ajakan ibunya tanpa memperdulikan Jongin yang sudah – acting – menampakkan wajah bersalahnya.

"Baiklah, kita beli es krim ya? Tapi kita hubungi bibi Baekhyun dulu untuk menemani kita nanti. Dia pasti akan mengajak Jinnie hyung." Ucap Kyungsoo meninggalkan ruang tamu, "sekarang, kita ganti baju dulu ya, sayang."

'Jika situasinya seperti ini, aku harus senang karena tidak ada yang mengganggu, apa harus takut karena Kyung-ie noona marah?' batin Jongin yang hanya terduduk di ruang tengah.

Tak beberapa lama, Kyungsoo dan Taeoh keluar dari kamar. Mereka sudah siap untuk pergi meninggalkan – Jongin sendirian – rumah dan menemui Baekhyun di café yang biasa mereka datangi.

"Yeobo, kau akan pergi lama?" tanya Jongin yang mengikuti kemana saja Kyungsoo mengedar di dalam rumah.

"Entah, paling tidak sampai Taeoh merasa terhibur." Jawab Kyungsoo sambil menggendong Taeoh di dekapannya.

"Berarti tidak lama kan?" tanya Jongin sekali lagi.

"Aku tidak tau, Jongin-ah. Sudah, jangan banyak bertanya. Aku pergi dulu." Ucap Kyungsoo sembari melangkahkan kakinya keluar rumah.

Jongin, hanya bisa menyaksikan istri dan anaknya pergi dari depan pintu rumah mereka. Tiba-tiba dia merasa dicurangi.

"YA! Dasar little devil!" gerutu Jongin setelah melihat Taeoh yang berada di dekapan ibunya menoleh dan menjulurkan lidah kecilnya pada sang ayah.

Sambil masuk ke dalam rumah, Jongin terus-terusan menggerutu karena wajah jahil yang diberikan Taeoh kepadanya. "Dasar! Beraninya mengadu ke eommanya. Apa dia tidak tahu kalau aku takut dengan eommanya yang galak itu? Anak siapa sih dia? – 'Anakmu Jongin-ah.' – Ah, paling tidak rumah sepi sekarang." Ucapnya sambil menyandarkan dirinya lagi di ruang tengah.

Tidak beberapa lama, ia merasakan perutnya berbunyi karena belum dimasuki apapun semenjak kemarin malam. Dengan langkah ringannya, ia beranjak ke dapur, "Kita lihat ada apa disini…" dibukanya tudung saji di atas meja makan, "WHAT? Bahkan dia belum selesai menyiapkan makanan sudah berani meninggalkan rumah? Aaah! Gara-gara Kim Taeoh! Dasar troublemaker!"


"Baekhyun-ah, aku tidak tahan dengan kelakuan Jongin lama-lama! Dia tidak pernah mau mengalah dengan anaknya sendiri. Bukan hanya hari ini saja, bahkan beberapa hari yang lalu, dia menggoda Taeoh agar memberikan es krimnya. Dan pada akhirnya, aku harus menenangkan Taeoh karena appanya menghabiskan semua es krimnya."

Bukannya malah menenangkan, Baekhyun hanya tertawa terbahak-bahak ketika mendengar cerita Kyungsoo. Dia tidak berpikir bahwa rumah tangga sahabatnya bisa sekocak itu.

"Untung saja Chanyeol oppa tidak begitu jika di rumah." Goda Baekhyun.

"YA! Kau! Aku bingung harus bagaimana. Disisi lain aku tidak ingin Taeoh menjadi anak yang manja, tapi aku juga tidak ingin Jongin seperti anak kecil begini. Dan setelah aku perhatikan, Taeoh punya kepribadian yang mirip dengan Jongin. Jahil, manja, moody. Ayolah, aku tidak ingin menghadapi dua 'buah' Jongin di rumah." Ucap Kyungsoo sambil melihat Taeoh yang sedang bermain dengan anak Baekhyun di indoor playground yang ada di café tersebut.

"Beri saja Jongin pelajaran." Jawab Baekhyun dengan entengnya.

"Caranya?"

"Entah, kalau itu aku tidak tahu." Ujar Baekhyun sambil tertawa.

Mendengar jawaban itu, Kyungsoo hanya bisa mendelik dan memberikan death glare andalannya kepada wanita cantik yang duduk di hadapannya. Tawa Baekhyun semakin menjadi melihat tingkah sahabatnya itu. Baginya, ekspresi Kyungsoo saat ini benar-benar lucu walaupun dia tahu kalau sahabatnya itu sedang pusing memikirkan si suami yang tidak mau mengalah kepada anaknya sendiri.

"Sabar saja, Kyungsoo-ya. Meskipun tingkah suamimu seperti itu, bukan berarti dia tidak menyayangi anakmu. Mungkin, itu caranya untuk menunjukkan kasih sayangnya. Walaupun ya… caranya agak sedikit 'unik'". Ucap Baekhyun sambil memberikan tanda kutip pada kata unik menggunakan kedua tangannya.

Dengan helaan nafas panjangnya, "Semoga saja, Baekhyun-ah…" jawab Kyungsoo sambil melahap pasta-nya.


Sore hari pun tiba. Setelah selesai mencurahkan isi hatinya kepada Baekhyun, akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk pulang. Dia tidak tega jika harus meninggalkan Jongin lama-lama – padahal itu sudah cukup lama – di rumah.

"Kami pulang." Sapa Kyungsoo sambil memasuki rumah.

"Akhirnya kau pulang, sayang." Balas Jongin dengan manisnya.

"Sebentar, aku menidurkan Taeoh dulu. Dia sepertinya kelelahan karena bermain seharian."

Kyungsoo pun pergi menuju kamar Taeoh yang memang terpisah dari kamar ayah ibunya. Sejenak dia merasakan badan Taeoh agak menghangat.

"Hmm… Kau demam, sayang?" tanyanya sambil menyeka keringat dingin yang ada pada pelipis anak kesayangannya.

Sang ibu akhirnya keluar dari kamar setelah berusaha menenangkan Taeoh yang tidurnya agak gelisah karena mungkin badannya yang kurang sehat.

"Yeobo, bisa kau telepon Changmin oppa? Sepertinya badan Taeoh demam." Bujuknya kepada Jongin yang sedang membaca buku di ruang tengah.

"Demam? Kau ini. Jangan diajak main diluar telalu lama makanya," sambil meraih ponsel yang ada di meja, "sebentar, aku hubungi dia dulu."

Tak beberapa lama, Jongin sudah selesai menelepon Changmin, "Changmin hyung sedang berada di luar kota. Apa perlu kita bawa Taeoh ke dokter lain?" tanyanya.

"Serius? Aduh, bagaimana ya?" jawab Kyungsoo mulai panik. Wajar, Taeoh tidak pernah sakit selama ini.

"Tenanglah, yeobo. Seka dulu badannya dengan handuk. Oh iya, apa dia sudah makan?" tanya Jongin sambil mengusap lembut rambut Kyungsoo.

"Sudah, tadi aku sudah memberinya makan. Dan dia juga makan banyak. Apa dia kelelahan, ya?"

"Mungkin saja. Sudah, kau mandi dulu sana. Aku siapkan handuk dan air hangat untuk menyeka Taeoh. Tenang ya?" ucap Jongin menenangkan Kyungsoo yang kemudian menjawabnya dengan anggukan lemah dari istrinya.


Hingga malam hari, panas Taeoh belum juga turun. Kyungsoo menggendong dan berusaha menenangkan Taeoh yang sedari tadi merengek dan mengigau saat tidur. Wajahnya terlihat bingung karena sebelum-sebelumnya anak kecil itu tidak pernah demam dengan suhu yang setinggi itu. Jongin yang baru saja menyelesaikan makan malamnya melihat istrinya dengan perasaan yang iba.

"Yeobo, kau selesaikan dulu makan malammu."

"Kau ini! Bagaimana aku bisa makan kalau dia terus-terusan merengek seperti ini?" jawab Kyungsoo dengan nada yang meninggi.

"Tuhanku," kata Jongin sembari memijat pelipisnya, "sini aku gendong. Kau juga harus makan. Kalau kau juga sakit siapa yang mengurus Taeoh, ha? Nanti yang ada aku kerepotan."

"YA! Kau sempat-sempatnya menggodaku disaat seperti ini." Ujar Kyungsoo sambil menyerahkan Taeoh ke tangan suaminya.

"Kau sedari tadi mengerutkan alismu. Tersenyumlah dulu, noonaku." Goda Jongin yang semakin menjadi, "sehabis ini kita bawa Taeoh ke dokter, ya? Aku dengar ada dokter anak yang bagus di pinggir kota."

"Baiklah. Aku selesaikan makan malamku dulu." Jawab sang istri.

Pemandangan yang ada di ruang tengah membuat Kyungsoo tersenyum simpul. Melihat Jongin yang menggendong Taeoh – dengan benar – yang sedang tertidur merupakan kejadian langka di rumah. Karena selama ini, selain sifat Jongin yang hanya bisa membuat Taeoh menangis, Jongin juga sangat sibuk. Sebagai seorang arsitek ternama sebuah perusahaan properti besar, tentu jarang ada waktu senggang di rumah. Apalagi kalau ada proyek besar, bisa-bisa dia hanya 3 hari sekali di rumah. Itupun hanya menaruh baju kotor dan menggantinya dengan baju bersih untuk menginap di kantor. Kalaupun dia mengerjakan tugasnya di rumah, dia hanya akan mengurung dirinya sendiri di dalam studio.

Setelah menyelesaikan makan malamnya, pasangan suami istri itu membawa Taeoh ke dokter yang pinggir kota tempat mereka tinggal. Dengan wajah yang sangat khawatir, Kyungsoo mengusap punggung Taeoh yang tertidur di pangkuannya.

"Jangan sakit begini lagi ya, sayang. Eomma bingung melihatmu sakit begini."

Jongin hanya bisa tersenyum mendengar ucapan istrinya. "Dia akan sembuh, yeobo. Jangan khawatir."

Tidak beberapa lama kemudian setelah sampai dan menunggu, mereka dipanggil gilirannya untuk memeriksakan Taeoh. Dengan segera Kyungsoo dan Jongin membawa Taeoh masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

Dengan telaten, dokter tersebut memeriksa Taeoh yang sedari tadi bangun dan merengek. Kyungsoo yang disebelahnya hanya mengusap kepala Taeoh dan berusaha menenangkannya.

Setelah selesai diperiksa, "Jagi-ya, temui dulu dokternya. Biarkan aku yang menggendong Taeoh keluar. Sepertinya dia tidak betah di ruangan ini."

Bujukan Jongin dibalas dengan anggukan lemah oleh Kyungsoo. Dengan sabarnya, Jongin membawa Taeoh keluar dan berusaha menghiburnya. Taeoh yang sedari tadi rewel dan lemas, hanya menyusupkan kepalanya di leher Jongin.


"Dokter bilang dia mengalami gejala flu. Pantas saja dia susah bernafas dan badannya sangat demam." Kata Kyungsoo sembari merebahkan badan Taeoh di ranjang kamarnya.

"Setidaknya jika dia sakit nanti, kita tidak segugup ini lagi." Jawab Jongin.

"Kau ingin anak kita sakit begini lagi?" hardik Kyungsoo.

Dengan tersenyum dan mengusap rambut Taeoh lembut, "Aigoo… kau ini. Jangan emosi dulu, sayang. Aku berkata seperti itu bukan karena menginginkan dia sakit lagi. Tapi kalau saja dia nantinya sakit lagi, kita tidak perlu sebingung ini."

"Hmm… iya. Maafkan aku, ya. Aku hanya merasa kacau hari ini."

"Tidak apa-apa. Aku bisa memakluminya. Sudah, kau tidur saja dulu. Mukamu terlihat sangat lelah. Biar aku yang menjaga Taeoh disini."

"Kau yakin?" tanya Kyungsoo yang dijawab dengan anggukan Jongin dan akhirnya pergi meninggalkan kamar.

Dini hari, Kyungsoo yang merasa haus terbangun dan mendapati sampingnya kosong. 'Ah, Jongin masih di kamar Taeoh nampaknya.'

Dengan perlahan Kyungsoo membuka sedikit pintu kamarnya. Dia terkejut melihat Jongin yang menggendong Taeoh di ruang tengah sambil menggerakkan badannya agar anaknya tertidur. Samar-samar dia mendengar Jongin bernyanyi pelan. Kemudian, dia mendengar suaminya mengucapkan sesuatu.

"Taeoh-ah, jangan sakit lagi ya, sayang. Appa khawatir melihatmu pucat begini. Kalau anak appa ini sakit, siapa yang appa ajak bermain, eoh? Maafkan appa pagi ini membuatmu menangis dan bermain di luar rumah. Gara-gara keluar rumah, kamu jadi demam begini… maafkan appa ya, sayang."

Mendengar ucapan Jongin, Kyungsoo menyadari bahwa dia berlebihan. 'Benar yang dikatakan Baekhyun, dia menyayangi Taeoh dengan caranya senidri.' Batinnya.

"Kau belum tidur, jagi-ya?" tanya Kyungsoo yang keluar dari kamarnya.

"Oh? Kau terbangun? Aku tidak bisa tidur. Sedari tadi Taeoh mengigau dan gelisah. Kau kenapa terbangun?"

"Aku merasa haus. Mau aku gantikan?"

"Tidak usah. Kau tidur saja. Sudah terlanjur lagipula. Berusaha tidur pun aku juga tidak akan bisa. Lagipula aku sudah terbiasa begadang begini." Kata Jongin menenangkan.

"Bawa saja Taeoh tidur di kamar kita. Bagaimana?" tanya Kyungsoo sembari mengecek suhu badan anaknya.

"Itu masalah gampang." Ujar Jongin sambil tersenyum.


Tiga hari kemudian, Taeoh sudah kembali seperti sedia kala menjadi anak lelaki yang ceria dan aktif. Dia bahkan sudah berlari kesana kemari tanpa lelah. Padahal ketika demam, dia sangat pucat dan lemah.

"Taeoh, sayang. Jangan berlarian begitu. Nanti jatuh…" ujar Kyungsoo mengingatkan anaknya yang sedari tadi tidak bisa diam.

"BRUKK!"

"Eommaaaa!"

"YA!" terdengar suara gaduh dari depan.

Kyungsoo yang mendengar suara tersebut langsung berlari menuju sumber suara. Betapa kagetnya dia melihat Taeoh yang terjatuh.

"Taeoh!" teriak Kyungsoo yang melihat Taeoh menangis.

"Yeobo, dia menabrakku ketika aku masuk rumah. Seharusnya larang dia berlarian di dalam rumah kau tahu." Ucap Jongin yang baru saja pulang dari kerja.

"Tadi aku sudah melarangnya. Kau juga. Tahu anaknya terjatuh malah diam saja!" jawab Kyungsoo sambil mengangkat Taeoh ke gendongannya.

"Selalu aku yang kau salahkan. Aku lelah. Aku harus ke Jeju besok pagi. Jangan kau pikir aku pulang sore begini karena aku bisa istirahat. Siapkan baju untukku." Jawab Jongin bernada kecewa.

Kyungsoo merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya. Tetapi dia tidak berani mengganggu Jongin karena tidak ingin situasinya lebih buruk.

"Taeoh-ah, eomma menyiapkan baju untuk appa, ya? Lihat TV saja dulu. Nanti eomma temani." Ujar Kyungsoo sambil meletakkan Taeoh di ruang tengah.

Di dalam kamar, Jongin merebahkan badannya sembari memejamkan matanya sejenak. Dia merasa agak emosi dengan jawaban Kyungsoo yang baru saja diterimanya. 'Hah, apa dia tidak berfikir kalau aku lelah? Aku baru saja pulang bekerja. Banyak tekanan pula di kantor. Kenapa dia tidak ada keinginan untuk menyambutku dengan cara baik-baik?"

Ketika sedang beristirahat, terdengar suara pintu kamar yang terbuka dan dibarengi suara yang menggemaskan, "Appa?"

Jongin mendudukkan badannya dan melihat sang anak masuk ke dalam kamarnya. Secara tiba-tiba, Taeoh berjalan dan menyusup menuju pangkuan Jongin.

"Appa marah dengan Taeoh?" tanya Taeoh dengan polosnya.

"Tidak, sayang. Appa hanya lelah. Taeoh mau ditemani appa main?"

Sambil menggelengkan kepalanya, Taeoh berkata, "Ani. Appa istirahat saja. Appa kan lelah. Oh iya, appa jangan marah dengan eomma ya?"

"Tidak. Appa tidak marah dengan eomma, sayang."

"Appa janji?" ucap Taeoh dengan mata yang berbinar-binar.

"Janji." Ucap jongin sambil menngamitkan jari kelingkingnya dengan jari mungil Taeoh.

Jongin menggendong Taeoh dan mengajaknya keluar kamar. Dilihatnya Kyungsoo yang sedang menyiapkan perlengkapan untuk suaminya esok hari. Ayah dan anak itupun menghampiri Kyungsoo yang sibuk dan menampakkan wajah yang kusut.

"Eomma!" seru Taeoh dengan wajah yang ceria.

"Ah, iya sayang?" tanya Kyungsoo yang agak kaget dengan kehadiran suaminya juga.

"Yeobo, kau bisa menyiapkannya nanti malam kau tahu. Aku hanya 2 hari di Jeju. Jangan menyiapkan barang yang terlalu banyak." Kata Jongin tersenyum.

Melihat suaminya tersenyum, Kyungsoo merasa sedikit lega. "Jagi-ya, maaf…" kata Kyungsoo sambil menundukkan kepalanya.

"Aku tahu kau khawatir dengan anak kita. Wajar. Apalagi dia baru saja sakit." Ujar Jongin sambil merapikan rambut Taeoh.

"Hmm… sebenarnya bukan itu saja. Aku sering merasa bahwa kau tidak perhatian dan kekanak-kanakan. Tapi ternyata aku salah. Kau hanya mengekspresikan kasih sayangmu dengan caramu sendiri. Maafkan aku ya sudah menuduhmu dengan cara yang tidak-tidak. Aku yang kurang dewasa dan sedikit emosional."

"Sudahlah. Aku memang suka membuat Taeoh menangis lagipula. Bukan karena aku tidak suka padanya, tapi aku terlalu gemas dan suka menggodanya. Aku terlalu jahil juga tampaknya." Ujar Jongin menjelaskan.

Di tengah suasana yang mengharukan, tiba-tiba Taeoh dengan polosnya berkata, "Appa, eomma, ppoppo?"

Dengan tersenyum mereka mencium anak lelakinya itu. Kemudian dengan wajah jahilnya dia berkata lagi, "Appa, Taeoh ingin dongsaeng perempuan seperti Jion."

"He?" ucap Kyungsoo kaget.

"Kau sudah mendengarnya, kan? Yeobo, mari kita bekerja keras malam ini. Siapkan dirimu. Semangat!" ujar Jongin sambil mengedipkan sebelah matanya dan pergi meninggalkan Kyungsoo yang pipinya memerah seperti kepiting rebus.

END.